Saturday, March 17, 2018

Buku Referensi Belajar Islam dari Dasar

Di antara kiat mendalami agama adalah belajar ilmu secara bertahap. Dalam postingan kali ini, Rumaysho.Com akan menyebutkan beberapa buku rujukan dari kitab Arab dalam belajar Islam dari dasar. Kitab Arab tersebut sudah banyak terjemahannya dari berbagai penerbit terpercaya di negeri kita.
Mempelajari ilmu secara bertahap tetap dengan belajar langsung dari guru. Namun kita butuh belajar dengan memakai rujukan kitab secara berjenjang. Sehingga ketika belajar dari guru pun demikian, carilah guru yang mengajarkan ilmu dari dasar, setelah itu beranjak pada kitab yang lebih advance (lanjut). Kami berikan contoh kitab-kitab apa yang baiknya kita pelajari. Urutan nomor yang kami sebutkan adalah tingkatan dari dasar hingga lanjutan.

Kitab Masalah Tauhid:

  1. Tsalatsah Al-Ushul (Tiga Landasan Utama): Syaikh Muhammad At-Tamimi.
  2. Qawa’id Al-Arba’ (Empat Kaedah Memahami Tauhid dan Syirik): Syaikh Muhammad At-Tamimi.
  3. Kitab At-Tauhid: Syaikh Muhammad At-Tamimi.
  4. Kasyfu Asy-Syubuhaat (Menyanggah Syubhat Seputar Syirik): Syaikh Muhammad At-Tamimi.

Kitab Akidah:

  1. Ushul As-Sittah: Syaikh Muhammad At-Tamimi.
  2. Lum’atul I’tiqad: Ibnu Qudamah.
  3. Ushul As-Sunnah: Imam Ahmad bin Hambal.
  4. Al-Irsyad ila Shahih Al-I’tiqad: Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan.
  5. Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
  6. Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah: Ath-Thahawi, Syarh: Ibnu Abil ‘Izz.
Untuk rujukan syarh atau penjelasan dari kitab-kitab akidah dan tauhid di atas bisa memakai berbagai kitab penjelasan dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, guru kami Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan, Syaikh Shalih Alu Syaikh dan Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan.

Kitab Tafsir:

  1. Tafsir Al-Jalalain: Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Al-Mahalli, dengan catatan (ta’liq): Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri terutama koreksian terhadap Akidah Asma’ wa Sifat.
  2. Al-Mukhtashar fi At-Tafsir, terbitan Muassasah ‘Abdullah bin Zaid Al-Ghanim Al-Khairiyyah.
  3. Tafsir Juz ‘Amma dan Tafsir Beberapa Surat dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
  4. Tafsir As-Sa’di (Taisir Al-Karim Ar-Rahman): Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
  5. Aysar At-Tafasir: Syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi.
  6. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim: Ibnu Katsir.
  7. Tafsir Ath-Thabari: Ibnu Jarir Ath-Thabari.

Kitab Fikih merujuk pada Fikih Madzhab Syafi’i:

  1. Safinah An-Najah: Salim bin ‘Abdullah Ibnu Sumair Al-Hadrami Asy-Syafi’i.
  2. Matan Al-Ghayah wa At-Taqrib: Al-Qadhi Abi Syuja’ dengan berbagai kitab penjelasan: Fathul Qarib, At-Tadzhib, Al-Iqna’, Kifayatul Akhyar.
  3. Al-Fiqhu Al-Manhaji: Musthafa Al-Bugha, dkk.
  4. Minhaj Ath-Thalibin: Imam Nawawi.
  5. Al-Majmu’ Syarh Al-Muhaddzab li Asy-Syairazi: Imam Nawawi.

Kitab Fikih dari Ulama Belakangan:

  1. Minhaj As-Salikin: Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
  2. Al-Wajiz fi Fiqh As-Sunnah wa Al-Kitab Al-‘Aziz: Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Badawi.
  3. Fiqh As-Sunnah: Sayyid Sabiq.
  4. Shahih Fiqh As-Sunnah: Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim.
  5. Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Muyassarah: Syaikh Husain bin ‘Audah Al-‘Awaysyah.
  6. Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, terbitan Kementrian Agama Kuwait.

Kitab Hadits:

  1. Hadits Al-Arba’in An-Nawawiyyah: Imam Nawawi.
  2. Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam: Ibnu Rajab Al-Hambali.
  3. Bulugh Al-Maram: Ibnu Hajar Al-Asqalani, Syarh: Subulus Salam, Ash-Shan’ani; Minhatul ‘Allam, Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan.
  4. ‘Umdah Al-Ahkam: Syaikh Abdul Ghani Al-Maqdisi, Syarh terbaik dari Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
  5. Al-Muntaqa Al-Akhbar: Majduddin Abul Barakat ‘Abdussalam Ibnu Taimiyyah Al-Harrani (Jadd Ibnu Taimiyah), Syarh: Nail Al-Authar, Imam Asy-Syaukani.
  6. Kutub As-Sab’ah: Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Jami’ At-Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasai, Musnad Al-Imam Ahmad.

