Wednesday, July 24, 2019

Kamis, 22 Dzulqo'dah 1440 H / 25 Juli 2019.


                  *๐Ÿ’ฅ  MERAHASIAKAN AMAL SHOLEH  ๐Ÿ’ฅ*

❅ https://t.me/MuliaDenganSunnah

๐Ÿ“‹ *Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :*

ู…َู†ِ ุงุณْุชَุทَุงุนَ ู…ِู†ْูƒُู…ْ ุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆْู†َ ู„َู‡ُ ุฎَุจْุกٌ ู…ِู†ْ ุนَู…َู„ٍ ุตَุงู„ِุญٍ ูَู„ْูŠَูْุนَู„ْ

*"Barang siapa diantara kalian yang mampu untuk memiliki amal sholeh yang tersembunyikan maka lakukanlah !"*

(Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 2313)

Coba kita bersikap jujur dan bertanya pada diri sendiri, "Berapakah amal sholeh kita yang tersembunyi, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, bahkan istri dan anak-anak?. Ataukah setiap kali kita beramal sholeh hati dan lidah menjadi gatal ingin segera menceritakannya kepada orang lain??".

Sungguh tidaklah mudah menyembunyikan amalan sholeh, karena sesungguhnya manusia adalah makhluk yang senang untuk dipuji dan dihormati. Dengan menampakan kebaikan dan amal sholehnya maka orang-orangpun akan menjadi menghormati, menghargai, dan memujinya.

๐Ÿƒ *Faedah menyembunyikan amal sholeh :*

1⃣ Menyembunyikan amal sholeh lebih menjauhkan seseorang dari penyakit riyaa dan sum'ah

2⃣ Amal sholeh yang tersembunyi pahalanya lebih besar daripada amal sholeh yang dinampakan

3⃣ Amal sholeh yang tersembunyikan bisa menjadikan seseorang jauh dari penyakit ujub.

Karena ia sadar bahwasanya ia telah berusaha menyembunyikan amalan sholehnya sebagaimana ia telah mati-matian berusaha untuk menyembunyikan kemaksiatan-kemaksiatan dan keburukannya.

Jika orang-orang tidak mengetahui kebaikannya maka sebagaimana mereka tidak mengetahui keburukan-keburukannya

Karenanya Salamah bin Diinaar berkata :

ุงُูƒْุชُู…ْ ู…ِู†ْ ุญَุณَู†َุงุชِูƒَ ูƒَู…َุง ุชَูƒْุชُู…ْ ู…ِู†ْ ุณَูŠِّุฆَุงุชِูƒَ

"Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu"

4⃣ Amal sholeh yang tersembunyi akan melatih seseorang terbiasa hanya mencari muka di hadapan Allah dan tidak memperdulikan komentar manusia, karena yang terpenting adalah penilaian Allah dan bukan penilaian manusia

5⃣ Menjadikan seseorang bahagia, karena meskipun tidak ada orang yang menghormatinya ia akan merasa bahagia karena Penguasa alam semesta ini mengetahui amal sholehnya

๐Ÿ“ http://www.firanda.com/index.php/artikel/status-facebook/411-merahasiakan-amal-sholeh#



*Mendahulukan Menghafal Al Qur’an ataukah Menuntut Ilmu?*

Satu prioritas yang mesti dikedepankan dalam mempelajari ilmu syar’i adalah menghafalkan Al Qur’an.

Namun sedikit yang mau perhatian dengannya. Kalau sedikit demi sedikit ditekuni, sebenarnya kita pun bisa menjadi seperti mereka-mereka yang telah menghafalkan Al Qur’an.

Menghafalkan satu dua juz saja, itu berarti kita sudah menjadi bagian dari penjaga Qur’an.
Yang penting kontinu dan rutin dijaga.

Namun apakah selalu menghafal Qur’an lebih didahulukan dari mempelajari ilmu syar’i lainnya?

Dan apakah menghafal hanya sekedar menghafal tanpa direnungkan maknanya lalu diamalkan?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya, “Manakah yang lebih afdhol, mempelajari Al Qur’an ataukah menuntut ilmu (syar’i)?”
Jawaban beliau rahimahullah, “Ilmu yang wajib dipelajari setiap muslim adalah ilmu yang berisi perintah Allah dan larangan-Nya. 

Mempelajari ilmu semacam ini lebih didahulukan dari menghafalkan Al Qur’an yang tidak wajib. 

Mempelajari ilmu semacam tadi itu wajib sedangkan menghafalkan Al Qur’an ketika itu dihukumi sunnah. Dan sekali lagi, yang wajib lebih didahulukan dari ilmu yang sunnah.

Adapun menghafal Al Qur’an, maka itu didahulukan dari ilmu lainnya baik ilmu yang bathil atau ilmu yang sedikit manfaatnya.

Menghafal Qur’an juga lebih didahulukan dari mempelajari ilmu ushul (pokok) dan furu’ (cabang).

Untuk waktu saat ini, lebih baik mendahulukan menghafal Al Qur’an karena Qur’an adalah ushul setiap ilmu.

Berbeda dengan yang dilakukan oleh kebanyakan ahli bid’ah dari kalangan non Arab dan selainnya di mana mereka lebih menyibukkan diri dengan ilmu yang tidak manfaat semacam banyak omongan, banyak berdebat, membahas masalah khilaf (perselisihan pendapat), ilmu furu’ yang tidak urgent dikaji, masalah taklid yang tidak perlu dibahas, atau membahas hadits ghorib(yang tidak shahih dan tidak ada manfaat untuk dikaji), begitu pula dengan ilmu matematika yang tidak bisa dijadikan hujjah yang kuat.


Hal ini dilakukan sampai meninggalkan menghafal Al Qur’an, padahal Al Qur’an lebih penting dari semua ilmu tersebut.

Dan perlu sekali masalah ini didetailkan. Yang dituntut dari Al Qur’an adalah memahami maknanya dan mengamalkan isinya.

Jika tujuannya menghafalnya bukanlah untuk maksud yg baik  tentu ia bukan seorang yang berilmu atau ulama. Wallahu subhanahu a’lam.” (Al Majmu’ Al Fatawa, 23: 54-55)

Tentu memiliki akidah yang benar dan cara ibadah yang benar, itu lebih didahulukan dari menghafal Qur’an.

Jika cara ini sudah ditempuh dengan benar barulah mengambil prioritas untuk menghafal Qur’an daripada mengambil bagian untuk mempelajari ilmu lain yang tidak bermanfaat. Karena sebagaimana diterangkan di atas, Al Qur’an adalah ushul (pokok) segala ilmu.

Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi ahli Al Qur’an. Wallahu waliyyut taufiq.
 
@ Sakan 27 Kamar 201, Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh KSA, 22 Syawal 1433 H

