بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ahlan wasahlan wamarhaban kepada seluruh Peserta Dauroh Tajwid dan Talaqqi Al-Qur'an. Bersama ini kami sampaikan informasi terkait pelaksanaan Dauroh sebagai berikut.
*A. Informasi Umum dan Kepesertaan:*
1⃣ Grup ini adalah grup sementara hingga pelaksanaan Dauroh berlangsung, sebagai media informasi dan komunikasi antara panitia dan peserta.
2⃣ Peserta terdiri dari ikhwan dan akhowat yang sudah mendaftar baik secara online maupun offline dan sudah tergabung dalam WAG (WhatsApp Grup).
3⃣ Peserta yang meninggalkan WAG dianggap mengundurkan diri dari kepesertaan Dauroh.
4⃣ Peserta yang *batal atau berhalangan hadir* harap menginformasikan kepada admin paling lambat tanggal *20 maret 2019*.
5⃣ Peserta harap membawa buku dan alat tulis masing-masing.
6⃣ a. Materi Dauroh adalah membahas buku *Dasar-Dasar Tilawah* karya *Ustadz Ganjar Abu Muhammad*.
b. Buku dapat diperoleh dengan cara memesan dan membayar terlebih dahulu, dan akan dibagikan pada saat registrasi.
c. Pemesanan buku via Wapri ke nomor : *0812-8889-9662*
7⃣ Mengingat kapasitas tempat sudah terisi maksimal dan waktu pelaksanaan dauroh yang panjang serta demi kenyamanan semua pihak, maka peserta *tidak diperbolehkan membawa anak kecil* atau anggota keluarga lainnya diluar peserta dauroh.
8⃣ Peserta diharapkan mengikuti seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
9⃣ Peserta In syaa Allah akan memperoleh fasilitas *makan siang dan minum gratis*, yang dapat diperoleh dengan menukarkan kupon makan siang yang akan dibagikan pada saat registrasi.
*B. Waktu dan Agenda Pelaksanaan Dauroh*
1⃣ *Waktu dan tempat:*
🗓 *Ahad, 24 Maret 2019*
⏰ *08.00-17.00 WIB*
🕌 *Masjid Muadz Bin Jabal*
(Kavling Bulog, Bojong Kulur Bogor)
*https://maps.app.goo.gl/TPfFV*
2⃣ *Agenda Acara:*
📜 *PEMBUKAAN*
✅ 08.00-08.45 WIB
*Registrasi, Pembagian Buku dan Kupon Makan Siang*
✅ 08.45-09.00 WIB
*Sambutan Ketua DKM Masjid Muadz Bin Jabal*
📝 *SESI MATERI I*
✅ 09.00-10.00 WIB
*Mengenal 4 istilah penting dalam ilmu Qiraat (Al Qiraah, Ar riwayah, At thariq dan Al Wajh)*
✅ 10.00-11.30 WIB
*Bab Makharijul Huruf*
a. Muqaddimah Makharij Al Huruf
b. Makhraj Al Jauf
c. Hubungan Makhraj Al Jauf dengan Harakat
d. Itmaamul Harakat
e. Jenis-jenis harakat
f. Kesalahan dalam membaca Harakat
⏳ *ISHOMA*
11.30 -12.45 WIB
📝 *SESI MATERI II*
✅ 12.45-14.00 WIB
*Makhraj Al Halqu*
✅ 14.00-15.00 WIB
*Makhraj Al Lisan, Al Fammu & Al Khaisyum*
⏳ *Shalat Ashar*
15.00-15.30 WIB
📝 *SESI MATERI III*
✅ 15.30 -17.00 WIB
*Shifaatul Huruf*
📌 *Sesi Talaqqi dilakukan disela-sela penyampaian materi*
*C. Tata Tetib Dauroh*
1⃣ Peserta datang sesuai jadwal yang sudah ditentukan untuk registrasi, pengambilan kupon makan siang dan buku.
2⃣ Peserta Ikhwan menempati ruangan Lantai Bawah dan akhwat menempati ruangan Lantai Atas dan sebagian Lantai Bawah dari pintu sebelah Timur Masjid.
3⃣ Peserta wajib mengisi bagian depan terlebih dahulu atau tempat yang kosong dan mengikuti arahan panitia dengan tertib.
4⃣ Mengingat keterbatasan lahan parkir, peserta yang dekat dengan lokasi masjid harap membawa kendaraan Roda Dua, sharing dengan teman atau menggunakan jasa kendaraan online.
5⃣ Peserta yang membawa kendaraan harap mengikuti arahan petugas parkir dengan baik dan tertib.
