Bagaimana menyusun kurikulum HE yg sederhana utk 0-2 tahun?
Saat anak 0-7 fitrahnya masih bermain. Bagaimana mempersiapkan agar ia paham ttg kewajiban shalat setelah 7 tahun. Krn sy melihat banyak sekali contoh di sekitar saya, anak semakin besar menjadikan Shalat krn disuruh org tua. Meskipun ortu sudah mencontohkan.
1⃣ bunda Dila yang baik,
Kurikulum biasanya dimaknakan sebagai bentuk rekayasa dan intervensi. Padahal fitrah adalah benih atau potensi yang telah Allah karuniakan pd setiap anak, baik fitrah keimanan, fitrah bakat maupun fitrah belajar.
Maka berperanlah seperti petani, yang tdk mendikte tanamannya, namun mengamati dan merawat sesuai fitrahnya sesuai potensi dan karakteristik benih itu. Buatlah portfolio pendidikan untuk tiap anak, rancanglah roadmap sesuai potensi anak dan pengamatan atas perkembangannya.
Usia 0-7 imajinasi anak sedang tumbuh pesat, psikomotoriknya juga berkembang pesat. Maka di usia ini imajikan keindahan ttg sholat dan semua perbuatan baik sehingga mereka cinta sholat dan cinta semua perbuatan baik. Bukan sekedar bermain, namun kebahagiaan menjalani perbuatan baik. Rasululah SAW membiarkan cucunya puas bermain di punggung beliau ketika sedang memimpin sholat berjamaah adalah semata2 agar cucunya punya imaji indah ttg sholat. Jadi target mengenalkan sholat di usia 0-7 bukanlah sholat dengan tertib dan teratur, tetapi membuat mereka seneng sholat. Itu modal penting. Tentu saja semakin mendekati usia 7 tahun kesenangan sholat ini meningkat perlahan menjadi teratur dan tertib.
Mengapa anak2 jadi susah sholat ketika usia 7 tahun ke atas bahkan sampai usia 11 tahun ke atas dstnya, barangkali ada cara mendidik shalat yang salah cara dan target ketika usia 0-7 tahun.
Yakinlah bahwa setiap anak lahir dalam keadaan memiliki fitrah keimanan, maka jangan tergesa dn juga jangan lalai. ✅
Maka menurut ustadz Adriano, usia 0-5 bukan golden age buat menjejalkan calistung dan kecerdasan kognitif, namun masa emas untuk mendidik aqidah, yaitu masa emas mendidik fitrah keimanan agar cinta pada Allah dan kebenaran semakin merekah, cinta pada Rasulullah SAW dan alQuran juga merekah. Namun semuanya tdk diukur dari aspek kognitif, tetapi sikap dan perbuatan yang shalih dalam keseharian. Maka imajikan kebenaran dan kebaikan sebagai suatu yang indah dan selaras ftrahnya. Setiap anak pada fitrahnya / dasarnya mencintai Allah dan kebenaran ✅
3⃣ ayah Ahadiyat yang baik,
Pendidikan fitrah sesungguhnya efektif di usia 0-15 tahun, ini adalah pendidikan masa anak anak (pedagogi). Sedangkan pendidikan di atas 15 tahun adalah pendidikan usia dewasa (andragogi). Metode dan caranya berbeda.
Tetapi sepanjang masih di bawah 15 tahun, masih banyak kesempatan. Istilahnya bukan mengejar ketertinggalan, namun mengembalikan fitrahnya (iedul fitrah) ke semula agar dapat tumbuh dan merekah sempurna. Penyimpangan fitrah biasanya mulai nampak di usia 10 tahun.
Fitrah keimanan menyimpang ditandai sulit mengerjakan perintah Allah yang paling basic misalnya Sholat. Bila masih suka dengan kebaikan yg lain bisa jadi dia hanya kekurangan teladan dan suasana keshalihan.
Fitrah belajar menyimpang ditandai dengan membenci belajar apapun. Jika masih ada sesuatu yang suka dipelajari dan giat berarti fitrah belajarnya sesuai minatnya masih baik.
Fitrah bakat menyimpang, jika sama sekali "tdk tahu apa yang kumau" di usia aqilbaligh.
Recovery nya adalah dengan membantu memberikan lingkungan dan keteladanan yang lebih baik dari yang sudah ada, yang bisa membangkitkan fitrah keimanan,fitrah belajar dan fitrah bakatnya. Tapi bukan diasingkan ya. Misinya adalah mengembalikan fitrah ✅
Rumah Tahfidz, Belajar Tahsin dan Tajwid Al Qur'an, Kajian Ilmu syar'i Hub: Diana Gasim (Ummu Achmad ) 085312837788)
Friday, August 7, 2015
Materi 2⃣B
๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐
TEKNIK MEMULAI HOME EDUCATION
SME: Septi Peni Wulandani (Praktisi HE sejak 1996)
-----------------------------
HE adalah kewajiban syar’i kita sebagai orang tua. Bahkan menurut saya, justru jadi ilmu wajib bagi para calon ibu dan bapak. HE dimulai dari dalam kandungan, masa pre aqil baligh dan aqil baligh. Ketika masuk usia sekolah, anak dapat memilih mau sekolah/home schooling/komunitas sesuai passion anak.
HE dimulai dari satu pemahaman para fasilitator utamanya yaitu kita sebagai orang tuanya. Maka mulailah:
✅ Berdiskusi secara rutin dengan pasangan tentang konsep HE.
Tentukan jadwal khusus untuk kita bersungguh-sungguh membahas hal ini
✅ Seringlah belajar bersama pasangan tentang HE, baik dengan silaturahim, ikut seminar, bedah buku, dan lain-lain kemudian segera tentukan apa hal-hal baik yang bisa segera kita terapkan di keluarga kita.
✅ Perkuat konsep pendidikan anak yang disepakati suami dan istri. Selama kita kuat, maka om, tante, dan nenek akan diam. Tetapi kalau kita tampak tidak yakin, maka orang lain akan campur tangan. Kuncinya selama Allah dan Rasul-NYa tidak murka, silakan jalan terus dengan keyakinan kita.
Berpegang teguhlah pada Al Quran dan Hadits sebagai acuan utama kita mendidik anak. Yang lain hanya dijadikan referensi, jangan justru membuat kita bingung
✅ Belajarlah melihat potensi unik anak-anak kita. Kemudian perkuat sisi keunikan tersebut. Ingat anak kita adalah ‘limited edition”. Hanya kita yang paham, jangan pasrahkan kepada orang lain
✅ Mulailah membuat kurikulum untuk anak-anak kita dengan sederhana, mulai dari aktivitas mereka 0-2 tahun, 2-7 tahun
✅ Perkuat bonding anda bersama anak-anak di usia 0-7 tahun ini. Perkuat dengan bahasa ibu dan bermain bersama alam. Jadi sebaiknya jangan terlalu dini memasukkan anak ke lembaga bernama “sekolah”
✅ Ketika sudah memasuki usia sekolah, perkaya wawasan anak dengan berbagai konsep pendidikan. Ingat, “sekolah” itu hanya bagian pilihan dari pendidikan, bukan satu-satunya.
Konsep utama HE adalah Iqra’ dan Thalabul ‘Ilmi. Jadi urusannya adalah belajar atau tidak belajar bukan sekolah atau tidak sekolah.
๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐ ๐
TEKNIK MEMULAI HOME EDUCATION
SME: Septi Peni Wulandani (Praktisi HE sejak 1996)
-----------------------------
HE adalah kewajiban syar’i kita sebagai orang tua. Bahkan menurut saya, justru jadi ilmu wajib bagi para calon ibu dan bapak. HE dimulai dari dalam kandungan, masa pre aqil baligh dan aqil baligh. Ketika masuk usia sekolah, anak dapat memilih mau sekolah/home schooling/komunitas sesuai passion anak.
HE dimulai dari satu pemahaman para fasilitator utamanya yaitu kita sebagai orang tuanya. Maka mulailah:
✅ Berdiskusi secara rutin dengan pasangan tentang konsep HE.
Tentukan jadwal khusus untuk kita bersungguh-sungguh membahas hal ini
✅ Seringlah belajar bersama pasangan tentang HE, baik dengan silaturahim, ikut seminar, bedah buku, dan lain-lain kemudian segera tentukan apa hal-hal baik yang bisa segera kita terapkan di keluarga kita.
✅ Perkuat konsep pendidikan anak yang disepakati suami dan istri. Selama kita kuat, maka om, tante, dan nenek akan diam. Tetapi kalau kita tampak tidak yakin, maka orang lain akan campur tangan. Kuncinya selama Allah dan Rasul-NYa tidak murka, silakan jalan terus dengan keyakinan kita.
Berpegang teguhlah pada Al Quran dan Hadits sebagai acuan utama kita mendidik anak. Yang lain hanya dijadikan referensi, jangan justru membuat kita bingung
✅ Belajarlah melihat potensi unik anak-anak kita. Kemudian perkuat sisi keunikan tersebut. Ingat anak kita adalah ‘limited edition”. Hanya kita yang paham, jangan pasrahkan kepada orang lain
✅ Mulailah membuat kurikulum untuk anak-anak kita dengan sederhana, mulai dari aktivitas mereka 0-2 tahun, 2-7 tahun
✅ Perkuat bonding anda bersama anak-anak di usia 0-7 tahun ini. Perkuat dengan bahasa ibu dan bermain bersama alam. Jadi sebaiknya jangan terlalu dini memasukkan anak ke lembaga bernama “sekolah”
✅ Ketika sudah memasuki usia sekolah, perkaya wawasan anak dengan berbagai konsep pendidikan. Ingat, “sekolah” itu hanya bagian pilihan dari pendidikan, bukan satu-satunya.
Konsep utama HE adalah Iqra’ dan Thalabul ‘Ilmi. Jadi urusannya adalah belajar atau tidak belajar bukan sekolah atau tidak sekolah.
Materi 2⃣
➡➡Bagaimana Memulai HE?➡➡
๐ค Harry Santosa
Panduan bagi HE, sekali lagi adalah menjaga fitrah yang baik dengan cara menumbuhkan dan mengeluarkan fitrah-fitrah baik itu (inside out) yang Allah karuniakan kepada anak-anak kita. Diantara Fitrah itu adalah bahwa tiap anak yang lahir adalah pembelajar yang tangguh.Potensi fitrah belajar ini harus dibebaskan dan tidak boleh kaku dan dalam tekanan nilai.Sejak anak dalam kandungan sampai lahir pada galibnya sudah mengalami home education.Tugas HE itu sampai anak kita berusia aqil baligh.Kalau wanita ada special exception, yaitu sampai pindah wali alias menikah, walau kemandirian dan kedewasaan tetap harus disiapkan ketika berusia aqil baligh.Pertanyaannya, bagaimana kita memulai home education?Apa yang harus kita lakukan untuk memulainya? Izinkan saya berbagi ya, hasil belajar panjang dan pengalaman bersama teman2, ustadz2, pakar2 yg telah memulainya lebih dulu.Sebelumnya saya mulai dengan sedikit renungan ya…
๐๐Renungan Pendidikan #1๐๐
Sesungguhnya hanya kedua orangtualah yg paling kenal potensi keunikan anak2nya.Dari sanalah karakter2 baik dikembangkan dan disempurnakan dgn akhlak mulia.Kedua orangtuanya lah makhluk yg paling mencintai dgn tulus anak2nya.Orangtua sejati adalah mereka yg menginginkan kebahagiaan anak2nya lebih dari apapun di muka bumi.
Dunia persekolahan adalah dunia yg tdk pernah mengandung anak2 kita, tdk pernah melahirkan anak2 kita bahkan tdk pernah diberi amanah oleh Allah swt sesaatpun juga, krn itu persekolahan bukanlah dunia yg sungguh2 mampu mengenal dan mencintai anak2 kita dgn tulus dan ikhlash
Bukankah anak kita adalah alasan terbesar dan terpenting mengapa kita ada di muka bumi ini? Merekalah sbg amanah mendidik generasi peradaban bagi dunia yg lebih damai dan sbg amanah yg akan membanggakan Ummat Muhammad di yaumilqiyamah kelak.
Membangun "home education" bukanlah pilihan tetapi kewajiban setiap orangtua, porsi kuantitas waktu dan kualitas perhatiannya mesti jauh lebih banyak bahkan meniadakan porsi persekolahan.
Sayangnya banyak ortu yg menganggap kewajiban mendidik telah selesai ketika anak2 berada sepenuh waktu di sekolah dan di lembaga2 kursus.Obrolan ttg pendidikan adalah obrolan seputar ranking, ijasah, prestasi2 akademis dan tugas2 sekolah yg dibawa ke rumah, bukan tentang mengembangkan karunia fitrah yg anak2 kita miliki.
Mari kembalikan fitrah kesejatian peran orangtua, kesejatian fungsi rumah, kesejatian pendidikan, kesejatian anak2 kita.Jangan sekali2 merubah fitrah kesejatian itu semua krn itulah sesungguhnya penyebab berbagai krisis dan kerusakan di muka bumi.
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensi dan akhlak
๐๐
Memulai Home Education adalah memulai utk mendidik diri kita sebagai orangtua.Memulai mendidik diri kita sebagai orangtua adalah diawali dengan membaca ayat2 Allah, baik Qouliyah maupun Kauniyah, kemudian mensucikan diri kita utk mengembalikan fitrah2 yg baik yg Allah telah karuniakan kpd kita.Mengembalikan kesadaran akan peran2 kesejatian kita sebagai orangtua. Pekerjaan mendidik adalah pekerjaan para Nabi sepanjang sejarah.Tiada aktifitas dan peran paling penting di dalam rumah kita kecuali peran dan aktifitas mendidik anak2 kita.
Mendidik anak2 kita adalah membangkitkan kesadaran fitrah anak2 kita, karenanya para orangtua perlu mengawali dgn mengembalikan fitrah2 baiknya melalui tazkiyatunnafs lebih dulu.Fitrah yg baik pd anak2 kita akan bertemu dgn fitrah yg baik yg ada dalam diri orangtua nya. Apa yg keluar dari fitrah yg baik, akan diterima oleh fitrah yg baik.
๐Fitrah keimanan pd anak2 kita akan bertemu dengan fitrah keimanan kedua orangtuanya.
๐Fitrah belajar pd anak2 kita akan bertemu dengan fitrah belajar kedua orangtuanya.
๐Fitrah potensi bakat pd anak2 kita akan bertemu dengan fitrah pengakuan potensi anak2nya sbg karunia Allah swt, dari keduaorangtuanya.
๐Fitrah tahapan perkembangan sesuai sunnatullah pertumbuhan anak, akan bertemu dengan fitrah pengakuan bhw segala sesuatu di muka bumi memiliki sunnatullah perkembangannya masing. Dstnya.
