Wednesday, March 11, 2020

# Akhlak Mulia Memberatkan Timbangan #

Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا شَىْءٌ أَثْقَلُ فِى مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيَبْغَضُ الْفَاحِشَ الْبَذِىءَ

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin selain akhlak yang baik. Sungguh, Allah membenci orang yang berkata keji dan kotor.” (HR. Tirmidzi, no. 2002. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih).

Juga dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ

“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin shalat.” (HR. Tirmidzi, no. 2003. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi, no. 2004 dan Ibnu Majah, no. 4246. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).

Hikmah:
1. Berusaha kita menjaga dari mengeluarkan perkataan yang tidak enak didengar atau perkataan yang tidak pantas.
2. Orang yang menjaga perkataan / akhlaknya adalah orang yang akan berat timbangannya.

Semoga Allah senantiasa menjaga & membimbing kita..
Perang Badar

Rasulullah  bersama sekitar 300 muslimin berhasil mengalahkan pasukan musyrikin Mekkah yang berjumlah lebih dari 1000 orang. Sebanyak 70 orang kaum musyrikin tewas di medan Badar.

Di antara mereka adalah tokoh-tokoh Quraisy, seperti :

Abu Jahal,

 Utbah bin Rabiah, 

Syaibah bin Rabiah, 

Umayyah bin Khalaf, 

Al-Ash bin Hsyam bin al-Mughirah. 

Dari pihak kaum muslimin, sebanyak 14 orang mati syahid, 6 orang kaum Muhajirin dan 8 orang kaum Anshar.
*Kenakalan Anak: _Kenali Sebabnya, Jangan Nafikan_*
Oleh: *Mohammad Fauzil Adhim*


*PADA POKOKNYA,* tidak ada anak yang nakal. Kitalah yang salah didik sehingga mereka menjadi nakal. Tak ada anak yang lahir dalam keadaan nakal. Tetapi kita tak boleh menutup mata atau menyangkal bahwa kenakalan itu ada. Sesungguhnya, eufimisme hanya menyulitkan kita menemukan akar masalahnya. Memahami setiap sebab kenakalan akan memudahkan kita menentukan langkah yang tepat sesuai dengan sebab kenakalannya. Langkah terstruktur.

Menyangkal adanya kenakalan dapat membuat kita terkejut. Tiba-tiba saja ada berita kriminalitas anak. Bukan lagi sekedar kenakalan. Ungkapan sebagian trainer bahwa kenakalan hanyalah soal cara pandang, atau kenakalan adalah kreativitas terpendam, memang menghibur. Tetapi ungkapan ini sangat menjerumuskan. Menganggap biasa tiap kenakalan, memandangnya wajar sehingga tak ada tindakan, akibatnya sangat fatal. Kita menganggap kenakalan itu tidak pernah ada, tapi tiba-tiba saja dikejutkan oleh berita anak SD membunuh. Apakah ini bukan kenakalan? Bukan. Ini sudah kriminalitas. Jauh lebih berat daripada kenakalan.

Ketika ada yang gaduh di kelas, sebagian guru dengan ringan berkata “mereka anak kinestetik”. Tapi tak menjelaskan perbedaan antara kinestetik dan liar. Teringat kisah seorang kawan di Melbourne. Suatu saat anaknya mengantuk di kelas. *Catat:* _mengantuk._ Itu pun sebentar. Tapi guru langsung koordinasi. Mereka ingin mengetahui sebab _(ini mempengaruhi penanganan)_ mengantuknya anak. Karena kehilangan motivasi, terlambat tidur atau lainnya.

Point pentingnya adalah, masalah kecil pun perlu segera ditangani agar tak berkembang lebih parah atau justru jadi masalah kolektif.

Terdapat banyak literatur yang khusus membahas kenakalan anak, mengenali tanda dan sebabnya serta cara menangani. Ini menunjukkan bahwa kenakalan itu ada dan perlu langkah-langkah yang tepat untuk menanganinya. Bukan menafikan.

Jika setiap yang tak sesuai kita anggap biasa, maka ketika anak sudah berperilaku sangat menyimpang pun, kita sudah tak peka lagi. Kita menganggap biasa apa yang sebenarnya tak biasa tanpa mencoba memahami sebabnya dan akhirnya gagap ketika persoalan berkembang serius.

Ini sama dengan belajar anak. Kita perlu bedakan antara kemampuan dan kemauan. Jika anak bodoh karena malas, jangan cari pembenaran. Berbakat tapi tak bersemangat akan kalah dibanding tak berbakat tapi gigih. Awalnya sulit, sesudah itu mereka akan menemukan kemudahan.

Sama halnya capek dan lelah. Capek _(tired)_ bersifat fisik, lelah _(fatigue)_ bersifat mental. Capek karena belajar seharian itu wajar.

