Saturday, June 22, 2019

                                                    RESESNSI ILMIAH
BEGINI SEHARUSNYA MENJADI GURU
 DATA BUKU
Judul asli                              : Al-Mu’allim al-Awwal: Qudwah li Kulli Mu’allim wa  Mu’allimah
Judul edisi Terjemah          : Begini seharusnya menjadi guru: Panduan Lengkap  Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah SAW.
Penulis                                   : Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub.
Penerjemah                          : Jamluddin, Lc.
Muraja’ah terjemah             : Editor ilmiah DARUL HAQ
Tebal buku                            : 188 halaman
Ukuran buku                         : 14.5 x 20.5
Harga per ex                         : Rp.27.000,-
KEDUDUKAN PENTING TEMA BUKU
Profesi sebagai guru dan pendidik adalah di antara posisi sosial yang paling stategis dalam sebuah sistem masyarakat, dalam kapasitas sekecil apapun. Lebih dari itu mengajarkan kebaikan memiliki kedudukan yang tinggi dan utama dalam Islam. Dalam Surat Fushshilat: 33, Allah menyatakan, “Tidak ada orang yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru (mengajak) kepada Allah.” Dan termasuk dalam maknanya adalah para pengajar ilmu-ilmu Syari’at, karena ini adalah salah satu bentuk seruan untuk kembali kepada Allah Ta’ala.
Di lembar pertama buku ini, tertera Firman Allah Ta’ala,
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ}.
 Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian.” (Al-Ahzab: 21).
Dan disusul di bawahnya perkataan seorang sahabat mulia, Mu’awiyah bin al-Hakam as-Sulami rhu yang menggambarkan pengajaran Nabi SAW,
بِأَبِيْ هُوَ وَأُمِّيْ مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ وَلاَ بَعْدَهُ أَحْسَنَ تَعْلِيْمًا مِنْهُ
“Saya rela bapak dan ibuku sebagai tebusan bagi beliau; saya tidak pernah melihat sebelumnya dan tidak pula setelah itu, seorang yang lebih bagus pengajarannya dari pada beliau saw.” (Diriwayatkan oleh Muslim).
RINGKASAN ISI BUKU
Buku terdiri dari tiga bagian:
Bagian pertama: Karakter-karakter yang harus dimiliki seorang guru (pengajar)
Bagian kedua: Tugas dan Kewajiban pokok seorang guru
Bagian ketiga: Sistim dan metode Mengajar sebagaimana yang dicontohkan Nabi SAW.
Bagian pertama: Karakter-karakter yang harus dimiliki seorang guru (pengajar):
  1. Mengikhlaskan Ilmu dan Pengajaran Karena Allah Ta’ala Semata
Ini adalah perkara pokok dan agung yang banyak dilalaikan oleh para pengajar dan pendidik, dan itu muncul karena jauhnya sebuah metolodolgi pendidikan dari sistem Rabbani. Nabi SAW telah mengingatkan hal ini dengan sabda beliau,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Siapa yang balajar suatu ilmu yang seharusnya ditujukan untuk mencari Wajah Allah AZJ dengannya, tetapi dia mempelajarinya untuk mendapatkan harta benda dunia, niscaya dia tidak akan mendapatkan aroma surga pada Hari Kiamat.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad; Abu Dawud; Ibnu Majah dan lainnya, dan dishahihkan oleh al-Albani).
Demi Allah, sendainya keikhlasan ini tertanam secara baik, pada diri seorang pengajar dan anak-anak didiknya, niscaya tidak akan ada yang sia-sia dari ilmu yang telah disampaikan. Berapa banyak ilmu dan amal lenyap tak berbekas sehingga bagikan debu yang berterbangan, karena tidak didasari oleh keikhlasan.
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa salah satu di antara tiga jenis orang yang akan paling pertama dihisab dan dihadapkan kepada pengadilan Allah pada Hari Kiamat, adalah, “seorang yang belajar ilmu dan juga mengajarkannya serta gemar membaca al-Qur`an. Lalu dia didatangkan dan Allah mengingatkan nikmat-nikmatNya kepadanya dan diapun mengenalnya. Maka Allah berfirman, ‘Apa yang kamu lakukan padanya?’ Orang itu berkata, ‘Aku belajar ilmu dan mengajarkannya serta banyak membaca al-Qur`an demi Engkau (Ya Allah)’. Allah berfirman, ‘Engkau dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu agar dikatakan (bahwa engkau adalah) orang yang berilmu dan kamu membaca al-Qur`an supaya dikatakan (bahwa engkau) ahli baca al-Qur`an; dan itu telah dikatakan (di dunia)’. Kemudian diperintah agar dia diseret di atas wajahnya hingga dia dilemparkan ke dalam neraka….” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Kita berlindung kepada Allah dari hukumanNya. Tidakkah cukup ini sebagai peringatan?
  1. Jujur
Kejujuran adalah mahkota di atas kepala seorang guru dan pengajar. Jika sifat jujur hilang dari dirinya, maka dia akan kehilangan kepercayaan dari manusia; muridnya, wali murid bahkan masyarakat luas. Dan dengan menyandang kejujuran, seorang guru dan pengajar akan sangat efektif dalam mengajarkan kejujuran pada para anak didiknya. “Kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga”,demikian Nabi SAW bersabda yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
Dan sekedar mengingatkan kita semua, kejujuran inilah diantara kunci sukses paling besar bagi dakwah Nabi SAW, sehingga harus dicontoh oleh setiap pendidik dan pengajar, agar sukses dalam mengajar.
Kejujuran seorang guru, akan menyebabkan dirinya agung di mata anak didiknya, sehingga bias wibawa penampilan luarnya saja akan menancap dalam ke dalam hati para muridnya, sehingga membekas kuat.
  1. Sejalan antara ucapan dan perbuatan
Dalam al-Qur`an, Allah mengingatkan masalah penting ini,
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tiada kalian kerjakan.’ (Ash-shaf: 2-3).
Allah Ta’ala juga mengingatkan,
 Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kalian melupakan (kewajiban) diri kalian sendiri?” (Al-Baqarah: 44).
Karena itu, hendaklah seorang guru adalah orang yang paling pertama melaksanakan apa yang diajarkannya; mengerjakan apa yang dia perntahkan dan menjauhi apa yang dia larang.
Ada sejumlah contoh kasus dari perbuatan Nabi SAW dalam buku ini, yang menjelaskan bahwa poin yang satu adalah pokok pegangan dan karakter yang harus disandang seorang guru. Maka silahkan Anda kaji di sini.
Ketiga poin ini hanya sebagian dari yang disebutkan oleh penulis, dan beliau menyebutkan paling ada sebelas karakter pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru dan pengajar, lengkap dengan berbagai contoh dari hadits Nabi SAW, yang dengan memilikinya, seorang pengajar telah memiliki awal yang baik menjadi seorang guru, Insya` Allah.
Bagian kedua: Tugas dan Kewajiban Pokok seorang Guru
Tugas dan kewajiban pokok seorang guru sebenarnya sangatlah sederhana sekaligus agung dan mulia, yaitu menanamkan akidah dan tauhid yang benar dan membersihkannya dari segala bentuk kesyirikan dan menanamkan Sunnah Nabi SAW dan membersihkannya dari segala bentuk bid’ah. Camkanlah ini dengan baik, karena ilmu yang dijarkan pasti akan juga disampaikan oleh paling tidak sebagian murid kepada orang lain. Karena jangan sampai seorang guru mengajarkan kesyirikan dan bid’ah-bid’ah, karena itu akan menjadi tanggungjawab hingga di Hari Kiamat nanti. Seorang guru harus benar menulis di depan matanya peringatan Nabi SAW,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا.
