Saturday, July 6, 2019

*Jenis-Jenis Sekolah Luar Biasa*


JAKARTA – Mungkin kamu sering mendengar mengenai sekolah luar biasa (SLB). Namun, tidak semua orang tahu SLB ternyata bermacam-macam sesuai fungsi dan kebutuhannya.

SLB diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus agar bisa mendapatkan layanan dasar yang bisa membantu mendapatkan akses pendidikan. Dengan jenis yang berbeda, berbeda pula strategi pembelajaran serta fasilitas yang dimiliki.

Seperti dirangkum oleh Okezone, berikut ini jenis-jenis SLB yang perlu kamu ketahui.

*SLB A*

Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tunanetra. Mereka biasanya memiliki hambatan dalam indra penglihatan, sehingga strategi pembelajaran yang diberikan di sekolah ini harus mampu mendorong mereka memahami materi yang diberikan oleh para guru. Di SLB A ini, media pembelajarannya berupa buku braille serta tape recorder.

*SLB B*

Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi anak yang memiliki kekurangan dalam indra pendengaran atau tunarungu. Media pembelajaran yang diberikan di sekolah ini yakni membaca ujaran melalui gerakan bibir yang digabung dengan cued speech yaitu geraka tangan untuk bisa melengkapi gerakan pada bibir. Selain itu, media lainnya yakni melalui pendengaran dengan alat pendengaran yaitu conchlear implant.

*SLB C*

SLB C ditujukan untuk tunagrahita atau individu dengan intelegensi yang di bawah rata-rata serta tidak memiliki kemampuan adaptasi sehingga mereka perlu mendapat pembelajaran tentang bina diri dan sosialisasi. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan dan pergaulan.

*SLB D*

Ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kekurangan dalam anggota tubuh mereka atau disebut tunadaksa. Pendidikan di SLB D bertujuan mengembangkan potensi diri siswa itu sendiri agar mereka bisa mandiri dan mengurusi diri mereka.

*SLB E*

Sekolah ini diperuntukkan bagi mereka yang bertingkat tidak selaras dengan lingkungan yang ada atau biasa disebut dengan tunalaras. Mereka biasanya tidak bisa mengukur emosi serta kesulitan dalam menjalani fungsi sosialisasi.

*SLB G*

SLB G diperuntukkan bagi tunaganda, yakni mereka yang memiliki kombinasi kelainan. Mereka biasanya kurang untuk berkomunikasi, atau bahkan tidak berkomunikasi sama sekali. Perkembangan dalam motoriknya terlambat, sehingga butuh media pembelajaran yang berbeda untuk bisa meningkatkan rasa mandiri anak tersebut. (afr)

Prospek Kerja Pendidikan Luar Biasa

Setelah lulus dari jurusan ini, maka kamu bisa bekerja sebagai guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), baik di Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah Inklusi.
Apa perbedaan antara SLB dan sekolah Inklusi?
SLB merupakan sekolah khusus bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Di sana semua siswa adalah siswa berkebutuhan khusus. Sedangkan sekolah Inklusi merupakan sekolah dengan siswa reguler yang menerima siswa berkebutuhan khusus.
Perlu kamu ketahui, bahwa jumlah guru yang memiliki keahlian untuk mendidik anak ABK pada saat ini masih sangat sedikit, jadi guru ABK di luar sana sangat dibutuhkan.


M U R O J A ‘A H
———————-

Bagi sebagian penghafal Al-Qur’an muroja’ah itu dianggap beban yang berat,  ini persepsi yang jelas salah besar.

Murojaah itu adalah nafas dan nyawa bagi penghafal Al-Qur’an sejati. Tak ada gunanya bila seorang hafidz memiliki hafalan yang mutqin  (kuat dan lancar)-sekalipun. namun, ia enggan melakukan muroja’ah. Karena jika hafalan yg mutqin ini menjadi tujuan akhir dari murojaah, maka biasanya dia akan merasa cukup dan tak perlu banyak-banyak muroja’ah lagi. Dan jelas ini pendapat sesat dan menyesatkan

Sebab tujuan muroja’ah itu bukan sekedar memutqinkan hafalan tapi justru menjaga keterikatan dengan Al-Qur’an, sehingga mampu menghadirkan Al-Qur’an kapanpun dan dimanapun ia menginginkannya.

Muroja’ah itu artinya menghidupkan Al-Qur’an dalam jiwa menyebarkan energi Al-Qur’an ke seluruh tubuh, sehingga magnet seorang hafidz itu sangat kuat, bicaranya berbobot, visinya jelas dan hidupnya fokus

Bagi seorang Hafidz sejati, muroja’ah itu harga mati tak bisa ditawar-tawar lagi; berkendara, menunggu antrian panjang, berjualan, sedang berolah raga, menunggu proses kelahiran anak, bahkan sedang sakit dan tertimpa kesulitan sekalipun, tetap ia melakukan muroja’ah.

Baginya hidup tak akan pernah indah tanpa muroja’ah. Semua akan terasa nikmat jika sudah muroja’ah

Bagaimana tidak indah? Sedangkan Allah yang maha indah senantiasa membersamainya selagi ia membersamai Dia dalam muroja’ahnya.