Tanpa memulai dengan ini maka perjalanan home education adalah perjalanan yg menjauh dari fitrah, berisi obsesi2 dan kecenderungan merusak fitrah krn ambisi tertentu maupun ketergesaan dalam tahapannya.Jadi memulai HE berawal dari bagaimana kita para ortu membangkitkan kesadaran fitrah kita sendiri dengan melakukan tazkiyatunnafs atau pensucian jiwa.
Silahkan dibuka surat 62:2
๐๐๐๐๐
Hari Jum’at (Al-Jumu`ah):2 - Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
๐๐๐๐
Ayat ini adalah jawaban atas Doa Nabi Ibrahim alaihisalam ttg generasi yg akan dibangkitkan dari keturunannya.
๐๐๐๐
Ya Tuhan kami, utuslah untuk merka seorang rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS 2 Al Baqoroh Ayat 129)
๐๐๐๐
Ada tahapan berbeda dari kedua ayat.
Doa Nabi Ibrahim as adalah "pembacaan", "pengajaran", "pensucian"Jawaban Allah adalah "pembacaan" dan "pensucian" sebelum memulai proses "pengajaran" (ta'limunal-Kitaba walHikmah).
Kata Tazkiyah atau pensucian oleh beberapa ulama dimaknakan sebagai Tarbiyah atau menumbuhkan fitrah yg merupakan inti Pendidikan itu sendiri, sdgkan pengilmuan atau pengajaran bersifat pemberian skill dan knowledge.Ayah Bunda harap bersabar utk tdk langsung melompat ke teknis HE.Kita sungguh memerlukan pijakan yg kokoh, jiwa2 yg full ridha menjalaninya.Karena sejujurnya HE ini melawan arus baik konsep maupun praktek pendidikan yg umumnya kita samakan dengan persekolahan atau pengajaran.Pendidikan sebgamna pengantar diawal adalah proses "inside out", membangkitkan fitrah2 dalam diri anak2 kita. Bukan proses penjejalan "outside in". Setiap anak kita terlahir dalam keadaan fitrah (fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat, fitrah perkembangan dll).... namun semua fitrah itu adalah potensi2 terpendam, maka tugas kitalah utk mendidik/membangkitkan/menumbuhkan potensi fitrah itu agar anak2 kita mencapai peran peradabannya atau misi spesifiknya sbg khalifah di muka bumi
๐๐๐๐
Dalam QS. 13 ayat 11 Allah berfirman:
َُููู ُุนَِّูุจَุงุชٌู ِْูุจََِْูููุฏََِْูููู ِْูุฎََِِْููููุญَْูุธَُُูููู ِْูุฃَู ْุฑِุงَِّูููุۗฅَِّูุงَََّููููุงُูุบَِّูุฑُู َุงุจَِْููู ٍุญَุชَُّٰููุบَِّูุฑُูุงู َุงุจِุฃَُْููุณِِูู َْูุۗฅِุฐَุงุฃَุฑَุงุฏَุงَُّูููุจَِْููู ٍุณُูุกًุงََููุงู َุฑَุฏَََُّููููۚ َุงَُููู ْู ِْูุฏُِِูููู َِْููุงٍู
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
๐๐๐๐
Banyak yg menggunakan ayat ini sbgai argumen untuk belajar atau bekerja keras agar Allah mengubah keadaanya menjadi lebih baik. Padahal maksud ayat ini adalah agar manusia tidak mengubah fitrahnya (ู َุงุจِุฃَُْููุณِِูู ْ) sehingga masa depan kehidupannya menjadi lebih buruk.Yg terakhir di atas adalah nasehat dari ustadzuna Ferous.Semoga memahami bahwa mengapa kita menamakan dgn Home Education bukan Home Schooling? Karena pendidikan berbeda dgn persekolahan, mendidik tidak sama dengan mengajar, HE bukanlah memindahkan sekolah ke rumah. HE bukan menjejalkan pengetahuan namun menyadarkan, membangkitkan fitrah2.Jika fitrah2 ini bangkit maka anak2 akan beriman dgn sendirinya, belajar tangguh dengan sendirinya, mengembangkan bakat dgn sendirinya, menjalani kehidupan sesuai tahap2 perkembangan dengan sendirinya. Memulai Teknis HE akan terasa mudah dan ringan jika kita memulai dari kesadaran ini. Sampai sini, silahkan jika ada masukan dan pendapat.
๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช
➡➡Bagaimana Memulai HE?➡➡
๐ค Harry Santosa
Panduan bagi HE, sekali lagi adalah menjaga fitrah yang baik dengan cara menumbuhkan dan mengeluarkan fitrah-fitrah baik itu (inside out) yang Allah karuniakan kepada anak-anak kita. Diantara Fitrah itu adalah bahwa tiap anak yang lahir adalah pembelajar yang tangguh.Potensi fitrah belajar ini harus dibebaskan dan tidak boleh kaku dan dalam tekanan nilai.Sejak anak dalam kandungan sampai lahir pada galibnya sudah mengalami home education.Tugas HE itu sampai anak kita berusia aqil baligh.Kalau wanita ada special exception, yaitu sampai pindah wali alias menikah, walau kemandirian dan kedewasaan tetap harus disiapkan ketika berusia aqil baligh.Pertanyaannya, bagaimana kita memulai home education?Apa yang harus kita lakukan untuk memulainya? Izinkan saya berbagi ya, hasil belajar panjang dan pengalaman bersama teman2, ustadz2, pakar2 yg telah memulainya lebih dulu.Sebelumnya saya mulai dengan sedikit renungan ya…
๐๐Renungan Pendidikan #1๐๐
Sesungguhnya hanya kedua orangtualah yg paling kenal potensi keunikan anak2nya.Dari sanalah karakter2 baik dikembangkan dan disempurnakan dgn akhlak mulia.Kedua orangtuanya lah makhluk yg paling mencintai dgn tulus anak2nya.Orangtua sejati adalah mereka yg menginginkan kebahagiaan anak2nya lebih dari apapun di muka bumi.
Dunia persekolahan adalah dunia yg tdk pernah mengandung anak2 kita, tdk pernah melahirkan anak2 kita bahkan tdk pernah diberi amanah oleh Allah swt sesaatpun juga, krn itu persekolahan bukanlah dunia yg sungguh2 mampu mengenal dan mencintai anak2 kita dgn tulus dan ikhlash
Bukankah anak kita adalah alasan terbesar dan terpenting mengapa kita ada di muka bumi ini? Merekalah sbg amanah mendidik generasi peradaban bagi dunia yg lebih damai dan sbg amanah yg akan membanggakan Ummat Muhammad di yaumilqiyamah kelak.
Membangun "home education" bukanlah pilihan tetapi kewajiban setiap orangtua, porsi kuantitas waktu dan kualitas perhatiannya mesti jauh lebih banyak bahkan meniadakan porsi persekolahan.
Sayangnya banyak ortu yg menganggap kewajiban mendidik telah selesai ketika anak2 berada sepenuh waktu di sekolah dan di lembaga2 kursus.Obrolan ttg pendidikan adalah obrolan seputar ranking, ijasah, prestasi2 akademis dan tugas2 sekolah yg dibawa ke rumah, bukan tentang mengembangkan karunia fitrah yg anak2 kita miliki.
Mari kembalikan fitrah kesejatian peran orangtua, kesejatian fungsi rumah, kesejatian pendidikan, kesejatian anak2 kita.Jangan sekali2 merubah fitrah kesejatian itu semua krn itulah sesungguhnya penyebab berbagai krisis dan kerusakan di muka bumi.