Apa Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Pertanyaan mengenai apa hukum mempelajari ilmu tajwid
ุจุณู… ุงู„ู„ّู‡ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑ ุญูŠู…
ุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆุฑุญู…ุฉุงู„ู„ู‡ ูˆุจุฑูƒุงุชู‡
Ustadz, apakah ada hukum/sanksinya apabila dalam membaca Al-Qur’an tidak memperhatikan hak-hak hurufnya (tidak tartil)?
Syukran wa jazakallahu khairan.
(Dari Sahabat BiAS T02 G-36)
Jawaban
ูˆَุนَู„َูŠْูƒُู…ُ ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ูˆَุฑَุญْู…َุฉُ ุงู„ู„ّู‡ِ ูˆَุจَุฑَูƒَุงุชُู‡ُ
ุจِุณْู€ู…ِ ุงู„ู„ّู‡ِ
Alhamdulillฤh
Washshalฤtu wassalฤmu ‘alฤ rasลซlillฤh, wa ‘alฤ ฤlihi wa ash hฤbihi ajma’in.
Jika yang ditanyakan adalah tentang hukum membaca Al-Qur’an dengan tajwid atau apa hukum mempelajari ilmu tajwid, maka para ulama berbeda pandangan dalam hal ini. Di antara mereka ada yang menyatakan wajibhukumnya membaca Al-Qur’an dengan kaidah-kaidah tajwid yang ada. Imam Al-Jazari menyatakan :
ูˆَุงู„ْุฃَุฎْุฐُ ุจِุงู„ุชَّุฌْูˆِูŠุฏِ ุญَุชْู€ู…ٌ ู„ุงَุฒِู…ُ * ู…َู†ْ ู„َู…ْ ูŠُุฌَูˆِّุฏِ ุงู„ْู‚ُู€ุฑَุขู†َ ุขุซِู€ู€ู…ُ * ู„ِุฃَู†َّู‡ُ ุจِู‡ِ ุงู„ْุฅِู„َู€ู€ู‡ُ ุฃَู†ْู€ู€ุฒَู„ุงَ * ูˆَู‡َูƒَู€ุฐَุง ู…ِู†ْู€ู‡ُ ุฅِู„َูŠْู†َุง ูˆَุตَู€ู„ุงَ
“Dan membaca dengan tajwid adalah merupakan keharusan yang wajib.
Barangsiapa tidak membaca dengan tajwid maka ia berdosa.
Karena dengan tajwid-lah Allah menurunkan Al-Qur’an Dan Al-Qur’an diriwayatkan sampai kepada kita dengan tajwid.”
(Muqaddimah Al-Jazariyah, bait no. 27-28 Oleh Imam Muhammad Syamsudin Muhammad bin Muhamamd Al-Jazari).
Namun demikian Imam Ibnu Utsaiminmenyatakan bahwa ilmu tajwid itu tidak wajib dan hanya sarana untuk memperbaiki dan memperelok bacaan Al-Qur’an. Beliau berkata dalam salah satu fatwa beliau :
ุณุฆู„ ุงู„ุดูŠุฎ – ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ – : ( ู…ุง ุฑุฃูŠ ูุถูŠู„ุชูƒู… ููŠ ุชุนู„ู… ุงู„ุชุฌูˆูŠุฏ ูˆุงู„ุงู„ุชุฒุงู… ุจู‡ ، ูˆู‡ู„ ุตุญูŠุญ ู…ุง ูŠุฐูƒุฑ ุนู† ูุถูŠู„ุชูƒู… ู…ู† ุงู„ูˆู‚ู ุจุงู„ุชุงุก ููŠ ู†ุญูˆ ( ุงู„ุตู„ุงุฉ ، ุงู„ุฒูƒุงุฉ ) ؟
ูุฃุฌุงุจ ู‚ุงุฆู„ุง : (( ู„ุง ุฃุฑู‰ ูˆุฌูˆุจ ุงู„ุงู„ุชุฒุงู… ุจุฃุญูƒุงู… ุงู„ุชุฌูˆูŠุฏ ุงู„ุชูŠ ูุตู„ุช ุจูƒุชุจ ุงู„ุชุฌูˆูŠุฏ ، ูˆุฅู†ู…ุง ุฃุฑู‰ ุฃู†ู‡ุง ู…ู† ุจุงุจ ุชุญุณูŠู† ุงู„ู‚ุฑุงุกุฉ ، ، ูˆุจุงุจ ุงู„ุชุญุณูŠู† ุบูŠุฑ ุจุงุจ ุงู„ุฅู„ุฒุงู… ، ูˆู‚ุฏ ุซุจุช ููŠ ุตุญูŠุญ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ุนู† ุฃู†ุณ ุจู† ู…ุงู„ูƒ – ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ – ุฃู†ู‡ ุณุฆู„ ูƒูŠู ูƒุงู†ุช ู‚ุฑุงุกุฉ ุงู„ู†ุจูŠ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ؟ ูู‚ุงู„ : ูƒุงู†ุช ู…ุฏًّุง ، ู‚ุฑุฃ : { ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑุญูŠู… } ูŠู…ุฏ ุจุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ، ูˆูŠู…ุฏ ุงู„ุฑุญู…ู† ، ูˆูŠู…ุฏ ุงู„ุฑุญูŠู… ، ูˆุงู„ู…ุฏ ู‡ู†ุง : ุทุจูŠุนูŠ ู„ุง ูŠุญุชุงุฌ ุฅู„ู‰ ุชุนู…ุฏู‡ ูˆุงู„ู†ุต ุนู„ูŠู‡ ، ู‡ู†ุง ูŠุฏู„ ุนู„ู‰ ุฃู†ู‡ ููˆู‚ ุงู„ุทุจูŠุนูŠ .
ูˆู„ูˆ ู‚ูŠู„ : ุจุฃู† ุงู„ุนู„ู… ุจุฃุญูƒุงู… ุงู„ุชุฌูˆูŠุฏ ุงู„ู…ูุตู„ุฉ ููŠ ูƒุชุจ ุงู„ุชุฌูˆูŠุฏ ูˆุงุฌุจ ، ู„ู„ุฒู… ุชุฃุซูŠู… ุฃูƒุซุฑ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ุงู„ูŠูˆู… ، ูˆู„ู‚ู„ู†ุง ู„ู…ู† ุฃุฑุงุฏ ุงู„ุชุญุฏุซ ุจุงู„ู„ุบุฉ ุงู„ูุตุญู‰ : ” ุทุจّู‚ ุฃุญูƒุงู… ุงู„ุชุฌูˆูŠุฏ ููŠ ู†ุทู‚ูƒ ุจุงู„ุญุฏูŠุซ ูˆูƒุชุจ ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ، ูˆุชุนู„ูŠู…ูƒ ، ูˆู…ูˆุงุนุธูƒ ” ، ูˆู„ูŠุนู„ู… ุฃู† ุงู„ู‚ูˆู„ ุจุงู„ูˆุฌูˆุจ ูŠุญุชุงุฌ ุฅู„ู‰ ุฏู„ูŠู„ ุชُุจَุฑุฃ ุจู‡ ุงู„ุฐู…ุฉ ุฃู…ุงู… ุงู„ู„ู‡ – ุนุฒ ูˆุฌู„ – ููŠ ุฅู„ุฒุงู… ุนุจุงุฏู‡ ุจู…ุง ู„ุง ุฏู„ูŠู„ ุนู„ู‰ ุฅู„ุฒุงู…ู‡ู… ุจู‡ ู…ู† ูƒุชุงุจ ุงู„ู„ู‡ – ุชุนุงู„ู‰ – ุฃูˆ ุณู†ุฉ ุฑุณูˆู„ู‡ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ، ุฃูˆ ุฅุฌู…ุงุน ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† .
ูˆู‚ุฏ ุฐูƒุฑ ุดูŠุฎู†ุง ุนุจุฏ ุงู„ุฑุญู…ู† ุจู† ุณุนุฏูŠ – ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ – ููŠ ุฌูˆุงุจ ู„ู‡ : ” ุฃู† ุงู„ุชุฌูˆูŠุฏ ุญุณุจ ุงู„ู‚ูˆุงุนุฏ ุงู„ู…ูุตู„ุฉ ููŠ ูƒุชุจ ุงู„ุชุฌูˆูŠุฏ ุบูŠุฑ ูˆุงุฌุจ ” .
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : “Apa pendapat Fadhilatusy Syaikh tentang ilmu tajwid dan mempraktekkannya ? Apakah benar apa yang disebutkan tentang anda akan waqof/berhenti pada huruf ta’ di kata (ShalatZakat) ?”.
Beliau menjawab : 