Nah, jika Yang Maha Indah telah membersamainya, maka yang tak indahpun akan menjadi indah dan yang indah semakin terasa sempurna keindahannya..

Mengingatkan saya kepada bunda tercinta,  disela-sela sakitnya yang semakin parah, ketika mata beliau tak bisa melihat secara normal apalagi untuk sekedar membaca sebaris tulisan mushaf, maka yang terdengar dari mulut beliau adalah rintihan kecil menahan sakit dan suara muroja’ah wirid Qur’annya hari itu. Beliau tak pernah lepas dari Al-Qur’annya sampai Allah sendiri yang mengizinkan beliau untuk melepaskannya dengan kematian (rahimahallahu rahmatan wasi’atan) dan insya Allah Al-Qur’an akan menemani beliau di alam kuburnya..😭😭😭

Juga mengingatkan saya kepada presiden Muhammad Mursi rahimahullah.. Saat di penjara beliau pernah berkata, “Mereka melarangku membawa mushaf masuk dalam jeruji besi penjaraku, mereka lupa bahwa aku telah menghafalnya lebih dari 30 tahun yang lalu.. aku hanya ingin memegangnya saja, tidak lebih dari itu..” 😭😭😭

Ya Allah pilihlah kami dalam golongan penjaga kitab sucimu yang sejati, jadikan setiap huruf yang kami lafalkan menjadi keindahan dan kenikmatan serta keberkahan dalam hidup kami.. jadikan Al-Qur’an sebagai teman sejati kami dan anak-anak kami hingga akhir hayat bahkan setelah kematian kami ya Rabb...

Depok, 1 Dzul Qa’dah 1440 H/ 4 Juli 2019 M

Muhibbukum

Khadim Ma’had Madinatil Qur’an

Khoirul Muttaqin Abdullah







*Bersemangatlah Menuntut Ilmu Agama*


Menuntut ilmu agama termasuk amal yang paling mulia, dan ia merupakan tanda dari kebaikan. Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Orang yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, akan dimudahkan untuk memahami ilmu agama” (HR. Bukhari-Muslim). Hal ini dikarenakan dengan menuntut ilmu agama seseorang akan mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat baginya untuk melakukan amal shalih.

Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya, “Dan Allahlah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan hudaa dan dinul haq” [At Taubah: 33]. Dan hudaa di sini adalah ilmu yang bermanfaat, dan maksud dinul haq di sini adalah amal shalih. Selain itu, Allah Ta’ala pernah memerintahkan Nabi-Nya Shalallahu’alaihi Wasallam untuk meminta tambahan ilmu, Allah Ta’alaberfirman yang artinya, “Katakanlah (Wahai Muhammad), Ya Rabb, tambahkanlah ilmuku” [Thaha: 114]. Al Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Ayat ini adalah dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena Allah Ta’ala tidak pernah memerintahkan Nabinya Shalallahu’alaihi Wasallam untuk meminta tambahan terhadap sesuatu, kecuali ilmu” [Fathul Baari, 187/1]. Dan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam memberi nama majlis ilmu agama dengan ‘Riyadhul Jannah’ (Taman Surga). Beliau juga memberi julukan kepada para ulama sebagai ‘Warotsatul Anbiyaa’ (Pewaris Para Nabi).

Dari sisi keilmuan dan pengamalan terhadap ilmu, manusia terbagi menjadi 3 jenis:

Jenis yang pertama yaitu orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya. Mereka ini adalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah untuk menempuh shiratal mustaqim, yaitu jalan yang lurus yang telah ditempuh oleh para nabi, orang-orang jujur, pada syuhada, dan orang-orang shalih. Dan merekalah teman yang terbaik.

Jenis yang kedua yaitu orang yang berilmu namun tidak mengamalkannya. Mereka ini adalah orang-orang yang dimurkai oleh Allah, semisal orang-orang Yahudi dan pengikut mereka.

Jenis yang ketiga yaitu orang yang beramal tanpa ilmu. Mereka ini adalah orang-orang yang sesat, semisal orang-orang Nashrani dan para pengikut mereka.

Ketiga jenis manusia ini tercakup dalam surat Al Fatihah yang senantiasa kita baca setiap rakat dalam shalat kita,yang artinya: ”Ya Rabb, tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang yang Engkau beri ni’mat, bukan jalannya orang yang Engkau murkai dan bukan jalannya orang-orang yang sesat” [Al Fatihah: 6 – 7].