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensi dan akhlak
๐๐
Memulai Home Education adalah memulai utk mendidik diri kita sebagai orangtua.Memulai mendidik diri kita sebagai orangtua adalah diawali dengan membaca ayat2 Allah, baik Qouliyah maupun Kauniyah, kemudian mensucikan diri kita utk mengembalikan fitrah2 yg baik yg Allah telah karuniakan kpd kita.Mengembalikan kesadaran akan peran2 kesejatian kita sebagai orangtua. Pekerjaan mendidik adalah pekerjaan para Nabi sepanjang sejarah.Tiada aktifitas dan peran paling penting di dalam rumah kita kecuali peran dan aktifitas mendidik anak2 kita.
Mendidik anak2 kita adalah membangkitkan kesadaran fitrah anak2 kita, karenanya para orangtua perlu mengawali dgn mengembalikan fitrah2 baiknya melalui tazkiyatunnafs lebih dulu.Fitrah yg baik pd anak2 kita akan bertemu dgn fitrah yg baik yg ada dalam diri orangtua nya. Apa yg keluar dari fitrah yg baik, akan diterima oleh fitrah yg baik.
๐Fitrah keimanan pd anak2 kita akan bertemu dengan fitrah keimanan kedua orangtuanya.
๐Fitrah belajar pd anak2 kita akan bertemu dengan fitrah belajar kedua orangtuanya.
๐Fitrah potensi bakat pd anak2 kita akan bertemu dengan fitrah pengakuan potensi anak2nya sbg karunia Allah swt, dari keduaorangtuanya.
๐Fitrah tahapan perkembangan sesuai sunnatullah pertumbuhan anak, akan bertemu dengan fitrah pengakuan bhw segala sesuatu di muka bumi memiliki sunnatullah perkembangannya masing. Dstnya.
Tanpa memulai dengan ini maka perjalanan home education adalah perjalanan yg menjauh dari fitrah, berisi obsesi2 dan kecenderungan merusak fitrah krn ambisi tertentu maupun ketergesaan dalam tahapannya.Jadi memulai HE berawal dari bagaimana kita para ortu membangkitkan kesadaran fitrah kita sendiri dengan melakukan tazkiyatunnafs atau pensucian jiwa.
Silahkan dibuka surat 62:2
๐๐๐๐๐
Hari Jum’at (Al-Jumu`ah):2 - Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
๐๐๐๐
Ayat ini adalah jawaban atas Doa Nabi Ibrahim alaihisalam ttg generasi yg akan dibangkitkan dari keturunannya.
๐๐๐๐
Ya Tuhan kami, utuslah untuk merka seorang rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS 2 Al Baqoroh Ayat 129)
๐๐๐๐
Ada tahapan berbeda dari kedua ayat.
Doa Nabi Ibrahim as adalah "pembacaan", "pengajaran", "pensucian"Jawaban Allah adalah "pembacaan" dan "pensucian" sebelum memulai proses "pengajaran" (ta'limunal-Kitaba walHikmah).
Kata Tazkiyah atau pensucian oleh beberapa ulama dimaknakan sebagai Tarbiyah atau menumbuhkan fitrah yg merupakan inti Pendidikan itu sendiri, sdgkan pengilmuan atau pengajaran bersifat pemberian skill dan knowledge.Ayah Bunda harap bersabar utk tdk langsung melompat ke teknis HE.Kita sungguh memerlukan pijakan yg kokoh, jiwa2 yg full ridha menjalaninya.Karena sejujurnya HE ini melawan arus baik konsep maupun praktek pendidikan yg umumnya kita samakan dengan persekolahan atau pengajaran.Pendidikan sebgamna pengantar diawal adalah proses "inside out", membangkitkan fitrah2 dalam diri anak2 kita. Bukan proses penjejalan "outside in". Setiap anak kita terlahir dalam keadaan fitrah (fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat, fitrah perkembangan dll).... namun semua fitrah itu adalah potensi2 terpendam, maka tugas kitalah utk mendidik/membangkitkan/menumbuhkan potensi fitrah itu agar anak2 kita mencapai peran peradabannya atau misi spesifiknya sbg khalifah di muka bumi
๐๐๐๐
Dalam QS. 13 ayat 11 Allah berfirman:
َُููู ُุนَِّูุจَุงุชٌู ِْูุจََِْูููุฏََِْูููู ِْูุฎََِِْููููุญَْูุธَُُูููู ِْูุฃَู ْุฑِุงَِّูููุۗฅَِّูุงَََّููููุงُูุบَِّูุฑُู َุงุจَِْููู ٍุญَุชَُّٰููุบَِّูุฑُูุงู َุงุจِุฃَُْููุณِِูู َْูุۗฅِุฐَุงุฃَุฑَุงุฏَุงَُّูููุจَِْููู ٍุณُูุกًุงََููุงู َุฑَุฏَََُّููููۚ َุงَُููู ْู ِْูุฏُِِูููู َِْููุงٍู
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
๐๐๐๐
Banyak yg menggunakan ayat ini sbgai argumen untuk belajar atau bekerja keras agar Allah mengubah keadaanya menjadi lebih baik. Padahal maksud ayat ini adalah agar manusia tidak mengubah fitrahnya (ู َุงุจِุฃَُْููุณِِูู ْ) sehingga masa depan kehidupannya menjadi lebih buruk.Yg terakhir di atas adalah nasehat dari ustadzuna Ferous.Semoga memahami bahwa mengapa kita menamakan dgn Home Education bukan Home Schooling? Karena pendidikan berbeda dgn persekolahan, mendidik tidak sama dengan mengajar, HE bukanlah memindahkan sekolah ke rumah. HE bukan menjejalkan pengetahuan namun menyadarkan, membangkitkan fitrah2.Jika fitrah2 ini bangkit maka anak2 akan beriman dgn sendirinya, belajar tangguh dengan sendirinya, mengembangkan bakat dgn sendirinya, menjalani kehidupan sesuai tahap2 perkembangan dengan sendirinya. Memulai Teknis HE akan terasa mudah dan ringan jika kita memulai dari kesadaran ini. Sampai sini, silahkan jika ada masukan dan pendapat.
๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช
Materi 1⃣
๐ธ๐ธ"Apa itu Home Education"๐ธ๐ธ
SME: Harry Santosa
Peradaban sesungguhnya berawal dari sebuah rumah, dari sebuah keluarga.Home Education itu sifat wajib bagi kita yang berperan sebagai penjaga amanah.Karena sesungguhnya HE itu adalah kemampuan alami dan kewajiban syar’i yang harus dimiliki oleh setiap orang tua yang dipercaya menjaga amanahNya.
Jadi tidak ada yang “LUAR BIASA” yang akan kita kerjakan di HE. Kita hanya akan melakukan yang “SEMESTINYA” orangtua lakukan. Maka syarat pertama “dilarang minder” ketika pilihan anda berbeda dengan yang lain. Karena kita sedang menjalankan “misi hidup” dari sang Maha Guru.
Home Education dimulai dari proses seleksi ayah/ibu yang tepat untuk anak-anak kita, karena hak anak pertama adalah mendapatkan ayah dan ibu yg baik. Setelah itu dilanjutkan dari proses terjadinya anak-anak, di dalam rahim, sampai dia lahir. Tahap berikutnya dari usia 0-7 tahun, usia 8-14 tahun, dan usia 14 tahun ke atas kita sudah mempunyai anak yg akil baligh secara bersamaan. Home Education sebagai orang tua dan anak nyaris selesai di usia 14 th ke atas. Orang tua berubah fungsi menjadi coach anak dan mengantar anak menjadi dewasa, delivery method HE pun sudah jauh berbeda.
