Wednesday, March 28, 2018

💎🌷 HUKUM TIDUR SETELAH SHOLAT SHUBUH 🌥💤

❁ https://t.me/MutiaraFaedah

📨 Ada yang bertanya kepada Asy Syeikh Abdul Aziz Bin Baaz rohimahullah, Bahwa bagi orang yang selesai sholat subuh untuk tidak tidur karena di waktu itu adalah waktu dibagikannya rezeki?

🔹 Beliau rohimahullah menjawab:

بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين ، والصلاة والسلام على عبده ورسوله ، نبينا محمد ، وعلى آله وأصحابه ، ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد.

🚫 Ini adalah perkara yang kami tidak ketahui asalnya, dan Pemberi rezeki adalah Allah satu satunya, Dialah Ar-Rozzaq jalla wa alaa, Dialah Allah yang membagikan rezeki kepada para hambanya PADA SETIAP WAKTU, bukan hanya setelah sholat subuh saja!!

🌷 Dialah Allah yang membagikan rezeki pada malam hari, di awal malam, di siang hari, dan di pagi hari, di pertengahannya, di akhirnya dan di setiap waktu subahanahu wa ta'alaa, Dialah Allah yang membagikan rezeki kepada para hambanya dengan perkara dariNya dan TakdirNya, dan apa yang Allah perintahkan dengan sebab sebab dan menganjurkan kepada berbagai macam amalan.

👉 Kami tidak mengetahui bahwa tidur setelah sholat subuh dilarang.

☑ Tetapi seseorang yang duduk beristighfar kepada Allah dan berdzikir kepada Allah maka ini lebih utama.

🌅 Yang mana Nabi shollallahu alaihi wa sallam duduk sampai terbitnya matahari berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala maka ini adalah keutamaan yang besar.

➡ Apabila seseorang duduk,
▪ Berdzikir kepada Allah
▪ Atau mengajarkan ilmu
▪ Atau menyibukkan diri dengan amalan yang lain yang memberikan manfaat kepadanya dan kepada kaum muslimin maka ini lebih baik dari tidur.

↪ Dan barangsiapa yang tidur setelah terbitnya matahari maka ini lebih utama, dan tidak mengapa bagi seseorang untuk tidur setelah sholat subuh.

➡ Tetapi jikalau dia menunda tidurnya sampai terbitnya matahari dan dia duduk,
▪ Berdzikir kepada Allah
▪ Dan beristighfar
▪ Dan mengucapkan tahlil
▪ Atau membaca buku buku ilmu
▪ Atau qiroatul qur'an
▪ Atau pada amalannya yang bermanfaat seperti dia mengurusi kebunnya
▪ Merawat pertaniaanya
▪ Atau di tempat kerja/perusahaannya, maka ini baik.

🌄 Tetapi tidur jika dibutuhkan maka setelah tingginya matahari, yang mana diriwayatkan dari Aisyah rodhiyallahu anha bahwasannya beliau tidur setelah terbitnya matahari, beliau membaca setelah sholat subuh dan apabila telah terbit matahari beliau istirahat, diriwayatkan yang demikian dari beliau rodhiallahu anha.

💡 Alhasil perkaranya longgar alhamdulillah, tetapi ini yang lebih utama yaitu menunda tidur apabila dibutuhkan sampai tingginya matahari, sehingga di pagi harinya dia menyibukkan diri dengan dzikir, membaca ilmu atau pada amalan yang lain yang memberinya manfaat.

🔵 http://www.binbaz.org.sa/node/17551

⚪ Berbagiilmuagama

🖋  Editor : Admin Asysyamil.com


•┈•◎❅❀❦❖🌷🌻💎🌻🌷❖❦❀❅◎•┈•
📮 CHANNEL MUTIARA FAEDAH   
🌐 Telegram https://t.me/MutiaraFaedah
🔄  https://t.me/MuliaDenganSunnah
🛰 Android app : https://goo.gl/ozGo2Q
🌍 Website : https://asysyamil.com
💠 FB : goo.gl/QmYFwl
📱 WA : 082369896570 Admin
◎❅❀🌷 Khusus Muslimah 🌷❀❅◎
( Untuk join grup silahkan kirim pesan via WA format : Daftar/Nama/Kota Domisili )
🌷 "Berbagi Faedah Bertabur Hikmah"🌷
Ilmu Qiroat

Pertanyaannya :
Bismillah
Semoga Allah senantiasa menjaga Ustadz Dan Keluarga ..Aamiin Allahuma Aamiin

Mohon maaf jika Sudah pernah diterangkan oleh Ustadz karena Ana masih awam sekali dg ilmu qiroat Dan baru tahu ketika belajar tahsin dg Ustadz ..

Afwan ada yg ingin Saya tanyakan Ustadz ..

*Apakah benar asal usul perbedaan qiroat dalam Alquran antara lain karena perbedaan  bentuk tashrif (perubahan kata) dalam Al-Quran setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam wafat karena perbedaan cara baca di suatu daerah tertentu ?*
*atau  apakah memang perbedaan itu sudah ada sejak Nabi masih hidup?*

Mohon penjelasannya ya Ustadz
Syukron jazakallahu khoiron
Barakallahu fiikum

Jawabannya :


bangsa arab dahulu mmpunyai berbagai lahjah ( dialek ) yang beragam antara satu kabilah dan kabilah yang lain, baik dari segi intonasi, bunyi maupun hurufnya, namun bahasa quraisy mempynyai kelebihan dan keistimewaan sendiri, dan lebih tinggi daripada bahasa dan dialek yang lain.
oleh karena perbedaan dan keragaman dialek dialek bangsa arab tersebut, maka al quran yang diwahyukan Allah kdp nabi muhammad akan menjadi sempurna kemukjzatannya apabila ia dapat menampubg berbagai dialek dan macam macam cara membaca, menghafal dan memahaminya.

perbedaan tersebut tidak hanya dalam bentuk tashrif saja, tp banyak faktor. dan keberagaman bacaan tersebut sudah mantap pada zaman nabi.

hadis hadis tentang sab'atul huruf ( tentang variasi bacaan ) sangat banyak yang meriwayatkan. arti dari sab'atu huruf menurut imam abu al fadl Ar Razzi tujuh wajah atau tujuh bentuk :

1. perbedaan bentuk isim ( mufrod, mutsanna atau jama' ). seprti lafadz لامنتهم ada yang membaca م nya saja yang panjang ada juga yang membaca م dan ن nya di baca panjang. tapi bentuk rosm nya sama.

2. perbedaan bentuk Fi'il ( madhi, mudhori', amar ) seprti. ربنا بعد ( robbana baa 'ada ) ada yang membaca  robbana baa'id.