“Saya tidak berpendapat wajibnya mempraktekkan hukum tajwid yang dirinci di dalam kitab-kitab tajwid. Saya berpendapat hal itu hanya menjadi sarana untuk memperbaiki bacaan, dan bab tahsin/memperbaiki, bukan bab al-Ilzam/keharusan. Telah disebutkan di dalam Shahih Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ditanya bagaimana dulu bacaan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Ia menjawab, ‘Bacaan beliau adalah mad ketika membaca Bismillahirrahmanirrahim, memanjangkan bismillah, memanjangkan Ar Rahman, memanjangkan Ar Rahim. Padahal mad di sini adalah mad thabi’i tidak butuh untuk sengaja memanjangkan, sedang nash/dalil ini menunjukkan mad nya melebihi mad thabi’i.’
Seandainya dikatakan bahwa hukum-hukum yang dituliskan di dalam kitab-kitab tajwid hukumnya wajib, maka akan memberikan konsekwensi berdosanya banyak sekali kaum muslimin. Dan kita akan mengatakan bagi orang yang hendak berbicara dengan bahasa arab fasih, ‘Praktekkan ilmu tajwid ketika kalian membaca hadits dan kitab-kitab para ulama, dalam pengajaran kalian dan dalam nasehat-nasehat kalian.’
Dan hendaknya diketahui bahwa pendapat yang mewajibkan ( membaca sesuai tajwid ~ed), membutuhkan dalil yang akan melepaskan tanggung jawab dihadapan Allah kelak, yang terambil dari kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam atau ijma’/kesepakatan para ulama.
Dan Syaikh kami, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menyebutkan di dalam salah satu fatwa beliau bahwa tajwid sesuai yang dirinci di dalam kitab-kitab tajwid itu tidak wajib hukumnya.”
(Kitabul Ilmi : 163 oleh Imam Ibnu Utsaimin)
Kesimpulannya adalah : Apa hukum mempelajari ilmu tajwid (hukum ilmu tajwid) diperselisihkan oleh para ulama’ dan kami meyakini serta memilih pendapat yang menyatakan tidak wajib sebagaimana dipilih oleh Syaikh Ibnu Utsaimin dan guru beliau Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahihahumallahu Ta’ala. Simak juga artikel bolehkah tilawah quran dengan irama yang dibuat-buat
Wallohu A’lam
Wabillahit taufiq
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Abu Aswad al Bayati ุญูุธู‡ ุงู„ู„ู‡
Rabu, 07Jumada al-Ula 1439H / 24 Januari 2018M


Referensi: https://bimbinganislam.com/apa-hukum-mempelajari-ilmu-tajwid-membaca-al-quran/
Modul Belajar Tahsin /Tajwid Al-Qur'an

Rumah Ilmu Al Furqon

Depok, 25 Juli 2019


Pengantar Ilmu Tajwid
Oleh Ustadz Walid Abdurrahman


Alhamdulillah kita diberikan oleh Allah waktu luang dan sehat sehingga kita bisa bertholabul Ilmi , dan mudah-mudahan ilmu yg kita cari /yang akan kita pelajari akan menjadi bekal utk kita melaksanakan ibadah2 kepada Allah ..aamiin

Sebagai tholabul Ilmi maka para ulama menganjurkan kepada kita semua ketika kita bertholabul Ilmi maka salah satunya harus memiliki sifat sabar atau bermental/bersifat sabar dan mempunyai rasa semangat untuk mempelajari ilmu syar'i terutama terlebih ketika kita mempelajari Alquran baik dari bacaan , menghafalnya , memeliharanya , memahami tafsirnya dan mengamalkannya semua itu butuh kepada kesabaran dan perlu semangat untuk mempelajarinya .

Ada bebebrapa penyakit yang sering menimpa tholabul Ilmi salah satunya adalah penyakit putus asa terhadap apa yang kita pelajari.
Seperti ketika mempelajari Alquran , kita merasa susah baru baca ุฃ langsung disalahkan /suruh diulang2 beberapa kali.
Ini hal yang wajar jika kita mempelajari bacaan Alquran harus demikian karena berkaitan dengan makhrojul huruf, sifatul huruf , panjang pendek bacaan, tipis tebal nya setiap huruf dll.
Dan jika kita mempelajari bacaan Alquran
di majlis ilmu bukan merupakan aib jika disuruh diulang2 atau disalahkan .

Bahkan ada 2 perkara yang sering menimpa tholabul Ilmi yaitu :.
1. Sifat takabur
2. Sifat malu

"Orang yang takabur dan malu sudah mesti dipastikan tidak akan mendapatkan ilmu terlebih  ilmu bacaan Alquran".

Sifat malu itu biasanya dimiliki oleh para tholib/tholibah (murid).
Sementara sifat takabur dimiliki oleh para asatidz /asatidzah  karena merasa sudah benar , bisa dan sudah mampu sehingga enggan mendatangi majlis ilmu.

Rasa malu yang ada pada tholibah seperti rasa malu ketika belum bisa baca Alquran , belum paham huruf , apalagi ketika hadir di majlis ilmu dia sendiri yang belum bisa yang lain sudah bisa lalu malu kepada orang yg sudah pinter tersebut.

Dan sudah dipastikan rasa malu ini tidak bisa mendapatkan ilmu, ilmu apapun Hatta bacaan Al Quran .

Sekarang tugas kita para tholib untuk belajar bacaan Alquran dengan banyak melatih huruf2 karena setiap huruf yang kita baca akan menghasilkan pahala , bahkan kita tidak paham apa yg kita baca insya Allah akan mendapatkan pahala .

Buktinya ketika kita bisa baca Alif laaaammmiiim tidak ada maknanya karena hanya Allah yg tahu tapi setiap huruf mendapatkan kebaikan dan dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan.
(Ada dalam hadist Nabi)

Ketika kita belum bisa /masih teebata-bata membaca Al-Qur'an maka kita tetap mendapatkan pahala dan jika kita mahir membaca Al-Qur'an maka bersama malaikat yg mulia dan  dekat (malaikat yg paling dekat kepada Allah ).
(Ada dalam hadist)

Berbeda dg bacaan yang lain ketika tidak paham maka kita tentu tidak bersemangat dalam mempelajari nya .
Sementara dg kitab  Alquran ketika kita tidak paham maka kita pengen belajar huruf2 nya, pengen bisa lancar membacanya , pengen bisa menghafal nya meski kita tak paham .

Yang lebih afdhol ketika kita membacanya maka kita mentadaburinya memahami maknanya.
Karena tujuan kita mempelajari Alquran selain untuk membacanya , mentadaburinya, menghafalkan nya namun yg paling penting adalah mengamalkannya .

Mana mungkin kita mampu mengamalkannya kalo Alquran tsb tidak kita baca , tidak kita pahami.
Jadi selain kita perlu membacanya , memahaminya , menghafal nya dan tujuan akhir adalah kita mengamakannya.

Kata Imam Jazary
"Membaca , menghafalkannya itu hanya wasilah saja untuk memahami ayat2 Alquran   dan mengamalkannya "

Lebih afdhol lagi ketika kita membaca sedikit tetapi dipahami , diamalkan itu tentu sangat baik dari pada banyak menghafal tetapi tidak paham dan tidak diamalkan

Kewajiban kita teehadap Al-Qur'an adalah :
1. Mempelajarinya
2. Memahami
3. Mentadaburinya
4. Menghafalkan
5. Mengamalkannya/mendakwahkan nya


___________________________________

Keutamaan Membaca Al Qur’an


Penulis : Ahmad Zaenuddin LC 
Sebagian orang malas membaca Al Quran padahal di dalam terdapat petunjuk untuk hidup di dunia.

Sebagian orang merasa tidak punya waktu untuk membaca Al Quran padahal di dalamnya terdapat pahala yang besar.

Sebagian orang merasa tidak sanggup belajar Al Quran karena sulit katanya, padahal membacanya sangat mudah dan sangat mendatangkan kebaikan. 

Mari perhatikan hal-hal berikut:

Membaca Al Quran adalah perdagangan yang tidak pernah merugi

{ุงู„َّุฐِูŠู†َ ูŠَุชْู„ُูˆู†َ ูƒِุชَุงุจَ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุฃَู‚َุงู…ُูˆุง ุงู„ุตَّู„َุงุฉَ ูˆَุฃَู†ْูَู‚ُูˆุง ู…ِู…َّุง ุฑَุฒَู‚ْู†َุงู‡ُู…ْ ุณِุฑًّุง ูˆَุนَู„َุงู†ِูŠَุฉً ูŠَุฑْุฌُูˆู†َ ุชِุฌَุงุฑَุฉً ู„َู†ْ ุชَุจُูˆุฑَ (29) ู„ِูŠُูˆَูِّูŠَู‡ُู…ْ ุฃُุฌُูˆุฑَู‡ُู…ْ ูˆَูŠَุฒِูŠุฏَู‡ُู…ْ ู…ِู†ْ ูَุถْู„ِู‡ِ ุฅِู†َّู‡ُ ุบَูُูˆุฑٌ ุดَูƒُูˆุฑٌ (30)}
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
ู‚ุงู„ ู‚ุชุงุฏุฉ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡: ูƒุงู† ู…ُุทَุฑู، ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡، ุฅุฐุง ู‚ุฑุฃ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุขูŠุฉ ูŠู‚ูˆู„: ู‡ุฐู‡ ุขูŠุฉ ุงู„ู‚ุฑุงุก
“Qatadah (wafat: 118 H) rahimahullah berkata, “Mutharrif bin Abdullah (Tabi’in, wafat 95H) jika membaca ayat ini beliau berkata: “Ini adalah ayat orang-orang yang suka membaca Al Quran” (Lihat kitab Tafsir Al Quran Al Azhim).