Kitab Sirah Nabawiyah:

  1. Ar-Rahiq Al-Makhtum: Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri.
  2. Zaad Al-Ma’ad: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
  3. Asy-Syamail Al-Muhammadiyyah: Imam At-Tirmidzi.

Kitab Tazkiyatun Nufus dan Adab:

Riyadh Ash-Shalihin, Imam Nawawi.
Syarh (penjelasan) terbaik dari Kitab Riyadh Ash-Shalihin:
  1. Nuzhatul Muttaqin: Musthafa Al-Bugha dkk.
  2. Bahjatun Nazhirin: Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali.
  3. Syarh Riyadh Ash-Shalihin: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
  4. Kunuz Riyadh Ash-Shalihin (terlengkap 22 jilid).

Kitab Akhlak:

Adab Al-Mufrad, Imam Bukhari.
Syarh terbaik dari Adab Al-Mufrad:
  1. Syarh Shahih Al-Adab Al-Mufrad: Syaikh Husain bin ‘Audah Al-‘Awaysyah.
  2. Rassyul Barad Syarh Al-Adab Al-Mufrad: Syaikh Muhammad Luqman As-Salafi.

Kitab Amalan:

  1. Lathaif Al-Ma’arif: Ibnu Rajab Al-Hambali.
  2. Al-Adzkar: Imam Nawawi.

Kitab Dosa Besar:

Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi.

Kitab Sejarah Para Ulama:

Siyar A’lam An-Nubala, Imam Adz-Dzahabi.

Kitab Bahasa Arab (Nahwu dan Sharaf):

  1. Al-Muyassar fi ‘Ilmi An-Nahwi: Aceng Zakariya.
  2. Al-Muqaddimah Al-Ajurromiyyah: Muhammad bin Muhammad bin Aajurroma Ash-Shinhaji.
  3. Mukhtarat Qawai’id Al-Lughah Al-‘Arabiyyah: Ustadz Aunur Rofiq Ghufran.
  4. Mulakhash Qawa’id Al-Lughah Al-‘Arabiyyah: Fuad Ni’mah.

Ada pula berbagai kitab dalam bidang tafsir, keadah tafsir, ilmu mutshalah hadits, ilmu ushul fikih, ilmu qawa’idul fikih yang merupakan ilmu alat yang bisa membantu dalam menguasai ilmu pokok.
Semoga bermanfaat. Silakan cari buku tersebut dan belajarlah langsung dari seorang guru, itu cara terbaik.
Selesai disusun saat Allah menurunkan hujan di Darush Sholihin Panggang, GK, 14 Safar 1437 H
Muhammad Abduh Tuasikal


Sumber : https://rumaysho.com/12411-buku-referensi-belajar-islam-dari-dasar.html
*KOK TAUHID TERUS SIH ?*

Asy-Syaikh bin Abdul Aziz aalusy-Syaikh

Alih bahasa dan editor :
Abu Muhammad Fadil Mulyono
▬▬

*Ada kelompok manusia yang menanyakan. "Apa pentingnya tauhid ini? Yang selalu kalian bicarakan. Selalu kalian ulang-ulang..."*

*"Apa pentingnya dalam kehidupan manusia?"*

*(Jawabnya adalah) tauhid memiliki pengaruh terbesar dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Adapun pengaruhnya di dunia adalah kehidupan yang tenang dan tenteram.*

*"Barangsiapa yang beramal shalih, laki-laki atau perempuan, dan dia adalah seorang mukmin, maka kami akan benar-benar memberikan kehidupan yang baik." (QS. 16: 97).*

*Dan di akhirat, pengaruh terbesar adalah engkau mati dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun.*

*"Barangsiapa yang mati, dalam keadaan dia tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun, dia akan masuk surga" (HR.Muslim)*

*"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa-dosa yang lebih rendah tingkatnya bagi siapa saja yang Dia kehendaki." (QS. 4: 48).*

*Untuk hal itulah, membangun pondasi tauhid adalah sebaik-baiknya kebajikan kepada manusia dan sebesar-besarnya perbuatan baik kepada ciptaan Allah.*

*Berbuat baik kepada ciptaan Allah dengan sedekah itu memang perbuatan baik. Akan tetapi menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat, dengan membangun dasar akidah, membangun dasar tauhid al-ibadah... Ini merupakan kebajikan dan kebaikan terbesar kepada mereka, dan manfaat terbesar untuk mereka yang mengajarkan tauhid ini, yang mengajarkan akidah ini, baik di masjid, pelajaran-pelajaran, atau universitas... Hendaknya mengharapkan pahala dari perbuatannya, memberikan manfaat terbesar kepada manusia... Dan dia berada diatas warisannya seluruh nabi dan rasul.*

*Oleh karena itu, menjaga dan melestarikan pondasi ini adalah sebuah kewajiban. Dan membangun pondasi tauhid uluhiyyah kepada manusia adalah wajib, karena dengan inilah kebahagian dunia dan akhirat tercapai.*

*Maka setiap induvidu, wajib untuk memberikan perhatian kepadanya. Begitu juga dengan afiliasi-afiliasi yang bekerja untuk islam dimanapun mereka berada. Wajib memberikan perhatian agar manusia tunduk mentauhidkan Allah semata. Dan wajib pula untuk memiliki pembeda, mana yang hak dan mana yang batil dalam permasalahan tauhid.*

~ Selesai

Semoga bermanfaat, silahkan dishare..