“Siapa yang mengajak kepada suatu petunjuk, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya di mana hal itu tidak mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan siapa yang mengajak kepada suatu kesesatan maka dia menanggung dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya di mana itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.”(Diriwayatkan oleh Muslim).
Kebenaran yang diajarkan seorang guru akan juga diajarkan oleh murid-muridnya, paling tidak sebagian mereka, dan kebatilan yang dia ajarkan juga akan diajarkan, sehingga generasi berganti, kebenaran dan kebatilan akan terus bertarung, yang datang dari arah seorang guru yang tidak membersihkan materi yang diajarkannya dari kebatilan.
Maka di antara tugas pokok yang ada di pundak seorang guru adalah:
  1. Menanamkan akidah yang benar dan mengokohkan Iman dengan mata pelajaran apapun yang diajarkan.
Dengan mata pelajaran matematika misalnya; pertama, seorang guru, di samping mengajarkan sub-sub bahasan matemati, hendaklah melalui contoh dan simulasi materi menanamkan akidah dan Iman yang benar. Seperti misalnya, menumbuhkan bahwa hitungan angka-angka yang merupakan jarak antara benda-benda angkasa, merupakan bukti bahwa yang menciptkannya adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Begitu pula misalnya fisika dan biologi, dengan segalala keluarbiasaan rahasia penciptaan makhluk dan semesta ini berserta segala yang mampu dijangkau oleh nalar manusia, yang mampu diungkap melalui kedua mata ajar ini, harus dikembalikan bahwa itu semua adalah karena Tuhan Yang telah menciptaknnya adalah Maha Berilmu, Maha Kuasa; Dia-lah Allah AZJ. Maka hanya dia-lah yang berhak disembah. Perhatikanlah Firman Allah Ta’ala,
“Dan sebagian dari tanda-tanda (Kuasa)-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Rabb) Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Fushsilat: 39).
Dan berasama itu, seorang guru harus mengarahkan anak-anak didiknya, agar jangan sampai dengan ilmu matematika, fisika dan biologi justru mereka muncul menjadi orang-orang yang menuhankan akal dan logika, lalu disiplin ilmu-ilmu eksak itu justru mereka gunakan untuk menghantam al-Qur`an dan as-Sunnah. Alangkah celaka orang yang telah mempelajari semesta ini dengan mendalam tetapi tidak menjadikannya sebagai orang yang memiliki akidah dan Iman yang baik.
Nah, penulis menyebutkan 7 poin tugas pokok dan kewajiban seorang guru, yang dapat Anda kaji di sini.
Bagian ketiga: Sistim dan metode pengajaran
Inilah inti dari sajian buku ini. Dan salah satu yang ingin kami angkat dalam resesnsi ini adalah: Mempersiapkan anak-anak didik untuk bisa menerima pelajaran secara kondusif.
Semua orang sepakat bahwa kesibukan anak-anak didik dengan yang lain dan tidak adanya perhatian kepada guru, adalah di antara penghalang paling besar untuk memahami apa yang disampaikan sang guru. Karena itu, konsentrsi dan fokusnya anak-anak dididik adalah masalah pokok dalam sistem pendidikan yang baik.
Nah buku ini menekankan masalah ini di awal, karena sangatlah penting. Dan karena itu, seorang guru tidak saja di amanhkan untuk menyelesaikan silabus pengajaran tepat waktu, akan tetapi yang paling penting, menciptakan suasana belajar dan mengajar yang kondusif, sehingga guru bebas dari tanggungjawab dan anak-anak didik dapat menyerap pelajaran semaksimal mungkin.
Ada ulasan sangat bagus dalam buku ini, tetapi dengan ringkasan ini mudah-mudahan cukup sebagai motivasi bagi Anda.
Nah, judul-judul dan sub-sub dalam bagian ini, sangat penting menjadi perhiatan setiap guru dan pengajar, yaitu:
  1. Kontak pendengaran dan penglihatan antara guru dan anak-anak didik.
  2. Metode praktik dengan peragaan.
  3. Memperhatikan tingkatan pemahaman dan daya tangkap anak-anak didik.
  4. Menggunakan metode dialog (tanya-jawab).
  5. Mengajar dengan kisah-kisah.
  6. Membuat permisalan-permisalan (analogi-analogi).
  7. Menumbuhan rasa penasaran pada anak didik, sehingga ia selalu ingin tahu yang berikutnya.
  8. Menggunakan isyarat dan gerakan tangan dan kepala.
  9. Menerangkan masalah-masalah penting yang rumit dengan metode penafsiran.
  10. Memeberikan kesempatan kepada anak-anak didik untuk memikirkan jawaban.
  11. Menggunakan metode pengulangan dalam mengajar.
  12. Melakukan klasifikasi sub-sub masalah, sehingga materi menjadi urut dan rapi; tidak campur aduk, sehingga akan menjadi tidak efektif, bahkan sulit di simpulkan.
  13. Memotivasi anak-anak didik untuk bertanya.
  14. Tidak memaksa menjawab masalah yang tidak dikuasai secara baik, dan akan lebih baik bila menunda menjawabnya pada jadwal berikutnya. Dan tidak sungkan untuk mengatakan, “Saya tidak tahu”, apabila memang tidak memiliki pengetahuan tentangnya.
Semua ini dikupas secara apik dan tuntas dalam buku ini.
PENUTUP DAN ROKEMENDASI
Yang penting untuk dicatat, adalah bahwa salah satu kewajiban asasi seorang guru dan pendidik adalah membersihkan nilai-nilai negatif dan virus-virus jahiliyah dari materi yang diajarkannya. Sebagai seorang guru, baik guru formal maupun semacam guru ngaji, harus ingat bahwa apa-apa yang Anda ajarkan akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak. Maka jangan sampai predikat sebagai “pahlawan tanpa jasa dengan penghasilan yang pas-pasan” sebagaiguru akan ditambah dengan hukuman Allah yang disebabkan oleh kebatilan dan syubhat yang Anda ajarkan.
Umat ini menggantungkan harapan yang besar akan munculnya generasi mendatang yang akan mengibarkan panji Agama Allah melalui sentuhan lembut didikan dan pengajaran Anda. Umat ini telah menyerahkan milik mereka yang paling berharga dan tambatan jiwa mereka yang tak ternilai oleh harta kepada Anda. Maka takutlah kepada Allah dalam mengajar dan mendidik putra putri kaum Muslimin. Jangan sekali-kali Anda mengajarkan sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah, berupa kebatilan, bid’ah-bid’ah dan segala hal yang tidak sejalan dengan Agama Allah; karena semua itu akan membuahkan keterjanjuran negatif yang buruk; bagi Anda para pendidik dan juga bagi para anak didik Anda. Didiklah mereka dengan Agama Allah yang murni dan indah ini dan bersama itu tempuhlah metode yang dicontohkan oleh Nabi SAW.
Karena itu, kami sampaikan bahwa buku ini akan memaparkan kepada Anda metodologi mendidik dan mengajar yang penuh teladan, selamat dan lurus, yang diambil dari contoh-contoh sikap dan tindakan Rasulullah SAW dalam mendidik para sahabat.
Ingat! Bahwa metode yang baik bisa lebih membekas pada keperibadian anak-anak didik dari materi yang kuat. Dan kedua komponen ini ditampilkan secara padu dalam buku ini, sehingga dengan ini, Anda telah mendapatkan cara dan arah yang benar dalam mendidik generasi yang akan memikul tanggung jawab masa depan.
Buku ini adalah salah pilihan yang bagus untuk mengoreksi yang sudah terlanjur dan pilihan yang bagus pula untuk bersiap menjadi seorang guru, pengajar, pendidik, bahkan ustadz dan kiayai.
Info Pemesanan
081382361477
www.darulhaq.com
*4 kompetensi yg harus di miliki oleh guru TK*

