Parenting anak
Daniel Goleman, seorang Psikolog menjelaskan emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Jelasnya emosi adalah reaksi terhadap rangsangan dari lingkungan dan dalam diri kita, misalnya... emosi gembira mendorong perubahan suasana hati, sehingga secara fisiologi kita terlihat tertawa, emosi sedih mendorong kita berperilaku menangis, dan seterusnya...
Pada anak balita kemampuan mengontrol emosi, meregulasi emosi, dan berperilaku masih baru berkembang moms. Sehingga jangan kaget ya moms ketika emosi melanda, anak tidak selalu bisa bersikap atau berperilaku tenang
Yang anak tahu saat rasa ”nggak enak” ia rasakan, anak hanya ingin rasa “nggak enak” itu hilang. Gimana rasa ngilangin “nggak enak” itu? Cara yang bisa ia lakukan bisa dengan memukul, teriak, menangis, dan lain-lain.
Hingga umur 2 tahun anak memang belum mengerti emosinya moms, tapi saat usia 3 tahun anak mulai bisa memahami ada penyebab munculnya emosi.
Jadi... Semakin meningkat kecerdasan anak maka kemampuannya dalam meregulasi emosi juga berkembang.
Biasanya emosi identik dengan “marah” ya moms... sebetulnya ada 6 dasar emosi yang kita miliki, yaitu *senang, sedih, marah, takut, terkejut, dan jijik*. dan pada materi kali ini kita fokus pada emosi marah ya moms....
Pada anak, biasanya marah akan cepat tersulut jika anak dalam keadaan lapar, bosan, lelah, kepanasan, dan tidak sehat.
Biasanya anak akan marah jika mengalami hal-hal berikut ini:
*1*. *Dijauhkan dari sesuatu yang ia sukai*. Semua anak sudah pasti seneng banget bermain, anak pasti akan bermain apa saja tanpa memperhatikan kebersihan dan keamanan untuk dirinya. Misal: main tanah, pasir, selokan, air, dan lain-lain. Tapi kebanyakan momy suka bilang “jangan main pasir nanti tangannya kotor nanti masuk mata nanti nanti nanti seterusnya :D “
*2*. *Kegiatan anak dibatasi*. Jika anak sedang asyik bermain kemudian kita minta berhenti bermain, biasanya anak akan berontak/ngambek/marah. Anak merasa gerak bebasnya “dirampas” sama momy. Misalnya sudah waktunya jam tidur siang, momy memaksa anak untuk tidur sedangkan anak belum capek dan masih asyik.
Dari pada momy naik darah.... sebaiknya momy membuat kesepakatan dengan anak sehingga anak merasa dihargai dan tidak merasa kegiatannya dibatasi. Anak tidak akan paham arti lama atau sebentar mom.... pokoknya kalau lagi asyik ya asyik aja hehe
_Cara membuat kesepakatannya..._
• Momy dapat membuat aturan waktu bermain tanpa menyebutkan pukul berapa. Kenapa..? sebab anak belum paham dengan penyebutan jam, kecuali jika anak sudah bersekolah ya moms. Momy dapat mengajak anak melihat jam lalu menyebutkan jarum panjang dan pendek berada di mana. Misal: “kalo jarum pendeknya ada di angka 1 dan jarum panjangnya ada di angka 12 (sambil menunjuk jam) mainnya udahan ya.. terus adek istirahat bobok”
• Momy juga perlu jelasin kenapa kita perlu istirahat, sehingga anak akan memahami jika tubuh terlalu capek mudah terkena sakit. Misal: “kalo adek main terus... nanti capek.. kalo adek capek, adek cepet sakit.. kalo adek sakit nanti nggak bisa main lagi”
• Beritahukan ke anak bawah nanti ia dapat melanjutkan bermain. Misal: “nanti kalo udah bobok terus kita makan terus mandi.. sore adek bisa main lagi”
• Beberapa menit sebelum waktu habis (misal 5 menit sebelumnya) beritahu anak bahwa waktu hampir habis dan beri kesempatan dan latih anak untuk membereskan mainannya. Misal: “adek... liat jam nya sebentar lagi jarumnya ke angka 1 dan 12 nih... yuk beresin mainannya terus istirahat....”
Momy and daddy.... *selalu libatkanlah anak saat membuat aturan main karena anak perlu dilatih untuk ikut memutuskan dan bertanggungjawab terhadap pilihannya*
Lalu....
*3*. *Anak dipaksa mengikuti aturan*
Perhatikan moms, biasanya balita suka “menawar” jika kita menerapkan aturan. Misal, sedang bermain dengan teman lalu kita ajak pulang anak kebanyakan menjawab “sebentar......” “kenapa pulang....”.
Sebetulnya, momy and daddy tidak perlu memaksa untuk mengajak pulang. Tapi... berikan alasan dan buat kesepakatan sebelum beraktivitas.
Moms... *aturan main dapat berjalan jika kita menyusunnya bersama anak*. Anak akan merasa dihargai dan dilibatkan sehingga mereka lebih mampu belajar bertanggungjawab. Terkecuali untuk prinsip keagamaan dan norma sosial, tidak ada tawar-menawar ya moms..., misal: salim, salam, shalat, jujur, dll.
*4*. *Anak merasa terbebani dengan tugas yang diberikan*
Bunda Tantri: Bagi anak yang sudah bersekolah, anak akan tertekan dan frustasi saat momy and daddy memberi tugas yang terlalu berat. Misalnya; momy and daddy punya ambisi anak harus juara matematika, bisa komputer dan lain-lain mengenai prestasi anak sehingga anak banyak ikut les dan kesempatan bermainnya akhirnya hilang.
Dalam kondisi lelah dan jenuh anak akan lebih mudah marah karena anak merasa mendapatkan beban yang sangat berat dan tidak punya cara dan kesempatatan untuk melampiaskan kejenuhannya. Jadi... atur waktunya untuk belajar dan bermain yah moms...