Monday, January 28, 2019

*_PARA GURU PENDUSTA_*

Bismillah, saya tulis ini karena saya cinta dengan antum, karena saya juga cinta kepada generasi penerus agama ini, tentu saja yang paling berhak dengan tulisan ini adalah saya pribadi.

Syawal lalu, saya ikut majlis sama' Shahih Muslim di Bogor bersama Syaikh Hamid Akram hafidzahullah, pada saat pembacaan muqaddimah kitab beliau melewati sebuah hadits yang saya yakin tak kan asing di telinga para thalibul ilmi :

*_كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع_*

_*'Cukuplah seseorang disebut pendusta kala ia menyampaikan semua yang didengarnya' (HR Muslim Bab Muqaddimah)*_

Beliau berhenti sejenak, lalu beliau menyampaikan sebuah mutiara hikmah yang sangat dalam dan mengguncang hati saya, saya yakin mutiara hikmah semacam ini tak akan mampu ditemukan kecuali oleh mereka yang sudah tenggelam dalam-dalam di samudra perkataan Rasulullah saw, dan mutiara hikmah ini kalau boleh saya bahasakan adalah : konsekwensi yang sangat mengerikan!

Kenapa disebut konsekwensi mengerikan? simak saja penuturan beliau :

_*'Ya ikhwah, ini adalah motivasi sekaligus ancaman bagi kita, hendaknya kita selalu belajar dan haus akan ilmu, agar kita selalu mempunyai cadangan ilmu yang belum kita sampaikan kepada murid/mad'u kita, karena jika semua ilmu yang kita punya kita sampaikan maka takut-takut kita termasuk kedalam hadits ini, seseorang yang tidak menambah ilmunya akan kehabisan materi untuk disampaikan, ketika materi ilmu yang ia punya habis maka ia akan mengarang sebuah kedustaan demi kedustaan'.*_
Kurang lebih seperti itu makna yang belia sampaikan, Mengerikan bukan?

Begitulah konsekwensi mengerikan itu, intinya : kita harus mempunyai ilmu yang ilmu tersebut belum kita sampaikan kepada murid/mad'u kita, bukan karena kita menyembunyikan ilmu (larangan tentang menyembunyikan ilmu sudah jelas hukumnya), tapi karena kita selalu mengupgrade diri kita, mengupgrade keilmuan kita.

Saya sering sekali mengisi dauroh tajwied untuk para musyrif dan guru, dan pesan yang selalu saya sampaikan adalah : jangan berhenti belajar!, jangan haramkan ilmu baru untuk murid kita!.

Bagaimana caranya kita mengharamkan ilmu untuk anak didik kita?

*Yaitu kala kita :*
- Malas belajar,
- Malas menghafal,
- Malas ikut kajian,
- Malas menelaah,
- Malas membaca buku

*Yaitu kala kita terlalu sibuk dengan :*
- Update Facebook
- Posting Instagram
- Nonton Youtube
- Baca Whatsapp

Jangan sampai kita yang berkeinginan ditulis oleh Allah sebagai da'i/da'iyah pejuang penegak agamanya justru malah Allah tulis sebagai jajaran para pendusta! Wal'iyadzu billah

Coba kita bayangkan, apa jadinya generasi selepas kita nanti jika kita para gurunya, ustadz ustadzahnya lebih sibuk membuka HP dari pada membuka buku?!

Coba kita bayangkan, apa jadinya generasi selepas kita jika kita lebih sibuk nongkrong menonton konten hiburan di Youtube daripada duduk menyimak kajian?!

Coba bayangkan, apa jadinya generasi selepas kita jika yang kita pikirkan hanya kesenangan pribadi dan kepuasan diri tanpa merasakan pahit getir dalam membaca buku, menelaah kitab, menahan pegal duduk lama di majlis ilmu?!

Mari bersama muhasabah, makan dan minum itu tak haram jika sesuai kebutuhan, tapi jika di keduanya kita berlebihan maka ia hukumnya berubah haram, bayangkan! makan di minum yang sebelumnya kebutuhan saja bisa jadi haram, lalu bagaimana dengan HP dan medsos yang bukan kebutuhan ini?!

tulisan ini sama sekali bukan mengharamkan HP ataupun medsos, tapi untuk mengajak mari lebih banyak membaca buku, mari lebih banyak menelaah, mari lebih banyak mengkaji, mari lebih banyak tilawah al-Quran, ya! tilawah al-Quran dan menggali maknanya, bukan hanya menghafalnya tapi juga membaca tafsirnya.

Ingatan saya masih basah kala membaca kultwit Syaikh Ahmad Isa al-Ma'sharawy -hafidzahullah- (anda masih bisa mengeceknya di twitter dan facebook resmi beliau) kala beliau menulis :

_*'Saya selalu terheran-heran, bagaimana mungkin para generasi Shahabat -radhiyallahu anhum ajmain- bisa duduk berlama-lama dengan al-Quran, tak sabar untuk membacanya lagi dan lagi, tapi saat melihat manusia zaman ini dengan HP nya akhirnya saya faham, ternyata seseorang jika sudah amat mencintai sesuatu ia tak kan bisa lepas jauh darinya'.*_

Nas'alullahal 'aafiyah

Akhukum
Ruway'iyul Ghanam, Saif Maulana