Guru Taman Kanak-Kanak sebagai salah satu pendidik, paling tidak harus memiliki 4 (empat) kompetensi guru taman kanak-kanak.

*Istilah pendidik anak usia dini secara umum sama dengan pamong belajar, fasilitator, tutor dan lain sebagainya yang diidentikkan memiliki ciri atau sifat-sifat sebagai berikut:*

*1. Sosok yang memiliki kharisma,*

*2. kemampuan merancang program pembelajaran,*

*3. mampu menata dan mengelola kelas dengan efektif, efisien,*

*4. sosok dewasa yang secara sadar dapat mendidik, mengajar, membimbing dan menjadikan guru sebagai profesi yang memerlukan keahlian khusus*
(Yamin, 2012: 30).

Seorang pendidik atau guru di Taman Kanak-kanak harus benar-benar sadar dan meletakkan diri sebagai stimulator untuk menggugah berbagai potensi yang dimiliki anak, sebab pada masa inilah yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya karena merupakan masa peka dan masa emas dalam kehidupan anak.

Hal ini mengisyaratkan bahwa semua pihak perlu memahami akan pentingnya masa usia dini untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan.

*Sebagai pendidik, 4 kompetensi guru taman kanak-kanak yang harus dimiliki yakni:*

*Pertama: Kompetensi Pedagogik*

Meliputi:
~ menguasai wawasan ilmu pendidikan untuk mengembangkan potensi anak,

~ menguasai wawasan keilmuan dan teknologi bagi pengembangan potensi anak,

*Kedua:  Kompetensi Kepribadian*

Meliputi:
~ memiliki kepribadian luhur sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa

~ memiliki integritas diri yang tinggi sebagai pendidik anak,

~ memiliki dedikasi, kreativitas, dan kemandirian,

~ memiliki semangat untuk selalu belajar dan mengembangkan diri sebagai pendidik,

*Ketiga: Kompetensi Profesional*

Meliputi:

