Tuesday, May 10, 2016

* Sudah Benarkah Taubat Yang Dilakukan ? *

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Dan manusia yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali...

Akan tetapi manusia yang terbaik adalah mereka yang ketika berbuat kesalahan, maka langsung bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat...

Allah Ta'ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا...

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)..." (QS. At-Tahrim [66]: 8)

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An-Nisaa': 110)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"Setiap anak adam pasti pernah berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang pernah berbuat kesalahan adalah yang bertaubat" (HR. At-Timidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan al-Hakim, hadits dari Anas, lihat Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no. 4515)

Hikmah Allah Ta'ala memberikan waktu kepada para pelaku maksiat untuk bertaubat adalah supaya hamba itu tahu bahwa ampunan dan berbuat baik itu lebih Allah cintai dari pada menyiksa atau membalas dendam, serta supaya hamba tahu betapa besarnya kasih sayang, kebaikan dan kemuliaan Allah 'Azza wa Jalla...

Allah Ta'ala berfirman :

"Jikalau Allah menghukum manusia karena kezhalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya" (QS. An-Nahl [16]: 61)

Jika ingin memperbaiki diri tetapi ternyata semua manusia sudah membenci karena mereka sakit hati, maka janganlah kecil hati dan putus asa. Terus saja menanamkan kebaikan kepada mereka dan berdoalah kepada Allah minta agar dikuatkan iman dan kesabaran.

Ingatlah, agar taubat seorang hamba itu diterima oleh Allah Ta'ala, maka dia harus memenuhi 8 syarat, yaitu :

(1). Menyesali dosa yang telah dilakukan, sehingga ia pun tidak ingin mengulanginya kembali.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

النَّدَمُ تَوْبَةٌ

"Penyesalan adalah taubat" (HR. Ahmad , Ibnu Majah dan al-Hakim, hadits dari Ibnu Mas'ud, Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no. 6803)

Syaqiq al-Balkhi rahimahullah berkata :

- علامة التوبة البكاء على ما سلف و الخوف من الوقوع  في الذنب و حجران اخوان السوء و ملازمة الاخيار

"Tanda taubat seseorang adalah menangisi dosa-dosa yang telah ia lakukan di masa lalu, takut terjatuh ke dalam perbuatan dosa, menjauhi teman-teman yang buruk dan bergaul dengan orang-orang baik" (Siyar A'lamin Nubalaa' IX/315).

(2). Memohon ampunan kepada Allah Ta'ala atas dosa-dosa yang telah dilakukan.

Allah Ta'ala berfirman :

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui" (QS. Ali Imran [3]: 135)

(3). Berniat dan bertekad untuk tidak lagi mengulangi perbuatan dosa.

Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah berkata :

 استغفار بلا اقلاء توبة المكذبين

"Istighfar tanpa meninggalkan kemaksiatan adalah taubatnya para pendusta" (Fathul Bari 11/99)

(4). Meminta maaf kepada orang yang pernah dizhalimi atau disakiti, serta mengembalikan barang orang lain yang pernah diambil.

(5). Taubat dilakukan pada waktu masih terbukanya peluang untuk diterimanya taubat, yaitu sebelum ruh sampai di kerongkongan atau sebelum matahari terbit dari arah barat atau sebelum datangnya adzab sebagai balasan dari Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman :

"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal (ruh sudah sampai di kerongkongan) kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : "Sesungguhnya aku bertaubat sekarang"...(QS. An-Nisaa' [4]: 18)

فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا ۖ سُنَّتَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ ۖ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ

"Maka iman (taubat) mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunnah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir" (QS. Al-Mukmin [40]: 85)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيئُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيئُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا.

"Sesungguhnya Allah Ta’ala selalu membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari dan Allah membuka tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di malam hari. Begitulah, hingga matahari terbit dari barat" (HR. Muslim no. 2759, hadits dari Abi Musa).

(6). Memperbanyak amal shalih setelah bertaubat.

Allah Ta'ala berfirman :

وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا

"Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shalih, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya" (QS. Al-Furqan [25]: 71)

(7). Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إٍِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إلاَّ مَا كَانَ خَالِصًا وَ ابْتَغَي بِهِ وَجْهَ اللهِ

"Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amalan, kecuali dengan ikhlas dan mengharap wajah Allah" (HR. An-Nasaa’i, hadits dari Abu Umamah, lihat Shahihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 1856)

Hendaknya taubat hanya karena Allah, bukan untuk menjaga kesehatan karena badannya sudah lemah atau tidak berfungsi lagi, untuk mencari pujian, takut balasan seseorang atau jeratan hukum, untuk mencari harta, karena capek berbuat dosa atau karena tidak ada faktor yang mendorongnya melakukan maksiat. Tetapi seorang hamba meninggalkan dosa karena tidak ingin Allah Ta'ala menjadi murka...

(8). Seseorang yang bertindak sebagai pengajak atau penyeru kepada kesesatan, maka harus mengumumkan taubatnya dan menjelaskan kesalahannya.

Allah Ta'ala berfirman :

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَٰئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

"Kecuali mereka yang telah bertaubat dan mengadakan perbaikan serta menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang" (QS. Al-Baqarah [2]: 160)

Dengan cara seperti inilah Allah akan menerima taubatnya. Dan jika hal ini tidak dilakukan, maka dia akan menanggung dosanya dan juga dosa dari orang-orang yang telah dia sesatkan.

Allah Ta'ala berfirman :

لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ

"Agar mereka memikul dosa-dosa mereka seluruhnya pada hari kiamat dan sebahagian dari dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu" (QS. An-Nahl [16]: 25)

Wahai saudariku...

Laksanakanlah 8 syarat diterimanya taubat seperti di atas dan bergembiralah dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

التاءب من الذنب كمن لا ذنب له

"Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa" (HR. Ibnu Majah dan ath-Thabrani, hadits dari Ibnu Mas'ud, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 3145)

Serta takutlah dengan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mana beliau pun telah bersabda :

من احسن فيما بقي غفر له ما مضى ، و من أساء فيما بقي أخذ بما مضى و ما بقي

"Barangsiapa melakukan kebaikan pada sisa usianya, maka diampuni dosanya yang telah lewat. Dan barangsiapa melakukan keburukan (dosa) pada sisa usianya, maka dia akan disiksa dengan dosa yang dilakukan pada masa yang lalu dan yang akan datang" (HR. Ath-Thabrani, hadits dari Abu Dzar, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 3156)

Wahai saudariku...

Jika seorang hamba bertaubat kepada Allah dan taubatnya diterima, maka ia akan menemukan bermacam-macam nikmat yang dia tidak ketahui rinciannya, tetapi dia selalu merasakan dalam keberkahan-Nya, selama dia tidak merusak dan membatalkan taubatnya...

Bersegeralah, apa lagi yang engkau tunggu...

🔊 Ust Najmi Umar Bakkar