ABK ITU NANTI AKAN DEWASA KAN...?
-
Ketika anak ditakdirkan memiliki kebutuhan khusus, tentunya semua Ayah dan Ibunya merasa sedih bukan kepalang. Mengapa sedih? Karena apa yang diperolehnya tidak sesuai dengan harapannya. Itu sangat manusiawi. Namun seharusnya rasa sedih itu tidak berlarut-larut. Karena ABK ini akan terus tumbuh. Semakin besar dan semakin besar.
-
Apakah pertumbuhan ini diikuti oleh perkembangan...? Hanya ada 2 jawabannya.
IYA, jika ABK ini mendapatkan treatment yang tepat dari orangtuanya yang gigih mengupayakan perkembangan anaknya dengan bimbingan dokter, terapis ataupun ahli lainnya.
TIDAK, jika treatment yang diberikan tidak diberikan dengan penuh kesungguhan.
-
Pada ABK yang memiliki kemampuan akademis, maka orangtua akan mengusahakan agar anaknya dapat bersekolah. Pra sekolah, SD, SMP, SMA bahkan beberapa di antaranya sampai ke bangku kuliah.
Dan ABK berkemampuan akademis pun terbagi menjadi 2 golongan.
Pertama, sudah memiliki kemampuan sosial yang baik sehingga dapat bekerja selepas sekolah.
Kedua, tidak memiliki kemampuan sosial yang baik sehingga tidak bisa bekerja.
-
Perhatian saya untuk tulisan kali ini adalah golongan yang kedua. Mereka sudah membuktikan bahwa mereka mampu meraih ijazah SMA. Akan tetapi...setelah itu orangtuanya kebingungan, akan "diapakan" anaknya ini.
-
Ada yang hanya berdiam di rumah tanpa melakukan apa pun. Ada juga yang oleh orangtuanya dibekali gadget. Sampai-sampai, level kebutuhan khususnya memburuk lagi. Karena gadget dapat mengakibatkan kecanduan yang semakin merusak otak ABKnya.
-
Ada juga yang tidak betah di rumah, sehingga lebih suka berkeliaran di lingkungannya. Masih lebih baik, kalau hanya berkeliling sendiri tanpa mengganggu orang lain. Tidak sedikit yang menjadi pembuat onar karena mengambil barang di rumah orang lain, atau meminta dengan memaksa. Ah...pilu hati ini membayangkannya.
-
ABK ini tak selamanya menjadi anak kecil bertubuh mungil yang imut dan lucu. Haruslah selalu ingat bahwa KITA TAKKAN BISA MENGHENTIKAN BERJALANNYA WAKTU. Tak lama lagi, ABK ini akan tumbuh dewasa. Meninggi, membesar....
-
Kalau mereka dididik dengan tepat, mereka akan menjadi manusia yang dihargai oleh lingkungannya.
Namun jika tidak...lingkungannya tak memandangnya meski dengan sebelah mata saja.
-
Jadi, mampu akademis itu tidaklah cukup. Banyak kasus, anak "dikembalikan" pada orangtua lalu paniklah orangtua karena tidak siap dengan itu. Mereka TERLENA karena belasan tahun anaknya DITITIPKAN di sekolah. Namun setelah lulus...? Perjalanan yang suram pun dimulai.
-
Supaya itu tidak terjadi pada ABK kita, maka bersegeralah melatih kemampuan komunikasi dan perilaku sosialnya. Dan jangan lupa... mencari, menemukan dan mengembangkan potensinya agar manusia lain dapat menghargainya
Rumah Tahfidz, Belajar Tahsin dan Tajwid Al Qur'an, Kajian Ilmu syar'i Hub: Diana Gasim (Ummu Achmad ) 085312837788)
Thursday, March 12, 2020
📌 Corona & Kesadaran Pentingnya Kembali pada Tauhid
.