3. perbedaan bentuk i'rob ( nashab, rofa', jarr atau jazam) seperti cobtoh. وارجلكم ada yang membaca wa arjulakum ada juga yang membaca wa arjulikum.

4. perbedaan bentuk Naqis dan Ziyadah. seprti قالوااتخذ dan وقالوااتخذ

5. perbedaan bentuk taqdim dan ta'khir. contoh   فيقتلون ويقتلون

6. perbedaan bentuk Tabdil ( pergantian huruf atau kata ). serti ننشزها huruf zay nya di ganti dengan ro jadi ننشرها

7. perbedaan dialek ( lahzah ) seperti imalah, taqliil, idghhom, idzhar dan lain lain..
wallahu a'alam..
lebih jelas lagi saat pertemuan ya jawabnya. 🙏

wajib di imani, hadis tentang sabatu ahruf semuanya mutawatir.

Tuesday, March 27, 2018

🌻 *بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم*🌻

*Bab Istia'dzah ( membaca ta'awudz)*

Seluruh ulama qiroat (7 imam qiroat dgn 14 perawinya) sepakat bahwa membaca istiadzah di perintahkan bagi orang yang mau membaca Al- Quran. sesuai firman Allah Surat An Nahl ayat 98:

*فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ*

*Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.*
*-Sura An-Nahl, Ayah 98*

 terjadi khilaf , apakah fiil amar (kata perintah) dalam ayat tersebut sebagai sunnah atau wajib...

Jumhur ulama berpendapt bahwa perintah ayat tersebut adalah sunah dan qori tidak membaca istia'adzah tidak berdosa.

Sedangkab sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa perintah pada ayat tersebut adalah wajib. sebagimana dijelaskan oleh imam ibnu jazari dalam kita toyyibanunnashr..

*Lafadz ISTIADZAH...*

Lafadz istiadzah yang terpilih menurut ulam qiroat adalah
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم,

 sebab lafadz ini mirip yang ada dalam surat An Nahl ayat 98.

Perlu di pahami juga bahwa dikalangan ulama ahli qiroat juga tidak ada khilaf, bahwa lafadz tersebut boleh di kurangi atau ditambahi, seprti,

اعوذ بالله من الشيطان
atau ada tambahan
, السميع العليم من الشيطان الرجيم
dan lain2.

*Cara membaca istiadzah...*

Imam Nafi' dan ima hamzah membaca istiadzah di mana saja dalam al quran, dengan suara samar atau sir.

Diriwayatkan pula bahwa imam kholaf ( perawi imam hamzah ) memvaca istiadzah dengan suara  nyaring pada surat al fatihah dan membacanya dengan suara samar pada tempat tempat lain ( selain al fatihah )dalam al quran.

Begitu juga imam khollad ( perawi imam hamzah ) membaca pada seluruh tenpat dalam Al Qu'ran dengan suara samar atau dengan suara nyaring ( yakni tidak ada bedanya ).

*Tetapi menurur pendapat yang terpilih, dalam masalah cara membaca istiadzah ini, seluruh imam qiroat mempunyai rincian. maksudnya ada tempt tempat yang di sunahkan membaca dengan suara samar dan ada pula tenpat2  yang di sunahkan membaca dengan suara nyaring.*

*Tempat tenpat yang di sunahkan mebaca istiadzah dengan suara samar adalah :*

1. bilmana pembaca al quran memakai suara pelan
2. pembaca al quran berada pada tempat yang sepi ( sendirian )
3. pembaca al quran sedag mengerjan sholat
4. pembaca al quran berada didalam sebuah jamaah halqoh quran ( tadarusan ), sedang dia tidak sebgi pembaca pertama

selain 4 tenpat ini, pembaca al quran membaca dengan suara nyaring.

*Memulai bacaan al quran dari awal surat...*

Bilamana pembaca albquran memulai dari awal surat di sunahkan memakai basmalah ( bab basmalah akan khusu dijelaskan nanti ).  maka dari situ bagi pembaca Al quran dalan mewaqofkan bacaan istiadzah atau mewasholkan dengan basmalah boleh memakai 4 cara berikut :

1. waqof pada istiadzah dan juga basmalah
2. waqof pada istiadzah dan mewasholkan basmalah dengan awal surat.
3. mewasholkan istiaadzah dengan basmalh dan waqof di basmalah.
4. mewasholkan istiadzah dengan basmalh, begitu juga mewasholkan basmalah dengan awal surat ( istiadzah, basmalah dan awal surat  di washolkan ).

*Ke empat cara ini di pakai oleh seluruh ulama ahli qiroat ketika mau membaca a quran dari setiap awal surat, kecuali surat at taubah.*

*jika sedang membaca memulai dari surat at taubah imam imam qiroat mempunyai dua cara :*

1. waqof pada istiadzah dan tidak memakai basmalah.
2. mewasholkan istiadzah dengan awal surat.

*Memulai bacaan al quran dari pertengahan surat*

Jika pembaca Al quran memulai dari pertengahan surat, maksudnya tidak dari awal surat, maka menurut semua imam qiroat, pembaca boleh memakai dan boleh jiga tidak memakai bacaan basmalah. dan jika memakai basmalah, tentunya dapt memberlakuakan 4 cara tadi👆

*namun bila tidak memakai basmalah, maka boleh memberlakukan 2 cara berikut :*
1. waqof pada istiadzah
2. mewasholkan istiadzah dengan awal surat.

*Catatan :*
➡ Bilaman pembaca Alquran terputus bacaannya karena keadaan yang terpaksa, sprti batuk, bersin atau yang lainnya, atau bicara yang masih ada hubungannya dengan bacaan al quran, misalnya dia ragu tentang suatu bacaan lalu bertanya kepada orang yang di sampingnya, maka tidak usah membaca istiadzah lagi.

➡ Tapi bilamana bacaan Al quran terputus karena di sengaja, atau karena bicara yang tidak ada hubungannya dengan bacaan al quran, maka pembaca di sunahkan lagi membaca istiadzah...

*والله اعلم..*
🌻☘ 🌻☘🌻☘🌻☘🌻☘🌻

*Ustadz Asep Millah Abu Hamas*
*(Pengajar Tahsin Metode Matan Jazari dg buku Qiroah Lil Athfal)*
*HURUF*

💍Dalam bahasa arab, huruf ada dua macam :

🅰Huruf mabaaniy (حرف مباني)
Yaitu huruf yang menyusun sebuah Al Kalimat / kata.

✅Bisa juga disebut huruf hijaa-iy (حرف هجائي).

Contoh :

alif (ا), ba (ب), ta (ت), tsa (ث), dst
sebagaimana yang kita hafal…

👉Contoh praktek, Kita ambil satu kata, yaitu nahwu (نَحْوٌ).

