Rumah Tahfidz, Belajar Tahsin dan Tajwid Al Qur'an, Kajian Ilmu syar'i Hub: Diana Gasim (Ummu Achmad ) 085312837788)
Tuesday, February 18, 2020
siapa kah orang yg mati itu??
*💥 SIAPAKAH ORANG YANG MATI ? 💥*
❅ https://t.me/MuliaDenganSunnah
✍🏽 *Ustadz Najmi Umar Bakkar*
Orang yang mati adalah orang yang hatinya tidak ada kehidupan. Hati seperti ini tidak mengenal Rabbnya, tidak menyembah-Nya dengan menjalankan berbagai perintah-Nya sesuai dengan apa yang telah Allah cintai...
*Salah seorang diantara orang-orang shalih terdahulu pernah berkata :*
يَا عَجَبًا مِنَ النَّاسِ يَبْكُوْنَ عَلَى مَنْ مَاتَ جَسَدُهُ وَلاَ يَبْكُوْنَ عَلَى مَنْ مَاتَ قَلْبُهُ وَهُوَ أَشَدُّ
"Alangkah mengherankan pada diri manusia, mereka menangisi orang yang mati jasadnya tetapi mereka tidak menangisi orang yang telah mati hatinya, padahal itu lebih utama (untuk ditangisi)" (Tazkiyatun Nufus hal 44 oleh Dr. Ahmad Farid)
قيل لابن مسعود رضي الله عنه: من ميت الأحياء؟
فقال: الذي لا يعرف معروفا ولا ينكر منكرا
*Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu ditanya* : "Siapakah orang mati (di antara orang-orang) yang hidup ?” Dia menjawab : "Orang yang tidak tahu perkara yang baik dan juga tidak mengingkari kemungkaran" (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf VII/504 dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa' 1/375)
*Imam Ibnul Jauzi rahimahullah* berkata :
ليس الميت من خرجت روحه من جنبيه، وإنما الميت من لا يفقه ماذا لربه من الحقوق عليه
"Bukanlah orang yang mati itu adalah orang yang ruhnya telah keluar dari tubuhnya, tetapi orang yang telah mati adalah orang yang tidak memahami apa hak-hak Rabbnya terhadap dirinya" (At-Tadzkirah hal 18)
*Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :*
الرَّجُــلُ: هُوَ الَّذِي يَخَافُ مَــوْتَ قَلْبِــہ ، لَا مَوْتَ بَدَنِــہ ِ، إِذْ أَكْثَرُ هَــؤُلَاءِ الْخَلْقِ يَخَافُونَ مَوْتَ أَبْدَانِهــِمْ، وَلَا يُبَالُـــونَ بِمَوْتِ قُلُوبِهِمْ
"Seorang laki-laki (yang sejati) itu adalah yang merasa takut akan kematian hatinya, dan dia tidak merasa takut akan kematian badannya. Karena kebanyakan orang justru takut dengan kematian badan mereka, tetapi tidak perduli dengan kematian hati mereka" (Madaarijus Saalikin III/248)
*Sebagian ahli hikmah telah berkata :*
الْمُسِيْءُ مَيـِتٌ وَإِنْ كَانَ فِي دَارِ الْحَيَاةِ وَالْمُحْسِنُ حَيٌّ وَإِنْ كَانَ فِي دَارِ الْأَمْوَاتِ
"Orang yang berbuat jahat (sejatinya) adalah mayat walaupun ia hidup di dunia, dan orang yang berbuat baik (hakikatnya) adalah hidup meskipun dia berada di negeri kematian (di dalam kubur)" (Fawaaid min Kitab Adabid Dunya wad Diin hal 4 oleh Imam al-Mawardi)
*Imam al-'Utsaimin rahimahullah berkata :*
العالم حي بعد مماته، والجاهل ميت في حياته
"Orang yang berilmu adalah orang yang hidup (namanya) setelah kematiannya, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang mati di masa hidupnya" (Adh-Dhiya' al-Lami’ hal 15)
Betapa seringnya hati ini mudah merasa iba saat melihat manusia yang miskin papa, tapi kenapa jarang merasa iba terlebih berduka saat melihat manusia yang bodoh yang tidak mau mempelajari agama...
*Ketahuilah,* kebodohan di dalam agama ini dapat memperlama penghisaban dan bisa menggiring pelakunya masuk ke Neraka, karena banyaknya kewajiban yang tidak dia ketahui hingga membuatnya celaka...
*Oh...betapa malangnya hati yang mati, yang berkelana memburu dunia dan malas meniti jalan menuju akhirat, padahal semuanya akan kembali dan berakhir disana...*
*Oh...betapa malangnya hati yang buta, yang tidak sabar menahan kepahitan sesaat, dan dia lebih memilih kehinaan sepanjang abad dengan cara melakukan berbagai maksiat...*
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
"Maka sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada" (QS. Al-Hajj [22]: 46)
📑 Artikel Cahaya Sunnah
✒ Editor : Admin Asy-Syamil.com
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
___🍃🕋🍃___
.
materi nadar 10-20
📚 *MATERI 10 : CONTOH KALIMAT MUBTADA KHOBAR* 📚
_________________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
✍🏻 Diantara Ketentuan mubtada dan khabar adalah,
1⃣ Bila _*mubtada-nya*_ *mufrad* maka _*khabar-nya*_ pun harus *mufrad*
Contoh :
🍃 المُدَرِّسُ جَالِسٌ
( _Guru tersebut duduk_ )
👉 _Al mudarrisu_ adalah isim *mufrad*,
_jaalisun_ juga isim *mufrad*.
👉 Tanda Marfu' keduanya adalah dhammah.
2⃣ Bila _*mubtada-nya*_ *mutsanna atau jamak* maka _*khabar-nya*_ pun harus *mutsanna atau jamak*
Contoh :
🔖 *Mutsanna*
🍃 المُدَرِّسَانِ جَالِسَانِ
( _Dua guru tersebut duduk_ )
👉 _al mudarrisaani_ isim *mutsanna*. Maka _jaalisaani_ yang merupakan khobarnya pun isim *mutsanna*.
👉 Tanda marfu' dari keduanya adalah *alif*.
🔖 *Jamak*
🍃 المُدَرِّسُونَ جَالِسُوْنَ
( _Para guru tersebut duduk_ )
👉 _Al mudarrisuuna_ dan
_jaalisuuna_ keduanya adalah *jamak mudzakkar salim*. Tanda rafa'nya adalah wawu ( و ).
3⃣ Bila _*mubtada-nya*_ *muannats* maka _*khabar-nya*_ pun harus *muannats* pula, demikian juga bila *mudzakkar*.
🔖 Contoh yang mudzakkar sebagaimana yang ada pada poin 1 dan 2.
🔖 *Contoh muannats*,
🍃 المُدَرِّسَةُ جَالِسَةٌ
( _Guru Perempuan tersebut duduk_ )
🍃 المُدَرِّسَتَانِ جَالِسَتَانِ
( _Dua guru Perempuan tersebut duduk_ )
🍃 المُدَرِّسَاتُ جَالِسَاتٌ
( _Para guru Perempuan tersebut duduk_ )
📍 *KESIMPULAN*
Dari contoh-contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa mubtada' dan khobar memiliki *kesesuaian* dalam hal,
🔖 *Jenis* (Mudzakkar/Muannats)
🔖 *Jumlah* (Mufrad/Mutsanna/Jamak)
🔖 *I'rab* (Rafa')
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_________________
✒ Tim Nadwa
______________________
________________________
📚 *MATERI 12 : I'ROB FI'IL* 📚
__________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
✍ Kita masuk pembahasan tentang i'rob pada fi'il
🏷 Sebagian fi'il ada yang *mabni* (tidak berubah akhiran katanya) dan ada yang *mu'rob* (berubah akhiran katanya).
🏷 Yang termasuk *fi'il mabni* ada 2, yaitu:
1⃣ *Fi'il madhi*
2⃣ *Fi'il amr*
🏷 Yang termasuk *fi'il mu'rob* adalah *hanya* fi'il mudhari'.
🏷 Sebagaimana yang kita ketahui sebelumnya bahwa i'rab terbagi atas 4 jenis, namun *perlu diperhatikan bahwa i'rab pada fi'il mudhari' hanya berlaku 3 jenis saja*, yaitu :
1⃣ *Marfu'/rafa' (مَرْفُوْعٌ/رَفْعٌ)*
🌱 Contohnya :
🍃 أَذْهَبُ
(saya sedang/akan pergi)
📌 Berharakat dhommah diakhir adalah *tanda asal* fi'il mudhari'.