Kita dipercaya sebagai penjaga amanahNya, SEMESTINYA kita menjaganya dengan ilmu.Jadi orang tua yang belajar khusus untuk mendidik anaknya seharusnya hal BIASA, tapi sekarang menjadi hal yang LUAR BIASA karena tidak banyak orang tua yg melakukannya.
Hal yang SEMESTINYA orang tua lakukan :
๐Mendidik
๐Mendengarkan
๐ Menyanyangi
๐Melayani (pd usia 0-7 thn)
๐Memberi rasa aman&nyaman
๐Menjaga dari hal-hal yg merusak jiwa dan fisiknya
๐ Memberi contoh dan keteladanan
๐ Bermain
๐Berkomunikasi dengan baik sesuai usia anak
Tugas mendidik bukan menjejali “OUTSIDE IN“, tetapi “INSIDE OUT” yaitu menemani anak-anak menggali dan menemukan fitrah-fitah baik itu sehingga mereka menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) tepat ketika mencapai usia aqil baligh.Satu-satunya lembaga yang tahu betul anak-anak kita, mampu telaten dan penuh cinta hanyalah rumah dimana amanah mendidik adalah peran utama ayah bundanya.Anak lahir ke muka bumi membawa fitrahnya, sehingga perlu pendidikan yang mengeluarkan fitrah anak tersebut.
1⃣Fitrah Kesucian. Inilah yang menjelaskan mengapa tiap manusia mengenal dan mengakui adanya Tuhan, memerlukan Tuhan, sehingga manusia memiliki sifat mencintai kebenaran, keadilan, kesucian, malu terhadap dosa.
2⃣ Fitrah Belajar. Tidak satupun manusia yang tidak menyukai belajar, kecuali salah ajar. Khalifah di muka bumi tentunya seorang pembelajar tangguh sejati.
3⃣Fitrah Bakat. Ini terkait misi penciptaan spesifik atau peran spesifik khilafah atau peradaban, sehingga setiap anak yang lahir ke muka bumi pasti memiliki bakat yang berbeda-beda.
4⃣ Fitrah Perkembangan. Setiap manusia memiliki tahapan perkembangan hidup yang spesifik dan memerlukan pendidikan yang sesuai dengan tahapannya, karena perkembangan fisik dan psikologis anak bertahap mengikuti pertambahan usianya. Misalnya, Allah tidak memerintah ajarkan shalat sejak dini, tetapi ajarkan shalat jika mencapai usia 7 tahun. Pembiasaan boleh dilakukan tapi tetap harus didorong oleh dorongan penghayatan aqidah berupa cinta kepada Allah dari dalam diri anak-anak.
Kita pelru mengkaji lebih dalam pendidikan yang dialami oleh Rasulullah dari lahir sampai dewasa, sebagai contoh pendidikan untuk anak-anak nanti.Pendidikan dan persekolahan adalah hal yang berbeda.Bukan sekolah atau tidak sekolah yang yang ditekankan, tetapi bagaimana pendidikan yang sesuai dengan fitrah anak sehingga potensi alamiah anak dapat dikembangkan, karena setiap anak memiliki potensi yg merupakan panggilan hidupnya.
Pendidikan berbasis potensi yang dimaksud adalah yang terkait dengan performance. Dimulai dengan mengenal sifat bawaan atau istilah Abah Rama dengan Personality Productive yang kemudian menjadi aktivitas dan performance, lalu menjadi karir dan peran peradaban yang merupakan panggilan, akhirnya menentukan destiny. Jadi pengembangan potensi berkaitan dengan performansi, namun performansi memerlukan nilai-nilai yang disebut sebagai akhlak dan moral karakter.Dalam mengembangkan bakatnya, anak-anak perlu diingatkan dan diteladankan dengan nilai-nilai dalam keyakinannya (Al Islam) agar perannya bermanfaat dan rahmat atau menjadi akhlak mulia. ” Setiap keluarga memiliki kemerdekaan untuk menentukan dan mengejar mimpinya , termasuk dalam hal pendidikan.”
Tazkiyatunnafs secara sederhana dimaknai sebagai pensucian jiwa, membersihkan hati dengan banyak mendekat, memohon ampun, menjaga serta berhati-hati dari hal-hal yg syubhat apalagi haram atau waro’ kepada Allah dengan harapan keridhaan Allah SWT agar ditambah hidayah sehingga fitrah nurani memancar dalam akhlak dan sikap serta kesadaran yang tinggi atas peran (tauiyatul a’la).Pendidikan anak atau generasi memerlukan ini sebagai pondasi awal.Selanjutnya adalah masalah teknis.
Umumnya kecemasan, obsesif, banyak menuntut atau banyak memaksa atau sebaliknya, tidak konsisten (dalam arti sesuai fitrah anak, bukan obsesi orang tua), tidak percaya diri mendidik anak, muncul karena kurangnya tazkiyatunnafs para orang tuanya sehingga mudah terpengaruh oleh “tuntutan atau perlakuan” yang tidak sesuai atau menciderai fitrah. Tujuan tazkiyatunnafs orang tua, adalah agar kita kembali kepada kesadaran fitrah kita dengan memahami konsep pendidikan sejati sesuai fitrah.
Ketika orang tua menginginkan anaknya shalih maka orang tua harus memahami konsep kesejatian/fitrah anak dan makna keshalihan sesungguhnya.Shalih adalah amal, bukan status.
Pesan dari Bunda Septi yang selalu kami pegang, “Untuk itu siapkan diri, kuatkan mental, bersihkan segala emosi dan dendam pribadi, untuk menerima SK dari yang Maha Memberi Amanah. Jangan pernah ragukan DIA. Jaga amanah dengan sungguh-sungguh, dunia Allah yang atur, dan nikmati perjalanan anda.”
Sudah tidak diragukan lagi bahwa mendidik (bukan mengajarkan) Aqidah sejak usia dini, adalah hal yang mutlak. Aqidah yg kokoh akan amat menentukan pilihan2 serta pensikapan2 yg benar dan baik dalam kehidupan anak2 kita kelak ketika dewasa. Lalu bagaimana metode dan caranya?
Menurut yg saya pahami secara sederhana, bahwa pertama, setiap pendidik atau ortu perlu menyadari bhw sesungguhnya setiap anak manusia yg lahir sudah dalam keadaan memiliki fitrah aqidah atau keimanan kpd Allah Swt. Setiap manusia pernah bersaksi akan keberadaan Allah swt, sebelum mereka lahir ke dunia. Maka tdk pernah ditemui di permukaan bumi manapun, bangsa2 yg tidak memiliki Tuhan, yaitu Zat Yang Maha Hebat tempat menyerahkan dan menyandarkan semua masalah dalam kehidupan.
Dengan demikian maka, yg kedua adalah bhw tugas mendidik adalah membangkitkan kembali fitrah keimanan ini, namun bukan dengan doktrin atau penjejalan pengetahuan ttg keimanan, namun dengan menumbuhkan (yarubbu/inside out) kesadaran keimanan melalui imaji2 positif ttg Allah swt, ttg ciptaanNya yg ada pd dirinya dan ciptaanNya yg ada di alam semesta.
