*Memohon Perlindungan dari Ilmu yang Tidak Bermanfaat*
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta ilmu yang bermanfaat setiap selesai shalat subuh dengan berdoa kepada Allah Ta’ala,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah … aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah no. 925. Dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani.)
Demikian juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ
“Ya Allah … aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak didengar (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud no. 1548, An-Nasa’i no. 5536, dan Ibnu Majah no. 3837. Hadits ini shahih.)
Syaikh ‘Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di -rahimahullahu Ta’ala- menjelaskan bahwa ada empat macam ilmu yang tidak bermanfaat.
Pertama, ilmu yang 100% berbahaya, tidak ada manfaat sama sekali, atau minimal bahaya ilmu tersebut lebih besar dibandingkan manfaatnya (kebaikannya). Misalnya ilmu sihir. Contoh lain, seseorang belajar tentang kesesatan (berbagai aqidah atau pemahaman yang menyimpang), namun dia belum memiliki ilmu tentang kebenaran (‘aqidah shahihah). Seseorang membaca buku-buku yang mengandung kesesatan, padahal dia tidak memiliki “senjata” untuk melindungi dirinya.
Ke dua, sibuk mempelajari ilmu duniawi (ilmu pengetahuan) yang hukum asalnya adalah mubah, namun kesibukan tersebut menjadikannya lalai dari hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupannya. Misalnya, kesibukan tersebut menyebabkan orang tersebut lalai untuk menghadiri shalat berjamaah bagi laki-laki tanpa ‘udzur (alasan yang dibenarkan syariat). Dalam kasus semacam ini, ilmu tersebut menjadi ilmu yang tidak bermanfaat.
Ke tiga, ilmu syar’i (ilmu agama), yaitu ilmu tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun tidak diamalkan. Sebetulnya dia mengenal ilmu agama, namun dia tinggalkan atau tidak diamalkan. Dia mengenal keburukan namun justru menerjangnya. Ilmu syar’i yang tidak diamalkan, hanya menjadi ilmu yang tidak bermanfaat.
Ke empat, menyibukkan diri dengan ilmu alam atau ilmu modern (seperti biologi, fisika, dan semisalnya) sehingga menyebabkan dirinya cuek dan berpaling dari mempelajari ilmu agama. Orang yang membatasi diri hanya mempelajari ilmu-ilmu alam tersebut, hanya akan menyebabkan pelakunya bingung dan terjatuh dalam kesombongan. Fenomena semacam ini bisa kita saksikan. Seseorang yang hanya sibuk mempelajari ilmu tersebut, bukannya bertambah keimanan kepada Allah Ta’ala, namun akhirnya menjadi pengingkar Tuhan (atheis).
Lalu apa ilmu yang bermanfaat? Menurut penjelasan beliau -rahimahullahu Ta’ala-, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu agama (yang diamalkan) dan ilmu yang mendukung untuk mempelajari ilmu agama tersebut, seperti ilmu bahasa Arab dan semacamnya. Demikian pula setiap ilmu yang bisa memperbaiki agama, dunia, dan akhlak manusia. Dengan syarat bahwa agama-lah yang menjadi pokok, sedangkan yang lain adalah tambahan dan penyokong untuk perbaikan agama seseorang. [1]
Semoga Allah Ta’ala menambahkan untuk kita ilmu yang bermanfaat, dan menjauhkan kita dari semua ilmu yang tidak bermanfaat.
Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,
Catatan kaki:
[1] Disarikan dari penjelasan Syaikh ‘Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di -rahimahullahu Ta’ala- di kitab Majmu’ Al-Fawaaid wa Iqtinaashil Awaabid (faidah ke-33, cet. Daar Ibnul Jauzi tahun 1424). Ditambah dengan penjelasan guru kami, Ustadz Aris Munandar -hafidzahullahu Ta’ala- ketika menjelaskan perkataan Syaikh As-Sa’di tersebut.
Penulis: Ustadz M. Saifudin Hakim
📚💎📚💎📚💎📚💎📚💎📚
📲 Yuk share ke yang lain *tanpa merubah isi artikel dan sumbernya* dan jangan lupa like halaman kami...!
🚿Dan jangan sampai ketinggalan, dengan ikuti jaringan medsos kami untuk mendapatkan artikel dan nasihat yang manfaat.