Asy Syaukani (w: 1281H) rahimahullah berkata,
ุฃูŠ: ูŠุณุชู…ุฑّูˆู† ุนู„ู‰ ุชู„ุงูˆุชู‡ ، ูˆูŠุฏุงูˆู…ูˆู†ู‡ุง
“Maksudnya adalah terus menerus membacanya dan menjadi kebiasaannya”(Lihat kitab Tafsir Fath Al Qadir).

Dari manakah sisi tidak meruginya perdagangan dengan membaca Al Quran?
  1. Satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikanุนَู†ْ ุนَุจْุฏ ุงู„ู„َّู‡ِ ุจْู†َ ู…َุณْุนُูˆุฏٍ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ูŠَู‚ُูˆู„ُ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- « ู…َู†ْ ู‚َุฑَุฃَ ุญَุฑْูًุง ู…ِู†ْ ูƒِุชَุงุจِ ุงู„ู„َّู‡ِ ูَู„َู‡ُ ุจِู‡ِ ุญَุณَู†َุฉٌ ูˆَุงู„ْุญَุณَู†َุฉُ ุจِุนَุดْุฑِ ุฃَู…ْุซَุงู„ِู‡َุง ู„ุงَ ุฃَู‚ُูˆู„ُ ุงู„ู… ุญุฑْูٌ ูˆَู„َูƒِู†ْ ุฃَู„ِูٌ ุญَุฑْูٌ ูˆَู„ุงَู…ٌ ุญَุฑْูٌ ูˆَู…ِูŠู…ٌ ุญَุฑْูٌ ». “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan ุงู„ู… satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469) ุนَู†ْ ุนَุจْุฏِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุจู† ู…ุณุนูˆุฏ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚َุงู„َ : ุชَุนَู„َّู…ُูˆุง ู‡َุฐَุง ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ، ูَุฅِู†َّูƒُู…ْ ุชُุคْุฌَุฑُูˆู†َ ุจِุชِู„ุงَูˆَุชِู‡ِ ุจِูƒُู„ِّ ุญَุฑْูٍ ุนَุดْุฑَ ุญَุณَู†َุงุชٍ ، ุฃَู…َุง ุฅِู†ِّู‰ ู„ุงَ ุฃَู‚ُูˆู„ُ ุจِ ุงู„ู… ูˆَู„َูƒِู†ْ ุจِุฃَู„ِูٍ ูˆَู„ุงَู…ٍ ูˆَู…ِูŠู…ٍ ุจِูƒُู„ِّ ุญَุฑْูٍ ุนَุดْุฑُ ุญَุณَู†َุงุชٍ.“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pelajarilah Al Quran ini, karena sesungguhnya kalian diganjar dengan membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak mengatakan itu untuk ุงู„ู… , akan tetapi untuk untuk Alif, Laam, Miim, setiap hurufnya sepuluh kebaikan.” (Atsar riwayat Ad Darimy dan disebutkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 660).
  2. Dan hadits ini sangat menunjukan dengan jelas, bahwa muslim siapapun yang membaca Al Quran baik paham atau tidak paham, maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana yang dijanjikan. Dan sesungguhnya kemuliaan Allah Ta’ala itu Maha Luas, meliputi seluruh makhluk, baik orang Arab atau ‘Ajam (yang bukan Arab), baik yang bisa bahasa Arab atau tidak.
  3. Kebaikan akan menghapuskan kesalahan.{ุฅِู†َّ ุงู„ْุญَุณَู†َุงุชِ ูŠُุฐْู‡ِุจْู†َ ุงู„ุณَّูŠِّุฆَุงุชِ} [ู‡ูˆุฏ: 114]Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud: 114)
  4. Setiap kali bertambah kuantitas bacaan, bertambah pula ganjaran pahala dari Allah.ุนู†ْ ุชَู…ِูŠู…ٍ ุงู„ุฏَّุงุฑِู‰ِّ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚َุงู„َ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- « ู…َู†ْ ู‚َุฑَุฃَ ุจِู…ِุงุฆَุฉِ ุขูŠَุฉٍ ูِู‰ ู„َูŠْู„َุฉٍ ูƒُุชِุจَ ู„َู‡ُ ู‚ُู†ُูˆุชُ ู„َูŠْู„َุฉٍ»“Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468).
  5. Bacaan Al Quran akan bertambah agung dan mulia jika terjadi di dalam shalat.ุนَู†ْ ุฃَุจِู‰ ู‡ُุฑَูŠْุฑَุฉَ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚َุงู„َ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- « ุฃَูŠُุญِุจُّ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ ุฅِุฐَุง ุฑَุฌَุนَ ุฅِู„َู‰ ุฃَู‡ْู„ِู‡ِ ุฃَู†ْ ูŠَุฌِุฏَ ูِูŠู‡ِ ุซَู„ุงَุซَ ุฎَู„ِูَุงุชٍ ุนِุธَุงู…ٍ ุณِู…َุงู†ٍ ู‚ُู„ْู†َุง ู†َุนَู…ْ. ู‚َุงู„َ « ูَุซَู„ุงَุซُ ุขูŠَุงุชٍ ูŠَู‚ْุฑَุฃُ ุจِู‡ِู†َّ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ ูِู‰ ุตَู„ุงَุชِู‡ِ ุฎَูŠْุฑٌ ู„َู‡ُ ู…ِู†ْ ุซَู„ุงَุซِ ุฎَู„ِูَุงุชٍ ุนِุธَุงู…ٍ ุณِู…َุงู†ٍ“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maukah salah seorang dari kalian jika dia kembali ke rumahnya mendapati di dalamnya 3 onta yang hamil, gemuk serta besar?” Kami (para shahabat) menjawab: “Iya”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Salah seorang dari kalian membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada mendapatkan tiga onta yang hamil, gemuk dan besar.” (HR. Muslim).

Membaca Al Quran bagaimanapun akan mendatangkan kebaikan

ุนَู†ْ ุนَุงุฆِุดَุฉَ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง ู‚َุงู„َุชْ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- « ุงู„ْู…َุงู‡ِุฑُ ุจِุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ู…َุนَ ุงู„ุณَّูَุฑَุฉِ ุงู„ْูƒِุฑَุงู…ِ ุงู„ْุจَุฑَุฑَุฉِ ูˆَุงู„َّุฐِู‰ ูŠَู‚ْุฑَุฃُ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ูˆَูŠَุชَุชَุนْุชَุนُ ูِูŠู‡ِ ูˆَู‡ُูˆَ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุดَุงู‚ٌّ ู„َู‡ُ ุฃَุฌْุฑَุงู†ِ »
“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).

