Tuesday, March 19, 2019

::: PUNYA ANAK TAPI SEPERTI TIDAK PUNYA ANAK..?! :::

Oleh :
Ustadz Ahmad Zainuddin Lc, حفظه الله تعالى


Anakmu sekolah sekitar 4-8 jam…

masih tersisa waktu dalam sehari sekitar 16-20 jam untukmu sebagai orangtuanya…

untuk walau sekedar makan bersama

untuk walau sekedar bersenda gurau bersama

untuk walau sekedar mengusap keringat di dahinya

untuk walau sekedar menemani tidurnya

untuk walau sekedar memperhatikan perkembangan fisik dan sifat anakmu

Belum lagi yang lebih, lebih dan lebih penting dari itu semua!?!

Memperhatikan Akidahnya

Memperhatikan Ibadahnya

Memperhatikan Keilmuan Agamanya yang jangankan Anakmu, Kamu sendiri haram untuk tidak tahu, seperti bacaan Al-Qur’an nya, masalah bersuci, masalah haid dan junub, dsb…

AYO PARA ORANGTUA;
RUBAHLAH GAYA HIDUPMU TERHADAP ANAK-ANAKMU….

LUANGKAN WAKTU LEBIH UNTUK MEREKA
INGAT ANAKMU TIDAK HANYA BUTUH SANDANG PANGAN DARIMU, TETAPI MEREKA LEBIH MEMBUTUHKANMU!

MASA PEKERJAAN, GADGET DAN SMARTPHONE, MEDSOS LEBIH KAMU PERHATIKAN DIBANDING DARAH DAGINGMU !!!
YANG MUNGKIN NANTINYA DIA LAH ANAKMU YANG MENDOAKANMU TATKALA ANDA SUDAH MENJADI HANYA SATU TULANG EKOR !!!

عن عائشة – رضي الله عنها – ، قالت : قال رسول الله – صلى الله عليه وآله وسلم – : ” إن أولادكم هبة الله لكم…” .

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya anak-anakmu adalah Anugerah Allah bagi kalian…” HR. Hakim.

NB: Jangan jadikan anugerah tersebut malah menjadi siksa

NB: JANGAN JADI ORANGTUA YANG PUNYA ANAK TETAPI SEPERTI TIDAK PUNYA ANAK…!

Sungguh banyak orang yang ingin punya anak tetapi belum diberikan anugerah tersebut.

-

Sumber : https://bbg-alilmu.com/archives/40903

*****
*TANYA USTADZ*❓

*Suami Menelantarkan Keluarga Demi Bisnis*


Assalamualaikum Apakah berdosa seorang suami yang setiap penghasilannya selalu di prioritaskan untuk investasi ke bisnisnya sedangkan investasi buat anak istri jauuuuh dr cukup? Untuk berinvestasi di bisnis nya pun dy menghalalkan riba (padahal sdh sy ingatkan sampai bertengkar hebat tp akhirnya sy yg mengalah krn ga mau ribut d depan anak2), sehingga skrg klrg kami terjebak rentenir, apakah sy ikut berdosa? Dan anehnya suami sy sprt tdk tersadar, apa yg hrs sy lakukan?

✍ *Dijawab oleh Ustadz Mukhsin Suaidi,Lc M.E.I dewan redaksi salamdakwah.com*

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Seorang kepala rumah tangga wajib untuk memberi nafkah lahir dan batin kepada istrinya, ia wajib untuk berusaha mencari rizki yang halal untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Allah ta’ala berfirman:

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ... (٧

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.. Ath-Tholaq:7

Apabila seseorang lalai dalam mencukupi kebutuhan orang yang berada di bawah tanggungannya maka ia telah berdosa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يَحْبِسَ، عَمَّنْ يَمْلِكُ قُوتَهُ

Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa orang-orang yang menahan makan (upah dan sebagainya) orang yang menjadi tanggungannya. HR. Muslim no.996

Termasuk perbuatan dosa berdasarkan hadits di atas adalah seorang suami yang tidak memberikan nafkah sama sekali (Sehingga keluarga tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya) atau hanya memberi nafkah namun tidak mencukupi kebutuhan keluarga kemudian ia menyimpan uangnya dengan argumen untuk bisnis.
Apabila istri sudah mengingatkan dengan maksimal maka istri tidak berdosa bila suami bisnis menggunakan uang riba itu. Yang bisa dilakukan istri adalah terus memberikan masukan, baik itu secara langsung atau melalui orang lain yang didengar ucapannya oleh si suami. Istri bisa juga memberikan artikel atau audio ceramah kepada suami bila memang dia suka membaca artikel atau mendengar ceramah.

http://www.salamdakwah.com/pertanyaan/9259-suami-menelantarkan-keluarga-demi-bisnis
# Apapun Keadaanya, Jangan Pernah Tinggalkan Majelis Ilmu

“Pada mejelis ilmu ada dua hal utama yang membuat istiqamah sampai ajal menjemput:
Pertama : ilmu yang menjaga kita
Kedua: sahabat yang shalih yang selalu meingingatkan akan akhirat”

Saudaraku, apapun keadaannya dan bagaimanapun kondisinya, jangan pernah meninggalkan majelis ilmu. Jangan lah tinggalkan secara total, jika tidak bisa sepekan sekali, mungkin sebulan sekali, jika tidak bisa mungkin 2 atau 3 bulan sekali, insyaallah waktu itu selalu ada, yang menjadi intinya adalah apakah kita memprioritaskan atau tidak? Jika tidak menjadi prioritas, maka tidak akan ada waktu dan tidak akan ada usaha untuk itu. Jangan pernah juga meninggalkan majelis ilmu karena sudah merasa berilmu atau telah menjadi “ikhwan senior”, para ustadz dan ulama pun terus belajar dan menuntut ilmu.