~ memahami karakteristik perkembangan anak,

~ memahami perilaku belajar

~ ,menguasai dan mengembangkan model-model pembelajaran,

~ menguasai prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran,

 ~ menguasai strategi pengembangan potensi anak,

 ~ menguasai prinsip-prinsip pengembangan program pendidikan,

 ~ menguasai prinsip-prinsip manajemen pendidikan,

 ~ menguasai bahan belajar anak usia dini,

 ~ menguasai prinsip-prinsip dan teknik pengembangan bahan belajar anak,

 ~ menguasai prinsip-prinsip dan strategi pengembangan media belajar,

 ~ menguasai teknik-teknik motivasi belajar,

 ~ menguasai prinsip-prinsip dan strategi bimbingan belajar,

 ~ menguasai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pendidikan,

 ~ menguasai teknik-teknik analisis kebutuhan anak,

 ~ menguasai teknik-teknik modifikasi perilaku anak,

 ~ menguasai teknik-teknik analisis masalah pendidikan anak,

*Keempat: Kompetensi Sosial*

Meliputi:
~ menguasai ketrampilan komunikasi dengan peserta didik, teman sekerja, dan masyarakat,

~ memiliki kepekaan dan kepedulian sosial terhadap peserta didik, teman sekerja, dan masyarakat,

 ~ memiliki sikap toleran terhadap perbedaan nilai-nilai dan kebudayaan,

 ~ memiliki kemampuan adaptasi sosial yang tinggi,

 ~ memiliki sikap terbuka (open mindedness) terhadap pembaharuan,

~ memanfaatkan teknologi informasi guna menyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan
(Waluyo, 2008).

Demikian penjabaran empat kompetensi guru taman  kanak-kanak serta berbagai aspek yang tercakup di dalamnya. Semoga dapat dipahami oleh setiap pendidik atau guru di taman kanak-kanak maupun pihak menejemen sebagai penyelenggara pendidikan.

Sumber Bacaan:

*Waluyo,  Edi.,  dan  Mukminin,  Amirul.  2008. Profesional  Kinerja  Guru  Taman Kanak-kanak. Semarang.*
*Begini Seharusnya Menjadi Guru*

Muslimah.Or.Id

Bismillaah.

*Mengajar adalah profesi yang mulia, tidak dapat disamai oleh profesi lain apapun dalam hal keutamaan dan kedudukan.*

Semakin bermanfaat materi ilmunya maka semakin tinggi pula kemuliaan dan derajat pemiliknya.

Dan ilmu yang paling mulia secara mutlak adalah ilmu syari’at, baru kemudian ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, masing-masing sesuai dengan tingkatannya.

 *Tugas seorang pengajar tidak sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik saja bahkan ia merupakan tugas yang berat dan sulit –tetapi akan mudah bagi siapa yang dimudahkan Allah-.*

 *Tugas tersebut menuntut seorang pengajar bersifat sabar, amanah, ketulusan, dan mengayomi yang di bawahnya.*

*Hendaklah seorang pengajar yang baik itu, meneladani cara mengajar ala Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena beliaulah suri teladan bagi umat manusia.*

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلُ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

*“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu,” (Al Ahzab: 21)*

*Berikut beberapa karakter-katakter yang hendaknya dimiliki oleh seorang guru:*

*1. Mengikhlaskan Mengajarkan Ilmu untuk Allah*

Ini adalah sebuah perkara yang agung yang dilalaikan banyak kalangan pengajar dan pendidik, yaitu membangun dan menanamkan prinsip mengikhlaskan ilmu dan amal hanya untuk Allah.

 Berapa banyak ilmu yang bermanfaat dan amalan-amalan yang mulia untuk umat, namun pemiliknya tidak mendapat bagian manfaat darinya sedikitpun dan hilang begitu saja bersama hembusan angin bagaikan debu yang beterbangan.

Demikian itu disebabkan karena pemiliknya tidak mengikhlaskan ilmu dan amal mereka serta tidak menjadikannya di jalan Allah.

Tujuan mereka bukan untuk memberikan manfaat kepada saudara-saudara mereka kaum muslimin dengan ilmu dan pengetahuan serta amalan-amalan tersebut.

 Tujuan mereka hanya semata meraih kehormatan atau kedudukan dan yang sejenisnya, karena itu sangat layak bila amalan-amalan tersebut hilang begitu saja bagaikan debu yang beterbangan.

Ya, benar, adakalanya mereka itu mendapatkan manfaat dengan ilmu dan pengetahuan mereka di dunia, berupa sanjungan, pujian, dan sejenisnya, tetapi ujung-ujungnya bermuara kepada kesirnaan.

 Barangkali hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu melukiskan kenyataan ini:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
*“…dan seorang laki-laki yang belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca Al Qur‘an, lalu dia didatangkan dan Allah mengingatkan nikmat-nikmatNya (kepadanya) dan dia pun mengenalnya. Allah berfirman, ‘Apa ynag kamu lakukan padanya?’ Dia berkata, ‘Saya belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur‘an demi Engkau.’ Allah berfirman, “Kamu berdusta, akan tetapi kamu belajar ilmu supaya dikatakan alim; Kamu membaca Al Qur‘an supaya dikatakan qari, dan itu telah dikatakan.’ Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam api neraka…”.*
(HR. Muslim, An Nasa‘i, Ahmad, dan At Tirmidzi)

*Oleh karena itu, persembahkanlah seluruh amal hanya untuk Allah saja tanpa mengharap pujian.*

*Adapun jika setelah itu ia memperoleh sanjungan dan pujian dari manusia, itu adalah anugerah dan nikmat dari Allah, dan segala puji hanyalah milik Allah.*

Ibnu Rajab rahimahullaah berkata,
“ Adapun jika dia melakukan sebuah amalan, murni untuk Allah, kemudian Allah melemparkan pujian baik baginya di hati orang-orang Mukmin dengan hal itu, lalu dia merasa senang dengan anugerah dan rahmat Allah serta merasa gembira dengannya, maka hal itu tidak mengapa baginya. Pada makna ini terdapat hadits Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau ditanya tentang laki-laki yang melakukan sebuah amalan ikhlas untuk Allah berupa kebaikan, yang lantaran itu ia dipuji oleh orang-orang, maka beliau bersabda, ‘Itu adalah berita gembira orang beriman yang disegerakan’. “(HR. Muslim) -selesai nukilan-

*Poros dari semua terletak pada niat, dan niat tempatnya adalah di dada dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah ta’ala.*

*2. Jujur*

*Sifat jujur adalah mahkota di atas kepala seorang guru pengajar.*

*Jika sifat itu hilang maka dia akan kehilangan kepercayaan manusia akan ilmunya dan pengetahuan yang ia sampaikan.*

*Jujur adalah kunci keselamatan hamba di dunia dan di akhirat.*

*Allah ta’ala telah memuji orang-orang yang jujur dan memotivasi orang-orang mukmin agar termasuk di antara mereka* dengan firmanNya,

*“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah: 119).*

Karakter Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang berupa sifat jujur, memiliki pengaruh besar di dalam masuknya banyak manusia ke dalam agama Allah.