Cukup beri kesempatan istirahat, dia akan segar kembali. Tapi lelah setelah belajar, full day atau pun half day, itu yang perlu diatasi. Dan itu tidak terkait dengan panjang pendeknya durasi belajar. Di sekolah yang durasi belajarnya pendek pun bisa saja banyak yang kelelahan.

Jika anak kelewat bersemangat sehingga kecapekan belajar, paling-paling cuma badannya yang sakit. Bisa flu, bisa demam. Paling seminggu. Tapi sangat berbeda dengan kelelahan. Jika dibiarkan, anak dapat kehilangan motivasi belajar, apatis, gangguan perilaku atau kenakalan. Anak juga dapat menjadi _trouble maker_ alias biang kerok. Ini jika anak tidak memperoleh stimulasi media. Nah, apalagi kalau media merusak dan memperparah.


***

Tulisan beberapa tahun lalu. Semoga masih relevan, bermanfaat dan barakah.
Kajian 29 – ujian setelah Dakwah jahriyah 2
yuyudutomo yuyudutomo
2 tahun lalu
■ *Siroh Nabawiyah*
■ *Halaqah 29 | Ujian Setelah dakwah Jahriyah Bag 2*
🌐 _link audio_
goo.gl/zJhr6R
•┈┈┈┈┈•❁﷽❁•┈┈┈┈┈•

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang Kedua Puluh Sembilan dari Silsilah Ilmiyyah Sirah Nabawiyah Adalah *”Ujian Setelah Dakwah Jahriyah bagian 2″*.

Semakin hari semakin bertambah gangguan orang Quraisy terhadap Rasulullãh ﷺ & dakwah beliau.

Berkata Abu Jahl

_apakah Muhammad bersujud di depan kalian? Mereka berkata iya_ Abu Jahal mengatakan _Demi Latta & Uzza seandainya aku melihat dia melakukan demikian niscaya aku akan menginjak lehernya atau mendorong wajahnya di tanah_

Maka Abu Jahl mendatangi Rasulullãh ﷺ yang sedang shalat & ingin menginjaknya tiba-tiba dia mundur kebelakang & menahan dengan tangannya maka ada yang berkata _kenapa kamu_ dia mengatakan _sesungguhnya antara diriku & dirinya ada parit dari api kejadian yang sangat menakutkan dan sayap²_.

Berkata Rasulullãh ﷺ

_seandainya dia mendekat niscaya akan disambar Malaikat² sehingga terputus anggota tubuhnya satu persatu_.
Hadīts ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Marwah Ibn Abu Zubair pernah bertanya kepada Abdullah bin Amr Ibn Ash

_kabarkan kepadaku tentang perkara yang paling berat yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin kepada Rasulullãh ﷺ_

Beliau berkata ketika Rasulullãh ﷺ dihalaman Ka’bah tiba-tiba datang Uqbah bin Abi Muit kemudian dia menarik pundak Rasulullãh ﷺ kemudian melingkarkan baju beliau dileher beliau & mencekik Rasulullãh ﷺ dengan cekikan yang keras kemudian datanglah Abu Bakar & menarik pundak Rasulullãh ﷺ & melindungi beliau kemudian membaca firman Allāh

وَقَالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ
[QS Ghafir 28]

_apakah kalian membunuh seorang laki-laki yang mengatakan Rabb ku adalah Allāh & telah datang kepada kalian dengan bukti² yang nyata dari Rabb kalian_

Atsar ini diriwayatkan oleh Ibn Abi Saibah di dalam Musanaf dengan sanad yang Hasan.

Mencaci & mengejek Rasulullãh ﷺ & dakwah beliau adalah salah satu cara yang dilakukan orang² Musyrikin untuk memalingkan manusia dari dakwah Nabi ﷺ.

Diantara gangguan terakhir mereka kepada Nabi ﷺ Sebelum berhijarah ke kota Madinah adalah apa yang diceritakan oleh Abdullah Ibn Abbas, beliau mengatakan

_sesungguhnya orang Quraisy berkumpul di Hajar Aswad & saling bersumpah dengan Latta, Ujja & Mannaf, seandainya kita semua bersatu & tidak meninggalkan dia (Muhammad) sampai kita membunuhnya, maka datanglah Fatimah dalam keadaan menangis menemui Rasulullãh ﷺ & berkata sekelompok orang diantara kaum mu sedang di Hajar Aswad & saling berjanji seandainya mereka melihat mu mereka akan mendatangimu & membunuhmu tidak ada diantara mereka kecuali mengetahui bagiannya dari darahmu Beliau ﷺ berkata “wahai putri kecil ku dekatkanlah air wudhu ini” kemudian beliau berwudhu dan masuk ke dalam Masjidil Haram. Ketika mereka melihat beliau mereka berkata ini dia maka tiba-tiba mereka menundukkan pandangan & diam ditempat mereka & tidak bisa mengangkat pandangan mereka kepada Rasulullãh ﷺ & tidak ada diantara mereka yang bisa berdiri, maka Rasulullãh ﷺ mendatangi mereka & berdiri dihadapan mereka kemudian mengambil segenggam tanah & melemparkan kearah mereka seraya berkata “jeleklah wajah² ini_

Berkata Abdullah bin Abbas

_maka tidaklah kerikil tidaklah mengenai salah seorang dari mereka kecuali dia terbunuh diperang Badr dalam keadaan kafir_

Hadīts ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan dua sanad yang shahih.