Membaca Al Quran akan mendatangkan syafa’at

ุนَู†ْ ุฃَุจูŠ ุฃُู…َุงู…َุฉَ ุงู„ْุจَุงู‡ِู„ِู‰ُّ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚َุงู„َ ุณَู…ِุนْุชُ ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ูŠَู‚ُูˆู„ُ « ุงู‚ْุฑَุกُูˆุง ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ูَุฅِู†َّู‡ُ ูŠَุฃْุชِู‰ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ุดَูِูŠุนًุง ู„ุฃَุตْุญَุงุจِู‡ِ
“Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).
Masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang memotivasi seseorang untuk memperbanyak bacaan Al Quran terutama di bulan membaca Al Quran.
Dan pada tulisan kali ini hanya menyebutkan sebagian kecil keutamaan dari membaca Al Quran bukan untuk menyebutkan seluruh keutamaannya.
Dan ternyata generasi yang diridhai Allah itu, adalah mereka orang-orang yang giat dan semangat membaca Al Quran bahkan mereka mempunyai jadwal tersendiri untuk baca Al Quran.
ุนَู†ْ ุฃَุจِู‰ ู…ُูˆุณَู‰ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚َุงู„َ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- « ุฅِู†ِّู‰ ู„ุฃَุนْุฑِูُ ุฃَุตْูˆَุงุชَ ุฑُูْู‚َุฉِ ุงู„ุฃَุดْุนَุฑِูŠِّูŠู†َ ุจِุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ุญِูŠู†َ ูŠَุฏْุฎُู„ُูˆู†َ ุจِุงู„ู„َّูŠْู„ِ ูˆَุฃَุนْุฑِูُ ู…َู†َุงุฒِู„َู‡ُู…ْ ู…ِู†ْ ุฃَุตْูˆَุงุชِู‡ِู…ْ ุจِุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ุจِุงู„ู„َّูŠْู„ِ ูˆَุฅِู†ْ ูƒُู†ْุชُ ู„َู…ْ ุฃَุฑَ ู…َู†َุงุฒِู„َู‡ُู…ْ ุญِูŠู†َ ู†َุฒَู„ُูˆุง ุจِุงู„ู†َّู‡َุงุฑِ…»
“Abu Musa Al Asy’ary radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui suara kelompok orang-orang keturunan Asy’ary dengan bacaan Al Quran, jika mereka memasuki waktu malam dan aku mengenal rumah-rumah mereka dari suara-suara mereka membaca Al Quran pada waktu malam, meskipun sebenarnya aku belum melihat rumah-rumah mereka ketika mereka berdiam (disana) pada siang hari…” (HR. Muslim).
MasyaAllah, coba kita bandingkan dengan diri kita apakah yang kita pegang ketika malam hari, sebagian ada yang memegang remote televisi menonton program-program yang terkadang bukan hanya tidak bermanfaat tetapi mengandung dosa dan maksiat, apalagi di dalam bulan Ramadhan.
Dan jikalau riwayat di bawah ini shahih tentunya juga akan menjadi dalil penguat, bahwa kebiasan generasi yang diridhai Allah yaitu para shahabat radhiyallahu ‘anhum ketika malam hari senantiasa mereka membaca Al Quran. Tetapi riwayat di bawah ini sebagian ulama hadits ada yang melemahkannya.
ุนَู†ْ ุฃَุจِู‰ ุตَุงู„ِุญٍ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ู‚َุงู„َ ู‚َุงู„َ ูƒَุนْุจٌ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: ู†َุฌِุฏُ ู…َูƒْุชُูˆุจุงً : ู…ُุญَู…َّุฏٌ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ู„ุงَ ูَุธٌّ ูˆَู„ุงَ ุบَู„ِูŠุธٌ ، ูˆَู„ุงَ ุตَุฎَّุงุจٌ ุจِุงู„ุฃَุณْูˆَุงู‚ِ ، ูˆَู„ุงَ ูŠَุฌْุฒِู‰ ุจِุงู„ุณَّูŠِّุฆَุฉِ ุงู„ุณَّูŠِّุฆَุฉَ ، ูˆَู„َูƒِู†ْ ูŠَุนْูُูˆ ูˆَูŠَุบْูِุฑُ ، ูˆَุฃُู…َّุชُู‡ُ ุงู„ْุญَู…َّุงุฏُูˆู†َ ، ูŠُูƒَุจِّุฑُูˆู†َ ุงู„ู„َّู‡َ ุนَุฒَّ ูˆَุฌَู„َّ ุนَู„َู‰ ูƒُู„ِّ ู†َุฌْุฏٍ ، ูˆَูŠَุญْู…َุฏُูˆู†َู‡ُ ูِู‰ ูƒُู„ِّ ู…َู†ْุฒِู„َุฉٍ ، ูŠَุชَุฃَุฒَّุฑُูˆู†َ ุนَู„َู‰ ุฃَู†ْุตَุงูِู‡ِู…ْ ، ูˆَูŠَุชَูˆَุถَّุฆُูˆู†َ ุนَู„َู‰ ุฃَุทْุฑَุงูِู‡ِู…ْ ، ู…ُู†َุงุฏِูŠู‡ِู…ْ ูŠُู†َุงุฏِู‰ ูِู‰ ุฌَูˆِّ ุงู„ุณَّู…َุงุกِ ، ุตَูُّู‡ُู…ْ ูِู‰ ุงู„ْู‚ِุชَุงู„ِ ูˆَุตَูُّู‡ُู…ْ ูِู‰ ุงู„ุตَّู„ุงَุฉِ ุณَูˆَุงุกٌ ، ู„َู‡ُู…ْ ุจِุงู„ู„َّูŠْู„ِ ุฏَูˆِู‰ٌّ ูƒَุฏَูˆِู‰ِّ ุงู„ู†َّุญْู„ِ ، ู…َูˆْู„ِุฏُู‡ُ ุจِู…َูƒَّุฉَ ، ูˆَู…ُู‡َุงุฌِุฑُู‡ُ ุจِุทَูŠْุจَุฉَ ، ูˆَู…ُู„ْูƒُู‡ُ ุจِุงู„ุดَّุงู…ِ
“Abu Shalih berkata: “Ka’ab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kami dapati tertulis (di dalam kitab suci lain): “Muhammad adalah Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, tidak kasar, tidak pemarah, tidak berteriak di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan akan tetapi memaafkan dan mengampuni, dan umat (para shahabat)nya adalah orang-orang yang selalu memuji Allah, membesarkan Allah ‘Azza wa Jalla atas setiap perkara, memuji-Nya pada setiap kedudukan, batas pakaian mereka pada setengah betis mereka, berwudhu sampai ujung-ujung anggota tubuh mereka, yang mengumandangkan adzan mengumandangkan di tempat atas, shaf mereka di dalam pertempuran dan di dalam shalat sama (ratanya), mereka memiliki suara dengungan seperti dengungannya lebah pada waktu malam, tempat kelahiran beliau adalah Mekkah, tempat hijranya adalah Thayyibah (Madinah) dan kerajaannya di Syam.”
Maksud dari “mereka memiliki suara dengungan seperti dengungannya lebah pada waktu malam” adalah:
ุฃูŠ ุตูˆุช ุฎููŠ ุจุงู„ุชุณุจูŠุญ ูˆุงู„ุชู‡ู„ูŠู„ ูˆู‚ุฑุงุกุฉ ุงู„ู‚ุฑุขู† ูƒุฏูˆูŠ ุงู„ู†ุญู„
“Suara yang lirih berupa ucapan tasbih (Subhanallah), tahlil (Laa Ilaaha Illallah), dan bacaan Al Quran seperti dengungannya lebah”. (Lihat kitab Mirqat Al Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih).

