Q.S. Al Hujurat ayat 10 : “sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”.
1. Menahan amarah
Q.S. Al-Imron ayat 134: “. . . . .Dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Ada 3 tingkatan kelas manusia seperti ayat yang diterangkan di atas:
a. Kelas pemula
· Jika di dzalimi (bukan permasalahan sepele tetapi permasalahan besar) oleh orang lain maka dia mampu menahan amarah.
· Tidak mau membalas dendam/tidak mau menyakiti orang yang telah mendzolimi.
· Hadist Rasulullah: “ Bukanlah orang kuat itu karena selalu (menang gulat), akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya ketika marah” . ( H.R. Bukhari – Muslim).
· Hadist Rasulullah: “ Barang siapa yang meredam amarah padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah memanggilnya di hadapan para makhluk di hari kiamat, Dia menyuruhnya memilih dari para bidadari/a apa yang dia kehendaki”. (H.R. Abu Daud dan At –Tirmidzi).
b. Kelas penengah
· Jika di dzolimi maka dia selain menahan amarah dia juga akan memaafkan kesalahan orang tersebut.
· Dia akan segera menemui orang tersebut (yang mendzolimi)/mendatanginya dan memintakan maaf.
· Hadist: “Berikanlah kabar gembira kepada orang yang di caci/di cela yaitu kebaikanya orang yang suka mencela/memfitnah/mencaci akan di timpakan kepada orang tersebut”.
c. Kelas mulia
· Jika di dzolimi maka dia menahan amarah, memaafkan dan berbuat kebajikan seperti memberikan hadiah, berjabat tangan, tetap tersenyum.
· Pokoknya kejahatan di balas dengan kebaikan.
2. Meninggalkan pakaian permusuhan dan kedengkian
3. Memaafkan kesalahan orang lain
· Kisah Hasan Al Basri yang di datangi seseorang dan orang yang datang tersebut berkata : “Hai Hasan ada orang yang memburuk-burukanmu”. Lalu Hasan Al Basri masuk ke rumah mengambil kurma dan memberikan kurma tersebut kepada dia dan Hasan Al Basri berkata: “berikanlah kurma ini kepada orang yang telah menyakitiku”. Inilah contoh orang sholeh.
· Peristiwa tersebut di jawab oleh Hasan Al Basri bahwa orang tersebut memberikan kebaikan-kebaikan kepadaku.
· Janganlah bingung, sedih, kecewa atau sakit hati karena kebaikan-kebaikan orang yang suka mencaci akan ditimpakan kepada kita. Inilah sebagai bonus pahala yang akan menambah timbangan amal pahala kita.
· Kita tidak bisa menahan orang untuk berhenti mencaci dan sebaliknya kita pun tidak bisa tidak berbuat kesalahan (suci) karena kita bukanlah malaikat hanyalah manusia biasa yang tak luput dari dosa dan kesalahan.
· Sifat ini sudah ada sejak jaman dahulu dimana nabi-nabi kita di hina sebagai penyihir, orang gila. Dan Allah pun yang telah memberikan banyak kenikmatan kepada kita tetap saja di hina yaitu Tuhan mempunyai anak.
· Sebenarnya prinsip setiap hamba adalah sama yaitu menegakkan ‘Lailaahaillah’, sehingga kita harus belajar bagaimana kita bersikap ketika kita merasa terpancing untuk saling permusuhan.