•┈┈➖•◈◉✹❒📚❒✹◉◈•➖┈┈•
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
Rumah Tahfidz, Belajar Tahsin dan Tajwid Al Qur'an, Kajian Ilmu syar'i Hub: Diana Gasim (Ummu Achmad ) 085312837788)
Friday, January 18, 2019
*Tips-Tips Cepat Baca Kitab-Kitab Para Ulama*
🌟 *Siapa yang ingin mengunduh mutiara, mesti harus menyelam.*
*Untuk bisa membaca kitab2 para ulama, memahami bacaan sholat n doa kita panjatkan dengan cepat mestilah dengan usaha yang maksimal pula. Memang susah-susah mudah.*
*Mengapa ana katakan susah-susah mudah? Sebab semuanya kembali pada:*
*➖Kehendak-Nya yang memudahkan kita untuk cepat paham atau kehendak-Nya yang membuat kita sulit paham.*
*➖kemudian metode atau cara kita mempelajarinya.*
Para thalibul ilmi yang duduk dibangku pendidikan formal saja banyak yang kesulitan , apalagi yang diluar itu (walau tidak semua bahkan ada yang lebih Allah mudahkan).
Memang bahasa Arab itu sangat komplek dan lengkap gramatikalnya apalagi jika kita mempelajarinya loncat-loncat tidak sistematis.
*Karena kesempurnaannya maka Allah menjadikan bahasa Arab ini sebagai bahasa pengantar Al-Qur?an dan di dalamnya Allah telah memudahkan bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya.*
Allah berfirman:
*“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar: 17)*
*Aslinya, bahasa Arab itu sulit tapi Allah mudahkan, Allah telah mudahkan bagi kita dan Allah mudahkan bagi siapa saja yang Dia kehendaki.*
Bandingkan dengan bahasa Inggris, apalagi Jepang dan Mandarin yang lebih sulit dan tidak ada jaminan dari Allah untuk memudahkannya tapi ramai peminatnya.
Tips-tips ini semoga bermanfaat bagi antum yang belajar lewat jalur non formal seperti ana, tapi insya Allah juga bermanfaat bagi antum yang duduk di jalur formal.
*1) Selalu luruskan niat.*
Ini yang paling penting dan terpenting, sebab jika pondasinya tidak kokoh maka dikawatirkan akan merusak dunia dan agama sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidaklah dua ekor serigala kelaparan di giring kepada satu domba lebih merusak daripada kerakusan seseorang pada agama untuk tujuan kemuliaan dirinya (dimata manusia)” (HR. Tirmidzi).
📌 *Maka belajarlah hanya untuk mencari ridha Allah.*
*2) Cita-cita dan tekad baja/ Azam yg kuat*
Kemauan seseorang ada beberapa tingkatan, yaitu:
➖Khathir: yaitu kilasan kemauan, belum ada cita-cita yang kuat
➖Taraddud: yaitu kemauan yang penuh keragu-raguaan antara ya atau tidak
➖Ham: yaitu cita-cita yang kuat tapi indikasinya belum terlihat jelas
✅ *➖Azzam: yaitu cita cita disertai tekad baja yang indikasinya bisa terlihat pada tindakan*
*Harus memiliki Ham ( yaitu cita-cita yang kuat tapi indikasinya belum terlihat jelas) dulu, mantapkan dalam hati dengan doa yang kuat, semoga Allah karuniakan fadhilah ini kepada kita dan mudahkan. Kemudian jadikan ham tersebut menjadi ‘azzam. Beli buku-buku, kursus, kuliah atau ke pesantren/lembaga baik formal maupun non formal merupakan indikasi dari ‘azzamnya.*
❌ *Jika belajarnya hanya dengan khathir (kilasan kemauan, belum ada cita-cita yang kuat) atau taradud (kemauan yang penuh keragu-raguaan antara ya atau tidak) saja, ya tidak akan bisa.*
*3) Istiqamah*
⛔ *Ketidakistiqamahan biasanya dari beberapa sebab;*
➖Dari diri sendiri, karena malas, putus semangat, salah niat dsb
➖Dari metode atau muallimnya. Jika memang dari hal ini maka sebaiknya komunikasikan dengan muallim (pengajar).
