Sunday, October 8, 2017

📡 *Belajar Tauhid*

*Karakteristik Tauhid #1*

Tauhid merupakan tujuan penciptaan manusia dan menerapkannya merupakan alasan manusia berada di muka bumi ini. Itulah yang ditunjukkan Allah dalam firman-Nya,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

_“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”._ [adz-Dzariyat: 56].

Frasa _“beribadah kepada-Ku”_ berarti “menauhidkan-Ku”.

Dengan begitu tauhid adalah tujuan penciptaan kita dalam kehidupan ini. Allah ta’ala tidaklah menciptakan makhluk dengan sia-sia dan meninggalkannya begitu saja, namun Allah menciptakan makhluk agar mereka menghamba dan menauhidkan-Nya. Hal ini cukup sebagai indikator akan keagungan dan kemuliaan tauhid.

#Karateristik Tauhid #2*

Tauhid adalah inti dakwah para nabi dan rasul sehingga dakwah setiap nabi yang diutus Allah ta’ala berpusat dan berporos pada tauhid. Dalil akan hal ini sangatlah banyak, di antaranya adalah:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

_“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu"._ [an-Nahl: 36].

Allah ta’ala berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

_“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku"._ [al-Anbiya: 25].

Allah ta’ala berfirman,

وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَٰنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ

_“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?"._ [az-Zukhruf: 45].

Allah ta’ala berfirman,

وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

_“Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di al-Ahqaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): "Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar"._ [al-Ahqaf: 21].

Kata النذر adalah para rasul, sehingga segenap rasul yang diutus sebelum dan sesudah Hud memiliki tujuan yang sama, yaitu menyeru agar umat tidak menyembah kecuali kepada Allah semata. Dengan demikian, tauhid merupakan inti dakwah para nabi dan rasul, sehingga kata yang pertama kali didengar oleh mereka dari para nabi dan yang menjadi prioritas dalam berdakwah kepada Allah adalah seruan untuk menauhidkan Allah karena tauhid adalah pondasi, di atasnya agama ini terbangun.

Agama layaknya seperti pohon yang memiliki akar dan dahan. Sebagaimana diketahui pohon tak akan tegak berdiri kecuali memiliki akar yang kuat,  demikian pula dengan agama yang tidak akan tegak kecuali berpijak di ata pondasinya, yaitu tauhid.

Allah ta’ala berfirman,

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

_“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit”._ [Ibrahim: 24].

Suatu pohon yang akarnya tercerabut, niscaya akan mati, maka demikian pula dengan agama yang tidak tegak di atas tauhid, niscaya tidak akan bermanfaat. Kedudukan tauhid bagi agama layaknya akar suatu pohon atau pondasi suatu bangunan.

Dan salah satu dalil yang menunjukkan bahwa tauhid merupakan inti dakwah dan risalah para nabi dan rasul adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلاَّتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ

_“Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu”._ [HR. al-Bukhari].

Artinya, akidah mereka satu dan mereka semua adalah da’i yang menyeru untuk menauhidkan Allah. Dan maksud _“ibu mereka berlainan”_ adalah syari’at mereka berbeda sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala,

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا

_“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang”._ [al-Maidah: 48].