Dan kejadian yang serupa terjadi juga pada malam hijrah nya Rasulullãh ﷺ.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini & sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

_*Abdullāh Roy*_
*🍃🌻Isu Kepemimpinan, salah bicara bisa tergelincir🌻🍃*

💢💢💢💢💢💢

Imam Asy Syahrustani Rahimahullah mengatakan:

 إعلم أن الإمامة ليست من أصول الإعتقاد بحيث يفضي النظر فيها إلي قطع و يقين بالتعين و الخطر على من يخطي فيها يزيد على الخطر  على من يجهل أصلها والتعسف الصادر عن الأهواء المضلة مانع من الإنصاف فيها

_Ketahuilah, masalah  kepemimpinan itu bukanlah kategori aqidah yang pokok, yang dengan mengkajinya memunculkan ilmu yang pasti dan meyakinkan. Justru bahaya yang muncul ketika salah dalam  membahasnya lebih parah dibanding orang yang tidak tahu sama sekali masalah ini. Kengawuran yang lahir karena hawa nafsu yang menyesatkan dapat menghalangi dari sikap objektif dalam mengkajinya._

*(Nihayatul Iqdam fil 'Ilmi Kalam, Hal. 168)*

Imam Al Ghazali Rahimahullah mengatakan:

النظر في الإمامة أيضا ليس من المهمات وليس أيضا من فن المعقولات فيها من الفقهيات ثم إنها مثار للتعصبات والمعرض عن الخوض فيها أسلم من الخائض بل وإن أصاب فكيف إذا أخطأ؟

_Kajian tentang kepemimpinan bukanlah termasuk aqidah, dan bukan pula tema ma'qulat (domain akal). Tepatnya ia adalah masuk pembahasan fiqih. Kemudian, masalah ini dapat menimbulkan fanatisme. Orang yang menjauh dari membahasnya lebih selamat dari orang yang membahasnya walau pembahasannya benar. Maka, apalagi jika dia salah?_

*(Imam Al Ghazali, Al Iqtishad fil I'tiqad, Hal. 127)*

Namun, demikian kepemimpinan adalah hal penting dalam kehidupan masyarakat. Khususnya sebagai pelindung mereka dari kemungkaran.

Khalifah 'Utsman Radhiallahu 'Anhu  berkata:

إنَّ اللَّهَ لَيَزَعُ بِالسُّلْطَانِ مَا لَا يَزَعُ بِالْقُرْآنِ

_Sesungguhnya, Allah akan benar-benar menghilangkan kemungkaran melalui tangan penguasa, di mana kemungkaran itu tidak bisa dihilangkan oleh Al Quran._

 *(Imam Ibnu Taimiyah, Al Hisbah, Hal. 326)*

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, beliau berkata:

يجب أن يعرف أن ولاية أمر الناس من أعظم واجبات الدين بل لا قيام للدين ولا للدنيا إلا بها . فإن بني آدم لا تتم مصلحتهم إلا بالاجتماع لحاجة بعضهم إلى بعض ، ولا بد لهم عند الاجتماع من رأس حتى قال النبي صلى الله عليه وسلم : « إذا خرج ثلاثة في سفر فليؤمّروا أحدهم » . رواه أبو داود ، من حديث أبي سعيد ، وأبي هريرة .

            _“Wajib diketahui, bahwa kekuasaan kepemimpinan yang mengurus urusan manusia termasuk kewajiban agama yang paling besar, bahkan agama dan dunia tidaklah tegak kecuali dengannya. Segala kemaslahatan manusia tidaklah sempurna kecuali dengan memadukan antara keduanya (agama dan kekuasaan),  di mana satu sama lain saling menguatkan. Dalam perkumpulan seperti inilah diwajibkan adanya kepemimpinan, sampai-sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Jika tiga orang keluar bepergian maka hendaknya salah seorang mereka menjadi pemimpinnya.” Diriwayatkan Abu Daud dari Abu Said dan Abu Hurairah._

*(Imam Ibnu Taimiyah, As Siyasah Asy Syar'iyyah, Hal. 169)*

Demikian. Wallahu a'lam

🍀🌸🍁🌻🍃🌿🌷

✍ Farid Nu'man Hasan
🔈 Join Channel: bit.ly/1Tu7OaC
🅿️ Fanpage: https://facebook.com/ustadzfaridnuman
❄️ Kunjungi website resmi: alfahmu.id