*Keistiqomahan dibutuhkan ketika belajar walaupun terkadang rasa jenuh, bosan dan futur selalu hadir*
*4) Baca sebanyak-banyaknya referensi*
*Semakin banyak buku panduannya insya Allah akan mumdahkan kita untuk memahami materi, sebab adakalanya pembahasan di buku lain lebih mudah dicerna dan saling melengkapi.*
*5) Pahami dahulu baru hafalkan*
*6) Banyak-banyak praktek*
Praktek ini sangat menentukan sekali sebab kita akan dipaksa untuk mengulang pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari *walaupun praktek ini memerlukan kesabaran, keuletan dan ketekunan tinggi.*
Sebab bisa jadi untuk membaca 1 baris saja memerlukan waktu 1 jam apalagi jika kosa katanya harus cari satu persatu dalam kamus.
*Praktek ini ada tiga cara:*
➖Praktek sendiri tanpa bimbingan
➖Praktek dengan pendampingan orang yang lebih ahli
➖Ikut kajian kitab
*7) Kesadaran bukan semangat*
Belajar atau bekerja hanya berlandaskan semangat belaka akan luntur tatkala kesemangatan luluh. *Jadi belajar dengan kesadaran, kesadaran akan pentingnya serta hukum wajibnya memepelajari bahasa Arab.*
*8) Ajarkan pada orang lain*
Dengan mengajarkan kepada orang lain, ilmu kita akan bertambah justru seringkali kita paham akan suatu bab tatkala hendak mengajarkan pada orang lain.
*9) Berdoa sungguh-sungguh*
Fa izda ‘azamta fatawakal ‘alallah…
Demikian semoga bermanfaat.
🌟 *Siapa yang ingin mengunduh mutiara, mesti harus menyelam.*
*Untuk bisa membaca kitab2 para ulama, memahami bacaan sholat n doa kita panjatkan dengan cepat mestilah dengan usaha yang maksimal pula. Memang susah-susah mudah.*
*Mengapa ana katakan susah-susah mudah? Sebab semuanya kembali pada:*
*➖Kehendak-Nya yang memudahkan kita untuk cepat paham atau kehendak-Nya yang membuat kita sulit paham.*
*➖kemudian metode atau cara kita mempelajarinya.*
Para thalibul ilmi yang duduk dibangku pendidikan formal saja banyak yang kesulitan , apalagi yang diluar itu (walau tidak semua bahkan ada yang lebih Allah mudahkan).
Memang bahasa Arab itu sangat komplek dan lengkap gramatikalnya apalagi jika kita mempelajarinya loncat-loncat tidak sistematis.
*Karena kesempurnaannya maka Allah menjadikan bahasa Arab ini sebagai bahasa pengantar Al-Qur?an dan di dalamnya Allah telah memudahkan bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya.*
Allah berfirman:
*“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar: 17)*
*Aslinya, bahasa Arab itu sulit tapi Allah mudahkan, Allah telah mudahkan bagi kita dan Allah mudahkan bagi siapa saja yang Dia kehendaki.*
Bandingkan dengan bahasa Inggris, apalagi Jepang dan Mandarin yang lebih sulit dan tidak ada jaminan dari Allah untuk memudahkannya tapi ramai peminatnya.
Tips-tips ini semoga bermanfaat bagi antum yang belajar lewat jalur non formal seperti ana, tapi insya Allah juga bermanfaat bagi antum yang duduk di jalur formal.
*1) Selalu luruskan niat.*
Ini yang paling penting dan terpenting, sebab jika pondasinya tidak kokoh maka dikawatirkan akan merusak dunia dan agama sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidaklah dua ekor serigala kelaparan di giring kepada satu domba lebih merusak daripada kerakusan seseorang pada agama untuk tujuan kemuliaan dirinya (dimata manusia)” (HR. Tirmidzi).
📌 *Maka belajarlah hanya untuk mencari ridha Allah.*
*2) Cita-cita dan tekad baja/ Azam yg kuat*
Kemauan seseorang ada beberapa tingkatan, yaitu:
➖Khathir: yaitu kilasan kemauan, belum ada cita-cita yang kuat
➖Taraddud: yaitu kemauan yang penuh keragu-raguaan antara ya atau tidak
➖Ham: yaitu cita-cita yang kuat tapi indikasinya belum terlihat jelas
✅ *➖Azzam: yaitu cita cita disertai tekad baja yang indikasinya bisa terlihat pada tindakan*
*Harus memiliki Ham ( yaitu cita-cita yang kuat tapi indikasinya belum terlihat jelas) dulu, mantapkan dalam hati dengan doa yang kuat, semoga Allah karuniakan fadhilah ini kepada kita dan mudahkan. Kemudian jadikan ham tersebut menjadi ‘azzam. Beli buku-buku, kursus, kuliah atau ke pesantren/lembaga baik formal maupun non formal merupakan indikasi dari ‘azzamnya.*
❌ *Jika belajarnya hanya dengan khathir (kilasan kemauan, belum ada cita-cita yang kuat) atau taradud (kemauan yang penuh keragu-raguaan antara ya atau tidak) saja, ya tidak akan bisa.*
*3) Istiqamah*
⛔ *Ketidakistiqamahan biasanya dari beberapa sebab;*
➖Dari diri sendiri, karena malas, putus semangat, salah niat dsb
➖Dari metode atau muallimnya. Jika memang dari hal ini maka sebaiknya komunikasikan dengan muallim (pengajar).