*Kejujuran seorang pengajar akan menanamkan rasa percaya anak didik kepadanya dan kepada perkataannya serta menghormatinya.*

 Kejujuran seorang pengajar akan terlihat pada konsekuensi-konsekuensi tanggung jawab yang dipikul di atas pundaknya, yang diantaranya adalah mentransfer pengetahuan lengkap beserta dengan hakekat dan pengetahuan-pengetahuan yang dikandungnya kepada para generasi penerus, sehingga berdusta kepada siswa akan menjadi perintang dalam proses penyampaian ilmu dan menghilangkan kepercayaan dan efeknya juga akan merambat ke masyarakat.

*3. Berakhlak Mulia dan Terpuji*

*Tidak diragukan lagi bahwa kata yang baik dan tutur bahasa yang bagus mampu memberikan pengaruh di jiwa, mendamaikan hati, serta menghilangkan dengki dan dendam dari dada.*

*Demikian juga raut wajah yang tampak dari seorang pengajar, ia mampu menciptakan umpan balik positif atau negatif pada siswa karena wajah yang riang dan berseri merupakan sesuatu yang disenangi dan disukai jiwa.*

*Adapun bermuka masam dan mengernyitkan dahi adalah sesuatu yang tidak disukai dan diingkari jiwa.*

*Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling agung akhlaknya, lemah lembut dan penuh kasih sayang, bukan sosok yang bersikap keras lagi berhati kotor, tidak pula berlaku ekstrim.*

Dari Atha‘ bin Yasar, dia berkata, “Saya bertemu Abdullah bin Amr bi Al Ash radhiyallaahu ‘anhuma, saya berkata,
*‘Ceritakanlah padaku tentang karakter Rasulullah di dalam Taurat.’ Dia berkata, ‘Ya, demi Allah, sungguh di dalam Taurat beliau disifatkan dengan sebagian karakter beliau yang disebutkan di dalam Al Qur‘an, ‘Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi dan pemberi kabar gembira serta pemberi peringatan, juga penganyom bagi kaum yang tidak bisa baca tulis. Kamu adalah hambaKu dan rasulKu. Aku namai kamu dengan al Mutawakkil, tidak keras dan juga tidak kasar, tidak suka berteriak di pasar, tidak membalas keburukan dengan keburukan, malainkan memberi maaf dan bersikap lapang’. Allah tidak akan mewafatkan beliau hingga Dia meluruskan agama yang bengkok dengan beliau, sampai mereka mengucapkan Laa Ilaha Illallah, serta Dia membuka mata-mata yang buta dengan beliau, juga telinga-telinga yang tuli, dan hati-hati yang lalai.” (HR.Bukhari dan Ahmad)*

*Karakter-karakter tersebut haruslah ada dalam dakwah karena orang yang didakwahi butuh kepada orang yang bersikap lemah lembut.*

*4. Tawadhu‘ (Rendah Hati)*

*Tawadhu‘ adalah sikap terpuji, walaupun bentuk merendahkan diri, hal itu jika di sisi Allah, maka betapa nikmat dan lezatnya karena ubudiyah tidak akan terealisasi dan tidak akan sempurna kecuali dengan sikap merendahkan diri kepada Allah.* Adapun sikap merendah kepada makhluk, maka hal itu khusus hanya pada orang-orang mukmin saja.

Jika seseorang muslim memerlukan sikap tawadhu‘ supaya sukses dalam hubungan vertikalnya dengan Allah kemudian hubungan horizontalnya dengan masyarakat, *maka tingkat kebutuhan seorang guru kepadanya lebih tinggi dan lebih kuat karena profesinya yang bersifat ilmu, pengajaran, dan pengarahan mengharuskan adanya komunikasi dengan anak didik dan dekat dengan mereka.*

*Jika seorang pengajar berlaku sebaliknya yaitu takabbur (sombong) maka tidak akan mampu meraih tujuan dari mengajar.*

*Wahai para guru…jadilah engkau teladan bagi muridmu…*

*Tularkanlah ilmumu…*

*Bersahabatlah dengan mereka dan sertailah dengan akhlak yang mulia…*

*Niscaya kenikmatan itu akan nampak di depan matamu dan begitu terasa dalam hatimu*

Bersambung insya Allaah…

Penyusun: Lilis Mustikaningrum

Murojaah: Ustadz Ammi Nur Baits

*Mengutip dari buku “Begini Seharusnya Menjadi Guru” dengan beberapa tambahan.*

*Judul asli : Al Mu’allim al Awwal*
 *(Qudwah Likulli Mu’allim wa Mu’allimah)*
*Penulis : Fu’ad bin Abdul Aziz asy Syalhub​*

Artikel www.muslimah.or.id



Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/6674-begini-seharusnya-menjadi-guru.html

Terima Kasih Guru

Kita tahu jasa guru kita begitu besar.

Kita tahu perjuangan mereka tak kenal waktu.

Ada yang sampai rela naik turun gunung, 
cuma hanya menebar secerca ilmu.

Berkat guru, kita pun jadi tahu akan baca tulis.

Berkat guru, kita pun jadi bisa berhitung.

Berkat guru, kita pun bisa menjadi seorang engineer.

Lebih lagi jadi seorang guru agama.

Lebih lagi jadi seorang guru yang mengenalkan Islam.