Kata “nahwu (نَحْوٌ)“
terdiri dari 3 huruf mabaaniy/3 huruf hijaa-iy, yaitu :

Nun (ن), Haa (ح), dan Wawu (و)

🅱Huruf ma’aaniy (حرف معاني)
Yaitu adalah setiap lafal yang memiliki arti namun tidak sempurna jika berdiri sendiri.

*Seringkali huruf ma’aaniy dimaknai dengan kata depan atau kata keterangan atau semacamnya dalam bahasa Indonesia*

Walaupun kita katakan perbandingan tersebut tidak pas 100%.


🔰Contoh huruf ma’aaniy :

fii (فِيْ) = di …

min (مِنْ) = dari …

⚠️Huruf fii (فِيْ)  punya arti? Punya, yaitu “di”.
*Tetapi belum sempurna*

❓Sebab orang yang dengar pasti bingung?
Di mana yang dia maksud?
Di rumah?
Di Kantor ?
Di terminal ?

👉Sehingga supaya maknanya jelas, maka harus diterangkan kata lainnya.

Contoh :

Fil jaami’ati (فِيْ الجَامِعَةِ)
= Di kampus.

Oh, ternyata di kampus. (dapat dipahami setelah ditambah kata lain)

👉Contoh dari Al Qur’an, firman Allah Ta’ala,

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ

“Di dalam hati mereka terdapat penyakit” (QS. Al Baqarah : 10)


🌐Sehingga untuk Mengetahui apakah kata tersebut huruf dengn ciri:

🔹Tidak terdapat ciri khusus (bukan isim atau fiil)

🔸sehingga harus dihafal

🔹tidak memiliki makna jika tidak bersambung dg lainnya




🌿Wallahu a’lam.

Friday, March 23, 2018

Cara mendaftar ke Univ Al Azhar Cairo

Gimana si cara biar bisa kuliah di AL AZHAR KAIRO? 
Oke jadi inshaallah ane akan bahas gimana cara untuk bisa ngelanjutin kuliah di azhar. 
Syarat dan ketentuannya yaitu :

1.melakukan pendaftaran secara online melalui website : http//diktiskemenag.co.id dan mengunduh bukti pendaftaran (kartu peserra) .
.

2. Pas foto berwarna 3x4 sebanyak 2 lembar.
.
3.melampirkan legalisir ijazah sma. .
A. Usia ijazah tidak boleh melebihi 3 tahun 
B. Bagi yg blm punya ijazah harus melampirkan surat jeterangan lulus dari SMANYA .
4.semua persyaratan dalam bentuk hardcopy dan diserahkan langsung ke lokasi pendaftaran H-3 sebelum tes. 
5.peserta harus mengikuti seleksi sesuai lokasi yang dipilih saat pendaftaran online. .

Pendaftaran online dibuka sekitar bulan april di web www.diktis.kemenag.go.id
Pilihan tes timur tengah ada di bawah pojok kanan .

Informasi : http://diktis. Kemenag.go.id/timteng12/2017 .
.

Materi kan akan diujikan yaitu : hafalan minimal 2juz (ga tau kalau tahun ini , tulisan maupun lisan) 
Bahasa arab (tulisan maupun lisan) 
Fiqih, sejarah islam . .

Yops selamat berjuang semoga bisa nyusul kesinii 
┏●❃❀❃●━━━━━━━━━━━━━━━┓
     *CATATAN KAJIAN  ~ MT. AS-SUNNAH*
         *_Ustadz Najmi Umar Bakkar_*
    *📚  "Andaikan Yang Mati Bisa Bicara"*
       Kamis 4 Rajab 1439H / 22 Maret 2018
┗━━━━━━━━━━━━━━━●❃❀❃●┛
🌐 _Catatan selesai diperiksa oleh Ustadz Najmi Umar Bakkar: Jum'at 23 Maret 2018, diizinkan untuk disebarkan._
------

🔺️ *Terputusnya Amal Setelah Kematian*

Orang yang sudah mati akan terputus amalnya, kecuali :
(1). Sedekah Jariyah.
(2). Ilmu yang bermanfaat ➡️ ilmu syar’i (ilmu agama) yang diajarkan kepada orang lain.
(3). Anak Shalih yang mendoakan orang tuanya. Karena anak adalah hasil usaha orangtuanya.

Dalil-dalil tentang tidak dapatnya makhluk Allah Ta'ala menghindar dari kematian:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ       (١٨٥)

*_“Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian. Dan sesungguhnya kelak pada hari kiamat sajalah disempurnakan balasan atas pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia adalah orang yang beruntung”._* (QS. Ali Imran : 185)

٧) قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٨)

*_Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."_* (QS. Al-Jumu'ah ayat 8)
----------

🔺️ *Permintaan Orang Yang Sudah Mati*

Andaikan orang yang sudah mati ini bisa bicara, baik yang berdosa maupun orang yang bertaqwa, mereka memohon kepada Allah untuk bisa kembali ke dunia.
Apa yang mereka inginkan?
Mereka ingin kembali ke dunia karena merasa menyesal, karena merasa belum banyak beramal shalih ketika di dunia, sbb:

✅ *1. Andaikan orang yang mati bisa bicara: mereka ingin bisa shalat*

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ مَرَّ بِقَبْرٍ فَقَالَ : مَنْ صَاحِبَ هَذَا الْقَبْرِ؟ فَقَالُوْا: فُلاَنُ، فَقَالَ : رَكْعَتَانِ أَحَبُّ إِلَى هَذَا مِنْ بَقِيَّةِ دُنْيَاكُمْ

Rasulullah  melewati sebuah kuburan, kemudian bertanya : "Siapa penghuni kuburan ini ?". Mereka menjawab : "Ini kuburan si Fulan", lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Sholat dua rakaat lebih dia cintai daripada apa yang tersisa dari dunia kalian" (HR. Ath-Thabrani, lihat Shahîhut Targhiib wat Tarhiib no. 391)

✅ *2. Andaikan orang yang mati bisa bicara: mereka ingin bisa sedekah.*

Penyesalan orang-orang fâsiq yang enggan melaksanakan kewajiban mengeluarkan sebagian harta mereka untuk bersedekah, Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

"Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh” [al-Munâfiqûn/63:10]

- QS. Ali Imran ayat 134: "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
----------

✅ *3. Andaikan orang yang mati bisa bicara: mereka ingin bisa beramal shalih.*

Angan-angan mereka yang telah mati ialah kembali ke dunia meski sejenak untuk menjadi orang shalih. Mereka ingin taat kepada Allah, dan memperbaiki segala kerusakan yang dahulu mereka perbuat. Mereka ingin berdzikir kepada Allah, bertasbih, atau bertahlil walau sekali saja. Namun mereka tidak lagi diijinkan untuk itu. Allah ta’ala berfirman mengenai mereka:

- QS Al-Mukminun ayat 99-100

>حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (٩٩)لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (١٠٠)

“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.”