Belajar Mana Dulu? Jelas Akidah Dulu

 April 26, 2016

Tidak sedikit yang sudah menimba ilmu agama sejak lama, namun sayang ia tak tahu arah. Tidak ada skala prioritas ketika belajar. Padahal ilmu agama itu begitu banyak. Walau kita akui semua itu penting, namun ada yang jelas lebih penting.
Apa yang lebih penting?
Jelas lah, mempelajari akidah shahihah.
Maka belajar yang tepat adalah dengan mempelajari akidah lebih dahulu sebelum ilmu lainnya. Dalam dakwah pun demikian. Dakwah pada akidah dan tauhid itulah yang mesti jadi prioritas.
Apa dalilnya, belajar itu mulai dari akidah, sebelum lainnya?
عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا »
Dari Jundub bin ‘Abdillah, ia berkata, kami dahulu bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami masih anak-anak yang mendekati baligh. Kami mempelajari iman sebelum mempelajari Al-Qur’an. Lalu setelah itu kami mempelajari Al-Qur’an hingga bertambahlah iman kami pada Al-Qur’an. (HR. Ibnu Majah, no. 61. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Ada beberapa faedah dari hadits di atas:
  • Para sahabat ketika kecil sangat semangat mempelajari hal iman (berbagai hal terkait rukun iman) sebelum perkataan dan perbuatan.
  • Para sahabat kecil juga semangat mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.
  • Para sahabat sangat semangat belajar agama.
  • Pentingnya membekali diri dengan iman dan mempelajarinya, mulai dari beriman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada para Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir. Inilah asas akidah yang mesti ditanamkan dalam diri. Itulah yang kita kenal dengan rukun iman yang enam. Iman seperti ini yang harus ditanamkan dengan benar sebelum mempelajari Al-Qur’an.
  • Mempelajari Al-Qur’an jadi bermanfaat jika memiliki bekal iman yang shahih.
  • Akidah hendaklah sudah ditanamkan pada anak-anak kita sejak dini. Sudah benarkah imannya pada Allah, sebagai penciptanya, pemberi rezeki, dan pengatur alam semesta. Semisal pula, sudah benarkan ia jadikan Allah sebagai satu-satunya ilah.

Dalam dakwah juga mesti memprioritaskan dakwah pada akidah.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ »
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat, maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka zakat dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan untuk orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun hati-hati dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari, no. 7372; Muslim, no. 19).
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
Aku diperintah untuk memerang manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, serta mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan yang demikian, terpeliharalah dariku darah serta harta mereka, melainkan dengan hak Islam. Sedangkan perhitungan mereka diserahkan pada Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari, no. 25; Muslim, no. 21)
Para ulama pun telah bersepakat (berijma’) bahwa setiap kafir didakwahi pertama kali pada dua kalimat syahadat. Itulah dakwah pertama. (Lihat Dar Ta’arudh Al-‘Aql wa An-Naql, 8: 6)
Wallahu waliyyut taufiq.


Sumber : https://rumaysho.com/13351-belajar-mana-dulu-jelas-akidah-dulu.html
Pentingnya Belajar Tajwid Dan Menghafalkan Al Qur'an


Mayoritas 'ulama mensyaratkan kpd penuntut ilmu utk menghafal alquran sebelum mempelajari ilmu yg lain.

Kemudian jika sdh mapan ilmu alqurannya spt tajwid maka:
1.  berlanjut ke ilmu tauhid/aqidah tentunya bertahap

2. kemudian bisa sembari belajar bhs arab itupun kalau ada kemampuan  dan kecerdasan.
Artinya kewajiban menguasai bhs arab secara rinci tidak akan sama antara orang awam yg tidak bergelut dg ilmu dg mereka yg kesehariannya berkutat dg ilmu.

Note:
Adalah sangat mulia mengajarkan anak sedari kecil dg hafalan alquran apalagi bacaan surat alfatihah yg akan dipakai sepanjang hayat dlm sholat mereka.

Tentu pahala akan banyak mengalir dg syarat ikhlas dan bacaan yg benar.

 Apalagi jika yg diajarkan bukan sekedar bacaan tetapi juga pengertian dan pemahaman yg benar yg bisa melahirkan amalan.