2⃣ *Manshub/nashab (مَنْصُوْبٌ/نَصْبٌ)*
🌱 Contohnya :
🍃 لَنْ أَذْهَبَ
(saya tidak akan pergi)
📌 Kata "لَنْ" berfungsi/menjadi *sebab manshubnya* fi'il mudhari'.
3⃣ *Majzum/jazm (مَجْزُوْمٌ/جَزْمٌ)*
🌱 Contohnya :
🍃 لَمْ أَذْهَبْ
(saya tidak pergi)
📌 Kata "لَمْ" berfungsi/menjadi *sebab majzumnya* fi'il mudhari'.
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_______________
✒ Tim Nadwa
===============================
📚 *MATERI 13 : FI'IL DAN FA'IL* 📚
_____________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
1⃣ *Fi'il* adalah setiap kata yang memiliki *makna* dan *terikat dengan waktu*. Dalam bahasa Indonesia Fi'il disebut *kata kerja/Predikat*. Misal,
🍃 ذَهَبَ ( _telah pergi_ )
🍃 يَذْهَبُ ( _sedang/akan pergi_ )
🍃 اِذْهَبْ ( _pergilah_ )
2⃣ *Fa'il* adalah *isim marfu'* yang terletak *setelah fi'il ma'lum* (kata kerja aktif) yang menunjukkan siapa yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia Fa'il disebut dengan *Subyek*.
3⃣ *Contoh kalimat* :
🌱 يَذْهَبُ زَيْدٌ
( _Zaid sedang pergi_ )
🍃 يَذْهَبُ : fi'il
🍃 زَيْدٌ : fa'il
📍 *Kedua kata tersebut*,
🔖 *mufrod* (tunggal),
🔖 sama dari segi *jenisnya* yaitu *mudzakar*,
🔖 dan *marfu'* dengan tanda dhommah untuk menunjukkan bahwa ia adalah *fa'il (subyek).* Dan fa'il (subyek) adalah *inti kalimat.*
4⃣ Kalimat,
🍃 يَذْهَبُ زَيْدٌ
( _Zaid sedang pergi_ )
👉🏻 adalah *Jumlah Fi'liyyah*, yaitu kalimat yang *didahului oleh fi'il* (kata kerja).
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
___________________
✒ Tim Nadwa
==========================
📚 *MATERI 11: FI'IL* 📚
_________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
*Fi'il* adalah kata yang memiliki makna *yang terikat dengan waktu*, dan berdasarkan waktunya fi'il terbagi menjadi *tiga* yaitu :
1⃣ *Fi'il madhi / الفِعْلُ المَاضِيْ*
Fi'il madhi adalah fi'il yang menunjukkan kejadian pada *waktu lampau*.
🌱 Contohnya :
🍃 ذَهَبَ
( _Dia (lk) *telah* pergi_ )
2⃣ *Fi'il mudhari' / الفِعْلُ المُضَارِعُ*
Fi'il mudhari' adalah fi'il yang menunjukkan kejadian pada waktu *sekarang* atau *akan datang*.
🌱 Contohnya :
🍃 يَذْهَبُ
( _Dia (lk) *sedang/akan* pergi_ )
3⃣ *Fi'il amr / الفِعْلُ الأَمْرُ*
Fi'il amr adalah fi'il yang menunjukkan *perintah*, yang berarti harus dikerjakan pada waktu akan datang (yakni setelah adanya perintah).
🌱 Contohnya :
🍃 اِذْهَبْ
( _Pergilah kamu!_ )
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_________________
✒ Tim Nadwa
=============================
📚 *MATERI 16 : MAF'UL BIH* 📚
______________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
🔖 *Maf'ul bih* adalah isim yg berperan sebagai *objek* atau sesuatu yang *dikenai pekerjaan* failnya.
🔖 Hukum Maf'ul bih adalah *manshub dalam i'rob*
🌱 *Contoh* :
🍃 كَتَبَ الطَّالِبُ *الدَّرْسَ*
👉🏻 Kata الدَّرْسَ dalam kalimat diatas berperan sebagai *objek*, atau yang di kenai pekerjaan. Dalam bahasa arab di sebut *Maf'ul bih*.
📍 Perhatikan *harokat akhir* pada kata الدَّرْسَ !
Di sana nampak *huruf akhir kata* tersebut berharakat *fathah*. Dan fathah merupakan salah satu tanda *i'rob* untuk isim yang *manshub*. Dan maf'ul bih itu i'robnya *manshub*.
👉🏻 Maka الدَّرْسَ *manshub dengan harokat fathah*.
🌱 *Contoh yang lain* :
🍃 حَمِلَ حَامِدٌ *الكِتَابَيْنِ*
( _Hamid membawa *dua buku*_ )
📍 Kita perhatikan kalimat di atas, bahwa yg berkedudukan sebagai *maf'ul bih* adalah kata *الكِتَابَيْنِ*.
Karena kata الكِتَابَيْنِ adalah bentuk *mutsanna* (dua) dari kata الكِتَابُ, dan kita tahu bahwa i'rob maf'ul bih itu adalah manshub.
👉🏻 Maka الكِتَابَيْنِ *manshubnya dengan huruf ya'*.
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_________________
✒ Tim Nadwa
==========================
📚 *MATERI 14: KAIDAH FI'IL DAN FA'IL* 📚
______________________________________
بسم ﷲ الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاۃ والسلام علی رسول ﷲ
Ikhwatii fillaah... Kita akan memasuki pembahasan "kaidah fi'il dan fa'il dan contoh-contohnya".
🏷 Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kalimat yang dimulai dengan fi'il disebut dengan *jumlah fi'liyyah*.
🏷 Jumlah fi'liyyah ini memiliki beberapa kaidah yaitu :
1⃣ *Fi'il selalu bersesuaian jenis dengan fa'ilnya.*
📌 Jika fa'ilnya berupa isim mudzakkar fi'ilnya juga mudzakkar
👉 Contoh :
🍃 كَتَبَ أَحْمَدُ
(Ahmad telah menulis)
🍃 يَكْتُبُ أَحْمَدُ
(Ahmad sedang/akan menulis)
📌 Jika *fa'ilnya* berupa *isim muannats* maka fi'ilnya juga muannats dengan diberi tanda muannats yaitu menambahkan *ta' sukun (تْ) di akhir fi'il madhi* dan *ta' berharakat di awal fi'il mudhari*.
👉 Contoh :
🍃 دَرَسَتْ عَائِشَةُ
(Aisyah telah belajar)
🍃 تَدْرُسُ عَائِشَةُ
(Aisyah sedang/akan belajar)
2⃣ *Fi'il selalu dalam keadaan mufrad*
📌 Meskipun fa'ilnya berupa isim mutsanna atau jamak maka *fi'ilnya tetap mufrad (tunggal)*
👉 Contoh,
🌱 Untuk mudzakkar :
سَمِعَ / يَسْمَعُ الطَّالِبُ =
Pelajar (lk) itu telah / sedang mendengar
يَسْمَعُ الطَّالِبَانِ =
Dua pelajar (lk) itu sedang mendengar
يَسْمَعُ الطُّلَابُ =
Para pelajar (lk) itu sedang mendengar
🌱 Untuk muannats :
سَمِعَتْ / تَسْمَعُ الطَّالِبَةُ
Pelajar (pr) itu telah / sedang mendengar
تَسْمَعُ الطَّالِبَتَانِ =
Dua pelajar (pr) itu sedang mendengar
تَسْمَعُ الطَّالِبَاتُ =
Para pelajar (pr) itu sedang mendengar
📝Keterangan :
▪سَمِعَ = dia (lk) telah mendengar
▪يَسْمَعُ = dia (lk) sedang/telah mendengar
▪سَمِعَتْ = dia (pr) telah mendengar
▪تَسْمَعُ = dia (pr) sedang/akan mendengar
3⃣ *Fa'il harus dalam keadaan marfu' (ber-i'rab rafa')**, untuk menandakan bahwa ia inti kalimat.
*Tanda i'rab rafa' isim dapat dilihat pada materi 8.
وصلی ﷲ علی نبينا محمد وعلی آله وصحبه وسلم
__________________
✒ Tim Nadwa
========================
📚 *VIDEO 20 : IDHAFAH* 📚
_______________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
Ketika satu kata kurang bisa menyampaikan maksud kita, sering kita tambahkan kepadanya kata yang lain sebagai penjelas, sehingga menjadi susunan beberapa kata atau dalam Bahasa Arab kita sebut *murakkab* (المُرَكَّب).
