Friday, September 13, 2019

6 perangkap syaithon


KHUTBAH JUM’AT PERTAMA TENTANG ENAM LANGKAH IBLIS DALAM MENYESATKAN MANUSIA

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Ummatal Islam…
Iblis telah berjanji untuk menyesatkan anak-anak Adam. Dimana iblis bersumpah dengan berkata:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿١٦﴾ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ ﴿١٧﴾
Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf[7]: 17)
Maka iblis pun berusaha dengan seluruh kemampuannya, mengerahkan bala tentaranya untuk menggoda dan menyesatkan anak Adam agar menjadi teman-temannya di neraka. Kelak iblis dan bala tentaranya dihari kiamat akan berlepas diri dari pengikut-pengikutnya. Mereka akan berkata:
… إِنِّي بَرِيءٌ مِّنكُمْ إِنِّي أَرَىٰ مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّـهَ ۚ وَاللَّـهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٤٨﴾
“…“Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah”. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. Al-Anfal[8]: 48)
Disaat itulah menyesal orang-orang yang mengikuti iblis dan bala tentaranya. Maka kewajiban kita adalah mempelajari langkah-langkah iblis. Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah dalam kitab Fathul Bari syarah shahih Bukhari menyebutkan bahwa jihad ada empat martabat.
Pertama, jihad melawan diri sendiri dengan cara menuntut ilmu dan mengamalkannya serta menyebarkannya.
Kedua, berjihad melawan setan. Yaitu dengan cara mempelajari langkah-langkah setan tersebut. Siapapun diantara kita yang ingin selamat dari pada godaan setan, hendaklah kita pelajari dan pahami dengan betul tentang was-was dan godaan-godaan iblis kepada manusia.

Sebagian ulama menyebutkan bahwa ada enam langkah iblis dalam menyesatkan manusia. Langkah-langkah itu adalah:

1. MENJATUHKAN SEORANG HAMBA KEPADA KESYIRIKAN DAN KEKAFIRAN

Mereka berusaha menjadikan seorang hamba ragu kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Artinya : Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi setan, lalu bertanya : “Siapakah yang menciptakan kamu?” Lalu dia mejawab : “Allah”. Syetan berkata : “Kemudian siapa yang menciptakan Allah?”. Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaklah dia membaca “amantu billahi wa rasulih” (aku beriman kepada Allah dan RasulNya), maka (godaan) yang demikian itu akan segera hilang darinya” (HR. Ahmad)
Ini karena memang setan sengaja ingin menjadikan seorang hamba ragu akan Allah, ragu tentang kehidupan akhirat dan bahwasannya setelah kematian akan ada kebangkitan. Sehingga seorang hamba tidak merasa yakin akan adanya kebangkitan, iapun jauh dari amal shalih. Apalagi ketika ia tidak yakin akan adanya Allah. Maka bagi dia semua halal. Bagi dia semua adalah boleh-boleh saja. Itulah tujuan besar yang iblis inginkan dan bala tentaranya agar manusia mempersekutukan Allah, agar manusia kafir kepada Allah, agar manusia tidak yakin akan keesaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Maka iblis berusaha menjadikan manusia musyrik atau mempersekutukan Allah dengan berbagai macam cara. Terkadang kita melihat teman-teman iblis dari bala tentara iblis itu berusaha untuk menghembuskan syubhat-syubhat kepada manusia. Sehingga manusia menghalalkan kesyirikan, mengagungkan kuburan-kuburan, mengagungkan ibadah-ibadah selain Allah subhanahu wa ta’ala. Akhirnya kuburan menjadi sesuatu yang diibadahi selain Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagian orang, mereka lebih khusyu ketika berada di kuburan dibandingkan ketika ia berada di dalam masjid. Bahkan mereka kahwatir dan takut kuwalat kepada wali daripada takut kepada Allah. Sehingga akhirnya makna ibadah betul-betul terlihat disisi kuburan tersebut.
Hal seperti ini banyak membuat manusia jatuh kepada kesyirikan dengan alasan dalam rangka menghormati para wali. Padahal bukan demikian menghormati para wali. Menghormati para wali adalah dengan cara mencintai mereka karena Allah. Yaitu dengan cara mengikuti jejak kaki mereka apabila sesuai dengan titah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan menjadikan mereka sebagai sesembahan selain Allah.
Ketika cara ini tidak berhasil dan ternyata seorang hamba kuat aqidah dan tauhidnya, ketika seorang hamba paham tentang kesyirikan, maka cara yang kedua adalah dengan menyeret seorang hamba kepada perbuatan bid’ah.

