Rumah Tahfidz, Belajar Tahsin dan Tajwid Al Qur'an, Kajian Ilmu syar'i Hub: Diana Gasim (Ummu Achmad ) 085312837788)
Thursday, January 16, 2020
Siroh nabawiah -HSI
Halaqah - 03
Keadaan Kota Mekkah sebelum Nabi diutus Bagian 2
by Rory Rachmad | in Silsilah Sirah Nabawiyah at 21 Februari
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-3 dari Silsilah Ilmiyyah Sirah Nabawiyah adalah tentang Keadaan Kota Mekkah sebelum Nabi ﷺ diutus Bagian yang Kedua
Orang-orang arab jahiliyyah beriman dengan para dukun (tukang ramal dan ahli Nujum)
Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa yang akan datang
Tukang ramal (mereka) adalah orang-orang yang mengaku mengetahui barang yang di curi atau barang yang hilang dengan melakukan amalan-amalan tertentu seperti melihat pada mangkok dan lain-lain
Ahli Nujum (mereka) adalah orang-orang yang melihat bintang untuk mengetahui apa yang terjadi di alam semesta di masa yang akan datang, apabila turun hujan mereka mengatakan ” hujan ini adalah dengan sebab dengan bintang ini dan itu
Diantara keyakinan orang-orang jahiliyyah adalah thiyarah (merasa sial karena sesuatu) apabila memiliki hajat mereka menerbangkan burung, bila burung tersebut terbang ke kanan mereka melanjutkan hajatnya dan apabila terbang ke kiri maka mereka tidak melanjutkan hajatnya
Demikian pula mereka merasa sial dengan adanya seekor hewan yang lewat di hadapan mereka, merasa sial dengan hari tertentu atau bulan tertentu dan lain-lain
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Abdullāh Roy
Di kota Pandeglang
[10/1 08.09] Agent Resmi Umi Travel: *Halaqah - 05*
Keadaan Kota Mekkah sebelum Nabi diutus Bagian 4
by Rory Rachmad | in Silsilah Sirah Nabawiyah at 21 Februari
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-5 dari Silsilah Ilmiyyah Sirah Nabawiyah adalah tentang Keadaan Kota Mekkah sebelum Nabi ﷺ di utus bagian yang keempat
Masih ada diantara ahli jahiliyyah sisa-sisa ajaran Nabi Ibrahim عَلَيهِ السَّلَامُ, seperti pengagungan terhadap rumah Allah, tawaf, haji, umrah, wukuf di 'arafah, bermalam di muzdalifah dan lain-lain
Namun mereka membuat bid'ah di dalamnya, seperti misalnya :
Orang-orang quraisy melakukan wukuf di muzdalifah dan bukan di 'arafah yang demikian dengan alasan mereka (orang-orang quraisy) adalah penduduk tanah haram sehingga menurut mereka, mereka harus wukuf di tanah haram, padahal ini menyelisihi ajaran Nabi Ibrahim عَلَيهِ السَّلَامُ
Namun perlu di ketahui bahwasanya ahli jahiliyyah selain memiliki kebiasaan-kebiasaan yang buruk dan keyakinan-keyakinan yang menyimpang sebagaimana sudah berlalu penjelasannya mereka juga memiliki sifat-sifat yang mulia di antaranya
1. Al-Karam
Yaitu kedermawanan Mereka saling berlomba di dalam memuliakan tamu terkadang datang tamu dan tuan rumah tidak memiliki harta kecuali satu untanya yang merupakan kehidupan dia dan keluarganya maka dia menyembelih unta tersebut untuk menghormati tamunya
2. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa menyempurnakan perjanjian dengan orang lain
3. Mereka adalah orang yang sangat menjaga kehormatan dirinya. Mereka dikenal sebagai orang yang sangat pemberani, memiliki kecemburuan yang besar dan mereka rela mengorbankan diri mereka untuk menjaga kehormatan mereka
4. Mereka adalah orang-orang yang sangat teguh apabila sudah memiliki tekad dan tidak mudah mundur
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Abdullāh Roy
Di kota Pandeglang
[10/1 08.10] Agent Resmi Umi Travel: *Halaqah - 04*
Keadaan Kota Mekkah sebelum Nabi diutus Bagian 3