Salah satu bentuk murakkab adalah idhafah (الإضافة), yaitu :
نِسْبَةُ اسْمٍ إِلَى اسْمٍ أٓخَرَ
_hubungan/kaitan suatu isim kepada isim yang lain_
Dari pengertian ini kita bisa ambil poin pentingnya, bahwa :
🏕 _*1. Idhafah merupakan susunan dua isim.*_
⛱ a. Isim pertama kita sebut *mudhaf* (مضاف), yakni isim yang *disandarkan*, atau yang memerlukan penjelasan.
⛱ b. Isim kedua kita sebut *mudhaf ilaih* (مضاف إليه), yakni isim yang menjadi sandaran, atau yang menjadi *pengkhususan/ penjelasan*.
Misal:
رَسُوْلُ اللهِ
( _Utusan Allah_ )
📍 Kita lihat bahwa kata pertama adalah رسول, maka رسول adalah *mudhaf*, dan lafadz الله sebagai *mudhaf ilaih*.
👉🏻 Ketika kita mengatakan رسول kemudian berhenti, maka pendengar masih akan bertanya-tanya, رسول yang mana yang dibicarakan. Namun dengan kita tambahkan lafadz الله, maka mereka menjadi paham bahwa kita sedang membicarakan Utusan Allah atau Rasul Allah.
📍 Kemudian, karena mudhaf telah mempunyai mudhaf ilaih, atau isim yang menjelaskan, maka *mudhaf tidak boleh bertanwin*.
🏕 _*2. Kedua isim tersebut mempunyai keterkaitan makna secara khusus*_:
⛱ a. Menjelaskan *pemilikan/ peruntukan*, atau makna huruf jar *lam* (اللام), misal:
رَسُوْلُ اللهِ 💡 رَسُوْلٌ لِلهِ
_Utusan Allah_ atau _utusan yang dimiliki oleh Allah_
⛱ b. Menjelaskan *jenis*, atau makna huruf jar *min* (مِن), misal :
بَابُ الحَدِيْدِ 💡 بَابٌ مِن الحَدِيْدِ
_Pintu besi_ atau _pintu yang terbuat dari bahan besi._
⛱ c. Menjelaskan *waktu atau tempat*, atau makna huruf jar *fi* (في), misal :
طَالِبُ المَعْهَدِ 💡 طَالِبٌ فِي المَعْهَدِ
_Siswa ma’had_ atau _siswa yang belajar di ma’had_
💡 Karena hubungan antara mudhaf dan mudhaf ilaih memiliki makna huruf jar, maka *mudhaf ilaih selalu majrur*.
Semoga bermanfaat.
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
________________
✒ Tim Nadwa
[18/2 19.47] Agent Resmi Umi Travel: EBOOK BARU EDISI ANAK-ANAK
Kami hadirkan ebook latihan membaca dan menulis Bahasa Arab untuk anak-anak dengan desain yang insya Allah menarik. Berikut ini link downloadnya:
bit.ly/qiroah-kitabah-anak
Dan kami share ulang ebook Teknik Mengajar Bahasa Arab untuk Anak, semoga para orang tua bisa mengambil manfaatnya:
bit.ly/bahasa-arab-anak
Silakan dibagikan sebanyak-banyaknya
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya (HR. Muslim 3509)
[18/2 19.47] Agent Resmi Umi Travel: 🌱 *Penjelasan Soal Materi 17 no. 5* 🌱
Di dalam g-form terdapat 2 jawaban. Berikut penjelasannya,
🔖 *Maf'ul bih*
Maf'ul bih adalah sesuatu yang dikenai pekerjaan. Dan fi'il yg digunakan pada jumlah dengan naibul fa'il adalah pasif. Sehingga, naibul fa'il ini menjadi subyek dalam kalimat pasif. Subyek dalam kalimat pasif = obyek (maf'ul bih). Sehingga, *makna dari naibul fa'il adalah maf'ul bih*. Demikian yg dimaksud dalam soal.
Contoh,
نُصِرَ زَيْدٌ
-> Zaid ditolong
👉🏻 Zaid pada kalimat tersebut adalah Naibul Fa'il (pengganti fa'il) secara i'rab. Adapun secara makna, maka kita dapati bahwa sesungguhnya Zaid adalah objek dari aktivitas menolong.
🔖 *Tidak ada jawaban*
Opsi ini dibenarkan sementara, untuk mentolerir kemungkinan adanya pemahaman maksud kata "makna" dalam soal sebagai "arti". Sehingga memahami bahwa yang dimaksud dalam soal adalah "arti naibul fa'il".
________________
✒ Tim Nadar📚
=====================
📚 *VIDEO 18 : MAJRURNYA ISIM* 📚
____________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
*Tanda-tanda Isim Majrur :*
1⃣ Harakat *Kasrah* (ِ-)
Kasrah merupakan tanda asal isim majrur. Isim-isim yang tanda majrurnya kasrah adalah :
🔖 *Isim Mufrad*, misalnya :
🍃 مُحَمَّدٍ
🔖 *Jama' Taksir*, misalnya :
🍃 رُسُلٍ
( _Para rasul/utusan_ )
🔖 *Jama' Muannats Salim*, misalnya :
🍃 مُؤمِنَاتٍ
( _Para perempuan yang beriman_ )
2⃣ Huruf *ya'* (ي)
Isim-isim yang tanda majrurnya huruf ya' (ي) adalah :
🔖 *Al-Asmaa`ul Khamsah*, misalnya :
🍃 أَخِيْكَ
( _Saudara laki-lakimu_ )
🔖 *Isim Mutsanna*, misalnya :
🍃 وَالِدَيْنِ
( _Kedua orangtua_ )
🔖 *Jama' Mudzakkar Salim*, misalnya :
🍃 مُسْلِمِيْنَ
( _Orang-orang yang berislam_ )
3⃣ Harakat *Fathah* (َ-)
Isim yang tanda majrurnya harakat fathah adalah :
🔖 Isim *Ghairu Munsharif*, misalnya :
🍃 عَائِشَةَ
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_________________
✒ Tim Nadwa
======================
📚 *MATERI 19 : ISIM MAJRUR* 📚
______________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
🔷 *Definisi Jar*
*Jar* merupakan salah satu diantara 3 macam *I'rob* untuk *isim*. Dimana kalimah ( Bahasa Indonesia : *Kata* ) yang berhukum jar di sebut *majrur*. Dan tanda asli majrur adalah dengan harokat *kasroh*.
🔷 *Kapan isim berhukum jar?*
Isim wajib berhukum jar salah satu sebabnya adalah bila *didahului oleh huruf -huruf jar*.
🔷 *Apa itu huruf jar?*
Huruf jar adalah huruf yang bila mendahului suatu isim maka isim setelah huruf tersebut menjadi *majrur*. Huruf-huruf tersebut antara lain :
🍃 مِنْ : dari
🍃 إِلَى : ke
🍃 عَنْ : dari, tentang
🍃 عَلَى : di atas
🍃 فِيْ : di dalam
🍃 لِ : milik
🍃 بِ : dengan
🍃 وَ : demi
🍃 تَ : demi
🍃 كَ : seperti
🍃 حَتَّى : sampai
🍃 رُبَّ : betapa banyak
📍 *Kita perhatikan contoh berikut ini* :
🍃 الكِتَابُ : عَلَى الكِتَابِ
( _Di atas buku_ : _Buku_ )
🍃 البَيْتُ : في البَيْتِ
( _Di dalam rumah_ : _Rumah_ )
👉🏻 Dari contoh diatas bisa kita bedakan bahwa *isim yang di dahului oleh salah satu huruf jar, maka i'robnya menjadi jar*.
📍 *Contoh yang lain* :
🔖 العِلْمُ *كَالنُّوْرِ*
( _Ilmu itu *seperti cahaya*_ )
🔖 السَّاعَۃُ *عَلَی السَّرِيْرِ*
( _Jam tangan itu *di atas kasur*_ )
👉🏻 Dari dua contoh diatas, isim menjadi majrur bila *didahului oleh huruf jar*.