Wabah virus Corona ini sangat-sangat samar. Sampai saat ini, masih belum ada teknologi yang mampu mendeteksi keberadaannya secara langsung di suatu tempat. Banyak negara-negara maju dan canggih justru ambil langkah aman, dengan menutup akses keluar masuk negara mereka.
.
Begitu samarnya bahaya Corona ini, seharusnya menyadarkan betapa kecil dan tak berdayanya kita di hadapan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa, Pencipta virus mungil tak kasat mata tersebut. Maka tak ada tempat berlindung dari Allah kecuali pada Allah sendiri. Selayaknya kita sadar, bahwa hanya Dialah Maha Pelindung satu-satunya yang mampu melindungi dari segala bentuk bahaya yang samar. Agar kita kembali kepada-Nya, memohon perlindungan.
.
✅ Terkait berlindung kepada Allah dari marabahaya yang samar, al-Quran telah mengajarkannya melalui Surat al-Falaq:
.
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ
.
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),
.
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
.
dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,
.
وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
.
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
.
وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِي ٱلۡعُقَدِ
.
dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),
.
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
.
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (QS. Al-Falaq, 1-5)
.
🔼 Semua hal di atas; kejahatan makhluk di kegelapan malam, sihir, dan mata jahat orang yang dengki, adalah ragam bahaya yang samar dan tak kasat mata. Lihat, bagaimana di awal Surat, Allah menitahkan untuk memohon perlindungan kepada-Nya semata.
.
Kemunculan virus Corona ini selayaknya menjadi momentum agar kita kembali memohon perlindungan hanya kepada Allah. Inilah hakikat Tauhid. Pada akhirnya, kita pun mau tak mau harus kembali pada konsep Tauhid. Tidak heran, jika Tauhid selalu menjadi prioritas dakwah seluruh Nabi dan Rasullulah bersama para Sahabatnya.
.
•┈┈┈◎❅❀❦🌸❦❀❅◎┈┈┈•
.
☆Pegang erat sunnah dan gigitlah dengan geraham - Berani syar'i tanpa selfie☆
.
🔊 Disebarkan oleh :
.
📸 instagram : @muslimah.salafy
💻 facebook.com/muslimah.salafyy
📢 Telegram : t.me/muslimahsalafyy
📲 Group WA : muslimah.salafy
🌏 Sumber : t.me/kristaliman
👤 Pemateri: Ustadz Johan Saputra Halim حَفِظَهُ اللهُ
.
Wabah virus Corona ini sangat-sangat samar. Sampai saat ini, masih belum ada teknologi yang mampu mendeteksi keberadaannya secara langsung di suatu tempat. Banyak negara-negara maju dan canggih justru ambil langkah aman, dengan menutup akses keluar masuk negara mereka.
.
Begitu samarnya bahaya Corona ini, seharusnya menyadarkan betapa kecil dan tak berdayanya kita di hadapan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa, Pencipta virus mungil tak kasat mata tersebut. Maka tak ada tempat berlindung dari Allah kecuali pada Allah sendiri. Selayaknya kita sadar, bahwa hanya Dialah Maha Pelindung satu-satunya yang mampu melindungi dari segala bentuk bahaya yang samar. Agar kita kembali kepada-Nya, memohon perlindungan.
.
✅ Terkait berlindung kepada Allah dari marabahaya yang samar, al-Quran telah mengajarkannya melalui Surat al-Falaq:
.
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ
.
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),
.
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
.
dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,
.
وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
.
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
.
وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِي ٱلۡعُقَدِ
.
dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),
.
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
.
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (QS. Al-Falaq, 1-5)
.
🔼 Semua hal di atas; kejahatan makhluk di kegelapan malam, sihir, dan mata jahat orang yang dengki, adalah ragam bahaya yang samar dan tak kasat mata. Lihat, bagaimana di awal Surat, Allah menitahkan untuk memohon perlindungan kepada-Nya semata.
.