by Rory Rachmad | in Silsilah Sirah Nabawiyah at 21 Februari
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-4 dari Silsilah Ilmiyyah Sirah Nabawiyah adalah tentang Keadaan Kota Mekkah sebelum Nabi ﷺ diutus Bagian yang ketiga
Orang-orang jahiliyyah tidak menghargai wanita, menikahi wanita dengan jumlah tanpa batas, menikahi dua saudari sekaligus, menikah dengan istri bapaknya apabila dicerai oleh sang bapak atau ditinggal mati, itu semua biasa di zaman jahiliyyah
Ada di antara mereka yang mengubur hidup-hidup wanita yang tidak berdosa hanya takut di permalukan dengan sebab wanita tersebut
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
وَإِذَا ٱلۡمَوۡءُ ۥدَةُ سُٮِٕلَتۡ (٨) بِأَىِّ ذَنۢبٍ۬ قُتِلَتۡ (٩
"Dan apabila anak wanita yang di kubur ditanya, dengan sebab dosa apa dia di bunuh" (Surat At-Takwir : 8-9)
Wanita menjadi harta warisan sebagaimana barang yang di wariskan tersebar perzinaan dan pelacuran pada seluruh tingkatan, tersebar minuman keras dan perjudian
Ada diantara mereka yang membunuh anak karena takut menjadi miskin atau karena kemiskinan yang sudah menimpa dia
Mereka fanatik kepada kabilahnya dan membela orang yang berasal dari satu kabilah baik dia salah atau benar
Orang-orang jahiliyyah sangat taqlid kepada nenek moyangnya di dalam urusan agama, memandang bahwa adat istiadat itulah yang paling baik
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ (١٠٤
"Dan apabila di katakan kepada mereka kesinilah kalian kepada apa yang di turunkan oleh Allah dan kepada Rasul, mereka mengatakan cukuplah bagi kami apa yang kami dapatkan di atasnya bapak-bapak kami meskipun bapak-bapak mereka tidak mengetahui sesuatu dan tidak mendapatkan petunjuk" (Surat Al-Maidah :104)
Mereka senang berperang dengan kabilah lain dan mudah sekali menumpahkan darah, berperang karena sebab yang sepele kemudian berperang selama puluhan tahun dan terbunuh ribuan manusia
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Abdullāh Roy
Di kota Pandeglang
Halaqah - 08 Muhammad ﷺ Disusui
Silsilah Sirah Nabawiyah
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang Ke - 8 dari Silsilah Ilmiyyah Sirah Nabawiyah adalah tentang Muhammad ﷺ di susui
Setelah melahirkan, Aminah mengabarkan kepada Abdul Muththalib tentang kelahiran cucunya, maka datanglah Abdul Muththalib dalam keadaan sangat berbahagia kemudian memandang dan membawa masuk Muhammad ke dalam ka’bah, memberi nama beliau dengan Muhammad, sebuah nama yang asing di antara orang-orang Arab
Abdul Muththalib kemudian mencari wanita Arab Badui yang bisa menyusui Muhammad ﷺ, sebagaimana ini adalah kebiasaan orang-orang Arab kota, yang demikian adalah untuk menjauhkan beliau dari berbagai penyakit kota dan supaya kuat badannya dan menguasai bahasa Arab fasih, Namun saat itu banyak wanita-wanita Arab Badui yang tidak mau menyusui beliau karena beliau adalah seorang anak yatim tidak memiliki ayah yang bisa membayar upah bagi mereka
Akhirnya Halimah bintu Abi Dhuayb As-Sa’diyah seorang wanita Arab Badui dari Bani Sa’ad yang sedang mencari anak-anak yang bisa disusui, beliau lah yang bersedia menyusui Muhammad ﷺ setelah awalnya tidak mau menyusui namun karena beliau merasa iba dan kasihan dan tidak ingin pulang ke Bani Sa’ad dalam keadaan tidak membawa seorang bayi pun, maka Halimah bersedia menyusui Muhammad dan membawanya Bani Sa’ad
Di bawalah Muhammad ke lingkungan barunya dan Halimah merasakan berkah yang luar biasa setelah menyusui Muhammad ﷺ, berkah dan kebaikan dalam berbagai urusannya