- QS. As-Sajdah (32:12)

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ    (١٢)

"Alangkah ngerinya, jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan amal saleh. Sungguh, kami adalah orang-orang yang yakin."

Allâh Azza wa Jalla mengabarkan tentang keadaan orang-orang kafir pada hari Kiamat, saat mereka menyaksikan langsung adzab neraka dengan mata kepala mereka sendiri. Pada saat itu, mereka menjadi yakin sepenuhnya bahwa mereka akan ditimpa adzab yang ada di hadapan mereka. Mereka malu di hadapan Allâh Azza wa Jalla , sampai menundukkan kepala. Betapa dalam penyesalan mereka saat itu, sampai mereka memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar dikembalikan ke dunia untuk melakukan amal shaleh.
----------

✅ *4. Andaikan orang yang mati bisa bicara: mereka ingin memberitahu keluarga mereka, bahwa mereka mendapatkan keselamatan.*

Yaitu orang yang husnul khatimah, orang yang mempertahankan aqidah nya

- QS. Yaasin (36 : 26-27):
Ayat 26 - "Dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke surga". Ia berkata: "Alangkah baiknya sekiranya kamumku mengetahui."

Ayat 27 - "Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan"."

- QS. Fussilat (41 : 30-31):
Ayat 30 - "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu"."

Ayat 31 - "Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta."
----------

✅ *5. Andaikan orang yang mati bisa bicara: mereka ingin dikembalikan ke dunia padahal mereka mati syahid, mati dalam keadaan husnul khatimah.*

Mereka ingin terbunuh lagi dan mati syahid, sehingga kembali mendapatkan nikmat kubur.

Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:

مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ

“Tidak seorangpun yang masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia padahal dia hanya mempunyai sedikit harta di bumi, kecuali orang yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid).” [HR. Al-Bukhari no. 2817 dan Muslim no. 1877]

〰️〰️〰️〰️〰️

▫️ *Q&A*
1. Seandainya kita sudah beramal shalih, anggota tubuh kita akan bersaksi?

Jawab:
Banyak disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa anggota tubuh akan bersaksi kelak di hari kiamat. Ibadah kita akan dicatat, bermanfaat dan diterima oleh Allah Azza wa Jalla asalkan memenuhi 2 persyaratan untuk diterimanya Ibadah yaitu Ikhlas dan I'tiba.

- QS. Yaasin (36 : 65)
- QS. Al-Zalzalah
----------
2. Syarat sedekah, jika ingin sedekah sehari2 dengan nominal yang kecil, bingung disedekahkan ke siapa. Pengemis, anak yatim banyak yg kaya, ingin ke Masjid tapi banyak yg melakukan kebid'ahan.

Jawab:
Jangan memberikan sedekah kepada orang2 pelaku dosa dan maksiat (misal pengamen yg main musik), ke tempat2 kebid'ahan dll.
----------
3. Bolehkah membantu seseorang bayar cicilan karena berhutang ke nank ?

Jawab:
Boleh Membantu orang yang mempunyai hutang riba ke bank agar terlepas dari hutang riba.
----------
4. Bolehkah shalat qobliyah dan ba'diyah dirumah teman?

Jawab: Boleh.
----------
5. Apakah orang yang Ibadah nya hanya ikut2an Tidak bisa menjawab

Jawab: benar
Orang2 yang bisa menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir adalah orang2 yang Beriman dan beramal shalih
QS. Ibrahim ayat 27
----------
6. Apakah boleh kita memberikan sedekah kepada keluarga

Jawab:
Boleh. Orang tua, keluarga
Infaq = uang. Sedekah = bisa apa saja, senyum saja sudah sedekah.
----------
7. Apakah boleh kita membersihkan dan merawat makam keluarga:

Jawab:
Boleh, dibersihkan sehingga mudah untuk berziarah dan mendoakan, Tidak boleh disemen, dibagus-bagusin, ditinggikan, Tidak boleh shalat menghadap kuburan. Jika sudah terlanjur disemen, dibongkar saja.
----------
8. Kriteria orang yg layak mendapatkan sedekah, jika orang tsb tidak baik akhlaknya boleh kita berikan Sedekah?

Jawab:
Boleh, dengan niat untuk mendakwahi
----------
9. Tidak ada orang yang terbebas dari himpitan alam kubur, mohon penjelasan.

Jawab:
Benar, semua orang akan dicoba oleh Allah Azza wa Jalla dengan himpitan kubur, baik orang yang bertaqwa maupun orang yang berbuat maksiat.

Setelah mayit diletakkan di dalam kubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak seorang pun yang dapat selamat dari himpitannya. Beberapa hadits menerangkan bahwa kubur menghimpit Sa’ad bin Muadz radhiyallahu anhu, padahal kematiannya membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit terbuka, serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya.

Dalam Sunan an-Nasâ’i diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma bahwa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

هَذَا الَّذِى تَحَرَّكَ لَهُ الْعَرْشُ وَفُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَشَهِدَهُ سَبْعُونَ أَلْفًا مِنَ الْمَلاَئِكَةِ لَقَدْ ضُمَّ ضَمَّةً ثُمَّ فُرِّجَ عَنْهُ

"Inilah yang membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur), akan tetapi kemudian dibebaskan.” [Dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah ; lihat Silsilah ash-Shahîhah, no. 1695]

Dalam Musnad Ahmad diriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً وَلَوْ كَانَ أَحَدٌ نَاجِياً مِنْهَا نَجَا مِنْهَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ

"Sesungguhnya kubur memiliki himpitan yang bila seseorang selamat darinya, maka (tentu) Saad bin Muâdz telah selamat" [HR. Ahmad, no. 25015; 25400; Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni di dalam Shahîhul Jâmi’ 2/236]

Himpitan kubur in akan menimpa semua orang, termasuk anak kecil. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَوْ أَفْلَتَ أَحَدٌ مِنْ ضَمَّةِ الْقَبْرِ لَنَجَا هَذَا الصَّبِيُّ

"Seandainya ada seseorang selamat dari himpitan kubur, maka bocah ini pasti selamat [Mu’jam ath-Thabrani dari Abu Ayyub Radhiyallahu anhu dengan sanad shahih dan riwayat ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jâmi, 5/56]

Al Hafizh Adz Dzahabi mengatakan :

هذه الضمة ليست من عذاب القبر في شئ، بل هو أمر يجده المؤمن كما يجد ألم فقد ولده وحميمه (3) في الدنيا، وكما يجد من ألم مرضه، وألم خروج نفسه، وألم سؤاله في قبره وامتحانه، وألم تأثره ببكاء أهله عليه، وألم قيامه من قبره، وألم الموقف وهوله، وألم الورود على النار، ونحو ذلك.
فهذه الاراجيف كلها قد تنال العبد وما هي من عذاب القبر، ولا من عذاب جهنم قط، ولكن العبد التقي يرفق الله به في بعض ذلك أو كله، ولا راحة للمؤمن دون لقاء ربه.