Kemunculan virus Corona ini selayaknya menjadi momentum agar kita kembali memohon perlindungan hanya kepada Allah. Inilah hakikat Tauhid. Pada akhirnya, kita pun mau tak mau harus kembali pada konsep Tauhid. Tidak heran, jika Tauhid selalu menjadi prioritas dakwah seluruh Nabi dan Rasullulah bersama para Sahabatnya.
.
•┈┈┈◎❅❀❦🌸❦❀❅◎┈┈┈•
.
☆Pegang erat sunnah dan gigitlah dengan geraham - Berani syar'i tanpa selfie☆
.
🔊 Disebarkan oleh :
.
📸 instagram : @muslimah.salafy
💻 facebook.com/muslimah.salafyy
📢 Telegram : t.me/muslimahsalafyy
📲 Group WA : muslimah.salafy
🌏 Sumber : t.me/kristaliman
👤 Pemateri: Ustadz Johan Saputra Halim حَفِظَهُ اللهُ
*Perbedaan Tafsir dengan Tadabbur*
Tafsir itu mengungkap makna ayat supaya menjadi jelas.
Sedangkan tadabbur itu merenungkan dan menghayati kandungan ayat tersebut sehingga memberikan dampak positif dalam kehidupan kita.
Untuk bisa mentadabburi Al-Qur’an dengan baik dan benar, kita harus mengetahui dulu tafsirnya dengan baik dan benar.
Contohnya;
Firman Allah dalam surat Al-Ahzab, ayat 8;
لِّيَسْأَلَ الصَّادِقِينَ عَن صِدْقِهِمْ
“Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka”.
Tafsirnya;
Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan bahwa makna ayat ini adalah;
Para Nabi dan pengikut mereka yang merupakan orang-orang yang jujur lagi benar, pada hari kiamat nanti mereka tetap akan ditanya dan diminta pertanggungjawaban oleh Allah.
Tadabburnya;
Kalau orang-orang yang jujur lagi benar seperti para Nabi saja ditanya dan diminta pertanggungjawaban oleh Allah pada hari kiamat nanti, bagaimana pula dengan kita ?! Oh, betapa dahsyat dan menakutkannya pada saat itu. Aku harus lebih berhati-hati dalam kehidupan ini agar aku selamat nanti.
Inilah secara singkat, mudah dan praktis perbedaan antara tadabbur dengan tafsir. []
Ustadz Abdullah Hadhromi
Tafsir itu mengungkap makna ayat supaya menjadi jelas.
Sedangkan tadabbur itu merenungkan dan menghayati kandungan ayat tersebut sehingga memberikan dampak positif dalam kehidupan kita.
Untuk bisa mentadabburi Al-Qur’an dengan baik dan benar, kita harus mengetahui dulu tafsirnya dengan baik dan benar.
Contohnya;
Firman Allah dalam surat Al-Ahzab, ayat 8;
لِّيَسْأَلَ الصَّادِقِينَ عَن صِدْقِهِمْ
“Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka”.
Tafsirnya;
Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan bahwa makna ayat ini adalah;
Para Nabi dan pengikut mereka yang merupakan orang-orang yang jujur lagi benar, pada hari kiamat nanti mereka tetap akan ditanya dan diminta pertanggungjawaban oleh Allah.
Tadabburnya;
Kalau orang-orang yang jujur lagi benar seperti para Nabi saja ditanya dan diminta pertanggungjawaban oleh Allah pada hari kiamat nanti, bagaimana pula dengan kita ?! Oh, betapa dahsyat dan menakutkannya pada saat itu. Aku harus lebih berhati-hati dalam kehidupan ini agar aku selamat nanti.
Inilah secara singkat, mudah dan praktis perbedaan antara tadabbur dengan tafsir. []
Ustadz Abdullah Hadhromi
»»
*JERITAN HATI SEORANG ANAK*
➖➖➖➖➖
🍎🍎
Sebuah surat ditulis seorang anak gadis kepada ibunya.