___________________
📌 *CATATAN*
📍 Penulisan huruf jar yang terdiri dari *satu huruf*, seperti :
بِ، كَ، تَ
Jika setelahnya adalah isim ber ال, maka penulisan alifnya ( ا ) *bersambung dengan huruf jar*. Seperti,
🍃 بِالْقَلَمِ ( Dibaca : _bilqolami_ )
( _Dengan pena_ )
🍃 كَالْنُّوْرِ ( Dibaca : _kannuuri_ )
( _Seperti cahaya_ )
🍃 تَاللّٰهِ ( Dibaca : _tallaahi_ )
( _Demi Allah_ )
👉🏻 Di dalam syariat Islam, kita hanya boleh bersumpah dengan nama Allah saja.
📍 Khusus untuk huruf jar لِ, jika setelahnya adalah isim ber ال, maka *alifnya dihilangkan*. Kemudian, huruf *lam yang tersisa* ditulis *bersambung dengan huruf jar*. Misal,
🍃 لِ + الزَّهْرَاء -> لِلزَّهْرَاءِ
( Dibaca : _lizzahro'_ )
( _Milik Az-zahro'_ )
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_________________
✒ Tim Nadwa
====================
📚 *MATERI 17 : NAIBUL FA'IL* 📚
__________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
Seperti halnya dalam Bahasa Indonesia, dalam Bahasa Arab ada kalimat aktif dan kalimat pasif.
Unsur pembentuk kalimat aktif adalah *fi’il ma’lum* (kata kerja aktif) dan *fa'il*, sedangkan kalimat pasif adalah *fi’il majhul* (kata kerja pasif) dan *naibul fa'il*.
Ketika kita hendak mengubah kalimat aktif menjadi *pasif*, yang kita lakukan adalah :
1⃣ *Menghilangkan fa'ilnya*
Kalimat pasif digunakan karena kita tidak ingin menunjukkan fa'ilnya, dan sebaliknya lebih menonjolkan maf’ul bih.
🔖 *Misal pada kalimat* :
🍃 كَتَبَ الطَّالِبُ الدَّرْسَ
( _Siswa itu telah menulis pelajaran tersebut_ )
Yang pertama kita lakukan adalah menghilangkan fa'ilnya, yaitu : الطالب.
2⃣ *Mengubah fi’ilnya menjadi bentuk majhul* (pasif)
Fi’il majhul dibentuk dari fi’il muta’adi ( fi’il yang *membutuhkan obyek* ), dengan cara :
✏ *Fi’il madhi* :
Harakat huruf pertama dijadikan *dhammah*, dan harakat huruf sebelum terakhir *dikasrah*.
👉🏻 Misal kita ambil contoh kalimat di atas :
🍃 كَتَبَ الطَّالِبُ الدَّرْسَ
Fi’ilnya adalah fi’il madhi : كتب, maka kita ubah fi’il ini dengan cara memberikan harakat *dhamah pada huruf pertama* dan harakat *kasrah pada huruf sebelum terakhirnya*, seperti ini:
📌 كَتَبَ – كُتِبَ
✏ *Fi’il mudhari* :
Harakat huruf pertama dijadikan *dhammah*, dan harakat huruf sebelum terakhir dijadikan *fathah*.
👉🏻 Misal kita ambil contoh kalimat di atas, tetapi kita ganti fi’ilnya dengan yang mudhari.
🍃 يَكْتُبُ الطَّالِبُ الدَّرْسَ
( _Siswa itu sedang menulis pelajaran tersebut_ )
👉🏻 Fi’ilnya adalah fi’il mudhari : يكتب, maka kita ubah fi’il ini dengan cara memberikan harakat *dhammah pada huruf pertama* dan harakat *fathah pada huruf sebelum terakhirnya*, seperti ini :
📌 يَكْتُبُ - يُكْتَبُ
3⃣ *Menempatkan maf’ul bih sebagai naibul fa'il, dan mengubahnya menjadi marfu’*
Karena fa'il yang merupakan unsur pokok kalimat telah dihilangkan, maka perlu disediakan penggantinya, dan inilah yang kita sebut *naibul fa'il* ( ِنَائِبُ الفَاعِل ).
👉🏻 Naibul fail kita ambil dari *maf’ul bih* yang kita ubah menjadi *marfu’* agar memenuhi syarat sebagai pengganti fa'il.
👉🏻 Misal pada kalimat di atas :
🍃 كَتَبَ الطَّالِبُ الدَّرْسَ
Maka maf’ul bih الدرس yang semula berharakat akhir fathah sebagai tanda manshubnya, *diubah menjadi marfu’* dengan harakat dhamah sebagai tanda marfu’nya.
💡 Dengan melalui ketiga langkah di atas, telah kita dapatkan kalimat pasif sebagai berikut :
🖌 كُتِبَ الدَّرْسُ
( _Pelajaran itu telah ditulis_ )
Atau
🖌 يُكْتَبُ الدَّرْسُ
( _Pelajaran itu sedang ditulis_ )
Semoga bermanfaat.⛱⛱
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
________________
✒ Tim Nadwa
===========================
📚 *MATERI 15 : TANDA NASHAB ISIM* 📚
________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
ااحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على رسول الله
Kita telah mengetahui bahwa di antara jenis I'rab kata dalam bahasa Arab adalah *Nashab*.
❓ Apa saja *tanda nashab isim*? Berikut perinciannya,
🔖 *Fathah* ( َ- )
Ini merupakan *tanda asal* i'rab *Nashab*. Ada pada,
🌱 *Mufrad*
🍃 مُحَمَّدًا
🍃 عَائِشَةَ
🌱 *Jamak Taksir*
🍃 رُسُلًا
( _Para rasul/utusan_ )
🔖 *Alif* ( ا ). Ada pada,
🌱 *Al-Asma' Al-Khomsah*
🍃 أَخَاكَ
( _saudara laki-lakimu_ )
🔖 *Kasrah* ( ِ- ). Ada pada,
🌱 *Jamak Muannats Salim*
🍃 مُؤْمِنَاتٍ
( _para perempuan yang beriman_ )
🔖 *Ya'* ( ي ). Ada pada,
🌱 *Mutsanna*
🍃 وَالِدَيْنِ
( _orang tua_ )
🌱 *Jamak Mudzakkar Salim*
🍃 مُسْلِمِيْنَ
( _Orang-orang yang berislam_ )
_______________________
📌 *Catatan*
💡 Penulisan *fathatain* ( ً- ) diikuti dengan *alif*. *Kecuali* pada,
🔖 *ta' marbuthoh* ( ة ), seperti :
🍃 مُسْلِمَةً
( _perempuan yang berislam_ )
🍃 ثَمَرَةً
( _buah_ )
🔖 dan *hamzah* ( ء ) yang *sebelumnya alif*. Seperti,
🍃 سَمَاءً ( _langit_ )
🍃 إِنْشَاءً ( _esai_ )
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
__________________
✒ Tim Nadwa
_________________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
✍🏻 Diantara Ketentuan mubtada dan khabar adalah,
1⃣ Bila _*mubtada-nya*_ *mufrad* maka _*khabar-nya*_ pun harus *mufrad*
Contoh :
🍃 المُدَرِّسُ جَالِسٌ
( _Guru tersebut duduk_ )
👉 _Al mudarrisu_ adalah isim *mufrad*,
_jaalisun_ juga isim *mufrad*.
👉 Tanda Marfu' keduanya adalah dhammah.
2⃣ Bila _*mubtada-nya*_ *mutsanna atau jamak* maka _*khabar-nya*_ pun harus *mutsanna atau jamak*
Contoh :
🔖 *Mutsanna*
🍃 المُدَرِّسَانِ جَالِسَانِ
( _Dua guru tersebut duduk_ )
👉 _al mudarrisaani_ isim *mutsanna*. Maka _jaalisaani_ yang merupakan khobarnya pun isim *mutsanna*.
👉 Tanda marfu' dari keduanya adalah *alif*.
🔖 *Jamak*
🍃 المُدَرِّسُونَ جَالِسُوْنَ
( _Para guru tersebut duduk_ )
👉 _Al mudarrisuuna_ dan
_jaalisuuna_ keduanya adalah *jamak mudzakkar salim*. Tanda rafa'nya adalah wawu ( و ).
3⃣ Bila _*mubtada-nya*_ *muannats* maka _*khabar-nya*_ pun harus *muannats* pula, demikian juga bila *mudzakkar*.
🔖 Contoh yang mudzakkar sebagaimana yang ada pada poin 1 dan 2.