Lebih lagi jadi seorang guru yang menunjukkan shirotul mustaqim.

Waktunya lebih banyak untuk umat, sampai kadang kurang untuk dirinya sendiri dan keluarga.

Terus apa balas kita?

Ucapan terima kasih yang begitu besar tentu pantas disematkan pada mereka.

Karena apa?

Siapa yang tidak tahu terima kasih pada yang berjasa padanya, maka tentu ia tidak pantas dikatakan bersyukur.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Kebaikannya tentu saja pantas untuk dibalas.
Dari Jabir bin Abdillah Al Anshary, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرْوُفٌ فَلْيُجْزِئْهُ، فَإِنْ لَمْ يُجْزِئْهُ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ؛ فَإِنَّهُ إِذَا أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ، وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ، وَمَنْ تَحَلَّى بَمَا لَمْ يُعْطَ، فَكَأَنَّمَا لَبِسَ ثَوْبَيْ زُوْرٍ

Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya.Jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya. Seorang yang berhias terhadap suatu (kebaikan) yang tidak dia kerjakan atau miliki, seakan-akan ia memakai dua helai pakaian kepalsuan.” (HR. Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr wash Shilah, 87-Bab Maa Jaa-a fii Man Tasyabba’a bimaa Lam Yu’thihi, shahih).

Namun kami rasa kebaikan guru kita tak mungkin dibalas dengan jasanya semisal yang ia beri.

Lantas dengan apa?

Dengan doa dan terus mendoakannya dalam kebaikan, itulah cara bisa membalasnya.

مَن صَنَعَ إِليكُم مَعرُوفًا فَكَافِئُوه ، فَإِن لَم تَجِدُوا مَا تُكَافِئُوا بِهِ فَادعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوا أَنَّكُم قَد كَافَأتُمُوهُ

Siapa yang memberikan kebaikan untuk kalian, maka balaslah. Jika engkau tidak mampu membalasnya, doakanlah ia sampai-sampai engkau yakin telah benar-benar membalasnya.” (HR. Abu Daud no. 1672 dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

Jazakallah khoir para guru kami …

Jazakallah khoir para ustadz kami …

Jazakallah khoir para masyaikh kami …

Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan melimpah di sisi-Nya.

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ ، فَقَالَ لِفَاعِلِهِ : جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا , فَقَدْ أبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ

Siapa yang diberikan kebaikan, maka katakanlah kepada pelakunya, “Jazakallah khoiron (semoga Allah membalas dengan kebaikan). Seperti itu sudah sangat baik dalam memuji” (HR. Tirmidzi no. 34).

Semoga Allah membalas jasa baikmu dengan memberkahi umurmu, memberkahi waktumu, menjaga keluargamu, menambah terus ilmumu, memperbagus amalmu, membaguskan dunia dan akhiratmu.

Moga doa kami pun dapat khusus ditujukan pada guru-guru kami sebagaimana contoh ulama salaf terdahulu.

قال الحارث بن سريج: سمعت يحيى القطان يقول: أنا أدعو الله للشافعي، أخصه به

Al Harits bin Suraij berkata, aku mendengar Al Qotton berkata, “Aku senatiasa berdo’a pada Allah untuk Imam Syafi’i, aku khususkan do’a untuknya.”

وقال أبو بكر بن خلاد: أنا أدعو الله في دبر صلاتي للشافعي

Abu Bakar bin Kholad berkata, “Aku selalu berdo’a pada Allah di akhir shalatku untuk Syafi’i.” (Disebutkan oleh Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala’, 10: 20, cetakan Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-11, 1422 H).


Rubrik psikologi

Karakteristik perkembangan ana usia dini



Berdasarkan pendapat para ahli, terdapat sejumlah karakteristik perkembangan pada anak usia dini. Karakteristik yang akan diuraikan berikut meliputi; Perkembangan Fisik-Motorik, Kognitif, Sosio Emosional, dan Perkembangan Bahasa. (Baca pula: Definisi dan Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini)

1. Perkembangan Fisik-Motorik 

Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama. Ada yang mengalami pertumbuhan secara cepat, ada pula yang lambat. Pada masa kanak-kanak pertambahan tinggi dan pertambahan berat badan relatif seimbang. Perkembangan motorik anak terdiri dari dua, ada yang kasar dan ada yang halus (John W. Santrock, Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Jakarta: Erlangga, 1995, h. 225) 

Perkembangan motorik kasar seorang anak pada usia 3 tahun adalah melakukan gerakan sederhana seperti berjingkrak, melompat, berlari ke sana ke mari dan ini menunjukkan kebanggaan dan prestasi. Sedangkan usia 4 tahun, si anak tetap melakukan gerakan yang sama, tetapi sudah berani mengambil resiko seperti jika si anak dapat naik tangga dengan satu kaki lalu dapat turun dengan cara yang sama dan memperhatikan waktupada setiap langkah. Lalu, pada usia 5 tahun si anak lebih percaya diri dengan mencoba untuk berlomba dengan teman sebayanya atau orang tuanya. 


Sebagian ahli menilai bahwa usia 3 tahun adalah usia bagi anak dengan tingkat aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia. Sebab tingkat aktivitas yang tinggi dan perkembangan otot besar mereka (lengan dan kaki) maka anak-anak pra sekolah perlu olah raga seharí-hari. Adapun perkembangan keterampilan motorik halus dapat dilihat pada usia 3 tahun yakni kemampuan anak-anak masih terkait dengan kemampuan bayi untuk menempatkan dan memegang benda-benda. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat seperti bermain balok, kadang sulit menyusun balok sampai tinggi sebab khawatir tidak akan sempurna susunannya. 