6⃣ Peserta diharapkan tenang selama Dauroh berlangsung, menyimak dan mencatat materi yang disampaikan ustadz dengan baik dari awal sampai akhir, agar menjadi ilmu yang bermanfaat.
7⃣ Peserta wajib melakukan sholat berjamaah Dzuhur dan Ashar.
8⃣ Peserta wajib menjaga kebersihan di seluruh area masjid baik didalam atau di luar masjid.
9⃣ Peserta wajib menggunakan air saat wudlu atau saat membuang hajat dengan hemat dan bijaksana.
🔟 Peserta makan ditempat yang disediakan atau tidak makan di area sholat dan membuang kardus atau sisa makanan ke tempat yang sudah disediakan.
1⃣1⃣ Setelah kegiatan berakhir, peserta wajib meninggalkan masjid dengan tertib.
Catatan penting:
📌 Panitia akan duduk bersama-sama peserta untuk menyimak materi daurah, untuk itu diharapkan peserta tidak datang terlambat/datang sebelum daurah di mulai.
📌 Jika datang terlambat, langsung masuk masjid dan menyimak.
📌 Panitia akan melayani kembali peserta pada saat ISHOMA.
Rumah Tahfidz, Belajar Tahsin dan Tajwid Al Qur'an, Kajian Ilmu syar'i Hub: Diana Gasim (Ummu Achmad ) 085312837788)
Sunday, March 10, 2019
💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡
*📝CATATAN DALAM MENG-IROB*
☄☄☄☄☄☄☄☄☄☄☄
1. Baca dgn seksama teks arabnya sebelum memulai mngi'rob
2. Tentukan setiap ketemu isim/dhomir kedudukannya dalam jumlah, misalnya mubtada / fail, yg perlu di ingat jika menemukan isim menurut antum jadi mubtada', maka jangan double jadi fail
3. Perhatikan khususnya Isim ketika terdapat harokat akhirnya, jika rafa' / nashab, maka kembalikan ke teori nahwu yg sdh antum pelajari utk menentukan kedudukan i'rabnya
4. Jangan lupa jika menemukan fi'il, maka harus tentukan fa'il nya.
5. Jangan lupa jika ada mubtada', maka tentukan pula khabar nya
6. Sebagian peserta banyak yg membuat kedudukan kalimatnya rancu, misalnya mubtada' dn fail jadi satu
7. Jika ada huruf yg tdk tau i'rabnya biarkan aja gpp
8. Perhatikan Dhomir , dhomir pasti ada i'rabnya karena dia isim walaupun mabni
Barakallahu fiikum wama'akumunnajaah wajaaahiduuu
💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡
_______________________
*📝CATATAN TAMBAHAN MENJELANG UJIAN*
*PERHATIAN......*❗
*SALIN catatan ini (dan catatan yang sebelumnya) di buku tulis masing-masing*
*✍🏻>>> CATATAN 1*
Huruf ‘ATHOF bisa menghubungkan *2 KATA* dan *2 KALIMAT*. Namun pada pelatihan kita kali ini, yang perlu Antum perhatikan dan fahami baik-baik adalah huruf ‘athof yang mengubungkan *2 ISIM*. Sebab, dengan memahaminya, Antum akan bisa menentukan harokat akhir ISIM yang terletak setelahnya pada setiap cerita pendek yang nanti akan diberikan.
*✍🏻>>> CATATAN 2*
Harokat ISIM yang terletak setelah huruf ‘athof mengikuti harokat *ISIM* yang lain yang terhubung dengannya (yang terletak sebelum huruf ‘athof). Namun ingat, *ISIM* yang diikuti harokatnya tidak harus terletak persis sebelum huruf ‘athof.
Misalnya pada ayat al-Qur’an berikut:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَ الْفَتْحُ
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan”. (QS. An-Nashr: 1)
*Perhatikan!!!*
Harokat akhir ISIM *“AL-FATHU*” (الْفَتْحُ) mengikuti harokat ISIM “NASHRU” (نَصْرُ), *BUKANNYA* mengikuti harokat *“ALLAAHI”* (اللهِ). Kalau harokat *“AL-FATHU”* kita buat sama dengan harokat *“ALLAAHI”*, maka nanti maksudnya jadi jauh beda. Artinya nanti jadi begini:
“Telah datang pertolongan Allah dan (pertolongan) kemenangan”
Atau seperti kasus dua kalimat berikut:
جَاءَ وَلَدُ حَسَنٍ وَ زَيْدٌ
“Telah datang anak si Hasan dan si Zaid”
(Jadi, yang datang adalah Si Zaid bersama anaknya Si Hasan. )
جَاءَ وَلَدُ حَسَنٍ وَ زَيْدٍ
“Telah datang anak si Hasan dan (anak) si Zaid”
(Jadi yang datang adalah Anaknya si Hasan dan anaknya si Zaid.)
