Sharing : dari group komunitas anak pintar
Pemateri : Ibu Maya (psikolog pendidikan )
Diskalkulia & Disgrafia
Sebelum kita masuk ke topik tentang Diskalkulia, Disgrafia, ada video yg baik untuk disimak, agar bisa memahami payung besarnya.
Diskalkulia & Disgrafia, adalah bagian dari Gangguan Belajar Spesifik yang berhubungan dengan kemampuan menerima, memahami, memproses, mengolah dan mengkomunikasikan hasil belajar.
Ada banyak jenis Gangguan Belajar Spesifik, diantaranya:
- Dyslexia (reading & spelling)
- Dygrafia (Writing)
- Dyscalculia (Math)
- Dyspraxia (Sensory Motor Disorder)
- Auditory processing Disorder
- Visual processing Disorder
- Social Awareness
Jadi, bisa dipahami secara umum, Diskalkulia itu gangguan belajar spesifik yg berhubungan dengan kemampuan mengolah, memahami, memanipulasi soal2 matematika.
Sedangkan Disgrafia, gangguan belajar spefisik yang berhubungan dengan kemampuan menulis.
Tujuan penggolongan ini, bukanlah utk melabel anak, dan jika anak2 anda ada yang memiliki gangguan/ kesulitan ini, bukanlah akhir dari dunia. Justru adanya pendeteksian gangguan belajar sejak dini, diharapkan bisa membantu anak yang memiliki gangguan ini dengan strategi intervensi yang tepat, sehingga bisa lebih efektif.
Gangguan Belajar Spesifik ini tidaklah terkait dengan intelegensi secara umum. Banyak anak yg terdeteksi memiliki gangguan, merupakan anak yg cerdas.
Diskalkulia sendiri, tidaklah semata hanya kesulitan berhitung, dan harap dibedakan juga dengan fobia matematika yaa...
Diskalkulia lebih ke masalah pemprosesan informasi di otak, sedangkan fobia lebih disebabkan adanya hambatan psikologis.
Ada setidaknya tiga hal yg berhubungan dengan Diskalkulia:
⁃
masalah di Visual Spasial
Berhubungan dengan kemampuan diskriminasi bentuk, spasi, pola. Bisa jadi terlihat saat terbalik menaruh angka, salah menyimpan operasi aritmatika, salah membedakan bentuk bangun ruang.
⁃
masalah di Motorik Halus
Berhubungan dengan kemampuan membuat huruf, angka, cara pegang pensil, kelelahan ketika menulis karena tekanan yg salah, dsb. Bisa jadi terlihat saat anak menulis, terbalik, terlalu lambat, atau terlalu tergesa2,
⁃
masalah di Pemprosesan Bahasa
Berhubungan dengan kebingungan untuk mengorganisasi, mengingat formula/ rumus, membedakan cara penyelesaian matematika. Bisa jadi tampak saat anak mengerjakan soal cerita matematika. Anak bingung apa yang harus dikerjakan dulu, dan tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan soal.
Bagaimana solusi yang bisa membantu?
Diantaranya:
⁃
untuk mengakomodir masalah motorik: gunakan pensil yg lbh tebal/ besar, atau gunakan tambahan handgrip dari bahan karet sehingga bidang sentuh dengan tangan lebih kesat.
⁃
Untuk mengakomodir masalah visual gunakan buku/ kertas khusus, misalnya: kertas bergaris yang besar seperti yang kita gunakan dulu untuk menulis halus, kertas dengan kotak2.
⁃
Membagi operasi matematika jadi operasi yang pendek-pendek.
⁃
Memberi waktu lebih
⁃
Memberikan kata2 kunci pada anak untuk menyelesaikan soal cerita:
Sayangnya, anak ini ketika datang untuk bertemu dan konsultasi, sudah di kelas 5SD, dan sudah punya pengalaman traumatik dengan sekolah, sehingga bersekolah bagi dia adalah siksaan. Ada sejumlah gangguan psikosomatik yang akhirnya muncul pada anak ini. Eksim kulit, Gerd, sering mual di pagi hari, tangan berkeringat dingin. Semua akibat kecemasan tinggi yang dimiliki anak ini
Dysgraphia juga memiliki komponen masalah yg sama dengan Dyscalculia. Masalah di :
- visual spasial
- fine motor
- pemprosesan bahasa
Sehingga, solusi yang bisa diberikan utk membantu anak2 dengan dyscalculia bisa juga membantu anak2 dengan dysgraphia.
Apakah Akar masalahnya mirip2 ya,kesulitan memproses informasi dalam bentuk visual spasial (ruang) , Kesulitan pemrosesan bahasa juga ?
Ya , masalahnya di pemprosesan informasi di otak. Ada bagian yang hilang, yang belum terintegrasi dengan baik saat pengolahan informasi itu.
Pertanyaan
1. Dari pengalaman, berapa % keberhasilan terapinya ?
Berapa lama ? Ada nggak data anak yg dmk dewasanya sukses.