🔖 *Contoh muannats*,
🍃 المُدَرِّسَةُ جَالِسَةٌ
( _Guru Perempuan tersebut duduk_ )
🍃 المُدَرِّسَتَانِ جَالِسَتَانِ
( _Dua guru Perempuan tersebut duduk_ )
🍃 المُدَرِّسَاتُ جَالِسَاتٌ
( _Para guru Perempuan tersebut duduk_ )
📍 *KESIMPULAN*
Dari contoh-contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa mubtada' dan khobar memiliki *kesesuaian* dalam hal,
🔖 *Jenis* (Mudzakkar/Muannats)
🔖 *Jumlah* (Mufrad/Mutsanna/Jamak)
🔖 *I'rab* (Rafa')
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_________________
✒ Tim Nadwa
______________________
________________________
📚 *MATERI 12 : I'ROB FI'IL* 📚
__________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
✍ Kita masuk pembahasan tentang i'rob pada fi'il
🏷 Sebagian fi'il ada yang *mabni* (tidak berubah akhiran katanya) dan ada yang *mu'rob* (berubah akhiran katanya).
🏷 Yang termasuk *fi'il mabni* ada 2, yaitu:
1⃣ *Fi'il madhi*
2⃣ *Fi'il amr*
🏷 Yang termasuk *fi'il mu'rob* adalah *hanya* fi'il mudhari'.
🏷 Sebagaimana yang kita ketahui sebelumnya bahwa i'rab terbagi atas 4 jenis, namun *perlu diperhatikan bahwa i'rab pada fi'il mudhari' hanya berlaku 3 jenis saja*, yaitu :
1⃣ *Marfu'/rafa' (مَرْفُوْعٌ/رَفْعٌ)*
🌱 Contohnya :
🍃 أَذْهَبُ
(saya sedang/akan pergi)
📌 Berharakat dhommah diakhir adalah *tanda asal* fi'il mudhari'.
2⃣ *Manshub/nashab (مَنْصُوْبٌ/نَصْبٌ)*
🌱 Contohnya :
🍃 لَنْ أَذْهَبَ
(saya tidak akan pergi)
📌 Kata "لَنْ" berfungsi/menjadi *sebab manshubnya* fi'il mudhari'.
3⃣ *Majzum/jazm (مَجْزُوْمٌ/جَزْمٌ)*
🌱 Contohnya :
🍃 لَمْ أَذْهَبْ
(saya tidak pergi)
📌 Kata "لَمْ" berfungsi/menjadi *sebab majzumnya* fi'il mudhari'.
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_______________
✒ Tim Nadwa
===============================
📚 *MATERI 13 : FI'IL DAN FA'IL* 📚
_____________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
1⃣ *Fi'il* adalah setiap kata yang memiliki *makna* dan *terikat dengan waktu*. Dalam bahasa Indonesia Fi'il disebut *kata kerja/Predikat*. Misal,
🍃 ذَهَبَ ( _telah pergi_ )
🍃 يَذْهَبُ ( _sedang/akan pergi_ )
🍃 اِذْهَبْ ( _pergilah_ )
2⃣ *Fa'il* adalah *isim marfu'* yang terletak *setelah fi'il ma'lum* (kata kerja aktif) yang menunjukkan siapa yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia Fa'il disebut dengan *Subyek*.
3⃣ *Contoh kalimat* :
🌱 يَذْهَبُ زَيْدٌ
( _Zaid sedang pergi_ )
🍃 يَذْهَبُ : fi'il
🍃 زَيْدٌ : fa'il
📍 *Kedua kata tersebut*,
🔖 *mufrod* (tunggal),
🔖 sama dari segi *jenisnya* yaitu *mudzakar*,
🔖 dan *marfu'* dengan tanda dhommah untuk menunjukkan bahwa ia adalah *fa'il (subyek).* Dan fa'il (subyek) adalah *inti kalimat.*
4⃣ Kalimat,
🍃 يَذْهَبُ زَيْدٌ
( _Zaid sedang pergi_ )
👉🏻 adalah *Jumlah Fi'liyyah*, yaitu kalimat yang *didahului oleh fi'il* (kata kerja).
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
___________________
✒ Tim Nadwa
==========================
📚 *MATERI 11: FI'IL* 📚
_________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
*Fi'il* adalah kata yang memiliki makna *yang terikat dengan waktu*, dan berdasarkan waktunya fi'il terbagi menjadi *tiga* yaitu :
1⃣ *Fi'il madhi / الفِعْلُ المَاضِيْ*
Fi'il madhi adalah fi'il yang menunjukkan kejadian pada *waktu lampau*.
🌱 Contohnya :
🍃 ذَهَبَ
( _Dia (lk) *telah* pergi_ )
2⃣ *Fi'il mudhari' / الفِعْلُ المُضَارِعُ*
Fi'il mudhari' adalah fi'il yang menunjukkan kejadian pada waktu *sekarang* atau *akan datang*.
🌱 Contohnya :
🍃 يَذْهَبُ
( _Dia (lk) *sedang/akan* pergi_ )
3⃣ *Fi'il amr / الفِعْلُ الأَمْرُ*
Fi'il amr adalah fi'il yang menunjukkan *perintah*, yang berarti harus dikerjakan pada waktu akan datang (yakni setelah adanya perintah).
🌱 Contohnya :
🍃 اِذْهَبْ
( _Pergilah kamu!_ )
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_________________
✒ Tim Nadwa
=============================
📚 *MATERI 16 : MAF'UL BIH* 📚
______________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
🔖 *Maf'ul bih* adalah isim yg berperan sebagai *objek* atau sesuatu yang *dikenai pekerjaan* failnya.
🔖 Hukum Maf'ul bih adalah *manshub dalam i'rob*
🌱 *Contoh* :
🍃 كَتَبَ الطَّالِبُ *الدَّرْسَ*
👉🏻 Kata الدَّرْسَ dalam kalimat diatas berperan sebagai *objek*, atau yang di kenai pekerjaan. Dalam bahasa arab di sebut *Maf'ul bih*.
📍 Perhatikan *harokat akhir* pada kata الدَّرْسَ !
Di sana nampak *huruf akhir kata* tersebut berharakat *fathah*. Dan fathah merupakan salah satu tanda *i'rob* untuk isim yang *manshub*. Dan maf'ul bih itu i'robnya *manshub*.
👉🏻 Maka الدَّرْسَ *manshub dengan harokat fathah*.
🌱 *Contoh yang lain* :
🍃 حَمِلَ حَامِدٌ *الكِتَابَيْنِ*
( _Hamid membawa *dua buku*_ )
📍 Kita perhatikan kalimat di atas, bahwa yg berkedudukan sebagai *maf'ul bih* adalah kata *الكِتَابَيْنِ*.
Karena kata الكِتَابَيْنِ adalah bentuk *mutsanna* (dua) dari kata الكِتَابُ, dan kita tahu bahwa i'rob maf'ul bih itu adalah manshub.
👉🏻 Maka الكِتَابَيْنِ *manshubnya dengan huruf ya'*.
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_________________
✒ Tim Nadwa
==========================
📚 *MATERI 14: KAIDAH FI'IL DAN FA'IL* 📚
______________________________________
بسم ﷲ الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاۃ والسلام علی رسول ﷲ
Ikhwatii fillaah... Kita akan memasuki pembahasan "kaidah fi'il dan fa'il dan contoh-contohnya".
🏷 Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kalimat yang dimulai dengan fi'il disebut dengan *jumlah fi'liyyah*.
🏷 Jumlah fi'liyyah ini memiliki beberapa kaidah yaitu :
1⃣ *Fi'il selalu bersesuaian jenis dengan fa'ilnya.*
📌 Jika fa'ilnya berupa isim mudzakkar fi'ilnya juga mudzakkar
👉 Contoh :
🍃 كَتَبَ أَحْمَدُ
(Ahmad telah menulis)
🍃 يَكْتُبُ أَحْمَدُ
(Ahmad sedang/akan menulis)
📌 Jika *fa'ilnya* berupa *isim muannats* maka fi'ilnya juga muannats dengan diberi tanda muannats yaitu menambahkan *ta' sukun (تْ) di akhir fi'il madhi* dan *ta' berharakat di awal fi'il mudhari*.