*✍🏻>>> CATATAN 3*
Setiap ada FI’IL, berarti terdapat *JUMLAH FI’LIYYAH*. Maka, jika dalam sebuah kalimat panjang terdapat –misalnya- 3 *FI’IL*, berarti dalam kalimat panjang itu terdapat 3 *JUMLAH FI’LIYYAH*.
*✍🏻>>> CATATAN 4*
Setiap ada FI’IL dalam sebuah kalimat, PASTI ada FA’IL yang terletak setelahnya. Namun, kadang *FA'IL*nya itu *TIDAK DISEBUTKAN (DISEMBUNYIKAN)*. Dan kita bisa mengetahui siapa *FA’ILNYA* dengan memahami konteks kalimat secara keseluruhan.
Perhatikan kalimat berikut:
رَأَى مُحَمَّدٌ زَيْدًا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ فِي الْغُرْفَةِ
“Muhammad melihat Zaid sedang membaca di dalam kamar”
Pada kalimat di atas ada 2 *JUMLAH FI’LIYYAH*. Pada *JUMLAH FI’LIYYAH PERTAMA* disebutkan *FA’IL* & *MAF’UL BIHNYA*.
Pada *JUMLAH FI’LIYYAH* ke-2 fa’ilnya disembunyikan. Namun, dengan memahami konteks kalimat secara keseluruhan, kita bisa mengetahui bahwa yang membaca adalah Si Zaid. Namun ingat!!! Zaid pada kalimat di atas tidak dikatakan sebagai *FA’IL*. Secara *KAIDAH NAHWU*, Zaid berkedudukan sebagai *MAF’UL BIH*. Namun dari sisi makna, Zaid adalah orang yang membaca (pelaku).
*✍🏻>>> CATATAN 5*
Dalam *JUMLAH FI'LIYYAH*, maf’ul bih boleh disebutkan dan boleh juga tidak.
يَأْكُلُ عَلِيٌّ فِي الْغُرْفَةِ
“Ali sedang makan di dalam kamar”
Pada contoh di atas maf’ul bihnya tidak disebutkan.
*✍🏻>>> CATATAN 6*
Berdasarkan *KAIDAH ILMU NAHWU*, *FI’IL* lah yang menyebabkan *FA’IL* menjadi berharokat akhir *DHOMMAH & MAF’UL BIH* menjadi berharokat akhir *FATHAH*.
رَأَى مُحَمَّدٌ زَيْدًا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ فِي الْغُرْفَةِ
Jadi, pada kalimat di atas, yang menyebabkan “مُحَمَّدٌ” berharokat akhir *DHOMMAH* & “زَيْدًا” berharokat akhir *FATHAH* adalah fi’il “رَأَى”. Sedangkan yang menyebabkan “الْقُرْآنَ” berharokat akhir *FATHAH* adalah fi’il “يَقْرَأُ”.
Penejelasan lebih lanjut akan kita pelajari nanti di level-level berikutnya.
*✍🏻>>> CATATAN 7*
Untuk bisa mengetahui apakah *HURUF ‘ATHOF* itu menghubungkan *KATA* dengan *KATA* atau *KALIMAT* dengan *KALIMAT*, maka kita harus memahami konteks kalimat secara keseluruhan.
Perhatikan 2 *KALIMAT* berikut:
===> *KALIMAT 1*
دَخَلَ الْوَلَدُ الْغُرْفَةَ وَ وَضَعَ الْحَقِيْبَةَ عَلَى الْمَكْتَبِ الْوَاسِعِ وَ وَضَعَ الْحِذَاءَ عَلَى الْبِلَاطِ النَّظِيْفِ.
Pada kalimat ini, *HURUF ‘ATHOF* menghubungkan *KALIMAT* dengan *KALIMAT*. Kemudian perlu diperhatikan! Yang menyebabkan “الْحَقِيْبَةَ” dan “الْحِذَاءَ” berharokat akhir *FATHAH* adalah fi’il-fi’il yang terletak sebelumnya. Jadi, bukan karena *‘ATHOF* kepada “الْغُرْفَةَ”. Jadi keduanya cukup dikatakan sebagai *MAF’UL BIH*. Tidak perlu ditambah *‘ATHOF* (kepada…).