"Himpitan ini bukanlah adzab kubur sama sekali. Akan tetapi, ini adalah sesuatu yang dirasakan seorang mukmin seperti rasa sakit yang dirasakannya saat kehilangan anak dan orang yang dicintainya di dunia, seperti rasa sakit dari penyakitnya, rasa sakit keluarnya ruhnya, sakit saat ditanya dan diuji di kuburnya, sakit karena pengaruh tangisan keluarganya saat meratapinya, sakit saat bangkit dari kuburnya, sakit saat di mauqif dan huru-haranya, sakit saat mendatangi neraka, dan semacam itu.

Semua kengerian ini bisa jadi dirasakan seorang hamba, tapi itu bukanlah adzab kubur, bukan pula adzab Jahanam sama sekali. Akan tetapi, seorang hamba yang bertakwa, Allah akan mengasihinya pada sebagian hal itu atau seluruhnya. Dan tak ada ketenangan bagi seorang mukmin sampai bertemu Rabbnya." (Siyar A'laam An Nubalaa')
----------
10. Do'a apa yang terbaik untuk ortu?

Jawab:
Do'a ketika shalat jenazah
----------
11. Bolehkah mengirimkan bacaan Al-Qur'an untuk orang tua?

Jawab:
Tidak boleh. Tidak ada tuntunannya, Tidak ada riwayat dari para sahabat membaca Al-Qur'an untuk dikirimkan, dihadiahkan kepada ortu.
Anak membaca Al-Qur'an, beramal shalih sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, maka Insya Allah pahalanya sampai ke ortu
----------
12. Apakah benar jika orang yang meninggal tersenyum maka dia melihat Surga? Jika menangis dia melihat neraka?

Jawab:
Tidak bisa dipastikan seperti itu.
----------
13. Saya istri yang tidak bekerja, semua uang dari suami, bolehkah kita sedekah tanpa sepengetahuan suami?

Jawab:
Boleh
----------
14. Sedekah harus dari harta yang halal, maka bagaimana mengetahui uang yang didapat suami harta halal atau Haram?

Jawab:
Istri harus mengetahui apa pekerjaan suami. Jika misal suami bekerja di Bank maka penghasilan yang di dapat adalah harta Haram.
----------
15. Apakah jika sudah menikah kita tinggal bersama ortu atau pisah? Karena ortu sudah usia lanjut, suka setel musik dan sinetron.

Jawab:
Sebaiknya tinggal terpisah, tetapi jika ortu Tidak ada yg merawat, maka anak harus tetap tinggal dengan ortu dan merawat ortu, dakwahi ortu.

~ ●❃❀❃● ~
🌐 *_Catatan selesai diperiksa oleh Ustadz Najmi Umar Bakkar: Jum'at 23 Maret 2018, diizinkan untuk disebarkan._*
#indahnyaIslam #indahnyaSunnah #UstadzNUB #kajianMT-AsSunnah🔖dirangkum: _nia ummu farah_ 📆 22 Maret 2018

Saturday, March 17, 2018

Buku Referensi Belajar Islam dari Dasar

Di antara kiat mendalami agama adalah belajar ilmu secara bertahap. Dalam postingan kali ini, Rumaysho.Com akan menyebutkan beberapa buku rujukan dari kitab Arab dalam belajar Islam dari dasar. Kitab Arab tersebut sudah banyak terjemahannya dari berbagai penerbit terpercaya di negeri kita.
Mempelajari ilmu secara bertahap tetap dengan belajar langsung dari guru. Namun kita butuh belajar dengan memakai rujukan kitab secara berjenjang. Sehingga ketika belajar dari guru pun demikian, carilah guru yang mengajarkan ilmu dari dasar, setelah itu beranjak pada kitab yang lebih advance (lanjut). Kami berikan contoh kitab-kitab apa yang baiknya kita pelajari. Urutan nomor yang kami sebutkan adalah tingkatan dari dasar hingga lanjutan.

Kitab Masalah Tauhid:

  1. Tsalatsah Al-Ushul (Tiga Landasan Utama): Syaikh Muhammad At-Tamimi.
  2. Qawa’id Al-Arba’ (Empat Kaedah Memahami Tauhid dan Syirik): Syaikh Muhammad At-Tamimi.
  3. Kitab At-Tauhid: Syaikh Muhammad At-Tamimi.
  4. Kasyfu Asy-Syubuhaat (Menyanggah Syubhat Seputar Syirik): Syaikh Muhammad At-Tamimi.

Kitab Akidah:

  1. Ushul As-Sittah: Syaikh Muhammad At-Tamimi.
  2. Lum’atul I’tiqad: Ibnu Qudamah.
  3. Ushul As-Sunnah: Imam Ahmad bin Hambal.
  4. Al-Irsyad ila Shahih Al-I’tiqad: Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan.
  5. Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
  6. Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah: Ath-Thahawi, Syarh: Ibnu Abil ‘Izz.
Untuk rujukan syarh atau penjelasan dari kitab-kitab akidah dan tauhid di atas bisa memakai berbagai kitab penjelasan dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, guru kami Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan, Syaikh Shalih Alu Syaikh dan Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan.

Kitab Tafsir:

  1. Tafsir Al-Jalalain: Jalaluddin As-Suyuthi dan Jalaluddin Al-Mahalli, dengan catatan (ta’liq): Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri terutama koreksian terhadap Akidah Asma’ wa Sifat.
  2. Al-Mukhtashar fi At-Tafsir, terbitan Muassasah ‘Abdullah bin Zaid Al-Ghanim Al-Khairiyyah.
  3. Tafsir Juz ‘Amma dan Tafsir Beberapa Surat dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
  4. Tafsir As-Sa’di (Taisir Al-Karim Ar-Rahman): Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
  5. Aysar At-Tafasir: Syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi.
  6. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim: Ibnu Katsir.
  7. Tafsir Ath-Thabari: Ibnu Jarir Ath-Thabari.

Kitab Fikih merujuk pada Fikih Madzhab Syafi’i:

  1. Safinah An-Najah: Salim bin ‘Abdullah Ibnu Sumair Al-Hadrami Asy-Syafi’i.
  2. Matan Al-Ghayah wa At-Taqrib: Al-Qadhi Abi Syuja’ dengan berbagai kitab penjelasan: Fathul Qarib, At-Tadzhib, Al-Iqna’, Kifayatul Akhyar.
  3. Al-Fiqhu Al-Manhaji: Musthafa Al-Bugha, dkk.
  4. Minhaj Ath-Thalibin: Imam Nawawi.
  5. Al-Majmu’ Syarh Al-Muhaddzab li Asy-Syairazi: Imam Nawawi.