Salah satu ibadah paling agung adalah membaca Al Quran

ุนَู†ِ ุงุจْู†ِ ุนَุจَّุงุณٍ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู…ุง : ุถَู…ِู†َ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„ِู…َู†َ ุงุชَّุจَุนَ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ุฃَู†ْ ู„ุงَ ูŠَุถِู„َّ ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ، ูˆَู„ุงَ ูŠَุดْู‚َู‰ ูِูŠ ุงู„ุขุฎِุฑَุฉِ ، ุซُู…َّ ุชَู„ุงَ {ูَู…َู†َ ุงุชَّุจَุนَ ู‡ُุฏَุงูŠَ ูَู„ุงَ ูŠَุถِู„ُّ ูˆَู„ุงَ ูŠَุดْู‚َู‰}
“Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Allah telah menjamin bagi siapa yang mengikuti Al Quran, tidak akan sesat di dunia dan tidak akan merugi di akhirat”, kemudian beliau membaca ayat:
{ูَู…َู†َ ุงุชَّุจَุนَ ู‡ُุฏَุงูŠَ ูَู„ุงَ ูŠَุถِู„ُّ ูˆَู„ุงَ ูŠَุดْู‚َู‰}
“Lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (QS. Thaha: 123) (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Mushannaf Ibnu Abi Syaibah).
ุนَู†ْ ุฎَุจَّุงุจِ ุจْู†ِ ุงู„ْุฃَุฑَุชِّ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ุฃَู†َّู‡ُ ู‚َุงู„َ: ” ุชَู‚َุฑَّุจْ ู…َุง ุงุณْุชَุทَุนْุชَ، ูˆَุงุนْู„َู…ْ ุฃَู†َّูƒَ ู„َู†ْ ุชَุชَู‚َุฑَّุจَ ุฅِู„َู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ุจِุดَูŠْุกٍ ุฃَุญَุจَّ ุฅِู„َูŠْู‡ِ ู…ِู†ْ ูƒَู„َุงู…ِู‡ِ “
“Khabbab bin Al Arat radhiyallahu ‘anhu berkata: “Beribadah kepada Allah semampumu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan pernah beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibandingkan (membaca) firman-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).
ุนَู†ْ ุนَุจْุฏِ ุงู„ู„ู‡ِ ุจู† ู…ุณุนูˆุฏ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ، ุฃู†ู‡ ู‚َุงู„َ: ” ู…َู†ْ ุฃَุญَุจَّ ุฃَู†ْ ูŠَุนْู„َู…َ ุฃَู†َّู‡ُ ูŠُุญِุจُّ ุงู„ู„ู‡َ ูˆَุฑَุณُูˆู„َู‡ُ ูَู„ْูŠَู†ْุธُุฑْ، ูَุฅِู†ْ ูƒَุงู†َ ูŠُุญِุจُّ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†َ ูَุฅِู†َّู‡ُ ูŠُุญِุจُّ ุงู„ู„ู‡َ ูˆَุฑَุณُูˆู„َู‡ُ “
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).
ูˆู‚ุงู„ ูˆู‡ูŠุจ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡: “ู†ุธุฑู†ุง ููŠ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ูˆุงู„ู…ูˆุงุนุธ ูู„ู… ู†ุฌุฏ ุดูŠุฆًุง ุฃุฑู‚ ู„ู„ู‚ู„ูˆุจ ูˆู„ุง ุฃุดุฏ ุงุณุชุฌู„ุงุจًุง ู„ู„ุญุฒู† ู…ู† ู‚ุฑุงุกุฉ ุงู„ู‚ุฑุขู† ูˆุชูู‡ู…ู‡ ูˆุชุฏุจุฑู‡”
“Berkata Wuhaib rahimahullah: “Kami telah memperhatikan di dalam hadits-hadits dan nasehat ini, maka kami tidak mendapati ada sesuatu yang paling melembutkan hati dan mendatangkan kesedihan dibandingkan bacaan Al Quran, memahami dan mentadabburinya”.
*) Rabu, 10 Ramadhan 1432 H, Dammam KSA.


Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/8669-keutamaan-membaca-al-quran.html



________________________________


Pentingnya mempelajari Ilmu Tajwid

Oleh Ustadz Rendy

Definisi Tajwid
Imam jazary berkata :

"Adapun makna tajwid adalah memberikan setiap huruf hak berupa sifat2 nya dan juga mustahaknya"

Yang wajib secara mutlak bagi para pembaca Alquran sebelum mereka mulai membaca Al Qur'an hendaklah terlebih dahulu mempelajari dan memahami:
1. Tempat2 keluarnya huruf Hijaiyah serta sifat2 yang mengiringi nya agar mereka bisa mengucapkan huruf demi huruf tsb dengan bahasa yang paling fashih

2. Menguasai dan mampu menerapkan kaedah2 tajwid juga kaedah2 waqof (cara berhenti dan memahami , membaca Alquran ) dengan baik dan benar serta memahami apa2 yang terlintas pada mushaf2 Utsmani .


Tajwid dalam ilmu bahasa Arab berarti Jawwada , Yujawwidu , tajwidan yang artinya sapa dengan tahsin yaitu  membaguskan.
Secara bahasa tajwid itu attahsinu artinya membaguskan








Bismillah, Assalamu'Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh..

Renungan bagi kita yang...

Mengaku bermanhaj salaf
Aqidahnya aqidah salaf
Mengaku paling Salafiy

Sebelum, bergampang-gampang menghina manhaj orang lain sebagai manhaj lalat, manhaj gado-gado. Mengeluarkan orang lain dari manhaj salaf. Menuduh orang lain bukan Salafiy lagi

Saya nasihatkan, belajarlah kutub ini terlebih dahulu. Dan harus bersama guru, dengan bimbingan guru, baik di ma'had maupun diluar ma'had

Tsalatsatul Ushul
Al Ushuluts Tsalatsah
Qawa’idul Arba’
Kitabut Tauhid
Ushulus Sittah
Ushulus Sunnah
Lum’atuul I’tiqad
Qawaidul Mutsla
Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah
Al Aqidah AthThahawiyah
Masa’il Jahiliyyah
Kasyfusy Syubuhat
Nawaqidhul Al Islam
Al Waajibaat

Dan, masih banyak yang lain yang dipelajari seorang Salafiy

Saya sebut sebagian kitab diatas, karena kitab-kitab Aqidah dan Tauhid tersebut yang saya pelajari langsung kepada guru, selama tahun 2000-2013 baik di beberapa ma'had maupun diluar ma'had, baik dengan asatidzah yang belajar kepada Syaikh Muqbil di Yaman maupun yang dari Madinah

Seorang Salafiy pasti mempelajarinya dan bahkan pasti pernah hafal isi kitab-kitab diatas meski hanya matannya

Jadi, jangan sampai Saudaraku, Kitab-kitab diatas mendengar namanya saja belum pernah, siapa penulisnya juga tidak tau. Apalagi mempelajarinya dan menghafalkannya. Bahkan membedakan Tsalatsatul Ushul dan Al Ushul Ats Tsalatsah saja tidak bisa

Akan tetapi, kok sudah berani menyibukkan diri dengan menfitnah manhaj orang lain. Sibuk di sosmed bak seorang mufti dan syaikh yang banyak ilmunya lalu menyalahkan pendapat orang lain, padahal satu kitab diatas pun belum pernah mempelajarinya

Jangan lagi, kita gampang mengeluarkan seseorang dari manhaj salaf hanya karena berbeda dalam perkara muamalah dan fiqh

Karena sejatinya, muamalah seorang Salafiy sejati adalah muamalah yang penuh kasih kepada sesama bahkan yang berbeda. Dakwah seorang Salafiy sejati tidak pernah menghina dan mencela kepada mereka yang berbeda apalagi dibumbui dengan menuduh, menghibah, memfitnah, su'udzon dsb

Maka, jangan kita mengaku Salafiy, kalau akhlaq kita jauh dari akhlaq Salaf

Mari kita sibukkan dengan belajar dan belajar, memuraja'ah ilmu, mengamalkan dan mendakwahkannya. Jangan kita bak singa di sosial media, namun sejatinya kita hanyalah singa ompong atau bahkan kitten yang baru lahir yang tak berdaya dan tak bisa apa apa

Semoga Allah Bimbing kita, Menambahkan ilmu yang naafi' kepada kita, menjadikan kita manusia yang arif dan penuh hikmah, santun dan belas kasih dengan sesama kita serta mencabut sifat kibr dalam diri kita yang akan membuat seorang hamba dijauhkan dari surga Allah Ta'ala..
Masalah RT


"DESPRATE HOUSEWIFE"

By : Ifa Zahida Dja'far

Untuk sahabat ku para isteri...

Tadinya tak ingin aku mengungkapkan isi hati ini, namun belakangan begitu sering aku mendengar kelus kesah dari para sahabatku...mereka yang saat ini menjadi seorang ISTRI...

Sebelum menikah rasanya semua perempuan berharap bahwa menikah itu indah, semua akan terasa manis...dan semua hal bisa diselesaikan bersama lelaki pilihannya

Setelah proses akad nikah selesai, maka lelaki menjadi Imam dalam rumah tangga...dan perempuan menjadi makmum, sehingga terjadi keselarasan langkah..laki-laki menjadi Imam bukan semata-mata memerintah atas kehendak pribadinya sehingga bisa menjadi superior, begitu juga dengan perempuan...ketika posisinya menjadi makmum bukan berarti tidak punya hak untuk bicara dan menentukan pilihan, semua bisa dibicarakan...semua bisa dikomunikasikan sehingga masalah bisa terpecahkan (idealnya seperti itu..)