Sedangkan pada usia 5 tahun, mereka sudah memiliki koordinasi mata yang bagus dengan memadukan tangan, lengan, dan anggota tubuh lainnya untuk bergerak.Hal ini tidak terlepas dari ciri anak yang selalu bergerak dan selalu ingin bermain sebab dunia mereka adalah dunia bermain dan merupakan proses belajar. Mulai sejak si anak membuka mata di waktu pagi sampai menutup mata kembali di waktu malam, semua kegiatannya dilalui dengan bergerak, baik bolak-balik, be rjingkrak, berlari maupun melompat. Dalam kaitan ini, anak bukanlah miniatur orang dewasa karena mereka melakukan aktivitas berdasarkan kematangan dan kemampuan yang sesuai usianya. 

2. Perkembangan Kognitif 

Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau knowing berarti konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam pemerolehan, organisasi/penataan dan penggunaan pengetahuan (Paul Henry Mussen, dkk., Perkembangn dan Kepribadian Anak, Terjemahan F.X. Budiyanto, Gianto Widianto, Arum Gayatri, Arcan, 1994, h. 225). 

Dalam arti yang luas, kognitif merupakan ranah kejiwaan yang berpusat di otak dan berhubungan dengan konasi (kehendak), afeksi (perasaan). Proses perkembangan kognitif ini dimulai sejak lahir. Namun, campur tangan sel-sel otak dimulai setel ah seorang bayi berusia 5 bulan saat kemampuan sensorisnya benar-benar tampak. 

Ada 2 teori utama perkembangan kognitif, yakni: teori pembelajaran dan teori perkembangan kognitif (Paul Henry Mussen, dkk., Perkembangn dan Kepribadian Anak, h. 117) 

Konsep utama dari teori pembelajaran adalah pelaziman, digunakan untuk memahami bayi. Ada dua bentuk pelaziman, pertama , pelaziman klasik berlangsung ketika suatu stimulus yang semula netral, seperti bunyi bel yang muncul bersamaan sengan stimulus tidak bersyarat seperti susu yang mengalir dari dot ke dalam mulut si anak sehingga si anak akan terbiasa, jika bunyi bel berulangkali dihubungkan dengan pengalaman mendapatkan susu dari dot, maka bayi akan mulai mengisap begitu ia mendengar bunyi bel. Kedua, pelaziman instrumental, seperti bila bayi ters enyum di saat ayah menggelitik perut-nya, lalu bayi tersenyum kembali, maka pelaziman ini mungkin sedang berlangsung. 

Sementara jika mengacu pada teori yang dikemukakan Peaget, seorang pakar psikologi kognitif dan psikologi anak, dapat disimpulkan 4 tahap perkembangan kognitif , yaitu: 
  • Tahap sensori motor, terjadi pada usia 0-2 tahun
  • Tahap pra operasional, terjadi pada usia 2-7 tahun
  • Tahap konkrit operasional, terjadi pada usia 7-11 tahun
  • Tahap formal operasional, terjadi pada usia 11-15 tahun
(Paul Henry Mussen, dkk., Perkembangan dan Kepribadian Anak, h. 233).

Khusus untuk anak usia dini, tahapan perkembangan yang paling bisa dilihat adalah tahap 1 dan 2. Terdapat dua bekal kapasitas yang dibawa bayi sejak lahir. 

Pertama, bekal kapasitas jasmani yang ditunj ukkan dengan dua gerakan refleks, yakni: grasp reflex berupa gerakan otomatis untuk menggenggam; dan rooting reflex berupa gerakan kepala dan mulut yang terjadi secara otomatis jika setiap kali pipinya disentuh, kepalanya akan berbalik atau bergerak ke arah datangnya rangsangan lalu mulutnya terbuka dan terus mencari hingga ketemu puting susu ibu atau puting susu dot untuknya (Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda, 2004, h. 61) 

Lalu, gerakan refleks ini terjadi pada usia 0 s/d 5 bulan serta belum memerlukan ranah kognitif sebab sel-sel otaknya be lum berfungsi matang sebagai alat pengendali. 

Kedua, bekal kapasitas sensori berlaku bersamaan dengan berlakunya refleks-refleks motor tadi bahkan kadang lebih baik. Hal ini terbukti dengan adanya kemampuan pengaturan nafas, penyedotan dan tanda-tanda respons terhadap stimulus. Juga adanya kemampuan mereka untuk membedakan suara keras dan kasar dengan suara lembut ibunya dari pada ayahnya dan orang lain. 

Dengan demikian, tahap sensori motor yang berlangsung pada usia 0-2 tahun merupakan bagian dari perkembangan kognitif yang tampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik. Anak membentuk representasi mental, dapat meniru tindakan masa lalu orang lain, dan merancang sarana baru untuk memecahkan masalah dengan menggabungkan secara mental skema dengan pengetahuan yang diperolehnya. Inteligensi anak masih bersifat primitif yakni didasarkan pada perilaku terbuka (tindakan konkret dan bukan imajiner atau yang hanya dibayangkan saja). Hal ini amat pe nting karena menjadi fondasi untuk tipe-tipe intelegensi tertentu yang ak an dimiliki anak kelak. Lalu, pada usia 18-24 bulan muncul kemampuan untuk mengenal objek permanen atau telah menjadi cakap dalam berpikir simbolik (F.J. Monks, A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: UGM Press, 1992, h. 212). 

Sedangkan usia 2-7 tahun, si anak berada dalam periode perkembangan kognitif pra-operasional yakni usia di mana penguasaan sempurna akan objek permanen dimiliki. Artinya, si anak memiliki kesadaran akan eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada. Juga mengembangkan peniruan yang tertunda seperti ketika ia melihat perilaku orang lain seperti saat orang merespons barang, orang, keadaan dan kejadian yang dihadapi pada masa lalu (Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda, 2004, h. 70). 

Di samping itu juga anak mulai mampu memahami sebuah keadaan yang mengandung masalah, setelah berpikir sesaat, lalu menemukan reaksi ‘aha’ yaitu pemahaman atau ilham spontan untuk memecahkan masalah versi anak-anak. Akan tetapi, si anak belum bisa memahami jika terjadi perbedaan pandangan dengan orang lain. 