Jawaban :
Sulit untuk dibuat presentase-nya Opa. Sebab faktor yang mendukung keberhasilan itu banyak:
- seberapa cepat masalahnya terdeteksi (semakin muda usia intervensi, semakin mudah utk adanya proses pembelajaran)
- seberapa penerimaan orangtua terhadap kondisi anaknya (ada yg butuh waktu bertahun2, jajan terapi sana sini, atau berharap nanti bisa sembuh sendiri)
- seberapa efektif dan seberapa tept metode intervensi
2. Pertanyaan
1. Apakah yg menjadi penyebab dysgraphia?apakah dari genetis?
2.apakah bisa disembuhkan secata total?
Jawaban :
Dysgraphia, sama seperti gangguan belajar spesifik lainnya merupakan gangguan pemprosesan informasi di otak. Bukan berarti damage yaa.. hanya berbeda.
Bisa jadi genetik, artinya orangtua yg punya dysgraphia bisa jadi anaknya punya gangguan yg sama.
Sembuh total tidak bisa, sebab ini bukan penyakit. Tetapi bisa dilakukan intervensi, diajarkan pola2 belajar yg tepat, sehingga proses belajar jadi lebih mudah, lebih ramah bagi otak anak.
Pertanyaan
3. apakah jenis intervensi yg bs dilakukan oleh keluarga terdekat agar anak2 berkebutuhan khusus ini bisa berhasil di masyarakat ?
Jawaban
Yang pertama mungkin menyebarkan Awareness dulu yaa...
sebab banyak anak yg memiliki gangguan ini disalahpahami sebagai bodoh, lambat, malas, dan akhirnya mengembangkan sejumlah gangguan psikologis lain terkait dengan akademis. Contohnya seperti siswa yg saya sebutkan di atas. Bisa jadi fobia sekolah, fobia matematika. Itu parahnya. Yang kemudian memiliki Learned Hopelessness, Academic Underachievers, dll.
Efeknya ketika individu ini dewasa. Bisa jadi, karena ketidakpahaman, persepsi diri yg salah, ketidakmamouan mengorganisasi diri, dia jadi gagal berunjuk kinerja.
Untuk berhasil, yang paling pertama adalah penerimaan dari orang2 terdekat, bahwa ketidakmampuannya di area ini karena dia belum tahu cara copying. Strategi yang dia pakai belum tepat.
Pertanyaan
4. Bagaimana tahapan mengajari membaca bagi yg dyslexia ?
Jawaban
Metode foniks itu sendiri adalah caar mengajarkan pola membaca dengan mengenalkan BUNYI huruf. Selama ini cara kita belajar membaca adalah mengenalkan NAMA huruf.
Pada anak2 dgn dyslexia, proses menyambungkan nama dengan bunyinya ini yang justru hilang, sehingga perlu diajarkan satu per satu. Lalu diajarkan pola bunyi suku kata : KV - KV ( ba - ju ) , KV - KVK ( bapak ).
Yang paling penting sebenarnya membantu anak untuk mencari strategi belajar yg efektif baginya.
Pada saya, misalnya, sampai sekarang, untuk bedakan kiri dan kanan, saya suka lihat jempol dulu. Karena dulu diajarkan utk ingat kanan, ingat jempol yg suka diemut (jempol kanan saya kapalan karena diemut sampai TK B). Hahahahaha #ketahuandeeh.. 😅😅😅
Metode intervensi lain yg bisa digunakan adalah Multisensory. Jadi ketika anak mulai belajar membaca dan menulis, gunakan seluruh alat bantu indra.
- Sebelum gunakan pensil, gunakan dulu ujung jari utk tracing (menelusuri bentuk) ->> modalitas taktil/ perabaan,
- gunakan tangan utk memulis di udara ->> modalitas motorik, semua otot tangan bergerak,
- menulis sambil menyebutkan bunyinya (auditory) ->>
- asosiasi antara gambar, nama, dan bunyi ->> lagu Ball is Bounching be beh beh
Cocok pake metode Montessori sprtnya?
Iya Buu.. metode Montessory itu membantu sekali, karena anak2 belajar tuntas sensori. Sesuai dgn tugas perkembangannya
Pertanyaan
5.A masalah2 ini ada kaitannya dengan belum matangnya sensormotor?
Iya banget .... Umumnya anak2 yang memiliki masalah ini juga memiliki masalah Sensory Processing. Gelian/ jijian, atau kebalikannya, ambang rasanya rendah, jatuh gak nangis, gak sakit walau luka berdarah, jalan jinjit, duduk W, hiperaktif, impulsif, dll
Berarti perlu terapu sensory integration jg ya?
Perlu .... Terutama pada anak usia dini yaa..
Pada orang dewasa, lebih diajarkan strategi membaca yang lebih efektif saja
Yag perlu diperhatikan saat buat alat peraga adalah besar dan ketebalan hurufnya, dan ukuran gambar.
Hati2 juga memilih object gambar. Sesuai gak dengan bunyi huruf yg ingin diajarkan.
Betul....Montessori ada standardnya...
Sebenarnya kalau boleh memgkritik buku paket yg dibuat oleh diknas, besar huruf, jarak & spasi anatar huruf, antar baris pada buku2 paket utk anak kelas 1 SD, tidak memenuhi standar usia perkembangan.
Itu sebabnya banyak anak yg susah membaca, trsu dibilang dislesia, padahal, kesalahannya mungkin dys- sia
Dys- teach - sia, kesalahan guru mengajarkan membaca 😁😁😁