Waktu terus berjalan...hari demi hari dilalui dengan indah, masih ada sejuta cinta..segudang sayang...suami kita selalu dinanti kehadirannya, pulang disambut dengan senyum keikhlasan, sang suami pun membawakan oleh-oleh kesukaan...bahkan mungkin setangkai bunga nan indah...

Tak terasa...satu dua tahun berjalan, kita mulai menemukan hal2 kecil yang berbeda...mulai dari kebiasaan makan, berpakaian, menyikapi sesuatu, bergaul, dan sebagainya...awalnya biasa saja, istri hanya terkejut dalam hati kemudian mulai dibicarakan kepada suami...pada proses komunikasi tersebut kadang ada saja yang membuat "not happy ending", lama kelamaan kondisi ini menjadi besar...belum lagi ditambah masalah penghasilan yang diperoleh suami...dapat rezeki bulanan malah wajah  jadi merengut

Saat anak belum hadir menggenapkan kesempuarnaan rumah tangga, mungkin tidak terlalu masalah ( namun pada kondisi mereka yang membutuhkan waktu tidak sedikit menanti datangnya buah hati...akhirnya ini bisa menjadi masalah serius) setelah hadirnya anak masalah akan bertambah (jika tidak diselesaikan).

Hadirnya anak ternyata tidak cukup menyelesaikan masalah...saat anak belum genap 1 tahun, istri sudah hamil lagi dan kejadian tersebut bisa berulang pada anak berikutnya dan berikutnya..belum lagi masalah jumlah penghasilan suami yang tidak mencukupi sehingga isteri harus bekerja, dengan segala keterbatasan tanaga sang isteri akhirnya keluar rumah dipagi hari dan kembali kerumah petang bahkan malam hari...

Salah seorang teman SMA saya menghubungi via telpon (ibu muda beranak 3), dia menumpahkan segala kekesalan, keletihan dan kebosanannya pada pekerjaan...karena pada posisinya sebagai kepala bagian di bank swasta bonafit dia harus siap berangkat pagi pulang malam...kadang saat dia menghubungi saya diatas jam 7 malam posisinya masih ada dikantor...sampai suatu kali dia telpon dan bilang " lo tau ga Fa, gue adalah ibu yang paling sering dipanggil oleh sekolah...karena 2 anak gue yang sudah sekolah sering menjadi"trouble maker" dikelas...hmmm, lantas dia bercerita lagi..."belum tingkahnya kalau dirumah...ga mau denger kata2 gue, dan suka marah meledak2"...saya hanya diam sejenak, lalu dia bertanya" menurut lo apa penyebabnya? " aku hanya tersenyum dan bertanya padanya " berapa jam lo ada disamping anak saat dia melek? " apa lo ada disampingnya dan dengerin cerita serunya saat disekolah? tanya ku padanya...dan aku bertanya kembali " ada dimana lo saat dia lagi BT sama temennya karena mainannya direbut atau dia diusilin temannya sehingga itu membuatnya sedih ?" " ada siapa saat anak lo pulang sekolah" ??? karena di butuh curhat dan pelukan sang ibu,  beberapa pertanyaan yang saya ajukan sempat membuatnya tergagap ...saya hanya bilang padanya " ANAK-ANAK BUTUH KEHADIRAN MAMANYA DIRUMAH" bukan dengan "mba" yang jumlahnya lebih dari 1..sejak  itu saya berfikir ini hanya satu contoh kecil sahabat saya seorang ibu muda wanita karir yang memiliki masalah pada anak , bahkan saya sempat bilang...dari beberapa kasus anak bermasalahtingkah laku disekolah saya sebagian besar adalah mereka yang ibunya sibuk bekerja dan waktunya habis diluar rumah

Lain lagi cerita teman kuliah saya..yang atas kehendak-Nya diberi amanah anak lebih dari 4, hampir setiap tahun melahirkan...pada anak pertama dan kedua dia masih bilang Alhamdulillah..ketiga sampai kelima dia sudah mulai khawatir sampai baru2 ini dikehamilannya yang keenam dia bilang ke saya " gue stres!!! sampai kapan gue akan dikasih anak...gimana gue bisa kerja kalau begini sekolah tinggi tapi cuma dirumah, rasanya ingin dibuang saja yang ada didalam perut ini...Upss, masya Alloh..saya hanya bilang Alloh kasih yang terbaik...banyak perempuan didunia ini yang sangat ingin merasakan hamil dan punya anak, karena...itu adalah anaugerah terbesar dan terindah (saya jadi terkenang indahnya menjadi ibu hamil, amazing!!) dan perlu kita tau bahwa perempuan yang disukai adalah mereka yang bisa melahirkan banyak anak...dan jangan  khawatir, ibu yang berpendidikan kemungkinan besar akan lebih baik mendidik anak dari pada yang tiddak sekolah (walaupun tidak semua berlaku seperti itu)...

Belum lagi habis berfikir tentang teman kuliah saya, datang lagi seorang ibu yang bercerita tentang kondisi ekonominya yang sulit ditambah perilaku suaminya yang selingkuh...ada lagi yang datang dan bercerita bahwa kalau suaminya kesal dengan orang lain dia akan memukul istrinya sampai lebam...

dari beberapa cerita diatas saya hanya menghela nafas panjang...bahwa banyak diantara kita mengalami keputusasaan dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai isteri.. rasanya ingin menyudahi pernikahan ini, rasanya ingin lari sampai ingin bunuh diri..

tak dapat dipungkiri, tugas perempuan sebagai isteri, sebagai ibu, sebagai menantu, sebagai ipar begitu berat...sebagian besar amanah menjaga diri dan kehormatan suami ada ditangan istri, mendidik anak adalah tugas utama seorang ibu, menjadi menantu yang diinginkan mertua, menjadi ipar dan sebagainya adalah tugas berat

Namun, semua itu harus dijalani dengan segala keterbatasan yang kita miliki...satu hal yang bisa saya ambil dari semua cerita diatas..yaitu BERSYUKUR, karena jika kita bersyukur maka nikmat itu akan terus ditambah kata ALLOh ...nikmat bukan dari banyaknya harta, bukan dari banyaknya anak, bukan dari suami yang tampan tapi dari pancaran keimanan yang ada didada setiap manusia...Alloh SWT telah menggariskan setiap posisi dan peran dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing

Apapun suami kita...berapa penghasilani yang diberikannya pada kita, seberapa besar dia membantu meringankan pekerjaan kita, seberapa besar penghargaannya terhadap hasil usaha kita maka kembalikan kepada Sang Pemilik..seberat apapun masalah Insya Alloh dapat diselesaikan..jangan lari dan takut menghadapinya.diri ini amat lemah, jangan diperlemah dengan keadaan...jangan putus asa terhadap kondisi yang kita hadapi, bergantunglah kepada Sang Maha Kuat...karena hanya Dia yang Maha Memberi Kekuatan

Juga, harapan sederhana untukmu wahai para lelaki yang Alloh takdirkan menjadi suami...Istri adalah amanah dari yang telah dititipkan disisimu, bukan untuk disakiti hatinya, bukan untuk diremehkan kemampuannya, bukan untuk dicemooh hasil kerjanya ( karena usahanya sudah sungguh-sungguh untuk membuatmu tersenyum menikmati hasil masakannya) , bukan untuk diabaikan keinginannya...para Istri yang akan menjadikan mu para suami dapat berjalan tegak diantara manusia lainnya, karena dia tutupi aibmu, dia jaga kehormatanmu, dia jaga hartamu dan inga!t dia juga mendidik dan mengajarkan anak-anakmu sehingga anak-anak itu hormat padamu, ...jadi jagalah istri untuk selalu taat pada Rabb mu agar kelak kau dapat menegakkan wajah dihadap Sang Maha Penguasa Alam bahwa...kau telah menjalankan amanahmu sebagai Imam dalam rumahtangga

Semoga mengalir keberkahan untuk rumah tangga yang dibangun karena cinta karena-Nya...