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “Firman Allah Ta’ala (yang artinya) ‘bukan jalannya orang yang Engkau murkai dan bukan jalannya orang-orang yang sesat’, yang dimaksud orang yang dimurkai di sini adalah para ulama yang tidak mengamalkan ilmu mereka. Dan orang-orang yang sesat adalah orang-orang yang beramal tanpa ilmu. Apapun yang pertama, adalah sifat Yahudi. Dan yang kedua adalah sifat Nashrani. Namun kebanyakan orang jika melihat tafsir ayat ini mereka mengira bahwa sifat ini khusus bagi Yahudi dan Nashrani saja, padahal ia membaca bahwa Rabb-nya memerintahkan untuk membaca doa tersebut dan berlindung dari jalannya orang-orang yang bersifat demikian. Subhanallah! Bagaimana mungkin Allah mengabarkan sesuatu dan memilah sesuatu serta memerintahkan untuk selalu berdoa jika tidak ada maksud untuk memberi peringatan atau memberi gambaran keburukan mereka untuk dijauhi. Hal ini termasuk perbuatan berprasangka buruk terhadap Allah. (Karena mengira bahwa firman Allah tersebut tidak ada faedahnya -pent.)”. (Lihat Tarikh Najdi, Ibnu Ghonam)

Dan beliau juga menjelaskan tentang hikmah diwajibkannya membaca surat Al Fatihah dalam tiap rakaat shalat kita, baik shalat wajib maupun shalat sunnah, yaitu sebuah rahasia yang agung. Secara ringkas rahasia dari doa tersebut adalah harapan agar Allah Ta’ala memberikan kita petunjuk kepada jalannya orang-orang yang berilmu dan mengamalkan ilmunya, yang merupakan jalan keselamatan di dunia dan di akhirat. Juga harapan agar Allah Ta’ala menjaga kita dari jalannya orang-orang yang binasa, yaitu orang-orang yang berlebihan dalam amal shalih saja atau berlebihan dalam ilmu saja.

Kemudian, ketahuilah wahai pembaca yang budiman, ilmu yang bermanfaat itu di ambil dari Al Qur’an dan hadits, dengan bantuan para pengajar, juga dengan bantuan kitab-kitab tafsir Al Qur’an dan kitab syarah (penjelasan) hadits, kitab fiqih, kitab nahwu, dan kitab bahasa arab yang merupakan bahasa Al Qur’an. Semua kitab ini adalah gerbang untuk memahami Al Qur’an dan Sunnah.

Wahai saudaraku, agar amalmu termasuk amal shalih, wajib bagimu untuk mempelajari hal-hal pokok yang menegakkan agamamu. Seperti mempelajari tentang shalat, puasa, haji, zakat, juga mempelajari perkara muamalah yang engkau butuhkan. Agar engkau dapat mengambil yang boleh saja dan tidak terjerumus pada hal yang diharamkan oleh Allah Ta’ala. Agar penghasilanmu halal, makananmu halal sehingga doamu dapat dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Semua ini adalah hal-hal yang mempelajarinya adalah kebutuhan bagimu. Semua ini akan mudah dijalani, dengan izin Allah, bila benar tekadmu dan bersih niatmu.

Maka bersemangatlah membaca kitab-kitab yang bermanfaat, dan berkonsultasilah dengan para ulama. Tanyakanlah kepada mereka tentang hal-hal yang membuatmu bingung, dan temukan jawaban tentang hukum-hukum agamamu. Hal ini bisa dilakukan dengan menghadiri pengajian-pengajian yang diadakan di masjid atau di tempat lain, atau mendengarkan program-program Islami dari siaran radio, atau membaca majalah atau buletin yang membahas permasalahan agama, jika engkau bersemangat terhadap semua media-media yang bermanfaat ini, tentu bersinarlah cahaya ilmu bagimu dan teranglah penglihatanmu.

Dan jangan lupa saudaraku, ilmu itu akan disucikan dengan amal. Jika engkau mengamalkan apa yang telah engkau ilmui, maka Allah Ta’ala akan menambahkan ilmu bagimu. Sebagaimana peribahasa orang arab “Orang yang mengamalkan apa yang telah ia ilmui, maka Allah akan mewarisinya ilmu yang belum ia ilmui”. Peribahasa ini dibenarkan oleh firman Allah Ta’ala yang artinya: “Bertaqwalah kepada Allah, maka Allah akan membuatmu berilmu. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” [Al Baqarah: 272]

Ilmu adalah kesibukan yang paling layak untuk mengisi waktu, ia juga merupakan hadiah yang paling layak untuk diperlombakan bagi orang-orang yang berakal. Ilmu akan menghidupkan hati dan mensucikan amal.

Allah Ta’ala telah memuji para ulama yang mengamalkan ilmunya, dan mengangkat derajat mereka dalam Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya hanya orang yang berakal saja yang dapat menerima pelajaran” [Az Zumar: 9]. Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya, “Allah telah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu dari kalian beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” [Al Mujaadalah: 11]. Allah Ta’ala telah menjelaskan keistimewaan orang-orang berilmu yang digandengkan dengan iman. Kemudian setelah itu Allah mengabarkan Ia Maha Mengetahui atas apa yang kita kerjakan. Maka di sini terdapat tanda yang menunjukkan bahwa ilmu harus digandengkan dengan amal, dan juga harus bersandar pada iman dan muqorobah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

[Diterjemahkan dari muqoddimah kitab “Al Mulakhos Al Fiqhiy”, Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan]


Penerjemah: Ustadz Yulian Purnama