*Keistiqomahan dibutuhkan ketika belajar walaupun terkadang rasa jenuh, bosan dan futur selalu hadir*
*4) Baca sebanyak-banyaknya referensi*
*Semakin banyak buku panduannya insya Allah akan mumdahkan kita untuk memahami materi, sebab adakalanya pembahasan di buku lain lebih mudah dicerna dan saling melengkapi.*
*5) Pahami dahulu baru hafalkan*
*6) Banyak-banyak praktek*
Praktek ini sangat menentukan sekali sebab kita akan dipaksa untuk mengulang pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari *walaupun praktek ini memerlukan kesabaran, keuletan dan ketekunan tinggi.*
Sebab bisa jadi untuk membaca 1 baris saja memerlukan waktu 1 jam apalagi jika kosa katanya harus cari satu persatu dalam kamus.
*Praktek ini ada tiga cara:*
➖Praktek sendiri tanpa bimbingan
➖Praktek dengan pendampingan orang yang lebih ahli
➖Ikut kajian kitab
*7) Kesadaran bukan semangat*
Belajar atau bekerja hanya berlandaskan semangat belaka akan luntur tatkala kesemangatan luluh. *Jadi belajar dengan kesadaran, kesadaran akan pentingnya serta hukum wajibnya memepelajari bahasa Arab.*
*8) Ajarkan pada orang lain*
Dengan mengajarkan kepada orang lain, ilmu kita akan bertambah justru seringkali kita paham akan suatu bab tatkala hendak mengajarkan pada orang lain.
*9) Berdoa sungguh-sungguh*
Fa izda ‘azamta fatawakal ‘alallah…
Demikian semoga bermanfaat.
*Kiat Sukses Belajar Bahasa Arab*
❤📚 *Berikut ini sebagian kiat yang bisa dilakukan untuk mempercepat penguasaan kaidah bahasa Arab.*
📝 *Kami menuliskannya berdasarkan pengalaman kami sendiri mengajar bahasa Arab dan membaca kitab sejak beberapa tahun lamanya* –walhamdulillah-:
*1. Hendaknya kita mengikhlaskan niat dalam belajar untuk menunaikan kewajiban kita kepada Allah dan membekali diri dengan ilmu agar bisa beramal saleh.*
Karena amal tidak akan diterima tanpa niat dan cara yang benar.
*Sementara niat dan cara yang benar tidak akan diperoleh kecuali dengan ilmu.*
*Oleh sebab itu imam Bukhari rahimahullah membuat sebuah bab dalam Kitabul Ilmi di kitab sahih Bukhari yang berjudul ‘Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan’.*
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala yang artinya, “Ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan (yang benar) selain Allah dan mintalah ampunan untuk dosamu…” (QS. Muhammad: 19).
*Selain itu hendaknya kita berdoa kepada Allah untuk diberikan ilmu yang bermanfaat.*
*2. Sebelum lebih jauh mempelajari kaidah bahasa Arab maka sudah semestinya kita mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan hukum-hukum tajwid agar tidak salah dalam membaca atau mengucapkan.*
Padahal, salah baca atau salah ucap akan menimbulkan perbedaan makna bahkan memutarbalikkan fakta.
Suatu kata yang seharusnya berkedudukan sebagai pelaku berubah menjadi objek dan seterusnya. Tentu saja hal ini -membaca dengan benar serta mengikuti kaidah- tidak bisa disepelekan.
*3. Menambah kosakata merupakan salah satu sebab utama untuk melancarkan proses belajar kaidah dan membaca kitab.*
Hal ini dapat dilakukan dengan cara membeli Kamus Bahasa Arab-Indonesia seperti Al-Munawwir, atau dengan membeli kamus kecil Al-Mufradat yang berisi kosakata yang sering digunakan dalam kitab-kitab para ulama.