_“Ibu, dengan hormat aku sampaikan penghormatanku yang wangi dalam jambangan mawar cinta. Tapi jambangan ini juga membawa setitik celaan disebabkan oleh hubungan kita yang membuatku selalu merasa bahwa aku masih kecil dan belum mampu untuk mengemban tanggung jawab, sehingga menghilangkan rasa percaya diriku dan menambah perasaan lemahku._
_Sebenarnya yang aku minta agar ibu memberiku kesempatan untuk mencoba menunjukkan identitasku dan menampilkan kemampuanku dalam mengemban tanggung jawab, walau dalam perkara yang paling sederhana sekalipun._
_Ibu selalu saja marah saat aku masuk ke dapur untuk melakukan suatu pekerjaan dan menyuruhku keluar supaya aku tidak terbakar, begitu katamu. Mengapa harus begitu wahai ibuku? Aku telah berumur 15 tahun, tapi mesti begitu, kekhawatiran yang terlalu berlebihan padaku membuat aku tidak mampu melakukan suatu pekerjaan sampai sekarang, ini dapat menghilangkan perasaan bertanggungjawab, khususnya pada umur ini._
_Oleh karena itu aku berharap ibu mau memahami aku dan jangan memarahi aku dalam masalah-masalah ini supaya aku tidak kehilangan kepercayaan diri dan merasa bahwa aku masih kecil. Anak gadismu yang mencintaimu”._
*(dikutip dari Puber Tanpa Gejolak, DR. Akram Ridho, hal 168-169).*
Demikian curahan hati seorang gadis belia dimana dia merasa *_galau dan tertekan_* dengan perlakuan ibunya yang tidak memberinya kesempatan untuk mencoba banyak hal yang bermanfaat.
➖ Kekhawatiran yang berlebihan dari orang tuanya telah membuat problema besar dalam dirinya, dimana dia diperlakukan sebagaimana anak kecil dengan penuh kemanjaan serta tidak dibimbing dengan penuh kasih sayang untuk belajar bertanggung jawab.
➖ Perlakuan over dan cenderung otoriter justru akan membuat jiwanya lemah lantaran berbagai aturan-aturan yang bertentangan dengan perasaan penasaran seorang remaja yang tengah mencari jati dirinya.
*Lantas bagaimana peran dan sikap bijak orang tua dalam membersamai anak remajanya?*
Terkadang problematika remaja muncul karena harapan orang tua yang terlalu berlebihan seperti menjadikan anaknya sebagaimana keinginan sepihak orang tua, sukses secara akademik namun tak memberikan kesempatan anak untuk menjadi dirinya sendiri sepanjang masih dalam konteks nilai-nilai Islam.
Realitasnya ketika terjadi diskomunikasi dan ketidak-harmonisan antara orang tua dan anak seringkali orang tua memaksakan keinginannya pada anak.
Dan happy ending-nya, yang jadi korban seringkali anak mengalami stres, depresi dan gangguan-gangguan mental karena menjalani perintah orang tua yang tak sesuai dengan cita-citanya.
Orang tua harus melakukan pendekatan positif dengan anak, meluangkan waktu bersama sehingga terjalin kedekatan psikis dan fisik.
Membuka dialog dengan anak-anak sehingaga mereka merasa nyaman ketika berinteraksi dengan orang tua. Memberinya suport dalam hal-hal positif.
Hindari perasaan superioritas sebagai orang tua, sebagai pihak yang merasa selalu benar dan anti kritik.
*Remaja* adalah _sebuah fase dimana orang tua harus pandai dan cerdas dalam menaklukkan badai tanpa menyisakan bencana. Mereka sosok-sosok dinamis yang harus dipahami kemauannya, didengarkan keluhannya dan dibedakan karakternya._
Orang tua perlu banyak belajar menyelami mereka dan mencari solusi cerdas dari setiap permasalahan yang dihadapinya.
Jangan segan-segan melatih kemampuannya, mereka butuh penghargaan agar tumbuh rasa percaya dirinya.
Apresiasi ketika mereka melakukan kebaikan dengan baik.