Setelah dua tahun tinggal di Bani Sa’ad Muhammad ﷺ di bawa oleh Halimah kepada ibunya untuk dikembalikan dan saat itulah Halimah meminta dan merayu Aminah untuk memberinya kesempatan lagi mengasuh Muhammad karena melihat banyaknya kebaikan yang dia dapatkan dengan mengasuhnya dan supaya Beliau tidak terkena wabah penyakit yang ada di Mekkah, akhirnya Aminah menyetujui permintaan tersebut
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Abdullāh Roy
Di kota Pandeglang
[15/1 10.15] Agent Resmi Umi Travel: Halaqah - 07 Kelahiran Nabi ﷺ dan Keluarga Beliau
by Rory Rachmad | in
Silsilah Sirah Nabawiyah
at 21 Februari
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke - 7 dari Silsilah Ilmiyyah Sirah Nabawiyah adalah tentang Kelahiran Nabi ﷺ dan Keluarga Beliau
Rasulullah ﷺ di lahirkan di hari Senin, sebagaimana beliau kabarkan di dalam hadits Abu Qatadah al-Anshary yang di riwayatkan oleh Imam Muslim, bahwasanya beliau ﷺ di tanya tentang berpuasa di hari Senin, maka beliau mengatakan
فيه ولدت وفيه أنزل علي
Di dalamnya aku dilahirkan dan didalamnya pertama kali turun wahyu kepadaku
Beliau dilahirkan ditahun Gajah yaitu tahun 570 M, tahun di mana terjadi kejadian besar yang mengisyaratkan kejadian yang lebih besar yang menunjukkan bahwa Allah menginginkan kebaikan bagi manusia.
Pada tahun tersebut Abrahah gubernur Yaman yang berada di bawah raja Habasyah membangun gereja besar dengan dimaksud untuk memindah haji orang-orang arab kesana yang selama ini mereka berduyun-duyun dan berpayah-payah ke Ka’bah dari berbagai tempat yang jauh yang demikian membuat marah orang-orang arab yang mengagungkan Ka’bah, salah seorang dari mereka mendatangi gereja besar tersebut dan membuang hajat didalamnya, Abrahah marah dan bersumpah untuk pergi ke Ka’bah untuk menghancurkannya. Maka Abrahah pergi dengan tentaranya dengan membawa Gajah, orang-orang Arab berusaha untuk menghalangi akan tetapi mereka tidak mampu, ketika sampai di luar Mekkah Abdul Muththalib sebagai pemuka Quraisy mendatangi Abrahah yang sudah mengambil 200 untanya, Abrahah setelah turun dari kursinya dan mendudukan Abdul Muththalib bersamanya sebagai penghormatan kepadanya dia bertanya kepada Abdul Muththalib
apa yang engkau inginkan dan apa keperluanmu?
Berkata Abdul Muththalib keperluanku adalah supaya Raja mengembalikan kepadaku 200 unta yang dia ambil dariku
Berkata Abrahah dengan nada menghina engkau meminta kepadaku 200 unta yang aku ambil darimu dan membiarkan rumah yang itu adalah agamamu dan agama bapak-bapakmu yang aku datang untuk menghancurkannya, engkau tidak berbicara kepadaku tentang rumah ini?
Berkata Abdul Muththalib aku adalah yang memiliki unta-unta tersebut sedangkan rumah itu di miliki oleh Tuhan yang akan menjaganya
Berkata Abrahah dia tidak bisa mencegahku
Abdul Muththalib menjawab itu adalah urusanmu
Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul diatas gunung-gunung Mekkah melihat apa yang akan terjadi, Abrohah bersiap-siap untuk memasuki kekota Mekkah dan mempersiapkan Gajah nya, tetapi Gajah tersebut menderung di jalan ketika di pukul supaya berdiri dia enggan, tetapi ketika di arahkan ke Yaman maka dia segera lari dalam keadaan demikian Allah mengirimkan burung-burung yang membawa batu-batu yang apabila mengenai salah seorang dari pasukan Abrahah dia akan meninggal, berlarianlah pasukan Abrahah dan berjatuhan, Abrahah pun terkena batu di jasadnya mereka membawa Abrahah ke Yaman dan terputus jari-jarinya nya satu demi satu dan sesampai dia di Yaman Abrahah pun meninggal dunia.