Dengan begitu maka, yg ketiga adalah dengan metode utk sebanyak mungkin belajar melalui hikmah2 yg ada di alam, hikmah yg ada pd peristiwa sehari2, hikmah pd sejarah, hikmah2 pd keteladanan dstnya. Menjadi penting membacakan kisah2 keteladanan orang2 besar yg memiliki akhlak yg mulia sepanjang sejarah, baik yg ada dalam Kitab Suci maupun Hadits maupun yg ditulis oleh orang2 sholeh sesudahnya.Menjadi penting senantiasa merelasikan peristiwa sehari2dengan menggali hikmah2 yg baik dan inspiratif.Menjadi penting untuk senantiasa belajar dengan beraktifitas fisik di alam dgn, meraba, merasa, mencium aroma, mengalami langsung dstnya.
Metode berikutnya, tentu saja kisah2 penuh hikmah itu perlu disampaikan dengan tutur bahasa yg baik, mulia dan indah bahkan sastra yg tinggi.Menjadi penting bahwa tiap anak perlu mendalami bahasa Ibunya dan bahasa Kitab Sucinya.Bukan mampu meniru ucapan, membaca tulisan dan menulis tanpa makna, namun yg terpenting adalah mampu mengekspresikan gagasan2 dalam jiwanya secara fasih, lugas dan indah, sensitif thd makna kiasan2 dalam bahasa sastra yg tinggi.Para Sahabat Nabi SAW yg dikenal tegas namun memiliki empati dan sensitifitas yg baik serta visioner umumnya sangat menggemari sastra.
Semua metode itu, kembali lagi, adalah bertujuan utk membangun kesadaran keimanan melalui imaji2 positif lewat kisah yg mengisnpirasi, melalui kegairahan yg berangkat dari keteladanan, pemaknaan yg baik melalui bahasa ibu yg sempurna dstmya. Imaji negatif akan melahirkan luka persepsi dan luka itu akan membuat pensikapan yg buruk ketika anak kita kelak dewasa.
Sampai sini kita menyadari bhw peran orangtua sebagai pendidik yg penuh cinta serta telaten maupun sebagai sosok yg diteladani dan menginspirasi tidak dapat digantikan oleh siapapun, apalagi dalam membangkitkan kesadaran keimanan anak2nya.Maka penting bagi para pendidik untuk melakukan pensucian jiwa (tazkiyatunnafs) sebelum memulai mendidik dgn kitab dan hikmah. Bukankah ortulah yg akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat bukan yang lain?
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensi akhlak
Welcome back to #homeeducation
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Harry Santosa: Sejatinya tiap anak lahir dalam keadaan fitrah yg baik. Maka tugas ortu adalah bukan menjejalkan (outside in) namun mengeluarkan (inside out) fitrah2.
1. Fitrah Kesucian dan kebenaran. Tiap anak menyukai kehebatan, suatu hari mereka sadar bhw mereka butuh dan tergantung pd Zat yg Maha Hebat. Tiap anak suka diperlakukan baik, penuh damai, harmony dan adil dstnya, suatu hari mereka akan rela dan ikhlash memperjuangkan kedamaian, keharmonian dan keadilan. Tiap anak suka tutur yg lembut, perangai yg santun, wajah yg ceria dstnya, suatu hari mereka akan menyampaikan hikmah dgn lembut, santun dan berseri. Jika ada anak yg tdk menyukai itu semua, maka fitrahnya telah menyimpang.Namun itu semua, sejak awal kelahiran, baru sifat dan perlu dibangkitkan dan disadarkan dgn sensitifitas, imajinasi, bahasa ibu, interaksi di alam dstnya.
2. Fitrah Belajar. Tiap anak adalah pembelajar sejati yg tangguh dan tak kenal putus asa.Sebuah jurnal ilmiah menyebut bhw tiap anak adalah scientist. Jika ada anak yg tdk menyukai belajar, maka fitrahnya telah menyimpang. Kesukaan dan kegemaran belajar itu mesti terus ditumbuhkan lewat tradisi2 bertanya di rumah, tradisi belajar ayah ibu dan lingkungannya, budaya berbagi pengetahuan dan intelectual curiosity.
3. Fitrah Bakat. Tiap anak memiliki sifat bawaan yg unik, yg disebut dengan Bakat.Sifat ini mesti digali, dipetakan, disadarkan melalui beragam aktifitas dan kemudian direncanakan serius utk dikembangkan sampai menuju perannya. Inilah panggilan hidup anak2 kita yg akan menjadi misi spesifik penciptaannya sbg Khalifah.
4. Semua Fitrah itu, 1-2-3 di atas memiliki Sunnatullah Tahapan sesuai perkembangan usia. Usia 0-7, usia 8-14, usia di atas 14, harus dipetakan dgn pendidikan. Buku Guide hasil kompilasi MLC sdh siap utk dibagikan akhir tahun ini, akan dibagikan gratis ke teman2 semua InsyaAllah.
Menurut saya yg penting jangan menganggap pendidikan itu persekolahan, dan jangan persekolahan adalah hal yg paling utama dan wajib.Sekolah itu, mohon maaf, umumnya mirip lembaga kursus saja kok fungsinya, guru2nya punya tupoksi menghabiskan bahan ajar, kepsek nya punya target jumlah kelulusan dan rangking sekolah.Urusan akhlak, bakat, aqidah.... siapa yg peduli??Memang ada guru2 baik, tetapi atmosfirmya lebih kpd penuntasan akademis dan standar kelulusan.
Kapasitas guru terlalu kurang dan sedikit jika harus dibebankan utk telaten menangani bakat, akhlak, aqidah siswa satu persatu.Urusan akademis saja sdh kehabisan nafas.Saya bukan merendahkan guru, memang kenyataannya demikian. Berbeda dgn guru2 di Surau, Pesantren tempo dulu... mereka bisa menjadi sosok pengganti ortu dan fokus pd pengembangan fitrah bukan ijasah. Kewajiban mendidik ada di rumah dan di komunitas/jamaah... tidak tergantikan di dunia dan di akhirat
Pendidikan dalam Islam diistilahkan dengan TARBIYAH, yang berasal dari kata robaa, yarubu yg artinya menumbuhkan, membimbing dll.AlQuran menyebut spt burung yg merendahkan sayapnya utk mengerami telurnya dalam masa sampai mandiri. Ada juga yg menyebut pendidikan dengan TA'DIBIYAH, proses memperadabkan: manusia, alam, kehidupan dengan nilai2 keyakinan yg dianut. Sebaik2 guru adalah kedua ortunya.Sebaik2 belajar adalah bersama Kehidupan, bersama Alam dan bersama Maestro.Sebaik2 rujukan pendidikan adalah alQuran dan Siroh Nabawiyah.Sebaik2 misi pendidikan adalah sesuai dengan misi penciptaan manusia yaitu menjadi khalifah dgn mencapai peran peradaban tiap anak dan ummat sesuai karunia fitrah.Sebaik2 visi pendidikan adalah menebar manfaat dan rahmat bagi semesta.๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช
๐ธ๐ธ"Apa itu Home Education"๐ธ๐ธ
SME: Harry Santosa
Peradaban sesungguhnya berawal dari sebuah rumah, dari sebuah keluarga.Home Education itu sifat wajib bagi kita yang berperan sebagai penjaga amanah.Karena sesungguhnya HE itu adalah kemampuan alami dan kewajiban syar’i yang harus dimiliki oleh setiap orang tua yang dipercaya menjaga amanahNya.
Jadi tidak ada yang “LUAR BIASA” yang akan kita kerjakan di HE. Kita hanya akan melakukan yang “SEMESTINYA” orangtua lakukan. Maka syarat pertama “dilarang minder” ketika pilihan anda berbeda dengan yang lain. Karena kita sedang menjalankan “misi hidup” dari sang Maha Guru.