3. Perkembangan Sosio Emosional 

Karakteristik perkembangan anak usia dini dalam hal ini dapat dilihat berdasarkan 3 tipe temperamen anak menurut para psikolog, yakni: 

  • Anak yang mudah diatur, mudah beradaptasi dengan pengalaman baru, senang bermain dengan mainan baru, tidur dan makan secara teratur dan dapat meyesuaikan diri dengan perubahan di sekitarnya.
  • Anak yang sulit diatur seperti sering menolak rutinitas sehari-hari, sering menangis, butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan dan gelisah saat tidur.
  • Anak yang membutuhkan waktu pemanasan yang lama, umumnya terlihat agak malas dan pasif, jarang berpartisipasi secara aktif dan seringkali menunggu semua hal diserahkan kepadanya (Ariavita Purnamasari, Kamus Perkembangan Bayi & Balita, Jakarta: Erlangga, 2005, h. 110).
Dari pendapat di atas diketahui bahwa kepribadian dan kemampuan anak berempati dengan orang lain merupakan kombinasi antara bawaan dengan pola asuh ketika ia masih anak-anak. Ketika anak berusia satu tahun, senang dengan permainan yang melibatkan interaksi sosial, senang bermain dengan sesama jenis kelamin jika berada dalam kelompok yangberbeda. Namun, ketika berumur ant ara 1-1,5 tahun, biasanya menunjukkan keinginan untuk lebih mandiri yakni melakukan kegiatan sendiri, seperti main sendiri, makan dan berpakaian sendiri, cemburu, tantrum (marah jika kemauannya tidak dipenuhi). 

Sedangkan saat usia 1,5-2 tahun, ia mulai berinteraksi dengan orang lain, tetapi butuh waktu untuk bersosialisasi, ia masih sulit berbagi dengan orang lain, sehingga ia akan menangis bila berpisah dengan orang tuanya meski hanya sesaat. 

Sedangkan untuk usia 2,5-6 tahun, perkembangan emosi mereka sangat kuat seperti ledakan amarah , ketakutan yang hebat, iri hati yang tidak masuk akal karena ingin memiliki barang orang lain dan biasanya terjadi dalam lingkungan keluarga yang besar. Demikian pula denga rasa cemburu muncul karena kurangnya perhatian yang diterima dibanding dengan yang lainnya, dan terjadi dalam keluarga yang kecil. Terjadi sebagai akibat dari lamanya bermain, tidak mau tidur siang dan makan terlalu sedikit (Elizabet B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, h. 116). 

Secara jelas kognisi sosial seorang anak yang berumur 0-1 tahun adalah tumbuhnya perasaan sebagai seorang pribadi sehingga lebih menyukai orang yang familiar (obyek ikatan emosinya). Sedangkan usia 1-2 tahun yakni tumbuh pengenalan sosi al dengan mengenali perilaku yang disengaja. Lalu untuk usia 3-5 tahun, muncul pemahaman perbedaan antara kepercayaan dan keinginan seorang anak yakni persahabatan yang didasarkan pada aktivitas bersama. Lalu, ketika anak berusia 6-10 tahun, persahabatan yang terbangun lebih pada kesamaan fisik dan adanya kepercayaan secara timbal balik (Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: Rajawali Press, 2006, h. 199). 

4. Perkembangan Bahasa 

Kemampuan setiap orang dalam berbahasa berbeda-beda. Ada yang berkualitas baik dan ada yang rendah. Perkembangan ini mulai sejak awal kehidupan. Sampai anak berusia 5 bulan (0-1 tahun), seorang anak akan mengoceh seperti orang yang sedang berbicara dengan rangkaian suara yang teratur, walaupun suara dikeluar kan ketika berusia 2 bulan. Di sini terjadi penerimaan percakapan dan di skriminasi suara percakapan. Ocehan dimulai untuk menyusun dasar bahasa (Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: Rajawali Press, 2006, h. 226). 

Lalu pada usia satu tahun si anak dapat menyebut 1 kata atau periode holoprastik. Kemudian usia 18-24 bulan, anak mengalami percepatan perbendaharaan kata dengan memp roduksi kalimat dua atau tiga kata disebut periode telegrafik se bab menghilangkan tanda atau bagian kecil tata bahasa dan mengabaikan kata yang kurang penting. 

Selanjutnya pada usia 2,5-5 tahun, pengucapan kata meningkat. Bahasa anak mirip orang dewasa. Anak mulai memproduksi ujaran yang lebih panjang, kadang secara gramatik, kadang tidak. Lalu, pada usia 6 tahun ke atas, anak mengucapkan kata seperti orang dewasa. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara, antara lain: 
  • Intelegensi, semakin cerdas anak semakin cepat keterampilan bicara-nya.
  • Jenis disiplin, disiplin yang rendah membuat cenderung cepat bicara dibanding dengan anak yang orang tuanya bersikap keras dan berpandangan bahwa anak harus dilihat, tetapi tidak didengar.
  • Posisi urutan, anak sulung didorong lebih banyak bicara dari pada adiknya.
  • Besarnya keluarga, anak tunggal dido rong lebih banyak bicara diban-ding anak-anak dari keluarga besar sebab orang tua lebih banyak waktu untuk berbicara dengannya.
  • Status sosial ekonomi, dalam keuarga kelas rendah kegiatannya cenderung kurang terorganisasi dari pada kelas menengah dan atas.
  • Status ras, mutu dan keterampilan berbicara yang kurang baik pada kebanyakan anak berkulit hitam sebab ayahnya tidak ada atau sebab keluarga tidak teratur sebab bany ak anak dan ibu bekerja di luar.
  • Berbahasa dua
  • Penggolongan peran seks, misalnya laki-laki dituntut untuk sedikit bicara dari pada perempuan.
(Elizabet B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, h. 115). 

Dengan demikian karakteristik perkembangan anak usia dini penting diketahui sebagai bentuk kepedulian pada perkembangan anak yang membutuhkan perhatian ekstra dari orang dewasa di sekitarnya, sehingga akan tumbuh anak-anak yang memang diharapkan. Baca pula4Kompetensi Guru Taman Kanak-Kanak.