Ibnu Abbas radhiallahu’anhu menceritakan _“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berada di rumah Maimunah, lalu aku menyiapkan air wudhu untuk beliau. Lantas Maimunah memberitahukan *“Abdullah bin Abbas yang menyiapkan air ini untuk engkau”.* Beliaupun berdoa *“Yaa Allah berikanlah kepadanya pemahaman dalam ilmu agama dan ajarkanlah tafsir Al-Qur`an kepadanya”.*_
*(HR. Al-Hakim III/534).*
Banyak riwayat menjelaskan betapa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberi kepercayaan kepada kaum muda untuk menunjukkan identitas dirinya, sebagaimana Usamah bin Zaid yang menjadi panglima perang saat usianya 18 tahun.
Pembiasaan agar anak diberi kesempatan untuk melakukan kebaikan akan bermanfaat untuk kehidupannya kelak.
***
🖊 Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
*Referensi :*
_1. Mencetak Generasi Robbani, Ummu Ihsan & Abu Ihsan Al-Atsari, Pustaka Imam Asy-Syafi`i, Jakarta, 2015_
_2. Puber Tanpa Gejolak, DR. Akram Ridha, Qisthi Press, Jakarta, 2005_
Muslimah.or.id
*Oleh: Mutiara Risalah Islam*
>>>>>>>>🌺🌺<<<<<<<<
📚 Mau Dapat Tambahan Ilmu Setiap Hari dari Ust Dr. Musyaffa' ad Dariny Lc, M.A. ?
📝 Anda akan mendapatkan Nasehat, Artikel, dan Tanya Jawab Terbaik Setiap Hari di Group WA Mutiara Risalah Islam
📲 Daftar Group WA: [Nama, Nomor wa, Jenis Kelamin]
kirim ke https://api.whatsapp.com/send?phone=6289628222285
*JERITAN HATI SEORANG ANAK*
➖➖➖➖➖
🍎🍎
Sebuah surat ditulis seorang anak gadis kepada ibunya.
_“Ibu, dengan hormat aku sampaikan penghormatanku yang wangi dalam jambangan mawar cinta. Tapi jambangan ini juga membawa setitik celaan disebabkan oleh hubungan kita yang membuatku selalu merasa bahwa aku masih kecil dan belum mampu untuk mengemban tanggung jawab, sehingga menghilangkan rasa percaya diriku dan menambah perasaan lemahku._
_Sebenarnya yang aku minta agar ibu memberiku kesempatan untuk mencoba menunjukkan identitasku dan menampilkan kemampuanku dalam mengemban tanggung jawab, walau dalam perkara yang paling sederhana sekalipun._
_Ibu selalu saja marah saat aku masuk ke dapur untuk melakukan suatu pekerjaan dan menyuruhku keluar supaya aku tidak terbakar, begitu katamu. Mengapa harus begitu wahai ibuku? Aku telah berumur 15 tahun, tapi mesti begitu, kekhawatiran yang terlalu berlebihan padaku membuat aku tidak mampu melakukan suatu pekerjaan sampai sekarang, ini dapat menghilangkan perasaan bertanggungjawab, khususnya pada umur ini._
_Oleh karena itu aku berharap ibu mau memahami aku dan jangan memarahi aku dalam masalah-masalah ini supaya aku tidak kehilangan kepercayaan diri dan merasa bahwa aku masih kecil. Anak gadismu yang mencintaimu”._
*(dikutip dari Puber Tanpa Gejolak, DR. Akram Ridho, hal 168-169).*
Demikian curahan hati seorang gadis belia dimana dia merasa *_galau dan tertekan_* dengan perlakuan ibunya yang tidak memberinya kesempatan untuk mencoba banyak hal yang bermanfaat.
➖ Kekhawatiran yang berlebihan dari orang tuanya telah membuat problema besar dalam dirinya, dimana dia diperlakukan sebagaimana anak kecil dengan penuh kemanjaan serta tidak dibimbing dengan penuh kasih sayang untuk belajar bertanggung jawab.