2. MENYERET SEORANG HAMBA KEPADA PERBUATAN BID’AH

Kenapa hal ini terjadi? Karena iblis paham, dengan bid’ah agama akan hancur dan rusak.
Hakikat bid’ah adalah merubah-rubah aturan Allah subhanahu wa ta’ala.
Hakikat bid’ah adalah menjadikan agama yang murni ditambah-tambah dengan sesuatu yang sama sekali dari agama dengan mengklaim bahwa ini termasuk agama.
Kenapa bid’ah lebih disukai sebelum maksiat-maksiat besar? Karena dengan bid’ah, banyak orang menganggap itu sebagai sebuah kebaikan. Selama ia menganggap itu baik, dia tidak akan pernah bertaubat dan jauh dari kembali kepada sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka dari itu, iblis berusaha agar seorang hamba jatuh kepada kebid’ahan demi kebid’ahan. Lalu ia pun menghiaskan amalan-amalan yang tidak disyariatkan seakan-akan itu disyariatkan dengan berbagai macam alasan. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengamalnyanya. Tidak pula para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak pula para ulama setelahnya. Akan tetapi itu merupakan hiasan-hiasan iblis belaka yang dianggap sebagai sebuah kebenaran oleh pelakunya.
Ketika cara yang kedua ini juga tidak berhasil. Seorang hamba kuat dalam berpegang kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia diseret pada perbuatan maksiat besar.

3. MENJERUMUSKAN KEPADA MAKSIAT BESAr


Setan akan berusaha menyeret seorang manusia kepada maksiat besar seperti zina, riba, melakukan perbuatan dzalim kepada manusia dengan menghibah, mencaci-maki dan dosa-dosa besar lainnya. Dosa-dosa besar ini menjadi corong yang sangat empuk menuju kekufuran. Karena para ulama mengatakan, “maksiat-maksiat itu corong kepada kekafiran”.
Ketika seseorang terbiasa dengan maksiat-maksiat itu, dia akan menganggap maksiat itu boleh-boleh saja. Ketika ia membolehkan maksiat, disitulah ia telah lepas dari Islam dengan kesepakatan seluruh ulama.
Ketika setan tidak berhasil dicara yang ketiga, maka cara yang keempat adalah dengan cara diseret kepada dosa-dosa kecil.

4. MENJERUMUSKAN KEPADA DOSA-DOSA KECIL

Dijadikan seorang hamba meremehkan dosa-dosa kecil. Dianggap hanya dosa-dosa kecil yang mudah untuk dihilangkan istighfar dan amal shalih. Tapi kemudian apa yang terjadi? Ia terus menerus melakukan dosa-dosa kecil tersebut. Tidak ada keinginan untuk berusaha meninggalkan semampu dia.
Ketika pintu yang keempat ini ternyata iblis pun sulit dan hamba yang ia ajak untuk meremehkan dosa-dosa kecil segera bertaubat kepada Allah, maka pintu yang selanjutnya adalah dihiaskan perkara-perkara yang mubah.

5. HIASAN PERKARA-PERKARA YANG MUBAH

Sesuatu yang mubah dijadikan alat oleh iblis agar seorang hamba menyia-nyiakan dan meninggalkan perkara-perkara yang diperintahkan oleh Allah. Dizaman sekarang banyak sekali pemuda-pemuda yang gandrung dengan sepak bola.
Menonton sepak bola boleh-boleh saja. Ini adalah perkara yang mubah. Tetapi ketika hal ini dijadikan sebagai sesuatu yang berlebih-lebihan bahkan sampai mengidolakan pemain-pemain sepak bola yang bukan muslim, tentu ini akibatnya berat dihari kiamat. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda:
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Seseorang itu bersama orang yang dicintainya pada hari kiamat.
Sehingga saudaraku, pintu yang mubah ini menjadi pintu yang sangat terbuka untuk menjerumuskan banyak manusia kepada perbuatan yang ternyata tidak diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta’ala.


أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

KHUTBAH JUM’AT KEDUA TENTANG ENAM LANGKAH IBLIS DALAM MENYESATKAN MANUSIA

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam…
Berapa banyak orang-orang yang bisa bangun dijam satu malam demi melihat sepak bola? Tapi untuk shalat tahajud terasa berat hatinya. Terasa berat badannya. Sehingga ia tinggalkan yang lebih utama baginya. Padahal seorang mukmin yang benar-benar sempurna keimanannya, Allah mensifati mereka dalam firmanNya:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ ﴿٣﴾
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,” (QS. Al-Mu’minu[23]: 1-3)
Apa manfaat pahala yang kita dapatkan dari sana?
Ketika tim kesayangan Anda menang, apakah Anda mendapatkan hadiah dari mereka?
Ketika tim kesayangan Anda kalah, Anda kesal dan geram dalam perkara yang tidak ada sebab-sebab syar’inya.
Sungguh merugi saudaraku. Hati kita dipermainkan dan dijadikan lalai terhadap banyak kebaikan-kebaikan. Saya tidak mengatakan tidak boleh. Tapi waspadalah. Orang yang berhati-hati dalam agamanya berusaha agar jangan sampai itu menjerumuskan ia kepada perkara yang tidak diridhoi oleh Allah.
Kalau ternyata pintu ini masih kuat juga. Maka setan akan menyeret kepada pintu yang keenam. Yaitu dijadikan ia menganggap remeh amalan-amalan yang lebih utama dan disibukkan dengan amalan yang tidak lebih utama.

6. SIBUK KEPADA AMAL YANG TIDAK LEBIH UTAMA

Ada orang yang sangat perhatian kepada shalat tahajud namun shalat berjama’ah subuhnya ia tinggalkan. Ada orang yang dia sangat memperhatikan dzikir setelah subuh sampai terbit matahari, tapi ia lalaikan kewajiban dirinya. Demi mengejar yang sunnah, ia tinggalkan yang wajib. Ini pun termasuk talbis iblis.
Maka hati-hatilah. Waspadalah saudaraku sekalian..
Kita berusaha untuk terus mempelajari apa pintu-pintu iblis dan apa yang menjadi hal yang empuk untuk digunakan oleh setan menggoda manusia.
إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿٥٦﴾
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
إنك سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعوَات، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللهُمَّ تَقَبَّل اَعْمَالُنَا يَارَبَّ العَالَمِين
اللهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ تَّوَّبِين
اللهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ شَّاكِرِين
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
عباد الله:
إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

Buku talbis iblis karangan Ibnul Jauzy
Talbis Iblis Tipu Muslihat dan Perangkap Iblis Karya Ibnul Jauzi Buku yang sangat bermanfaat dalam memahami kepelbagaian tipu daya dan muslihat Iblis dan para tenteranya dalam menggoda manusia








4 Petuah dari B.J. Habibie untuk Pasangan yang Ingin Serius Menikah

Terbuka dan kompromi
Cerita cinta keduanya bukanlah cinta biasa, melainkan contoh nyata bagaimana cinta sejati begitu megah dan membawa dampak yang hebat.

Nggak sedikit pula anak muda yang terinspirasi lewat kisah keduanya, baik melalui tulisan ataupun film layar lebar.

Melalui video bersama IDN Times dan Narasi beberapa waktu lalu, ada beberapa nasihat yang diberikan oleh almarhum kepada anak muda tentang cinta.

1. Apakah menikah harus mapan dulu?

Banyak anak muda yang galau ketika bicara tentang pernikahan. Kemapanan menjadi salah satu isunya, terutama bagi laki-laki sebagai calon kepala rumah tangga.

Memang sudah sewajarnya ketika ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius, kita turut memperhitungkan kesiapan finansial. Tapi apakah kemapanan itu ada tolok ukurnya?

“Kalau nikah dan ketemu jodohnya, nggak punya apa-apa pun nggak menjadi soal. Kita menjadi mapan bekerja sama, transparansi antara suami dan istri. Kita merencanakan bersama.” Bagi mendiang Habibie, pernikahan bisa dilakukan tanpa menunggu kemapanan.

Berdasarkan pengalamannya membina rumah tangga bersama almarhumah, kemapanan bukan menjadi perkara asalkan keduanya sama-sama mau berusaha.