===> *KALIMAT 2*
رَأَى مُحَمَّدٌ زَيْدًا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَ حَسَنًا يَحْفَظُ الْحَدِيْثَ
Muhammad melihat Zaid sedang membaca al-Qur’an dan Hasan sedang menghafal hadits.
Pada kalimat ini, *HURUF ‘ATHOF* menghubungkan *DUA KATA* yaitu “زَيْدًا” & “حَسَنًا”. Sehingga “حَسَنًا” dikatakan sebagai *‘ATHOF* kepada *MAF’UL BIH* (زَيْدًا). Adapun *JUMLAH FI’LIYYAH* setelah “حَسَنًا” hanya mengiringi saja. Penjelasan lebih lanjut akan kita bahas di level-level berikutnya.
*Fahimtum?*
*📝CATATAN DALAM MENG-IROB*
☄☄☄☄☄☄☄☄☄☄☄
1. Baca dgn seksama teks arabnya sebelum memulai mngi'rob
2. Tentukan setiap ketemu isim/dhomir kedudukannya dalam jumlah, misalnya mubtada / fail, yg perlu di ingat jika menemukan isim menurut antum jadi mubtada', maka jangan double jadi fail
3. Perhatikan khususnya Isim ketika terdapat harokat akhirnya, jika rafa' / nashab, maka kembalikan ke teori nahwu yg sdh antum pelajari utk menentukan kedudukan i'rabnya
4. Jangan lupa jika menemukan fi'il, maka harus tentukan fa'il nya.
5. Jangan lupa jika ada mubtada', maka tentukan pula khabar nya
6. Sebagian peserta banyak yg membuat kedudukan kalimatnya rancu, misalnya mubtada' dn fail jadi satu
7. Jika ada huruf yg tdk tau i'rabnya biarkan aja gpp
8. Perhatikan Dhomir , dhomir pasti ada i'rabnya karena dia isim walaupun mabni
Barakallahu fiikum wama'akumunnajaah wajaaahiduuu
💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡💡
_______________________
*📝CATATAN TAMBAHAN MENJELANG UJIAN*
*PERHATIAN......*❗
*SALIN catatan ini (dan catatan yang sebelumnya) di buku tulis masing-masing*
*✍🏻>>> CATATAN 1*
Huruf ‘ATHOF bisa menghubungkan *2 KATA* dan *2 KALIMAT*. Namun pada pelatihan kita kali ini, yang perlu Antum perhatikan dan fahami baik-baik adalah huruf ‘athof yang mengubungkan *2 ISIM*. Sebab, dengan memahaminya, Antum akan bisa menentukan harokat akhir ISIM yang terletak setelahnya pada setiap cerita pendek yang nanti akan diberikan.
*✍🏻>>> CATATAN 2*
Harokat ISIM yang terletak setelah huruf ‘athof mengikuti harokat *ISIM* yang lain yang terhubung dengannya (yang terletak sebelum huruf ‘athof). Namun ingat, *ISIM* yang diikuti harokatnya tidak harus terletak persis sebelum huruf ‘athof.
Misalnya pada ayat al-Qur’an berikut:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَ الْفَتْحُ
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan”. (QS. An-Nashr: 1)
*Perhatikan!!!*
Harokat akhir ISIM *“AL-FATHU*” (الْفَتْحُ) mengikuti harokat ISIM “NASHRU” (نَصْرُ), *BUKANNYA* mengikuti harokat *“ALLAAHI”* (اللهِ). Kalau harokat *“AL-FATHU”* kita buat sama dengan harokat *“ALLAAHI”*, maka nanti maksudnya jadi jauh beda. Artinya nanti jadi begini:
“Telah datang pertolongan Allah dan (pertolongan) kemenangan”
Atau seperti kasus dua kalimat berikut:
جَاءَ وَلَدُ حَسَنٍ وَ زَيْدٌ
“Telah datang anak si Hasan dan si Zaid”
(Jadi, yang datang adalah Si Zaid bersama anaknya Si Hasan. )
جَاءَ وَلَدُ حَسَنٍ وَ زَيْدٍ
“Telah datang anak si Hasan dan (anak) si Zaid”
(Jadi yang datang adalah Anaknya si Hasan dan anaknya si Zaid.)
*✍🏻>>> CATATAN 3*
Setiap ada FI’IL, berarti terdapat *JUMLAH FI’LIYYAH*. Maka, jika dalam sebuah kalimat panjang terdapat –misalnya- 3 *FI’IL*, berarti dalam kalimat panjang itu terdapat 3 *JUMLAH FI’LIYYAH*.