Kitab Fikih dari Ulama Belakangan:

  1. Minhaj As-Salikin: Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
  2. Al-Wajiz fi Fiqh As-Sunnah wa Al-Kitab Al-‘Aziz: Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Badawi.
  3. Fiqh As-Sunnah: Sayyid Sabiq.
  4. Shahih Fiqh As-Sunnah: Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim.
  5. Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Muyassarah: Syaikh Husain bin ‘Audah Al-‘Awaysyah.
  6. Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, terbitan Kementrian Agama Kuwait.

Kitab Hadits:

  1. Hadits Al-Arba’in An-Nawawiyyah: Imam Nawawi.
  2. Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam: Ibnu Rajab Al-Hambali.
  3. Bulugh Al-Maram: Ibnu Hajar Al-Asqalani, Syarh: Subulus Salam, Ash-Shan’ani; Minhatul ‘Allam, Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan.
  4. ‘Umdah Al-Ahkam: Syaikh Abdul Ghani Al-Maqdisi, Syarh terbaik dari Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
  5. Al-Muntaqa Al-Akhbar: Majduddin Abul Barakat ‘Abdussalam Ibnu Taimiyyah Al-Harrani (Jadd Ibnu Taimiyah), Syarh: Nail Al-Authar, Imam Asy-Syaukani.
  6. Kutub As-Sab’ah: Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Jami’ At-Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasai, Musnad Al-Imam Ahmad.

Kitab Sirah Nabawiyah:

  1. Ar-Rahiq Al-Makhtum: Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri.
  2. Zaad Al-Ma’ad: Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
  3. Asy-Syamail Al-Muhammadiyyah: Imam At-Tirmidzi.

Kitab Tazkiyatun Nufus dan Adab:

Riyadh Ash-Shalihin, Imam Nawawi.
Syarh (penjelasan) terbaik dari Kitab Riyadh Ash-Shalihin:
  1. Nuzhatul Muttaqin: Musthafa Al-Bugha dkk.
  2. Bahjatun Nazhirin: Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali.
  3. Syarh Riyadh Ash-Shalihin: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.
  4. Kunuz Riyadh Ash-Shalihin (terlengkap 22 jilid).

Kitab Akhlak:

Adab Al-Mufrad, Imam Bukhari.
Syarh terbaik dari Adab Al-Mufrad:
  1. Syarh Shahih Al-Adab Al-Mufrad: Syaikh Husain bin ‘Audah Al-‘Awaysyah.
  2. Rassyul Barad Syarh Al-Adab Al-Mufrad: Syaikh Muhammad Luqman As-Salafi.

Kitab Amalan:

  1. Lathaif Al-Ma’arif: Ibnu Rajab Al-Hambali.
  2. Al-Adzkar: Imam Nawawi.

Kitab Dosa Besar:

Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi.

Kitab Sejarah Para Ulama:

Siyar A’lam An-Nubala, Imam Adz-Dzahabi.

Kitab Bahasa Arab (Nahwu dan Sharaf):

  1. Al-Muyassar fi ‘Ilmi An-Nahwi: Aceng Zakariya.
  2. Al-Muqaddimah Al-Ajurromiyyah: Muhammad bin Muhammad bin Aajurroma Ash-Shinhaji.
  3. Mukhtarat Qawai’id Al-Lughah Al-‘Arabiyyah: Ustadz Aunur Rofiq Ghufran.
  4. Mulakhash Qawa’id Al-Lughah Al-‘Arabiyyah: Fuad Ni’mah.

Ada pula berbagai kitab dalam bidang tafsir, keadah tafsir, ilmu mutshalah hadits, ilmu ushul fikih, ilmu qawa’idul fikih yang merupakan ilmu alat yang bisa membantu dalam menguasai ilmu pokok.
Semoga bermanfaat. Silakan cari buku tersebut dan belajarlah langsung dari seorang guru, itu cara terbaik.
Selesai disusun saat Allah menurunkan hujan di Darush Sholihin Panggang, GK, 14 Safar 1437 H
Muhammad Abduh Tuasikal


Sumber : https://rumaysho.com/12411-buku-referensi-belajar-islam-dari-dasar.html
*KOK TAUHID TERUS SIH ?*

Asy-Syaikh bin Abdul Aziz aalusy-Syaikh

Alih bahasa dan editor :
Abu Muhammad Fadil Mulyono
▬▬

*Ada kelompok manusia yang menanyakan. "Apa pentingnya tauhid ini? Yang selalu kalian bicarakan. Selalu kalian ulang-ulang..."*

*"Apa pentingnya dalam kehidupan manusia?"*

*(Jawabnya adalah) tauhid memiliki pengaruh terbesar dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Adapun pengaruhnya di dunia adalah kehidupan yang tenang dan tenteram.*

*"Barangsiapa yang beramal shalih, laki-laki atau perempuan, dan dia adalah seorang mukmin, maka kami akan benar-benar memberikan kehidupan yang baik." (QS. 16: 97).*

*Dan di akhirat, pengaruh terbesar adalah engkau mati dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun.*

*"Barangsiapa yang mati, dalam keadaan dia tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun, dia akan masuk surga" (HR.Muslim)*

*"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa-dosa yang lebih rendah tingkatnya bagi siapa saja yang Dia kehendaki." (QS. 4: 48).*

*Untuk hal itulah, membangun pondasi tauhid adalah sebaik-baiknya kebajikan kepada manusia dan sebesar-besarnya perbuatan baik kepada ciptaan Allah.*

*Berbuat baik kepada ciptaan Allah dengan sedekah itu memang perbuatan baik. Akan tetapi menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat, dengan membangun dasar akidah, membangun dasar tauhid al-ibadah... Ini merupakan kebajikan dan kebaikan terbesar kepada mereka, dan manfaat terbesar untuk mereka yang mengajarkan tauhid ini, yang mengajarkan akidah ini, baik di masjid, pelajaran-pelajaran, atau universitas... Hendaknya mengharapkan pahala dari perbuatannya, memberikan manfaat terbesar kepada manusia... Dan dia berada diatas warisannya seluruh nabi dan rasul.*

*Oleh karena itu, menjaga dan melestarikan pondasi ini adalah sebuah kewajiban. Dan membangun pondasi tauhid uluhiyyah kepada manusia adalah wajib, karena dengan inilah kebahagian dunia dan akhirat tercapai.*

*Maka setiap induvidu, wajib untuk memberikan perhatian kepadanya. Begitu juga dengan afiliasi-afiliasi yang bekerja untuk islam dimanapun mereka berada. Wajib memberikan perhatian agar manusia tunduk mentauhidkan Allah semata. Dan wajib pula untuk memiliki pembeda, mana yang hak dan mana yang batil dalam permasalahan tauhid.*

~ Selesai

Semoga bermanfaat, silahkan dishare..