Selain itu bisa juga dengan membeli satu jenis buku dengan 2 versi; asli bahasa Arab dan terjemahan. Dengan memiliki kitab berbahasa Arab akan memacu pemiliknya untuk bisa membacanya.
Sedangkan dengan terjemahannya akan membantu dalam proses belajar membaca kitab ketika menemukan kata-kata atau ungkapan yang susah dimengerti.
*4. Hendaknya mencari guru yang benar-benar memahami materi kaidah bahasa Arab dan bisa mengajarkannya.* Untuk poin ini mungkin sangat bervariasi -tidak bisa diberi batasan yang kaku-, karena tingkat pemahaman orang terhadap kaidah bahasa arab juga bertingkat-tingkat.
Hanya saja yang dimaksud di sini adalah perlunya memilih guru yang mengajarkan materi dengan dasar ilmu bukan dengan kebodohan.
*5. Dibutuhkan kesabaran untuk terus mengikuti pelajaran dan mengulang-ulang pelajaran (muraja’ah) agar pemahaman yang dimiliki semakin kuat tertanam.*
Apabila menemukan hal-hal yang belum dipahami hendaknya segera menanyakan kepada pengajar atau orang yang lebih tahu dalam hal itu.
Az-Zuhri rahimahullah
mengatakan, “Sesungguhnya ilmu itu dicari seiring dengan perjalanan siang dan malam, barangsiapa yang ingin mendapatkan segudang ilmu secara tiba-tiba niscaya ilmu yang diperolehnya akan cepat hilang.
*6. ”Hendaknya bersungguh-sungguh dalam belajar.* Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami niscaya Kami pun akan memudahkan baginya jalan-jalan menuju keridhaan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69).
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa di dalam ayat ini Allah ta’ala mengaitkan antara hidayah dengan kesungguh-sungguhan/jihad. Maka orang yang paling besar hidayahnya adalah orang yang paling besar kesungguhan/jihadnya.
Pepatah arab mengatakan, “Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, niscaya dia akan mendapatkan.
*7. "Untuk bisa mendukung pembelajaran bahasa Arab bagi pemula maka mengikuti kajian-kajian kitab berbahasa Arab* merupakan salah satu sarana yang paling efektif untuk membiasakan diri dengan kata atau istilah bahasa Arab yang termaktub di kitab-kitab para ulama.
*Kitab-kitab yang sudah semestinya dikaji oleh pemula adalah kitab-kitab yang membahas perkara-perkara agama yang harus dipahaminya seperti kitab yang membahas dasar-dasar tauhid semacam Al-Qawa’id Al-Arba’, Tsalatsatu Ushul, dan Kitab Tauhid yang ketiga-tiganya merupakan karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.*
Apabila tidak bisa mengikuti secara langsung maka bisa diupayakan dengan mendengarkan CD kajiannya atau bahkan kalau ada yang berupa format VCD.
*8. Membaca buku pelajaran kaidah bahasa Arab.*
Buku-buku pelajaran kaidah bahasa Arab dengan pengantar bahasa Indonesia yang bisa didapatkan misalnya; Ilmu Nahwu Praktis sistem belajar 40 jam karya A. Zakaria (untuk pemula)
dan Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab karya Ustadz Aunur rafiq Ghufron, Lc. (untuk menengah).
Atau bagi yang ingin mendengarkan audio pelajaran bahasa Arab bisa mendownload di situs ini *belajar online*
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
❤📚 *Berikut ini sebagian kiat yang bisa dilakukan untuk mempercepat penguasaan kaidah bahasa Arab.*
📝 *Kami menuliskannya berdasarkan pengalaman kami sendiri mengajar bahasa Arab dan membaca kitab sejak beberapa tahun lamanya* –walhamdulillah-:
*1. Hendaknya kita mengikhlaskan niat dalam belajar untuk menunaikan kewajiban kita kepada Allah dan membekali diri dengan ilmu agar bisa beramal saleh.*
Karena amal tidak akan diterima tanpa niat dan cara yang benar.
*Sementara niat dan cara yang benar tidak akan diperoleh kecuali dengan ilmu.*
*Oleh sebab itu imam Bukhari rahimahullah membuat sebuah bab dalam Kitabul Ilmi di kitab sahih Bukhari yang berjudul ‘Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan’.*
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala yang artinya, “Ketahuilah bahwa tidak ada sesembahan (yang benar) selain Allah dan mintalah ampunan untuk dosamu…” (QS. Muhammad: 19).
