Wednesday, June 3, 2020

buku golongan yg selamat


Firqotun najiah

BUKU JALAN GOLONGAN YANG SELAMAT

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Darul Haq 
Dengan tauhid, umat menjadi kokoh, Islam akan kembali tampil memimpin dunia. Betapa tidak, seorang muwahhid adalah orang yang merdeka secara hakiki. Tak takut kepada siapapun, dan apa pun juga kecuali hanya kepada Allah. Hidupnya selalu optimis, karena percaya bahwa yang kuasa memberi manfaat ataupun menimpakan bahaya hanyalah Allah semata. Dengan tauhidnya yang membaja, ia yakin bahwa Allah akan menolong dan memberi kemenangan. Lalu, apakah yang lahir dari sekelompok umat muwahidin tersebut, selain kegemilangan dan teraihnya kesuksesan?
Karena itu, buku yang ada di tangan pembaca ini (terjemahan dari kitab Minhaj al-Firqah an-Najiyah wa ath-Tha’ifah al-Manshurah), menjadi sangat penting artinya. Sebab ia membahas banyak hal tentang tauhid, juga masalah-masalah lainnya. Buku ini ditulis oleh seorang ulama Kontemporer dengan otoritas keilmuan Islam yang diakui dan giat di medan dakwah. Beliau adalah Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah. Di samping giat berdakwah, beliau pernah mengajar di Darul Hadits al-Khairiyyah, Makkah al-Mukarramah.
Di antara sejumlah kitab yang telah beliau susun adalah: Taujihat Islamiyah li Ishlah al-Fardhi wa al-Mujtama’, Arkan al-Islam wa al-Iman min al-Kitab wa as-Sunnah ash-Shahihah, al-Aqidah min al-Kitab wa as-Sunnah ash-Shahihah, Quthuf min asy-Syama’il Muhammadiyah wa al-Akhlaq an-Nabawiyah, wa al-Adab al-Islamiyah, Hukm ad-Dukhan wa at-Tadkhin ‘ala Dhau’ ath-Thibb wa ad-Din, dan lain sebagainya.
Buku ini membahas tentang tauhid dan macam-macamnya, keutamaan-keutamaan tauhid berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits, siapakah Firqatun Najiyah itu?, penjelasan tentang syirik besar, syirik kecil, kufur besar, kufur kecil, fenomena syirik, bahaya dan kiat memberantas syirik, ziarah kubur yang syar’i dan ziarah yang bid’ah, seputar bid’ah, dan masih banyak lagi.

JALAN GOLONGAN YANG SELAMAT

Golongan yang selamat ialah golongan yang setia berpegang teguh kepada manhaj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hidupnya, dan manhaj para sahabat sesudahnya. Yaitu Kitab suci al-Qur’an yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yang beliau jelaskan kepada para sahabatnya dalam hadits-hadist shahih. Beliau memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh kepada keduanya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga (di Surga).” (HR. Hakim dan Baihaqi)
Golongan yang selamat akan kembali (merujuk) kepada firman Allah dan sabda Rasul-Nya tatkala terjadi perselisihan pendapat dan pertentangan di antara mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, (artinya) “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Surat an-Nisa’: 59)

buku syarah nawaqidul islam

BUKU SYARAH NAWAQIDHUL ISLAM

Oleh: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, pensyarah: Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Akbar Media
Dewasa ini banyak kita jumpai kaum muslimin yang tanpa sadar melakukan pembatal-pembatal keislaman. Bisa jadi karena ketidaktahuannya atau kurang dalam mempelajari agamanya. Hadirnya buku ini di tengah khalayak, seolah oase di padang gunung sahara. Kebutuhan manusia atasnya lebih besar daripada kebutuhan atas makan dan minumnya. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Kebutuhan Manusia kepada ilmu melebihi kebutuhannya kepada makan dan minum, kebutuhan dia kepada makan dan minum hanyalah satu atau dua kali setiap harinya, adapun kebutuhan dia kepada ilmu sebanyak napas.”

PROFIL MUALIF

Kitab ini di susun oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi, yang dilahirkan di kota Uyainah pada tahun 1115 H. Di tengah keluarga yang mulia dengan keilmuannya. Ayahnya (Abdul Wahhab) adalah seorang yang alim, begitu pun kakeknya (yang bernama; Sulaiman) adalah seorang ulama di wilayah Nejed dan sekitarnya. Beliau (mualif) telah menyusun banyak karya di antaranya: Kitab at-Tauhid, Kasyfu asy-Syubuhat, al-Ushul ats-Tsalatsah, Nawaqidhul Islam (kitab terjemahan ini), Masa’ilul Jahiliyah, Mukhtashar Zaadil Ma’ad, al-Qawa’idul Arba’, al-Kaba’ir, dan kitab-kitab yang lainnya.

PROFIL PENSYARAH

Adapun yang menguraikan penjelasan dari kitab ini ialah Fadhilatus Syaikh DR. Shalih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan. Beliau mendapat amanah memangku jabatan sebagai anggota dewan istimewa di al-Lajnah ad-Daimah Lil Buhuts Wal Ifta dan Hai’ah Kibaril ‘Ulama, Saudi Arabia, semenjak 15 Rajab 1412 H. Guru-guru beliau sangat banyak, di antaranya: Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Abdullah bin Humaid, Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi, dan masyaikh (para ulama) ternama lainnya. Beliau menelurkan sejumlah karya tulis di antaranya: Mulakhash al-Fiqhi (dua jilid), Naqdu Kitabil Halaal Wal Haraam Fil Islam, al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqaad (satu jilid), dan lain-lain.

TUJUAN MEMAHAMI NAWAQIDHUL ISLAM

Pemahaman tentang hal-hal yang dapat membatalkan keislaman, mengandung kepentingan yang serius agar seseorang benar-benar memahaminya. Dan agar jangan menjadi penganut Khawarij dan jangan menjadi Murji’ah. Hanya dengan mengikuti ahlussunnah wal jama’ah, orang-orang yang memadukan di antara nash-nash sebagai dasar bertindak, yaitu sebagaimana dinyatakan di dalam firman Allah Azza wa Jalla,
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
“Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (Surat Ali Imran: 7)