*✍🏻>>> CATATAN 4*
Setiap ada FI’IL dalam sebuah kalimat, PASTI ada FA’IL yang terletak setelahnya. Namun, kadang *FA'IL*nya itu *TIDAK DISEBUTKAN (DISEMBUNYIKAN)*. Dan kita bisa mengetahui siapa *FA’ILNYA* dengan memahami konteks kalimat secara keseluruhan.
Perhatikan kalimat berikut:
رَأَى مُحَمَّدٌ زَيْدًا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ فِي الْغُرْفَةِ
“Muhammad melihat Zaid sedang membaca di dalam kamar”
Pada kalimat di atas ada 2 *JUMLAH FI’LIYYAH*. Pada *JUMLAH FI’LIYYAH PERTAMA* disebutkan *FA’IL* & *MAF’UL BIHNYA*.
Pada *JUMLAH FI’LIYYAH* ke-2 fa’ilnya disembunyikan. Namun, dengan memahami konteks kalimat secara keseluruhan, kita bisa mengetahui bahwa yang membaca adalah Si Zaid. Namun ingat!!! Zaid pada kalimat di atas tidak dikatakan sebagai *FA’IL*. Secara *KAIDAH NAHWU*, Zaid berkedudukan sebagai *MAF’UL BIH*. Namun dari sisi makna, Zaid adalah orang yang membaca (pelaku).
*✍🏻>>> CATATAN 5*
Dalam *JUMLAH FI'LIYYAH*, maf’ul bih boleh disebutkan dan boleh juga tidak.
يَأْكُلُ عَلِيٌّ فِي الْغُرْفَةِ
“Ali sedang makan di dalam kamar”
Pada contoh di atas maf’ul bihnya tidak disebutkan.
*✍🏻>>> CATATAN 6*
Berdasarkan *KAIDAH ILMU NAHWU*, *FI’IL* lah yang menyebabkan *FA’IL* menjadi berharokat akhir *DHOMMAH & MAF’UL BIH* menjadi berharokat akhir *FATHAH*.
رَأَى مُحَمَّدٌ زَيْدًا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ فِي الْغُرْفَةِ
Jadi, pada kalimat di atas, yang menyebabkan “مُحَمَّدٌ” berharokat akhir *DHOMMAH* & “زَيْدًا” berharokat akhir *FATHAH* adalah fi’il “رَأَى”. Sedangkan yang menyebabkan “الْقُرْآنَ” berharokat akhir *FATHAH* adalah fi’il “يَقْرَأُ”.
Penejelasan lebih lanjut akan kita pelajari nanti di level-level berikutnya.
*✍🏻>>> CATATAN 7*
Untuk bisa mengetahui apakah *HURUF ‘ATHOF* itu menghubungkan *KATA* dengan *KATA* atau *KALIMAT* dengan *KALIMAT*, maka kita harus memahami konteks kalimat secara keseluruhan.
Perhatikan 2 *KALIMAT* berikut:
===> *KALIMAT 1*
دَخَلَ الْوَلَدُ الْغُرْفَةَ وَ وَضَعَ الْحَقِيْبَةَ عَلَى الْمَكْتَبِ الْوَاسِعِ وَ وَضَعَ الْحِذَاءَ عَلَى الْبِلَاطِ النَّظِيْفِ.
Pada kalimat ini, *HURUF ‘ATHOF* menghubungkan *KALIMAT* dengan *KALIMAT*. Kemudian perlu diperhatikan! Yang menyebabkan “الْحَقِيْبَةَ” dan “الْحِذَاءَ” berharokat akhir *FATHAH* adalah fi’il-fi’il yang terletak sebelumnya. Jadi, bukan karena *‘ATHOF* kepada “الْغُرْفَةَ”. Jadi keduanya cukup dikatakan sebagai *MAF’UL BIH*. Tidak perlu ditambah *‘ATHOF* (kepada…).
===> *KALIMAT 2*
رَأَى مُحَمَّدٌ زَيْدًا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَ حَسَنًا يَحْفَظُ الْحَدِيْثَ
Muhammad melihat Zaid sedang membaca al-Qur’an dan Hasan sedang menghafal hadits.
Pada kalimat ini, *HURUF ‘ATHOF* menghubungkan *DUA KATA* yaitu “زَيْدًا” & “حَسَنًا”. Sehingga “حَسَنًا” dikatakan sebagai *‘ATHOF* kepada *MAF’UL BIH* (زَيْدًا). Adapun *JUMLAH FI’LIYYAH* setelah “حَسَنًا” hanya mengiringi saja. Penjelasan lebih lanjut akan kita bahas di level-level berikutnya.
*Fahimtum?*
Subscribe to:
Comments (Atom)