👉 Contoh :
🍃 دَرَسَتْ عَائِشَةُ
(Aisyah telah belajar)
🍃 تَدْرُسُ عَائِشَةُ
(Aisyah sedang/akan belajar)
2⃣ *Fi'il selalu dalam keadaan mufrad*
📌 Meskipun fa'ilnya berupa isim mutsanna atau jamak maka *fi'ilnya tetap mufrad (tunggal)*
👉 Contoh,
🌱 Untuk mudzakkar :
سَمِعَ / يَسْمَعُ الطَّالِبُ =
Pelajar (lk) itu telah / sedang mendengar
يَسْمَعُ الطَّالِبَانِ =
Dua pelajar (lk) itu sedang mendengar
يَسْمَعُ الطُّلَابُ =
Para pelajar (lk) itu sedang mendengar
🌱 Untuk muannats :
سَمِعَتْ / تَسْمَعُ الطَّالِبَةُ
Pelajar (pr) itu telah / sedang mendengar
تَسْمَعُ الطَّالِبَتَانِ =
Dua pelajar (pr) itu sedang mendengar
تَسْمَعُ الطَّالِبَاتُ =
Para pelajar (pr) itu sedang mendengar
📝Keterangan :
▪سَمِعَ = dia (lk) telah mendengar
▪يَسْمَعُ = dia (lk) sedang/telah mendengar
▪سَمِعَتْ = dia (pr) telah mendengar
▪تَسْمَعُ = dia (pr) sedang/akan mendengar
3⃣ *Fa'il harus dalam keadaan marfu' (ber-i'rab rafa')**, untuk menandakan bahwa ia inti kalimat.
*Tanda i'rab rafa' isim dapat dilihat pada materi 8.
وصلی ﷲ علی نبينا محمد وعلی آله وصحبه وسلم
__________________
✒ Tim Nadwa
========================
📚 *VIDEO 20 : IDHAFAH* 📚
_______________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
Ketika satu kata kurang bisa menyampaikan maksud kita, sering kita tambahkan kepadanya kata yang lain sebagai penjelas, sehingga menjadi susunan beberapa kata atau dalam Bahasa Arab kita sebut *murakkab* (المُرَكَّب).
Salah satu bentuk murakkab adalah idhafah (الإضافة), yaitu :
نِسْبَةُ اسْمٍ إِلَى اسْمٍ أٓخَرَ
_hubungan/kaitan suatu isim kepada isim yang lain_
Dari pengertian ini kita bisa ambil poin pentingnya, bahwa :
🏕 _*1. Idhafah merupakan susunan dua isim.*_
⛱ a. Isim pertama kita sebut *mudhaf* (مضاف), yakni isim yang *disandarkan*, atau yang memerlukan penjelasan.
⛱ b. Isim kedua kita sebut *mudhaf ilaih* (مضاف إليه), yakni isim yang menjadi sandaran, atau yang menjadi *pengkhususan/ penjelasan*.
Misal:
رَسُوْلُ اللهِ
( _Utusan Allah_ )
📍 Kita lihat bahwa kata pertama adalah رسول, maka رسول adalah *mudhaf*, dan lafadz الله sebagai *mudhaf ilaih*.
👉🏻 Ketika kita mengatakan رسول kemudian berhenti, maka pendengar masih akan bertanya-tanya, رسول yang mana yang dibicarakan. Namun dengan kita tambahkan lafadz الله, maka mereka menjadi paham bahwa kita sedang membicarakan Utusan Allah atau Rasul Allah.
📍 Kemudian, karena mudhaf telah mempunyai mudhaf ilaih, atau isim yang menjelaskan, maka *mudhaf tidak boleh bertanwin*.
🏕 _*2. Kedua isim tersebut mempunyai keterkaitan makna secara khusus*_:
⛱ a. Menjelaskan *pemilikan/ peruntukan*, atau makna huruf jar *lam* (اللام), misal:
رَسُوْلُ اللهِ 💡 رَسُوْلٌ لِلهِ
_Utusan Allah_ atau _utusan yang dimiliki oleh Allah_
⛱ b. Menjelaskan *jenis*, atau makna huruf jar *min* (مِن), misal :
بَابُ الحَدِيْدِ 💡 بَابٌ مِن الحَدِيْدِ
_Pintu besi_ atau _pintu yang terbuat dari bahan besi._
⛱ c. Menjelaskan *waktu atau tempat*, atau makna huruf jar *fi* (في), misal :
طَالِبُ المَعْهَدِ 💡 طَالِبٌ فِي المَعْهَدِ
_Siswa ma’had_ atau _siswa yang belajar di ma’had_
💡 Karena hubungan antara mudhaf dan mudhaf ilaih memiliki makna huruf jar, maka *mudhaf ilaih selalu majrur*.
Semoga bermanfaat.
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
________________
✒ Tim Nadwa
[18/2 19.47] Agent Resmi Umi Travel: EBOOK BARU EDISI ANAK-ANAK
Kami hadirkan ebook latihan membaca dan menulis Bahasa Arab untuk anak-anak dengan desain yang insya Allah menarik. Berikut ini link downloadnya:
bit.ly/qiroah-kitabah-anak
Dan kami share ulang ebook Teknik Mengajar Bahasa Arab untuk Anak, semoga para orang tua bisa mengambil manfaatnya:
bit.ly/bahasa-arab-anak
Silakan dibagikan sebanyak-banyaknya
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya (HR. Muslim 3509)
[18/2 19.47] Agent Resmi Umi Travel: 🌱 *Penjelasan Soal Materi 17 no. 5* 🌱
Di dalam g-form terdapat 2 jawaban. Berikut penjelasannya,
🔖 *Maf'ul bih*
Maf'ul bih adalah sesuatu yang dikenai pekerjaan. Dan fi'il yg digunakan pada jumlah dengan naibul fa'il adalah pasif. Sehingga, naibul fa'il ini menjadi subyek dalam kalimat pasif. Subyek dalam kalimat pasif = obyek (maf'ul bih). Sehingga, *makna dari naibul fa'il adalah maf'ul bih*. Demikian yg dimaksud dalam soal.
Contoh,
نُصِرَ زَيْدٌ
-> Zaid ditolong
👉🏻 Zaid pada kalimat tersebut adalah Naibul Fa'il (pengganti fa'il) secara i'rab. Adapun secara makna, maka kita dapati bahwa sesungguhnya Zaid adalah objek dari aktivitas menolong.
🔖 *Tidak ada jawaban*
Opsi ini dibenarkan sementara, untuk mentolerir kemungkinan adanya pemahaman maksud kata "makna" dalam soal sebagai "arti". Sehingga memahami bahwa yang dimaksud dalam soal adalah "arti naibul fa'il".
________________
✒ Tim Nadar📚
=====================
📚 *VIDEO 18 : MAJRURNYA ISIM* 📚
____________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
*Tanda-tanda Isim Majrur :*
1⃣ Harakat *Kasrah* (ِ-)
Kasrah merupakan tanda asal isim majrur. Isim-isim yang tanda majrurnya kasrah adalah :
🔖 *Isim Mufrad*, misalnya :
🍃 مُحَمَّدٍ
🔖 *Jama' Taksir*, misalnya :
🍃 رُسُلٍ
( _Para rasul/utusan_ )
🔖 *Jama' Muannats Salim*, misalnya :
🍃 مُؤمِنَاتٍ
( _Para perempuan yang beriman_ )
2⃣ Huruf *ya'* (ي)
Isim-isim yang tanda majrurnya huruf ya' (ي) adalah :
🔖 *Al-Asmaa`ul Khamsah*, misalnya :
🍃 أَخِيْكَ
( _Saudara laki-lakimu_ )
🔖 *Isim Mutsanna*, misalnya :
🍃 وَالِدَيْنِ
( _Kedua orangtua_ )
🔖 *Jama' Mudzakkar Salim*, misalnya :
🍃 مُسْلِمِيْنَ
( _Orang-orang yang berislam_ )
3⃣ Harakat *Fathah* (َ-)
Isim yang tanda majrurnya harakat fathah adalah :
🔖 Isim *Ghairu Munsharif*, misalnya :
🍃 عَائِشَةَ
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_________________
✒ Tim Nadwa
======================
📚 *MATERI 19 : ISIM MAJRUR* 📚
______________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
🔷 *Definisi Jar*
*Jar* merupakan salah satu diantara 3 macam *I'rob* untuk *isim*. Dimana kalimah ( Bahasa Indonesia : *Kata* ) yang berhukum jar di sebut *majrur*. Dan tanda asli majrur adalah dengan harokat *kasroh*.
🔷 *Kapan isim berhukum jar?*
Isim wajib berhukum jar salah satu sebabnya adalah bila *didahului oleh huruf -huruf jar*.