*Selain itu hendaknya kita berdoa kepada Allah untuk diberikan ilmu yang bermanfaat.*
*2. Sebelum lebih jauh mempelajari kaidah bahasa Arab maka sudah semestinya kita mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan hukum-hukum tajwid agar tidak salah dalam membaca atau mengucapkan.*
Padahal, salah baca atau salah ucap akan menimbulkan perbedaan makna bahkan memutarbalikkan fakta.
Suatu kata yang seharusnya berkedudukan sebagai pelaku berubah menjadi objek dan seterusnya. Tentu saja hal ini -membaca dengan benar serta mengikuti kaidah- tidak bisa disepelekan.
*3. Menambah kosakata merupakan salah satu sebab utama untuk melancarkan proses belajar kaidah dan membaca kitab.*
Hal ini dapat dilakukan dengan cara membeli Kamus Bahasa Arab-Indonesia seperti Al-Munawwir, atau dengan membeli kamus kecil Al-Mufradat yang berisi kosakata yang sering digunakan dalam kitab-kitab para ulama.
Selain itu bisa juga dengan membeli satu jenis buku dengan 2 versi; asli bahasa Arab dan terjemahan. Dengan memiliki kitab berbahasa Arab akan memacu pemiliknya untuk bisa membacanya.
Sedangkan dengan terjemahannya akan membantu dalam proses belajar membaca kitab ketika menemukan kata-kata atau ungkapan yang susah dimengerti.
*4. Hendaknya mencari guru yang benar-benar memahami materi kaidah bahasa Arab dan bisa mengajarkannya.* Untuk poin ini mungkin sangat bervariasi -tidak bisa diberi batasan yang kaku-, karena tingkat pemahaman orang terhadap kaidah bahasa arab juga bertingkat-tingkat.
Hanya saja yang dimaksud di sini adalah perlunya memilih guru yang mengajarkan materi dengan dasar ilmu bukan dengan kebodohan.
*5. Dibutuhkan kesabaran untuk terus mengikuti pelajaran dan mengulang-ulang pelajaran (muraja’ah) agar pemahaman yang dimiliki semakin kuat tertanam.*
Apabila menemukan hal-hal yang belum dipahami hendaknya segera menanyakan kepada pengajar atau orang yang lebih tahu dalam hal itu.
Az-Zuhri rahimahullah
mengatakan, “Sesungguhnya ilmu itu dicari seiring dengan perjalanan siang dan malam, barangsiapa yang ingin mendapatkan segudang ilmu secara tiba-tiba niscaya ilmu yang diperolehnya akan cepat hilang.
*6. ”Hendaknya bersungguh-sungguh dalam belajar.* Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami niscaya Kami pun akan memudahkan baginya jalan-jalan menuju keridhaan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69).
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa di dalam ayat ini Allah ta’ala mengaitkan antara hidayah dengan kesungguh-sungguhan/jihad. Maka orang yang paling besar hidayahnya adalah orang yang paling besar kesungguhan/jihadnya.
Pepatah arab mengatakan, “Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, niscaya dia akan mendapatkan.
*7. "Untuk bisa mendukung pembelajaran bahasa Arab bagi pemula maka mengikuti kajian-kajian kitab berbahasa Arab* merupakan salah satu sarana yang paling efektif untuk membiasakan diri dengan kata atau istilah bahasa Arab yang termaktub di kitab-kitab para ulama.
*Kitab-kitab yang sudah semestinya dikaji oleh pemula adalah kitab-kitab yang membahas perkara-perkara agama yang harus dipahaminya seperti kitab yang membahas dasar-dasar tauhid semacam Al-Qawa’id Al-Arba’, Tsalatsatu Ushul, dan Kitab Tauhid yang ketiga-tiganya merupakan karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.*
Apabila tidak bisa mengikuti secara langsung maka bisa diupayakan dengan mendengarkan CD kajiannya atau bahkan kalau ada yang berupa format VCD.
*8. Membaca buku pelajaran kaidah bahasa Arab.*
Buku-buku pelajaran kaidah bahasa Arab dengan pengantar bahasa Indonesia yang bisa didapatkan misalnya; Ilmu Nahwu Praktis sistem belajar 40 jam karya A. Zakaria (untuk pemula)
dan Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab karya Ustadz Aunur rafiq Ghufron, Lc. (untuk menengah).
Atau bagi yang ingin mendengarkan audio pelajaran bahasa Arab bisa mendownload di situs ini *belajar online*
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Subscribe to:
Comments (Atom)