Belajar Mana Dulu? Jelas Akidah Dulu

 April 26, 2016

Tidak sedikit yang sudah menimba ilmu agama sejak lama, namun sayang ia tak tahu arah. Tidak ada skala prioritas ketika belajar. Padahal ilmu agama itu begitu banyak. Walau kita akui semua itu penting, namun ada yang jelas lebih penting.
Apa yang lebih penting?
Jelas lah, mempelajari akidah shahihah.
Maka belajar yang tepat adalah dengan mempelajari akidah lebih dahulu sebelum ilmu lainnya. Dalam dakwah pun demikian. Dakwah pada akidah dan tauhid itulah yang mesti jadi prioritas.
Apa dalilnya, belajar itu mulai dari akidah, sebelum lainnya?
عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فَتَعَلَّمْنَا الإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا »
Dari Jundub bin ‘Abdillah, ia berkata, kami dahulu bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami masih anak-anak yang mendekati baligh. Kami mempelajari iman sebelum mempelajari Al-Qur’an. Lalu setelah itu kami mempelajari Al-Qur’an hingga bertambahlah iman kami pada Al-Qur’an. (HR. Ibnu Majah, no. 61. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Ada beberapa faedah dari hadits di atas:
  • Para sahabat ketika kecil sangat semangat mempelajari hal iman (berbagai hal terkait rukun iman) sebelum perkataan dan perbuatan.
  • Para sahabat kecil juga semangat mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.
  • Para sahabat sangat semangat belajar agama.
  • Pentingnya membekali diri dengan iman dan mempelajarinya, mulai dari beriman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada para Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir. Inilah asas akidah yang mesti ditanamkan dalam diri. Itulah yang kita kenal dengan rukun iman yang enam. Iman seperti ini yang harus ditanamkan dengan benar sebelum mempelajari Al-Qur’an.
  • Mempelajari Al-Qur’an jadi bermanfaat jika memiliki bekal iman yang shahih.
  • Akidah hendaklah sudah ditanamkan pada anak-anak kita sejak dini. Sudah benarkah imannya pada Allah, sebagai penciptanya, pemberi rezeki, dan pengatur alam semesta. Semisal pula, sudah benarkan ia jadikan Allah sebagai satu-satunya ilah.

Dalam dakwah juga mesti memprioritaskan dakwah pada akidah.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ « إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ »
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, ia pun berkata padanya, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah Ta’ala. Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabari mereka bahwa Allah telah mewajibkan pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah shalat, maka kabari mereka, bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka zakat dari harta mereka, yaitu diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan disalurkan untuk orang-orang fakir di tengah-tengah mereka. Jika mereka menyetujui hal itu, maka ambillah dari harta mereka, namun hati-hati dari harta berharga yang mereka miliki.” (HR. Bukhari, no. 7372; Muslim, no. 19).
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
Aku diperintah untuk memerang manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, serta mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan yang demikian, terpeliharalah dariku darah serta harta mereka, melainkan dengan hak Islam. Sedangkan perhitungan mereka diserahkan pada Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari, no. 25; Muslim, no. 21)
Para ulama pun telah bersepakat (berijma’) bahwa setiap kafir didakwahi pertama kali pada dua kalimat syahadat. Itulah dakwah pertama. (Lihat Dar Ta’arudh Al-‘Aql wa An-Naql, 8: 6)
Wallahu waliyyut taufiq.


Sumber : https://rumaysho.com/13351-belajar-mana-dulu-jelas-akidah-dulu.html
Pentingnya Belajar Tajwid Dan Menghafalkan Al Qur'an


Mayoritas 'ulama mensyaratkan kpd penuntut ilmu utk menghafal alquran sebelum mempelajari ilmu yg lain.

Kemudian jika sdh mapan ilmu alqurannya spt tajwid maka:
1.  berlanjut ke ilmu tauhid/aqidah tentunya bertahap

2. kemudian bisa sembari belajar bhs arab itupun kalau ada kemampuan  dan kecerdasan.
Artinya kewajiban menguasai bhs arab secara rinci tidak akan sama antara orang awam yg tidak bergelut dg ilmu dg mereka yg kesehariannya berkutat dg ilmu.

Note:
Adalah sangat mulia mengajarkan anak sedari kecil dg hafalan alquran apalagi bacaan surat alfatihah yg akan dipakai sepanjang hayat dlm sholat mereka.

Tentu pahala akan banyak mengalir dg syarat ikhlas dan bacaan yg benar.

 Apalagi jika yg diajarkan bukan sekedar bacaan tetapi juga pengertian dan pemahaman yg benar yg bisa melahirkan amalan.

Thursday, March 15, 2018

🔑🗝🔑🗝🔑🗝🔑🗝🔑🗝

Tasri  Al Qur'an


1⃣  *TASHRIF SURAT ALMUNAAFIQUUN AYAT 1-10*

1⃣ ﺇِﺫَﺍ ﺟَﺎٓﺀَﻙَ ﭐﻟۡﻤُﻨَٰﻔِﻘُﻮﻥَ ﻗَﺎﻟُﻮﺍْ ﻧَﺸۡﻬَﺪُ ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﺮَﺳُﻮﻝُ ﭐﻟﻠَّﻪِۗ ﻭَﭐﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻌۡﻠَﻢُ ﺇِﻧَّﻚَ ﻟَﺮَﺳُﻮﻟُﻪُۥ ﻭَﭐﻟﻠَّﻪُ ﻳَﺸۡﻬَﺪُ ﺇِﻥَّ ﭐﻟۡﻤُﻨَٰﻔِﻘِﻴﻦَ ﻟَﻜَٰﺬِﺑُﻮﻥَ

1 مُنٰفِقُوْنَ
نَافَقَ - يُنَافِقُ - مُنَافَقَةً - مُنَافِقٌ - مُنَافَقٌ - نَافِقْ - لَاتُنَافِقْ

2. نَشْهَدُ
شَهِدَ/شَهَدَ - يَشْهَدُ -شُهُوْدًا/ شَهَادَةً - شَاهِدٌ - مَشْهُوْدٌ - اِشْهَدْ - لَا تَشْهَدْ

3. يَعْلَمُ
عَلِمَ - يَعْلَمُ - عِلْمًا - عَالِمٌ - مَعْلُوْمٌ - اِعْلَمْ - لَا تَعْلَمْ

▪يَشهَدُ
Sudah ditashrif pada no 2

▪المُنَافِقِيْنَ
Sudah ditashrif pada no 1

4. كَاذِبُوْنَ
كَذَبَ - يَكْذِبُ - كَذِبًا/ كِذْبًا / كِذَابًا/ كِذْبَةً / كِذَّابًا - كَاذِبٌ - مَكْذُوْبٌ - اِكْذِبْ - لَا تَكْذِبْ