Dan inilah yang Allah kisahkan di dalam surat al-Fiil, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَـٰبِ ٱلۡفِيلِ (١) أَلَمۡ يَجۡعَلۡ كَيۡدَهُمۡ فِى تَضۡلِيلٍ۬ (٢) وَأَرۡسَلَ عَلَيۡہِمۡ طَيۡرًا أَبَابِيلَ (٣) تَرۡمِيهِم بِحِجَارَةٍ۬ مِّن سِجِّيلٍ۬ (٤) فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفٍ۬ مَّأۡڪُولِۭ (٥
"Apakah engkau tidak melihat apa yang telah dilakukan oleh Rabbmu kepada tentara gajah, bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka dalam kesia-siaan dan mengirim kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong yang melempari mereka dengan batu yang terbuat dari tanah yang mengeras, maka Allah menjadikan mereka hancur seperti daun-daun yang dimakan oleh hewan ternak" (Surat Al-Fiil : 1-5)
Kejadian ini adalah sejarah besar bagi orang-orang arab sehingga mereka menjadikan kejadian ini sebagai penanggalan, mereka mengatakan ini terjadi di tahun gajah atau mengatakan si fulan di lahirkan beberapa tahun setelah tahun gajah dan seterusnya
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Abdullāh Roy
Di kota Pandeglang
[15/1 10.16] Agent Resmi Umi Travel: Halaqah - 06 Nasab Nabi ﷺ dan Keluarga Beliau
by Rory Rachmad | in Silsilah Sirah Nabawiyah
at 21 Februari
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke - 6 dari Silsilah Ilmiyyah Sirah Nabawiyah adalah tentang Nasab Nabi ﷺ dan Keluarga Beliau
Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadlhr bin Kinanah
Fihr memiliki gelar quraisy dan quraisy adalah keturunan kinanah dan kinanah adalah keturunan Isma'il bin Ibrahim alaihima salam
Rasulullah ﷺ bersabda
إنَّ اللهَ اصطفَى كِنانةَ من ولدِ إسماعيلَ . واصطفَى قريشًا من كنانةَ واصطفَى من قريشٍ بني هاشمَ . واصطفاني من بني هاشمَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari anak Isma'il dan memilih quraisy dari kinanah dan memilih Bani Hasyim dari quraisy dan memilihku dari Bani Hasyim” (HR Imam Muslim)
Hasyim bertanggung jawab tentang air zam-zam dan makanan untuk jamaah haji beliaulah yang pertama kali yang memulai dua perjalanan orang-orang quraisy perjalanan di musim dingin ke yaman dan perjalanan di musim panas ke syam dalam rangka untuk berdagang
Sebagaimana di dalam ayat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengatakan
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ - لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (١) إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy kebiasaan mereka melakukan perjalanan di musim dingin dan musim panas” (Surat Quraisy : 1-2)
Suatu saat hasyim melakukan perjalanan ke syam untuk berdagang ketika sampai madinah beliau menikah dengan salma bintu amr (salah seorang dari kabilah bani 'adi bin An-Najjar) berdiam sebentar di sana, kemudian melanjutkan perjalanan ke syam, sedangkan salma saat itu sedang mengandung Abdul Muththalib,
Meninggal Hasyim di Gaza dan Salma melahirkan anak yang di beri nama dengan Syaibah, besar Syaibah di kota Madinah dan keluarga di Mekkah tidak mengetahui bahwa Hasyim memiliki anak di Madinah
Setelah kematian hasyim maka yang memegang air zam-zam dan rifadah adalah saudara beliau al-Muththalib bin Abdul Manaf, ketika Syaibah mulai besar maka al-Muththalib mendengar keberadaan putra saudaranya di madinah, kemudian al-Muththalib pergi ke kota Madinah mencari Syaibah dan ketika melihatnya ia menangis dan memeluknya dan menaikkannya di atas unta, Al-Muththalib memohon izin kepada salma untuk membawa syaibah ke mekkah yang merupakan kekuasaan bapak syaibah tanah haram milik Allah