2. Berani untuk bertindak

Dibanding laki-laki lain yang juga mendekati mendiang Ainun saat itu, almarhum melakukan pendekatan yang berbeda. Menurutnya, jika perempuan yang beliau taksir tersebut sudah memiliki kekasih, maka tak masalah buatnya. Namun ketika mendiang Ainun mengaku tidak sedang dekat dengan salah satu teman laki-lakinya, maka beliau tak ragu untuk bertindak.

3. Kompromi antara calon suami dan istri

Kerja sama bukan hanya tentang finansial, namun bagaimana sepasang kekasih bisa berkomunikasi dengan baik dan berkompromi soal peran dalam rumah tangga mereka nantinya.

 Jangan sampai ketika janji suci sudah terucap, rasa kecewa muncul karena belum ada diskusi tentang masa depan berdua.

Almarhum tahu bahwa calon istrinya saat itu merupakan perempuan yang cerdas. Beliau pun memberikan pilihan kepada pujaan hatinya tentang siapa yang mengurus rumah tangga dan anak-anak dan siapa yang maju berkarier. “Kamu maju. Saya mengandung anakmu.” 

Memahami maksud calon istrinya, mendiang Habibie berpesan, “Jadikan saya suamimu yang kamu idam-idamkan dan berikan saya kesempatan menjadikan kamu istri yang saya idam-idamkan pula.”

4. Saling terbuka dengan pasangan

Setiap insan yang ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius tentu perlu saling terbuka dengan pasangannya. Jangan sampai masa lalu membawa pengaruh ke dalam hubungan yang sekarang, apalagi masa depan.
“Antara kamu dan saya, tidak ada rahasia. 

Masa lampau adalah milikmu dan milik saya. Masa depan milik kita bersama.” Ketika telah bertemu seseorang yang tepat dan bersama menuju pernikahan, maka tinggalkan energi negatif yang tersisa dari masa lalu dan bangun cerita baru serta energi positif dengan calon suami/istri, salah satunya melalui keterbukaan.

Kisah cinta keduanya telah memberikan kita makna dan pemahaman yang lebih dalam seperti apa cinta sejati itu. 

Semoga kisah cinta Habibie dan Ainun bisa memberikan kita pelajaran untuk membangun kehidupan cinta yang lebih baik dan harmonis dengan pasangan.
🍃 *JADILAH SEPERTI BUTIRAN GULA PASIR…*


 *Taushiyah Mufidah :*
▪🗓 Jum'at
 | 13 Muharram 1441 H
 | 13 September 2019 M
 | *Oleh : Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, MA* حفظه الله تعالى

Akhi Ukhti…

Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat buat orang lain (begitulah pesan Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam)

Berapa banyak manfaat yang kau berikan pada orang lain ?
Orang tuamu
Pasangan hidupmu
Keluargamu
Kerabatmu
Tetanggamu
Sahabatmu
Masyarakatmu
Dan negerimu ?

Jangan dibalik pertanyaannya, apa yang diberikan orang padaku ?

Ada yang berpesan:
JADILAH SEPERTI BUTIRAN GULA PASIR
WALAUPUN DIA TELAH LARUT DAN MENGHILANG WUJUDNYA
DIA TETAP MENINGGALKAN RASA MANIS

Sumber : https://bbg-alilmu.com/archives/43219


*Dishare ulang* :
🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
*YouTube : YouTube.com/FatwaTV/live*
*FB Live : facebook.com/DewanFatwaPA/live*
*IG : instagram.com/DewanFatwaPA*
*Telegram : t.me/DewanFatwaPA*
*Twitter : twitter.com/DewanFatwaPA*
*_Qadha Puasa Asyura karena Haid?_*

_Apakah wanita haid yang tidak bisa puasa Asyura bisa meng-qadha’nya setelah suci? Karena berharap ingin mendapatkan pahala puasa di hari Asyura._

*Jawab:*

_Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,_

Orang yang tidak bisa puasa asyura disebabkan udzur tertentu, tidak perlu meng-qadha’nya. Mengingat tidak ada dalil yang menjelaskan hal ini. Dan pahala puasa Asyura itu dikaitkan dengan kegiatan puasa di tanggal 10 Muharram saja.

Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya, ada orang yang tidak bisa menjalankan puasa Asyura disebabkan haid, apakah dia boleh meng-qadha’nya?

Jawaban yang beliau sampaikan,

النوافل نوعان : نوع له سبب ، ونوع لا سبب له ، فالذي له سبب يفوت بفوات السبب ولا يُقضى ، مثال ذلك : تحية المسجد ، لو جاء الرجل وجلس ، ثم طال جلوسه ثم أراد أن يأتي بتحية المسجد ، لم تكن تحية للمسجد ، لأنها صلاة ذات سبب ، مربوطة بسبب ، فإذا فات فاتت المشروعية

_Amalan sunah itu ada 2: [1] Amalan sunah yang memiliki sebab, dan [2] Amalan sunah yang tidak memiliki sebab. Untuk amalan sunah yang memiliki sebab, menjadi hilang kesempatannya dengan hilangnya sebab, dan tidak perlu di-qadha. Contoh, tahiyatul masjid. Ketika ada orang datang lalu duduk lama sekali, kemudian dia ingin melakukan tahiyatul masjid, maka shalatnya tidak terhitung sebagai tahiyatul masjid. Karena tahiyatul masjid adalah shalat yang memiliki sebab, terikat dengan sebab tertentu. Ketika sebabnya hilang, maka tidak disyariatkan melakukannya._

Kemudian beliau melanjutkan,

ومثل ذلك فيما يظهر يوم عرفة ويوم عاشوراء ، فإذا أخر الإنسان صوم يوم عرفة ويوم عاشوراء بلا عذر ، فلا شك أنه لا يقضي ، ولا ينتفع به لو قضاه ، أي لا ينتفع به على أنه يوم عرفة ويوم عاشوراء .

_Contoh yang lain – menurut yang kita pahami – adalah puasa hari arafah dan hari Asyura’. Ketika seseorang menunda puasa hari Arafah dan hari Asyura tanpa udzur, kita semua tahu, dia tidak boleh meng-qadha’nya. Dan tidak ada manfaatnya andai dia meng-qadha’nya. Artinya tidak dinilai sebagai puasa hari Arafah atau hari Asyura._

Beliau juga mengatakan,

وأما إذا مر على الإنسان وهو معذور ، كالمرأة الحائض والنفساء أو المريض ، فالظاهر أيضاً أنه لا يقضي ؛ لأن هذا خص بيوم معين يفوت حكمه بفوات هذا اليوم

_Sementara ketika ada orang yang memiliki udzur, seperti wanita haid atau nifas atau karena sakit, yang kami pahami, dia juga tidak perlu meng-qadha’. Karena puasa ini khusus dengan hari tertentu, sehingga hukumnya tidak berlaku ketika hari tersebut sudah berlalu._ (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, 20/43).

*Tetap Memiliki Pahala jika Diiringi dengan Niat*

Orang yang memiliki rutinitas amal tertentu, kemudian dia tidak bisa mengerjakannya disebabkan udzur, seperti sakit, haid, atau nifas, dan dia berniat untuk tetap menjalankan amal itu andai tidak ada udzur, maka dia tetap mendapatkan pahala sesuai amal yang dia niatkan.

Dalam hadis dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

_“Ketika seorang hamba mengalami sakit atau safar, maka dicatat untuknya pahala amalan seperti yang dia kerjakan ketika mukim dan sehat.”_ (HR. Bukhari 2996).

al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan,

قَوْله : ( كُتِبَ لَهُ مِثْل مَا كَانَ يَعْمَل مُقِيمًا صَحِيحًا ) وَهُوَ فِي حَقّ مَنْ كَانَ يَعْمَل طَاعَة فمُنِع مِنْهَا ، وَكَانَتْ نِيَّته ـ لَوْلَا الْمَانِع ـ أَنْ يَدُوم عَلَيْهَا

_Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis di atas, “dicatat untuknya pahala amalan seperti yang dia kerjakan ketika mukim dan sehat” ini berlaku bagi orang yang memiliki kebiasaan amal soleh, lalu dia terhalangi untuk melakukannya. Sementara niatnya ingin terus mengerjakannya – andai tidak ada penghalang.._

(Fathul Bari, 6/136)

Demikian, _Allahu a’lam._

👤 Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)