Saudaraku, mereka yang berguguran dipersimpangan jalan dakwah adalah orang perlahan-lahan meninggalkan majelis ilmu secara total, baik itu tenggelam dengan kesibukan dunia atau merasa sudah berilmu kemudian menjadi sombong dan tergelincir.

Abdullah bin Mubarak menunjukkan keheranan, bagaimana mungkin seseorang jiwanya baik jika tidak mau menuntut ilmu dan menghadiri majelis ilmu. Beliau berkata,

عجبت لمن لم يطلب العلم, كيف تدعو نفسه إلى مكرمة

“Aku heran dengan mereka yang tidak menuntut ilmu, bagaimana mungkin jiwanya bisa mengajak kepada kebaikan.”? [Siyar A’lam AN-Nubala 8/398]

Sebagaimana yang kita sampai di awal bahwa pada majelis ilmu terdapat dua faktor utama agar seseorang bisa istiqamah:

[1] Ilmu yang menjaganya

Dengan ilmu dan pemahaman yang benar seseorang agar terjaga dari kesalahan dan ketergelinciran.

Ibnul Qayyim berkata,

ﺃﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺤﺮﺱ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻭﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻳﺤﺮﺱ ﻣﺎﻟﻪ

“Ilmu itu menjaga pemiliknya sedangkan pemilik harta akan menjaga hartanya.”[Miftah Daris Sa’adah 1/29]

Dengan menghadiri majelis ilmu juga akan menimbulkan ketenangan dan kebahagiaan yang mejadi tujuan seseorang hidup di dunia ini. Apabila niatnya ikhlas, maka ia akan merasakan ketenangan di majelis ilmu dan akan terus mencari majelis ilmu di mana pun berada.

Majelis ilmu adalah taman surga yang membuat seseorang merasakan ketenangan.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.”[HR Tirmidzi, no. 3510, Ash Shahihah, no. 2562]

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

إن للذكر من بين الأعمال لذة لا يشبهها شيء، فلو لم يكن للعبد من ثوابه إلا اللذة الحاصلة للذاكر والنعيم الذي يحصل لقلبه لكفى به، ولهذا سميت مجالس الذكر رياض الجنة

“Sesungguhnya dzikir di antara amal memiliki kelezatan yang tidak bisa diserupai oleh sesuatupun, seandaikan tidak ada balasan pahala bagi hamba kecuali kelezatan dan kenikmatan hati yang dirasakan oleh orang yang berdziki, maka hal itu [kenikmatan berdzikit saja, pent] sudah mencukupi,oleh karena itu majelis-majelis dzikir dinamakan taman-taman surga.” [Al-Wabilush Shayyib hal. 81, Darul Hadist, Koiro,, Asy-Syamilah]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Dan tidaklah sekelompok orangberkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya.” [HR Muslim, no. 2699].

[2] Di majelis ilmu kita akan bertemu dengan sahabat yang selalu mengingatkan akan akhirat

Di majelis ilmu kita akan berjumpa dengan sahabat yang benar-benar sejati, yaitu sahabat yang selalu memberikan nasihat dan mengingatkan kita apabila salah. Sebuah ungkapan arab berbunyi:

ﺻﺪﻳﻘﻚ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻚ ﻻ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻚ

“Shadiqaka man shadaqaka laa man shaddaqaka”

“Sahabat sejati-mu adalah yang senantiasa jujur (kalau salah diingatkan), bukan yang senantiasa membenarkanmu”

Dengan Sering berjumpa dengan orang shalih yang sabar dengan kehidupan dunia ini dan tidak rakus akan harta dan kedudukan, hidup kita akan mudah dan lebih bahagia.

Perhatikan bagaimana Ibnul Qayyim mengisahkan tentang guru beliau Ibnu Taimiyyah, beliau berkata:

وكنا إذا اشتد بنا الخوف وساءت منا الظنون وضاقت بنا الأرض أتيناه، فما هو إلا أن نراه ونسمع كلامه فيذهب ذلك كله وينقلب انشراحاً وقوة ويقيناً وطمأنينة

“Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan kesempitan hidup, kami segera mendatangi beliau untuk meminta nasehat, maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”[ Al-wabilush shayyib hal 48, Darul Hadits, Syamilah]

Demikian semoga bermanfaat

@ Lombok, Pulau Seribu Masjid

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslim.or.id

https://muslim.or.id/45155-apapun-keadaanya-jangan-pernah-tinggalkan-majelis-ilmu.html