Ketika sampai ke mekkah dan saat itu syaibah membonceng al-Muththalib di atas untanya berkatalah manusia ini adalah Abdul Muththalib yaitu budak dari al-Muththalib, berkata al-Muththalib celakalah kalian ini adalah anak dari saudaraku hasyim
Setelah meninggal al-Muththalib maka Abdul Muththalib menggantikan peran beliau, suatu saat Abdul Muththalib bermimpi melihat posisi sumur zam-zam kemudian dia menggali tempat tersebut dan semenjak itulah Abdul Muththalib yang mengurus air zam-zam
Adapun Abdullah bapak Rasulullah ﷺ maka beliau adalah anak yang paling baik di antara anak-anak Abdul Muththalib paling terhormat paling di cintai Abdul Muththalib memilihkan untuk Abdullah Aminah binti wahb bin Abdul Manaf bin Zahrah bin Kilab dan dia adalah termasuk wanita termulia di antara wanita-wanita Quraisy bapaknya adalah pemuka Bani Zahrah
Setelah menikah Abdul Muththalib mengutus Abdullah ke Madinah untuk suatu keperluan, kemudian Abdullah meninggal di Madinah dan Rasulullah ﷺ ada di rahim Aminah, Abdullah meninggalkan 5 ekor unta dan ummu Aiman seorang budak wanita dari Habasyah yang kelak akan mengasuh Rasulullah ﷺ
Inilah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Abdullāh Roy
Di kota Pandeglang
[16/1 08.15] Agent Resmi Umi Travel: Halaqah - 09
Pembelahan Dada Nabi ﷺ, Meninggalnya Aminah dan Abdul Muththalib
by Rory Rachmad | in Silsilah Sirah Nabawiyah at 21 Februari
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke - 9 dari Silsilah Ilmiyyah Sirah Nabawiyah adalah tentang Pembelahan Dada Nabi ﷺ Meninggalnya Aminah dan Abdul Muththalib
Pada tahun ke-4 atau ke-5 semenjak kelahiran Nabi ﷺ terjadi kejadian besar yang menimpa Muhammad ﷺ
Di dalam shahih Muslim, Imam Muslim meriwayatkan bahwa datang Malaikat Jibril dan Muhammad ﷺ sedang bermain bersama anak-anak, kemudian Malaikat Jibril membelah dada beliau mengeluarkan dari jantungnya segumpal darah hitam, kemudian membuangnya dan mencuci jantungnya di dalam bejana yang terbuat dari emas yang di dalamnya ada air zam-zam sehingga jantung tersebut bersih kemudian mengembalikannya seperti semula
Datanglah anak-anak tersebut melapor kepada Halimah bahwa Muhammad telah terbunuh, kemudian mereka pun menyambut Muhammad dan beliau dalam keadaan sudah berubah wajahnya, Halimah sebagai ibu yang menyusui Muhammad ﷺ merasa takut dengan kejadian aneh yang menimpa Muhammad, maka dia pun mengembalikan beliau kepada ibunya sampai berumur 6 tahun
Pada tahun itulah Aminah mengajak Muhammad putranya yang sudah yatim untuk menziarahi kubur suaminya di kota Madinah dan bersama mereka Abdul Muththalib dan Ummu Aiman sang pembantu
Ketika kembali pulang Aminah sakit dan meninggal di al-Abwa sebuah kota antara Madinah dan Mekkah, jadilah Muhammad yang sangat masih kecil tersebut dan sangat kasih sayang dan perhatian hidup tidak memiliki orang tua
Kemudian kembalilah beliau bersama kakeknya yang sangat sayang kepada beliau ﷺ bahkan lebih di sayangi dari pada anak-anaknya yang lain
Dahulu Abdul Muththalib memiliki tikar di sekitar Ka’bah, tidak ada anak-anaknya yang berani duduk bersama Abdul Muththalib di atas tikar tersebut, karena menghormati bapaknya, namun Abdul Muththalib membiarkan Muhammad duduk bersamanya duduk diatas tikar dan mengusap punggungnya dan senang apa yang dia lakukan
Ketika berumur 8 tahun meninggallah Abdul Muththalib (kakek yang sangat sayang kepada beliau) dan sebelum meninggal Abdul Muththalib menyerahkan kepengurusan cucunya kepada Abu Thalib paman saudara kandung Abdullah bin Abdul Muththalib
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Abdullāh Roy
Di kota Pandeglang
Subscribe to:
Comments (Atom)