Home Education dimulai dari proses seleksi ayah/ibu yang tepat untuk anak-anak kita, karena hak anak pertama adalah mendapatkan ayah dan ibu yg baik. Setelah itu dilanjutkan dari proses terjadinya anak-anak, di dalam rahim, sampai dia lahir. Tahap berikutnya dari usia 0-7 tahun, usia 8-14 tahun, dan usia 14 tahun ke atas kita sudah mempunyai anak yg akil baligh secara bersamaan. Home Education sebagai orang tua dan anak nyaris selesai di usia 14 th ke atas. Orang tua berubah fungsi menjadi coach anak dan mengantar anak menjadi dewasa, delivery method HE pun sudah jauh berbeda.
Kita dipercaya sebagai penjaga amanahNya, SEMESTINYA kita menjaganya dengan ilmu.Jadi orang tua yang belajar khusus untuk mendidik anaknya seharusnya hal BIASA, tapi sekarang menjadi hal yang LUAR BIASA karena tidak banyak orang tua yg melakukannya.
Hal yang SEMESTINYA orang tua lakukan :
๐Mendidik
๐Mendengarkan
๐ Menyanyangi
๐Melayani (pd usia 0-7 thn)
๐Memberi rasa aman&nyaman
๐Menjaga dari hal-hal yg merusak jiwa dan fisiknya
๐ Memberi contoh dan keteladanan
๐ Bermain
๐Berkomunikasi dengan baik sesuai usia anak
Tugas mendidik bukan menjejali “OUTSIDE IN“, tetapi “INSIDE OUT” yaitu menemani anak-anak menggali dan menemukan fitrah-fitah baik itu sehingga mereka menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) tepat ketika mencapai usia aqil baligh.Satu-satunya lembaga yang tahu betul anak-anak kita, mampu telaten dan penuh cinta hanyalah rumah dimana amanah mendidik adalah peran utama ayah bundanya.Anak lahir ke muka bumi membawa fitrahnya, sehingga perlu pendidikan yang mengeluarkan fitrah anak tersebut.
1⃣Fitrah Kesucian. Inilah yang menjelaskan mengapa tiap manusia mengenal dan mengakui adanya Tuhan, memerlukan Tuhan, sehingga manusia memiliki sifat mencintai kebenaran, keadilan, kesucian, malu terhadap dosa.
2⃣ Fitrah Belajar. Tidak satupun manusia yang tidak menyukai belajar, kecuali salah ajar. Khalifah di muka bumi tentunya seorang pembelajar tangguh sejati.
3⃣Fitrah Bakat. Ini terkait misi penciptaan spesifik atau peran spesifik khilafah atau peradaban, sehingga setiap anak yang lahir ke muka bumi pasti memiliki bakat yang berbeda-beda.
4⃣ Fitrah Perkembangan. Setiap manusia memiliki tahapan perkembangan hidup yang spesifik dan memerlukan pendidikan yang sesuai dengan tahapannya, karena perkembangan fisik dan psikologis anak bertahap mengikuti pertambahan usianya. Misalnya, Allah tidak memerintah ajarkan shalat sejak dini, tetapi ajarkan shalat jika mencapai usia 7 tahun. Pembiasaan boleh dilakukan tapi tetap harus didorong oleh dorongan penghayatan aqidah berupa cinta kepada Allah dari dalam diri anak-anak.
Kita pelru mengkaji lebih dalam pendidikan yang dialami oleh Rasulullah dari lahir sampai dewasa, sebagai contoh pendidikan untuk anak-anak nanti.Pendidikan dan persekolahan adalah hal yang berbeda.Bukan sekolah atau tidak sekolah yang yang ditekankan, tetapi bagaimana pendidikan yang sesuai dengan fitrah anak sehingga potensi alamiah anak dapat dikembangkan, karena setiap anak memiliki potensi yg merupakan panggilan hidupnya.
Pendidikan berbasis potensi yang dimaksud adalah yang terkait dengan performance. Dimulai dengan mengenal sifat bawaan atau istilah Abah Rama dengan Personality Productive yang kemudian menjadi aktivitas dan performance, lalu menjadi karir dan peran peradaban yang merupakan panggilan, akhirnya menentukan destiny. Jadi pengembangan potensi berkaitan dengan performansi, namun performansi memerlukan nilai-nilai yang disebut sebagai akhlak dan moral karakter.Dalam mengembangkan bakatnya, anak-anak perlu diingatkan dan diteladankan dengan nilai-nilai dalam keyakinannya (Al Islam) agar perannya bermanfaat dan rahmat atau menjadi akhlak mulia. ” Setiap keluarga memiliki kemerdekaan untuk menentukan dan mengejar mimpinya , termasuk dalam hal pendidikan.”
Tazkiyatunnafs secara sederhana dimaknai sebagai pensucian jiwa, membersihkan hati dengan banyak mendekat, memohon ampun, menjaga serta berhati-hati dari hal-hal yg syubhat apalagi haram atau waro’ kepada Allah dengan harapan keridhaan Allah SWT agar ditambah hidayah sehingga fitrah nurani memancar dalam akhlak dan sikap serta kesadaran yang tinggi atas peran (tauiyatul a’la).Pendidikan anak atau generasi memerlukan ini sebagai pondasi awal.Selanjutnya adalah masalah teknis.
Umumnya kecemasan, obsesif, banyak menuntut atau banyak memaksa atau sebaliknya, tidak konsisten (dalam arti sesuai fitrah anak, bukan obsesi orang tua), tidak percaya diri mendidik anak, muncul karena kurangnya tazkiyatunnafs para orang tuanya sehingga mudah terpengaruh oleh “tuntutan atau perlakuan” yang tidak sesuai atau menciderai fitrah. Tujuan tazkiyatunnafs orang tua, adalah agar kita kembali kepada kesadaran fitrah kita dengan memahami konsep pendidikan sejati sesuai fitrah.
Ketika orang tua menginginkan anaknya shalih maka orang tua harus memahami konsep kesejatian/fitrah anak dan makna keshalihan sesungguhnya.Shalih adalah amal, bukan status.
Pesan dari Bunda Septi yang selalu kami pegang, “Untuk itu siapkan diri, kuatkan mental, bersihkan segala emosi dan dendam pribadi, untuk menerima SK dari yang Maha Memberi Amanah. Jangan pernah ragukan DIA. Jaga amanah dengan sungguh-sungguh, dunia Allah yang atur, dan nikmati perjalanan anda.”
Sudah tidak diragukan lagi bahwa mendidik (bukan mengajarkan) Aqidah sejak usia dini, adalah hal yang mutlak. Aqidah yg kokoh akan amat menentukan pilihan2 serta pensikapan2 yg benar dan baik dalam kehidupan anak2 kita kelak ketika dewasa. Lalu bagaimana metode dan caranya?
Menurut yg saya pahami secara sederhana, bahwa pertama, setiap pendidik atau ortu perlu menyadari bhw sesungguhnya setiap anak manusia yg lahir sudah dalam keadaan memiliki fitrah aqidah atau keimanan kpd Allah Swt. Setiap manusia pernah bersaksi akan keberadaan Allah swt, sebelum mereka lahir ke dunia. Maka tdk pernah ditemui di permukaan bumi manapun, bangsa2 yg tidak memiliki Tuhan, yaitu Zat Yang Maha Hebat tempat menyerahkan dan menyandarkan semua masalah dalam kehidupan.