➖ Perlakuan over dan cenderung otoriter justru akan membuat jiwanya lemah lantaran berbagai aturan-aturan yang bertentangan dengan perasaan penasaran seorang remaja yang tengah mencari jati dirinya.
*Lantas bagaimana peran dan sikap bijak orang tua dalam membersamai anak remajanya?*
Terkadang problematika remaja muncul karena harapan orang tua yang terlalu berlebihan seperti menjadikan anaknya sebagaimana keinginan sepihak orang tua, sukses secara akademik namun tak memberikan kesempatan anak untuk menjadi dirinya sendiri sepanjang masih dalam konteks nilai-nilai Islam.
Realitasnya ketika terjadi diskomunikasi dan ketidak-harmonisan antara orang tua dan anak seringkali orang tua memaksakan keinginannya pada anak.
Dan happy ending-nya, yang jadi korban seringkali anak mengalami stres, depresi dan gangguan-gangguan mental karena menjalani perintah orang tua yang tak sesuai dengan cita-citanya.
Orang tua harus melakukan pendekatan positif dengan anak, meluangkan waktu bersama sehingga terjalin kedekatan psikis dan fisik.
Membuka dialog dengan anak-anak sehingaga mereka merasa nyaman ketika berinteraksi dengan orang tua. Memberinya suport dalam hal-hal positif.
Hindari perasaan superioritas sebagai orang tua, sebagai pihak yang merasa selalu benar dan anti kritik.
*Remaja* adalah _sebuah fase dimana orang tua harus pandai dan cerdas dalam menaklukkan badai tanpa menyisakan bencana. Mereka sosok-sosok dinamis yang harus dipahami kemauannya, didengarkan keluhannya dan dibedakan karakternya._
Orang tua perlu banyak belajar menyelami mereka dan mencari solusi cerdas dari setiap permasalahan yang dihadapinya.
Jangan segan-segan melatih kemampuannya, mereka butuh penghargaan agar tumbuh rasa percaya dirinya.
Apresiasi ketika mereka melakukan kebaikan dengan baik.
Ibnu Abbas radhiallahu’anhu menceritakan _“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berada di rumah Maimunah, lalu aku menyiapkan air wudhu untuk beliau. Lantas Maimunah memberitahukan *“Abdullah bin Abbas yang menyiapkan air ini untuk engkau”.* Beliaupun berdoa *“Yaa Allah berikanlah kepadanya pemahaman dalam ilmu agama dan ajarkanlah tafsir Al-Qur`an kepadanya”.*_
*(HR. Al-Hakim III/534).*
Banyak riwayat menjelaskan betapa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberi kepercayaan kepada kaum muda untuk menunjukkan identitas dirinya, sebagaimana Usamah bin Zaid yang menjadi panglima perang saat usianya 18 tahun.
Pembiasaan agar anak diberi kesempatan untuk melakukan kebaikan akan bermanfaat untuk kehidupannya kelak.
***
🖊 Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
*Referensi :*
_1. Mencetak Generasi Robbani, Ummu Ihsan & Abu Ihsan Al-Atsari, Pustaka Imam Asy-Syafi`i, Jakarta, 2015_
_2. Puber Tanpa Gejolak, DR. Akram Ridha, Qisthi Press, Jakarta, 2005_
Muslimah.or.id
*Oleh: Mutiara Risalah Islam*
>>>>>>>>🌺🌺<<<<<<<<
📚 Mau Dapat Tambahan Ilmu Setiap Hari dari Ust Dr. Musyaffa' ad Dariny Lc, M.A. ?
📝 Anda akan mendapatkan Nasehat, Artikel, dan Tanya Jawab Terbaik Setiap Hari di Group WA Mutiara Risalah Islam
📲 Daftar Group WA: [Nama, Nomor wa, Jenis Kelamin]
kirim ke https://api.whatsapp.com/send?phone=6289628222285
*💥 KENAPA KOK TAUHID TERUS ??? 💥*
❅ https://t.me/MuliaDenganSunnah
*✍🏽 Oleh Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, MHI حفظه الله تعالى*
"Setiap hari yang didakwahkan kok tauhiiiid melulu nggak ada peningkatan sama sekali, dari awal ngaji sampai sekarang masih aja bahas tauhid tauhid..apa nggak bosen?