🔷 *Apa itu huruf jar?*
Huruf jar adalah huruf yang bila mendahului suatu isim maka isim setelah huruf tersebut menjadi *majrur*. Huruf-huruf tersebut antara lain :
🍃 مِنْ : dari
🍃 إِلَى : ke
🍃 عَنْ : dari, tentang
🍃 عَلَى : di atas
🍃 فِيْ : di dalam
🍃 لِ : milik
🍃 بِ : dengan
🍃 وَ : demi
🍃 تَ : demi
🍃 كَ : seperti
🍃 حَتَّى : sampai
🍃 رُبَّ : betapa banyak
📍 *Kita perhatikan contoh berikut ini* :
🍃 الكِتَابُ : عَلَى الكِتَابِ
( _Di atas buku_ : _Buku_ )
🍃 البَيْتُ : في البَيْتِ
( _Di dalam rumah_ : _Rumah_ )
👉🏻 Dari contoh diatas bisa kita bedakan bahwa *isim yang di dahului oleh salah satu huruf jar, maka i'robnya menjadi jar*.
📍 *Contoh yang lain* :
🔖 العِلْمُ *كَالنُّوْرِ*
( _Ilmu itu *seperti cahaya*_ )
🔖 السَّاعَۃُ *عَلَی السَّرِيْرِ*
( _Jam tangan itu *di atas kasur*_ )
👉🏻 Dari dua contoh diatas, isim menjadi majrur bila *didahului oleh huruf jar*.
___________________
📌 *CATATAN*
📍 Penulisan huruf jar yang terdiri dari *satu huruf*, seperti :
بِ، كَ، تَ
Jika setelahnya adalah isim ber ال, maka penulisan alifnya ( ا ) *bersambung dengan huruf jar*. Seperti,
🍃 بِالْقَلَمِ ( Dibaca : _bilqolami_ )
( _Dengan pena_ )
🍃 كَالْنُّوْرِ ( Dibaca : _kannuuri_ )
( _Seperti cahaya_ )
🍃 تَاللّٰهِ ( Dibaca : _tallaahi_ )
( _Demi Allah_ )
👉🏻 Di dalam syariat Islam, kita hanya boleh bersumpah dengan nama Allah saja.
📍 Khusus untuk huruf jar لِ, jika setelahnya adalah isim ber ال, maka *alifnya dihilangkan*. Kemudian, huruf *lam yang tersisa* ditulis *bersambung dengan huruf jar*. Misal,
🍃 لِ + الزَّهْرَاء -> لِلزَّهْرَاءِ
( Dibaca : _lizzahro'_ )
( _Milik Az-zahro'_ )
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
_________________
✒ Tim Nadwa
====================
📚 *MATERI 17 : NAIBUL FA'IL* 📚
__________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلام على رسول الله
Seperti halnya dalam Bahasa Indonesia, dalam Bahasa Arab ada kalimat aktif dan kalimat pasif.
Unsur pembentuk kalimat aktif adalah *fi’il ma’lum* (kata kerja aktif) dan *fa'il*, sedangkan kalimat pasif adalah *fi’il majhul* (kata kerja pasif) dan *naibul fa'il*.
Ketika kita hendak mengubah kalimat aktif menjadi *pasif*, yang kita lakukan adalah :
1⃣ *Menghilangkan fa'ilnya*
Kalimat pasif digunakan karena kita tidak ingin menunjukkan fa'ilnya, dan sebaliknya lebih menonjolkan maf’ul bih.
🔖 *Misal pada kalimat* :
🍃 كَتَبَ الطَّالِبُ الدَّرْسَ
( _Siswa itu telah menulis pelajaran tersebut_ )
Yang pertama kita lakukan adalah menghilangkan fa'ilnya, yaitu : الطالب.
2⃣ *Mengubah fi’ilnya menjadi bentuk majhul* (pasif)
Fi’il majhul dibentuk dari fi’il muta’adi ( fi’il yang *membutuhkan obyek* ), dengan cara :
✏ *Fi’il madhi* :
Harakat huruf pertama dijadikan *dhammah*, dan harakat huruf sebelum terakhir *dikasrah*.
👉🏻 Misal kita ambil contoh kalimat di atas :
🍃 كَتَبَ الطَّالِبُ الدَّرْسَ
Fi’ilnya adalah fi’il madhi : كتب, maka kita ubah fi’il ini dengan cara memberikan harakat *dhamah pada huruf pertama* dan harakat *kasrah pada huruf sebelum terakhirnya*, seperti ini:
📌 كَتَبَ – كُتِبَ
✏ *Fi’il mudhari* :
Harakat huruf pertama dijadikan *dhammah*, dan harakat huruf sebelum terakhir dijadikan *fathah*.
👉🏻 Misal kita ambil contoh kalimat di atas, tetapi kita ganti fi’ilnya dengan yang mudhari.
🍃 يَكْتُبُ الطَّالِبُ الدَّرْسَ
( _Siswa itu sedang menulis pelajaran tersebut_ )
👉🏻 Fi’ilnya adalah fi’il mudhari : يكتب, maka kita ubah fi’il ini dengan cara memberikan harakat *dhammah pada huruf pertama* dan harakat *fathah pada huruf sebelum terakhirnya*, seperti ini :
📌 يَكْتُبُ - يُكْتَبُ
3⃣ *Menempatkan maf’ul bih sebagai naibul fa'il, dan mengubahnya menjadi marfu’*
Karena fa'il yang merupakan unsur pokok kalimat telah dihilangkan, maka perlu disediakan penggantinya, dan inilah yang kita sebut *naibul fa'il* ( ِنَائِبُ الفَاعِل ).
👉🏻 Naibul fail kita ambil dari *maf’ul bih* yang kita ubah menjadi *marfu’* agar memenuhi syarat sebagai pengganti fa'il.
👉🏻 Misal pada kalimat di atas :
🍃 كَتَبَ الطَّالِبُ الدَّرْسَ
Maka maf’ul bih الدرس yang semula berharakat akhir fathah sebagai tanda manshubnya, *diubah menjadi marfu’* dengan harakat dhamah sebagai tanda marfu’nya.
💡 Dengan melalui ketiga langkah di atas, telah kita dapatkan kalimat pasif sebagai berikut :
🖌 كُتِبَ الدَّرْسُ
( _Pelajaran itu telah ditulis_ )
Atau
🖌 يُكْتَبُ الدَّرْسُ
( _Pelajaran itu sedang ditulis_ )
Semoga bermanfaat.⛱⛱
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
________________
✒ Tim Nadwa
===========================
📚 *MATERI 15 : TANDA NASHAB ISIM* 📚
________________________________
بسم الله الرحمن الرحيم
ااحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على رسول الله
Kita telah mengetahui bahwa di antara jenis I'rab kata dalam bahasa Arab adalah *Nashab*.
❓ Apa saja *tanda nashab isim*? Berikut perinciannya,
🔖 *Fathah* ( َ- )
Ini merupakan *tanda asal* i'rab *Nashab*. Ada pada,
🌱 *Mufrad*
🍃 مُحَمَّدًا
🍃 عَائِشَةَ
🌱 *Jamak Taksir*
🍃 رُسُلًا
( _Para rasul/utusan_ )
🔖 *Alif* ( ا ). Ada pada,
🌱 *Al-Asma' Al-Khomsah*
🍃 أَخَاكَ
( _saudara laki-lakimu_ )
🔖 *Kasrah* ( ِ- ). Ada pada,
🌱 *Jamak Muannats Salim*
🍃 مُؤْمِنَاتٍ
( _para perempuan yang beriman_ )
🔖 *Ya'* ( ي ). Ada pada,
🌱 *Mutsanna*
🍃 وَالِدَيْنِ
( _orang tua_ )
🌱 *Jamak Mudzakkar Salim*
🍃 مُسْلِمِيْنَ
( _Orang-orang yang berislam_ )
_______________________
📌 *Catatan*
💡 Penulisan *fathatain* ( ً- ) diikuti dengan *alif*. *Kecuali* pada,
🔖 *ta' marbuthoh* ( ة ), seperti :
🍃 مُسْلِمَةً
( _perempuan yang berislam_ )
🍃 ثَمَرَةً
( _buah_ )
🔖 dan *hamzah* ( ء ) yang *sebelumnya alif*. Seperti,
🍃 سَمَاءً ( _langit_ )
🍃 إِنْشَاءً ( _esai_ )
و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه و سلم
__________________
✒ Tim Nadwa
penyakit hati yg paling berbahaya
PENYAKIT HATI YANG PALING BERBAHAYA (2)
Pada tulisan yang lalu penulis telah menjelaskan beberapa penyakit hati yang harus dijauhi,
yaitu: ghadhab (marah), riya (pamer), ujub (membanggakan diri) dan hasad (iri hati). Pada tulisan ini penulis ingin mengetengahkan tiga penyakit hati yang tidak kalah berbahayanya, yaitu: ananiyah (egois), ghibah (ngrasani) dan namimah (adu domba). Hati merupakan unsur yang sangat berarti bagi diri manusia, tidak hanya yang bersifat materi, lebih-lebih yang immateri. Dalam hal ini Nabi memperingatkan kepada kita:
اَلاَ وَاِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً اِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ اَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ (رواه البخارى)
“ Ketahuilah, didalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik,baiklah tubuh seluruhnya, dan apabila daging itu rusak, rusaklah tubuh seluruhnya. Ketahuilah olehmu, bahwa segumpal daging itu adalah qalbu (hati)” (H.R. Bukhari).