Dengan demikian maka, yg kedua adalah bhw tugas mendidik adalah membangkitkan kembali fitrah keimanan ini, namun bukan dengan doktrin atau penjejalan pengetahuan ttg keimanan, namun dengan menumbuhkan (yarubbu/inside out) kesadaran keimanan melalui imaji2 positif ttg Allah swt, ttg ciptaanNya yg ada pd dirinya dan ciptaanNya yg ada di alam semesta.
Dengan begitu maka, yg ketiga adalah dengan metode utk sebanyak mungkin belajar melalui hikmah2 yg ada di alam, hikmah yg ada pd peristiwa sehari2, hikmah pd sejarah, hikmah2 pd keteladanan dstnya. Menjadi penting membacakan kisah2 keteladanan orang2 besar yg memiliki akhlak yg mulia sepanjang sejarah, baik yg ada dalam Kitab Suci maupun Hadits maupun yg ditulis oleh orang2 sholeh sesudahnya.Menjadi penting senantiasa merelasikan peristiwa sehari2dengan menggali hikmah2 yg baik dan inspiratif.Menjadi penting untuk senantiasa belajar dengan beraktifitas fisik di alam dgn, meraba, merasa, mencium aroma, mengalami langsung dstnya.
Metode berikutnya, tentu saja kisah2 penuh hikmah itu perlu disampaikan dengan tutur bahasa yg baik, mulia dan indah bahkan sastra yg tinggi.Menjadi penting bahwa tiap anak perlu mendalami bahasa Ibunya dan bahasa Kitab Sucinya.Bukan mampu meniru ucapan, membaca tulisan dan menulis tanpa makna, namun yg terpenting adalah mampu mengekspresikan gagasan2 dalam jiwanya secara fasih, lugas dan indah, sensitif thd makna kiasan2 dalam bahasa sastra yg tinggi.Para Sahabat Nabi SAW yg dikenal tegas namun memiliki empati dan sensitifitas yg baik serta visioner umumnya sangat menggemari sastra.
Semua metode itu, kembali lagi, adalah bertujuan utk membangun kesadaran keimanan melalui imaji2 positif lewat kisah yg mengisnpirasi, melalui kegairahan yg berangkat dari keteladanan, pemaknaan yg baik melalui bahasa ibu yg sempurna dstmya. Imaji negatif akan melahirkan luka persepsi dan luka itu akan membuat pensikapan yg buruk ketika anak kita kelak dewasa.
Sampai sini kita menyadari bhw peran orangtua sebagai pendidik yg penuh cinta serta telaten maupun sebagai sosok yg diteladani dan menginspirasi tidak dapat digantikan oleh siapapun, apalagi dalam membangkitkan kesadaran keimanan anak2nya.Maka penting bagi para pendidik untuk melakukan pensucian jiwa (tazkiyatunnafs) sebelum memulai mendidik dgn kitab dan hikmah. Bukankah ortulah yg akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat bukan yang lain?
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensi akhlak
Welcome back to #homeeducation
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Harry Santosa: Sejatinya tiap anak lahir dalam keadaan fitrah yg baik. Maka tugas ortu adalah bukan menjejalkan (outside in) namun mengeluarkan (inside out) fitrah2.
1. Fitrah Kesucian dan kebenaran. Tiap anak menyukai kehebatan, suatu hari mereka sadar bhw mereka butuh dan tergantung pd Zat yg Maha Hebat. Tiap anak suka diperlakukan baik, penuh damai, harmony dan adil dstnya, suatu hari mereka akan rela dan ikhlash memperjuangkan kedamaian, keharmonian dan keadilan. Tiap anak suka tutur yg lembut, perangai yg santun, wajah yg ceria dstnya, suatu hari mereka akan menyampaikan hikmah dgn lembut, santun dan berseri. Jika ada anak yg tdk menyukai itu semua, maka fitrahnya telah menyimpang.Namun itu semua, sejak awal kelahiran, baru sifat dan perlu dibangkitkan dan disadarkan dgn sensitifitas, imajinasi, bahasa ibu, interaksi di alam dstnya.
2. Fitrah Belajar. Tiap anak adalah pembelajar sejati yg tangguh dan tak kenal putus asa.Sebuah jurnal ilmiah menyebut bhw tiap anak adalah scientist. Jika ada anak yg tdk menyukai belajar, maka fitrahnya telah menyimpang. Kesukaan dan kegemaran belajar itu mesti terus ditumbuhkan lewat tradisi2 bertanya di rumah, tradisi belajar ayah ibu dan lingkungannya, budaya berbagi pengetahuan dan intelectual curiosity.
3. Fitrah Bakat. Tiap anak memiliki sifat bawaan yg unik, yg disebut dengan Bakat.Sifat ini mesti digali, dipetakan, disadarkan melalui beragam aktifitas dan kemudian direncanakan serius utk dikembangkan sampai menuju perannya. Inilah panggilan hidup anak2 kita yg akan menjadi misi spesifik penciptaannya sbg Khalifah.
4. Semua Fitrah itu, 1-2-3 di atas memiliki Sunnatullah Tahapan sesuai perkembangan usia. Usia 0-7, usia 8-14, usia di atas 14, harus dipetakan dgn pendidikan. Buku Guide hasil kompilasi MLC sdh siap utk dibagikan akhir tahun ini, akan dibagikan gratis ke teman2 semua InsyaAllah.
Menurut saya yg penting jangan menganggap pendidikan itu persekolahan, dan jangan persekolahan adalah hal yg paling utama dan wajib.Sekolah itu, mohon maaf, umumnya mirip lembaga kursus saja kok fungsinya, guru2nya punya tupoksi menghabiskan bahan ajar, kepsek nya punya target jumlah kelulusan dan rangking sekolah.Urusan akhlak, bakat, aqidah.... siapa yg peduli??Memang ada guru2 baik, tetapi atmosfirmya lebih kpd penuntasan akademis dan standar kelulusan.
Kapasitas guru terlalu kurang dan sedikit jika harus dibebankan utk telaten menangani bakat, akhlak, aqidah siswa satu persatu.Urusan akademis saja sdh kehabisan nafas.Saya bukan merendahkan guru, memang kenyataannya demikian. Berbeda dgn guru2 di Surau, Pesantren tempo dulu... mereka bisa menjadi sosok pengganti ortu dan fokus pd pengembangan fitrah bukan ijasah. Kewajiban mendidik ada di rumah dan di komunitas/jamaah... tidak tergantikan di dunia dan di akhirat
Pendidikan dalam Islam diistilahkan dengan TARBIYAH, yang berasal dari kata robaa, yarubu yg artinya menumbuhkan, membimbing dll.AlQuran menyebut spt burung yg merendahkan sayapnya utk mengerami telurnya dalam masa sampai mandiri. Ada juga yg menyebut pendidikan dengan TA'DIBIYAH, proses memperadabkan: manusia, alam, kehidupan dengan nilai2 keyakinan yg dianut. Sebaik2 guru adalah kedua ortunya.Sebaik2 belajar adalah bersama Kehidupan, bersama Alam dan bersama Maestro.Sebaik2 rujukan pendidikan adalah alQuran dan Siroh Nabawiyah.Sebaik2 misi pendidikan adalah sesuai dengan misi penciptaan manusia yaitu menjadi khalifah dgn mencapai peran peradaban tiap anak dan ummat sesuai karunia fitrah.Sebaik2 visi pendidikan adalah menebar manfaat dan rahmat bagi semesta.๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช๐ช
Subscribe to:
Comments (Atom)