📜 *Setidaknya ada 4 bantahan utama tentang opini di atas:*
*➡️1. Bantahan pertama:*
Rasululullah shallallahu 'alaihi wasallam sebelum wafat di hadapan para sahabat yang ahli tauhid, yang beliau didik puluhan tahun tentang tauhid, di ujung hayat beliau masih tetap berwasiat tentang tauhid.
Dari ‘Aisyah dan Ibnu ‘Abbas, mereka berdua berkata : Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kesehatannya menurun pada saat-saat akhir hidupnya, beliau menutupkan kain khamishah-nya pada wajahnya, namun beliau melepas kain tersebut dari wajahnya ketika napasnya semakin terganggu seraya bersabda:
لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوا
“Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nashara yang telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid”. Aisyah berkata : “Beliau memperingatkan agar tidak melakukan seperti apa yang mereka lakukan” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 435 & 436 dan Muslim no. 531].
*Dalam riwayat yang lain 5 hari menjelang wafat beliau bersabda:*
، أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوْا يَتَّخِذُوْنَ قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيْهِمْ مَسَاجِدَ، أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُوْرَ مَسَاجِدَ، إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kubur para Nabi mereka dan orang-orang shalih di antara mereka sebagai masjid. Maka, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Sesunguhnya aku melarang kalian melakukan hal tersebut” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/374-375; shahih sesuai persyaratan Muslim
Lihatlah: dihadapan para sahabat, pemuka-pemuka tauhid, pejuang-pejuang tauhid puluhan tahun bersama nabi, tapi wasiat terakhir nabi masih tentang tauhid, maka jangan pernah anda bosan dengan tauhid, karena anda tidak lebih baik dan tidak lebih mulia dari para sahabat.
*➡️2. Bantahan yang kedua*
Para rasulpun yang merupakan imam-imam yang memegang panji2 tauhid masih khawatir tertimpa kesyirikan.
Sampai-sampai Nabi Ibrahim berdoa:
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Ya Allah...dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala (shonam).” (QS. Ibrahim: 35).
Lihatlah: nabi ibrahim berdoa agar beliau dan anak cucunya terlepas dari kesyirikan padahal beliau adalah nabi, anaknya beliau Ismail dan Ishaq pun nabi, cucu beliau Ya'qub pun nabi, cicit beliau Yusuf pun nabi...tapi meskipun demikian beliau masih takut tertimpa kesyirikan.
Bahkan nabi terbaikpun Muhammad shallallahu alaihi wasallam berdoa khawatir tertimpa kesyirikan:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”. dishahihkan al-Albani dalam shahih al-Jami').
*➡️3. Bantahan ketiga:*
Masyarakat ahli tauhidpun bisa berubah menjadi masyarakat ahli syirik jika tidak ada da'i yang mengingatkannya, sebagaimana dahulu antara Adam dan Nuh alaihissalam 10 abad manusia di atas tauhid...akan tetapi ketika berlalu manusia pun berubah menjadi penyembah berhala.
*➡️4. Bantahan keempat:*
Realita ummat mengatakan bahwa mereka sekarang masih membutuhkan dakwah dan pencerahan tentang tauhid, masih banyak orang yang mengagungkan benda2 keramat, mempercayai dukun, tukang sihir dan para tukang ramalan, masih percaya tathayyur (merasa apes atau sia), memintah kepada pohon,penghuni kubur, goa keramat dan dan dan seterusnya.
Wallahu a'lam.
✒ Editor : Admin Asy-Syamil.com
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
12 maret 2020
___🍃🕋🍃___
.
Subscribe to:
Comments (Atom)