Jika kau merasa wanita sholehah kemudian Allah Ta'ala takdirkan mendapat suami yang tidak  se'sholeh' bayangan mu...

Maka... itulah cara Allah Ta'ala menguji iman mu...sudah se'sholehah' apakah diri mu, sesabar dan sekuat apa mempertaruhkan iman

Begitu juga sebaliknya...jika kau merasa lelaki sholeh kemudian Allah Ta'ala takdirkan wanita yang menjadi istri mu tak sesholehah yang kau harapkan

Maka...itulah cara Allah Ta'ala untuk meminta kerja keras mu mendidik istri mu

Renungi lagi kisah Asiah binti Muzahim istri Fir'au
Pelajari lagi kisah Nabi Nuh dan istrinya yang membangkang

Bagaimana proses tarbiyah terus menerus dilakukan...bukan dengan serta merta ditinggalkan tanpa ada perjuangan panjang sebelumnya..!

Jika kau berharap bahagia dari pasangan mu, itu keliru..! Karena bahagia ada dihati..yang ia dipenuhi Rahmat Allah Ta'ala...yang mengalir padanya kesyukuran dan kesabaran...

Mudahkah ..? Tidak! Ini berat...teramat berat, ada airmata, ada pengharapan yang teramat sangat pada-Nya...dalam duka dan luka

Namun..bukan tidak mungkin...setelah proses yang amat melelahkan, Allah Ta'ala berikan bahagia yang begitu indah...Baiti Jannaty

Sebelum kelak kita menikmati bahagia yang abadi di Syurga-Nya bersama pasangan di dunia... Aamiin

Ifa Zahida

HSI Pembatal Keislaman 48

​Nawaqidhul Islam:
 ■ *Nawฤqidhul Islฤm*
■ *Halaqah 48 |  PENJELASAN PENUTUP KITAB PEMBATAL KEISLAMAN II*
๐Ÿ“€ _link audio_
•┈┈┈┈┈•❁﷽❁•┈┈┈┈┈•
ู…َู†ْ ูƒَูَุฑَ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ู…ِู†ْ ุจَุนْุฏِ ุฅِูŠู…َุงู†ِู‡ِ ุฅِู„َّุง ู…َู†ْ ุฃُูƒْุฑِู‡َ ูˆَู‚َู„ْุจُู‡ُ ู…ُุทْู…َุฆِู†ٌّ ุจِุงู„ْุฅِูŠู…َุงู†ِ ูˆَู„َٰูƒِู†ْ ู…َู†ْ ุดَุฑَุญَ ุจِุงู„ْูƒُูْุฑِ ุตَุฏْุฑًุง ูَุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ุบَุถَุจٌ ู…ِู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَู„َู‡ُู…ْ ุนَุฐَุงุจٌ ุนَุธِูŠู…ٌ
[QS An-Nahl 106]
“Barangsiapa yang kufur setelah keimanannya 
ุฅِู„َّุง ู…َู†ْ ุฃُูƒْุฑِู‡َ ูˆَู‚َู„ْุจُู‡ُ ู…ُุทْู…َุฆِู† ุจِุงู„ْุฅِูŠู…َุงู†ِ
Kecuali orang yang dipaksa, sedangkan hatinya dalam – ู…ุทู…ุฆู† – dalam keadaan tenang keimanan ”
Dipaksa oleh orang yg kafir diancam dengan akan ditembak atau akan dibunuh supaya dia mengucapkan kalimat yang kufur, diperintahkan untuk mencela Rasulullรฃh ๏ทบ, diperintahkan untuk mengucapkan ucapan yang menunjukkan bahwasanya dia keluar dari agama Islฤm 
ุฅِู„َّุง ู…َู†ْ ุฃُูƒْุฑِู‡َ ูˆَู‚َู„ْุจُู‡ُ ู…ُุทْู…َุฆِู†ٌّ ุจِุงู„ْุฅِูŠู…َุงู†ِ 
Kecuali orang yang dipaksa & hatinya masih tenang dengan keimanan.
Siapa yang tercela?
 ูˆَู„َٰูƒِู†ْ ู…َู†ْ ุดَุฑَุญَ ุจِุงู„ْูƒُูْุฑِ ุตَุฏْุฑًุง
Orang yang tercela apabila dia hatinya /dadanya tenang dalam kekufuran.
Senang & dia tenang dengan kekufuran tersebut. Mengucapkan dengan lisannya melakukan dengan amalannya & hatinya merasa tenang, hatinya merasa senang dengan kekufuran tersebut
 ูَุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ุบَุถَุจٌ ู…ِู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ
Maka orang yang demikian, yang mendapatkan amarah  dari Allฤh Subhฤnahu wa Ta’ฤla
 ูˆَู„َู‡ُู…ْ ุนَุฐَุงุจٌ ุนَุธِูŠู…
&orang yang demikian akan mendapatkan azab yang sangat berat.
Menunjukan kepada kita bahwasanya ada keadaan dimana seseorang dimaafkan, yaitu dimana ketika dia dipaksa oleh orang lain, adapun bukan dalam keadaan terpaksa seseorang takut dengan orang yang kafir, takut dengan atasan yang kafir, kemudian dia meninggal shalat, meninggalkan agamanya atau ikut merayakan hari raya (hari raya orang yang kafir) karena ingin dunianya, karena takut dengan atasannya, padahal dalam keadaan tidak dipaksa orang yang demikian adalah membahayakan agamanya. Karena Allฤh didalam ayat ini mengecualikan bagi orang yang terpaksa. Dipaksa diancam akan dibunuh, diancam akan disiksa & hatinya dalam keadaan tenang dengan keimanan, inilah orang yang mendapatkan udzur. 

Adapun hanya sekedar takut tidak enak dengan teman atau karena ingin jabatan, ingin supaya jabatannya tetap atau supaya naik pangkat, kemudian dia meninggal agamanya, maka ini tercela didalam agama Islฤm.
ูˆَุฏُّูˆุง ู„َูˆْ ุชُุฏْู‡ِู†ُ ูَูŠُุฏْู‡ِู†ُูˆู†َ
Orang-orang kafir ingin supaya kalian meninggalkan agama kalian dan mereka pun akan meninggalkan agamanya.
 Rasulullรฃh ๏ทบ dahulu pernah diminta oleh orang-orang kafir Qurais untuk menyembah sesembahan orang-orang Qurais, apabila beliau menyembah apa yang disembah oleh orang-orang Qurais, niscaya merekapun akan menyembah kepada Allฤh Subhฤnahu wa Ta’ฤla, meminta kepada beliau untuk meninggalkan sebagian keyakinannya, maka Allฤh Subhฤnahu wa Ta’ฤla menurunkan Al-Kafirun
 ู‚ُู„ْ ูŠَุง ุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„ْูƒَุงูِุฑُูˆู†َ
ู„َุง ุฃَุนْุจُุฏُ ู…َุง ุชَุนْุจُุฏُูˆู†َ
ูˆَู„َุง ุฃَู†ْุชُู…ْ ุนَุงุจِุฏُูˆู†َ ู…َุง ุฃَุนْุจُุฏُ
Wahai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah & kalian tidak akan menyembah apa yang aku sembah.
Tidak boleh seorang muslim meninggalkan agamanya karena orang kafir 
ูˆَู„َุง ุฃَู†َุง ุนَุงุจِุฏٌ ู…َุง ุนَุจَุฏْุชُู…ْ
ูˆَู„َุง ุฃَู†ْุชُู…ْ ุนَุงุจِุฏُูˆู†َ ู…َุง ุฃَุนْุจُุฏُ
ู„َูƒُู…ْ ุฏِูŠู†ُูƒُู…ْ ูˆَู„ِูŠَ ุฏِูŠู†ِ
[QS Al-Baiquniah 1- 6]
Bagi kalianlah agama kalian & bagiku lah agamaku 
Tidak boleh meninggalkan sebagian syariat agama Islฤm untuk mencari keridhoan orang-orang yang kafir 
_*Abdullฤh Roy*_
_Di kota Al-Madฤซnah_
 Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA *Halaqah Silsilah ‘Ilmiyyah (HSI) ‘Abdullฤh Roy.*
•┈┈┈┈┈┈•❁❁•┈┈┈┈┈┈•