Hati di sini bisa bersifat materi, tetapi juga yang immateri. Segumpal darah yang bersifat materi ini merupakan organ penting yang memiliki peran dalam kesehatan manusia. Jika hati ini sakit, maka akan berdampak pada organ tubuh yang lain, misalnya mata kuning, kaki dan perut membengkak, dan penyakit inilah yang disebut dengan penyakit liver atau hepatitis.
Dalam pandangan medis, hepatitis dapat merusak fungsi organ hati dan kerja hati sebagai penetral racun dan sistem pencernaan makanan dalam tubuh yang mengurai sari-sari makanan untuk kemudian disebarkan ke seluruh organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab tersebut adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan dan kerusakan pada sel-sel dan fungsi organ hati. Hepatitis memiliki hubungan yang sangat erat dengan penyakit gangguan fungsi hati. Hepatitis banyak digunakan sebagai penyakit yang masuk ke semua jenis penyakit peradangan pada hati (liver). Penyebab hepatitis juga dapat berasal dari jenis obat-obatan tertentu, jenis makanan tertentu atau bahkan pada hubungan seksual yang salah satu dari pasangan memiliki penyakit hepatitis (https://id.search.yahoo.com/yhs/search?hspart=iba&hsimp=yhs-1&type=mmds_5199_CRW_ID&p).
Berbeda dengan hati pada unsur materi di atas, maka hati dalam unsur immateri bersifat psikologis dan akan tampak dalam perilaku sehari-hari manuisia. Inilah yang tidak kalah pentingnya untuk dijaga. Seperti dijelaskan oleh Zakiah Darajat (Zakiah Darajat, Kesehatan Mental,1990, p. 56), bahwa penyakit itu terdiri dari dua macam: pertama, adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh gangguan-gangguan kejiwaan telah berlarut-larut, sehingga mencapai puncaknya tanpa suatu penyelesaian yang wajar, atau dengan kata lain disebabkan oleh hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh akibat kondisi lingkungan yang sangat menekan, ketegangan batin dan sebagainya: kedua, penyakit yang disebabkan oleh adanya kerusakan anggota tubuh, misalnya: otak, sentral saraf atau anggota fisik lain untuk menjalankan tugasnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena keracunan akibat minum-minuman keras, obat-obat perangsang atau narkotik akibat penyakit kotor (sifilis), dan sebagainya. Dengan kata lain ada penyakit organik dan unorganik.
Ananiah (egois)
Ananiah adalah sikap seseorang yang selalu mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain di sekitarnya. Sifat ini sangat tercela, dan membahayakan di dalam pergaulan di masyarakat. Ananiah termasuk penyakit hati, dan akan berkembang menjadi penyakit sombong, takabur, iri dan dengki. Penyakit ini akan menghinggapi siapa saja tidak pandang itu orang awam, terdidik, atau berpangkat. Penyakit ananiah akan mendatangkan kerugian bagi dirinya sendiri, antara lain: tidak dipedulikan orang lain, bahkan dibenci. Cara menghindari penyakit tesrsebut adalah dengan menyadari bahwa manusia mempunyai hak dan martabat yang sama, dan menyadari bahwa perbuatan ananiah termasuk perbuatan dosa.
Ghibah (Menggunjing)
Ghibah ialah membicarakan aib orang lain, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Saw yang artinya :
“Tahukah kamu, apakah menggunjing itu? “Sahabat berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Lalu Nabi bersabda : “Yaitu kamu menceritakan tentang saudaramu mengenai hal-hal yang dibencinya. Kemudian sahabat bertanya lagi: “Bagaimana, jika yang saya katakan itu sebetulnya terdapat pada saudara tersebut ? Nabi menjawab: “Jika yang kamu katakan itu ada padanya, berarti kamu telah menggunjingnya, dan jika tidak seperti apa yang kamu katakan itu, sungguh kamu telah berbuat dusta tentang dirinya (kamu telah memfitnah). (H.R. Muslim, Abu Daud, Tirmizi dan Nasa’i).
Dalam Al Qur’an Q.S. Al Hujurat [49] : 12 dijelaskan:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al Hujurat [49] : 12)
Di dalam ayat tersebut diibaratkan, bahwa orang yang gibah itu seperti makan daging bangkai saudaranya sendiri. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadis Nabi :
عَنْ جَابِرٍ وَاَبِى سَعِيْدٍ قَالاَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِيَاكُمْ وَالْغِيْبَةَ فَاِنَّ الْغِيْبَةَ اَشَدُّ مِنَ الزِّنَا قِيْلَ لَهُ كَيْفَ قَالَ اِنَّ الرَّجُلَ يَزْنِى وَيَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِ وَاِنَّ صَاحِبَ الغِيْبَةِ لاَيَغْفِرُ لَهُ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ صَاحِبَهُ (اخرجه البيهقى والطبرنى وابوالشيخ وابن ابى الدنيا)
“Dari Jabir dan Abu Sa'id mereka berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda: Jauhilah olehmu sifat ghibah karena ghibah itu lebih besar dosanya dari pada zina. Ditanyakan kepada Rasul "bagaimana bisa?" Rasulullah menjawab: seorang laki-laki berzina kemudian bertaubat Allah akan mengampuni kepadanya dan orang yang mempunyai sifat ghibah Allah tidak akan mengampuninya sehingga temannya mau mengampuninya.
Jadi dosa ghibah tidak akan diampuni oleh Allah sebelum orang lain (yang digunjing) mau mengampuninya. Dosa kepada Allah mudah untuk minta ampun, sedangkan dosa terhadap orang lain Allah belum mau mengampuni jika belum meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Bahaya sifat ghibah antara lain, menimbulkan rasa permusuhan dengan orang lain, memutuskan persaudaraan di kalangan manusia dan menimbulkan perbuatan fitnah(https://id.search.yahoo.com/yhs/)..
Namimah (adu domba)
Namimah artinya adu domba yaitu usaha untuk membuat orang lain saling bermusuhan. Sikap namimah sangat dibenci Islam, karena dapat membuat persaudaraan menjadi pecah sehingga dapat melumpuhkan (melemahkan) kekuatan persaudaraan (ukhuwwah). Orang yang mempunyai sifat namimah tidak akan masuk surga seperti dadijelaskan dalam hadis Nabi Saw :
عَنْ حُذَ يْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَامٌ (اخرجه الشيخان)
Diriwayatkan dari Hudzaifah dia berkata: Rasulullah SAW pernah bersabda: "tidak akan masuk surga orang yang suka adu domba". (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, yang artinya:
“Yang amat dicintai Allah Swt. ialah yang terbaik akhlaknya, yang dermawan lagi gemar menjamu orang, yang dapat menyesuaikan diri lagi dapat diikuti penyesuaian dirinya itu, sedang yang amat dibenci di sisi Allah ialah orang-orang yang suka berjalan dengan berbuat adu domba, yang memecah belah antara saudara-saudara, lagi pula mencari-cari alasan untuk melepaskan diri dari kesalahan-kesalahan”. (H.R. Ahmad).
Dalam kehidupan bermasyarakat sifat namimah akan menimbulkan terjadinya konflik. Oleh karena itu sifat namimah harus selalu dijauhi oleh semua orang, terutama bagi orang-orang terdidik, supaya ketenteraman dalam kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi dapat terjaga. Allahumma jannibna ‘an al-akhlaq al-mazmumah...
(Author)
Subscribe to:
Comments (Atom)