2⃣ ﭐﺗَّﺨَﺬُﻭٓﺍْ ﺃَﻳۡﻤَٰﻨَﻬُﻢۡ ﺟُﻨَّﺔٗ ﻓَﺼَﺪُّﻭﺍْ ﻋَﻦ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﭐﻟﻠَّﻪِۚ ﺇِﻧَّﻬُﻢۡ ﺳَﺎٓﺀَ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍْ ﻳَﻌۡﻤَﻠُﻮﻥَ

5. اِتَّخَذُوْا
اِتَّخَذَ- يَتَّخِذُ - اِتِّخَاذًا - مُتَّخِذٌ - مُتَّخَذٌ - اِتَّخِذْ - لَا تَتَّخِذْ

6. يَعْمَلُوْنَ
عَمِلَ - يَعْمَلُ - عَمَلًا - عَامِلٌ - مَعْمُوْلٌ - اِعْمَلْ- لَاتَعْمَلْ

3⃣ ﺫَٰﻟِﻚَ ﺑِﺄَﻧَّﻬُﻢۡ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍْ ﺛُﻢَّ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍْ ﻓَﻄُﺒِﻊَ ﻋَﻠَﻰٰ ﻗُﻠُﻮﺑِﻬِﻢۡ ﻓَﻬُﻢۡ ﻟَﺎ ﻳَﻔۡﻘَﻬُﻮﻥَ

7. ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍْ
آمَنَ - يُؤْمِنُ - إِيْمَانًا - مُؤْمِنٌ - مُؤْمَنٌ - آمِنْ - لَاتُؤْمِنْ

8. كَفَرُوْا
كَفَرَ - يَكْفُرُ - كُفْرًا/ كُفُوْرًا / كُفْرَانًا - كَافِرٌ - مَكْفُوْرٌ - اُكْفُرْ - لَاتَكْفُرْ

9. طُبِعَ
طَبَعَ - يَطْبَعُ - طَبْعًا - طَابِعٌ مَطْبُوْعٌ - اِطْبَعْ - لَا تَطْبَعْ

10. ﻳَﻔۡﻘَﻬُﻮﻥَ
 فَقِهَ - يَفْقَهُ - فِقْهًا - فَاقِهٌ - مَفْقُوْهٌ - اِفْقَهْ - لَا تَفْقَهْ

4⃣ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳۡﺘَﻬُﻢۡ ﺗُﻌۡﺠِﺒُﻚَ ﺃَﺟۡﺴَﺎﻣُﻬُﻢۡۖ ﻭَﺇِﻥ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﺍْ ﺗَﺴۡﻤَﻊۡ ﻟِﻘَﻮۡﻟِﻬِﻢۡۖ ﻛَﺄَﻧَّﻬُﻢۡ ﺧُﺸُﺐٞ ﻣُّﺴَﻨَّﺪَﺓٞۖ ﻳَﺤۡﺴَﺒُﻮﻥَ ﻛُﻞَّ ﺻَﻴۡﺤَﺔٍ ﻋَﻠَﻴۡﻬِﻢۡۚ ﻫُﻢُ ﭐﻟۡﻌَﺪُﻭُّ ﻓَﭑﺣۡﺬَﺭۡﻫُﻢۡۚ ﻗَٰﺘَﻠَﻬُﻢُ ﭐﻟﻠَّﻪُۖ ﺃَﻧَّﻰٰ ﻳُﺆۡﻓَﻜُﻮﻥَ

11. تُعْجِبُ
أَعْجَبَ - يُعْجِبُ - إِعْجَابًا - مُعْجِبٌ - مُعْجَبٌ - أَعْجِبْ - لَا تُعْعِبْ

12. تَسْمَعْ
سَمِعَ - يَسْمَعُ - سَمْعًا/ سَمَاعًا  - سَامِعٌ - مَسْمُوْعٌ - اِسْمَعْ - لَاتَسْمَعْ

13. ﻣُّﺴَﻨَّﺪَﺓٌ
سَنَّدَ - يُسَنِّدُ - تَسْنِيْدًا - مُسَنِّدٌ - مُسَنَّدٌ - سَنِّدْ - لَاتُسَنِّدْ

14. يَحْسَبُوْنَ
حَسِبَ - يَحْسَبُ- حِسْبَانًا/ حُسْبَانًا /مَحْسَبَةً -  حَاسِبٌ - مَحْسُوْبٌ - اِحْسَبْ - لَاتَحْسَبْ

15. اِحْذَرْ
حَذِرَ - يَحْذَرُ - حَذَرًا / حِذْرًا / مَحْذُوْرَةً - حَاذِرٌ - مَحْذُوْرٌ - اِحْذَرْ - لَاتَحْذَرْ

16. قَاتَلَ
قَاتَلَ - يُقَاتِلُ - مُقَاتَلَةً - مُقَاتِلٌ - مُقَاتَلٌ - قَاتِلْ - لَا تُقَاتِلْ

17. يُؤْفَكُوْنَ
أَفَكَ ـ يَأْفِكُ ـ أَفْكًا/إِفْكًا ـ آفِكٌ ـ مَأْفُوْكٌ ـ اِئْفِكْ ـ لَاتَأْفِكْ

5⃣ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻗِﻴﻞَ ﻟَﻬُﻢۡ ﺗَﻌَﺎﻟَﻮۡﺍْ ﻳَﺴۡﺘَﻐۡﻔِﺮۡ ﻟَﻜُﻢۡ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﭐﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻮَّﻭۡﺍْ ﺭُﺀُﻭﺳَﻬُﻢۡ ﻭَﺭَﺃَﻳۡﺘَﻬُﻢۡ ﻳَﺼُﺪُّﻭﻥَ ﻭَﻫُﻢ ﻣُّﺴۡﺘَﻜۡﺒِﺮُﻭﻥَ

18. يَسْتَغْفِرْ
اِسْتَغْفَرَ - يَسْتَغْفِرُ - اِسْتِغْفَارًا - مُسْتَغْفِرٌ - مُسْتَغْفَرٌ - اِسْتَغْفِرْ - لَا تَسْتَغْفِرْ

19. مُسْتَكْبِرُوْنَ
اِسْتَكْبَرَ - يَسْتَكْبِرُ - اِسْتِكْبَارًا - مُسْتَكْبِرٌ - مُسْتَكْبَرٌ - اِسْتَكْبِرْ - لَاتَسْتَكْبِرْ


6⃣ ﺳَﻮَﺍٓﺀٌ ﻋَﻠَﻴۡﻬِﻢۡ ﺃَﺳۡﺘَﻐۡﻔَﺮۡﺕَ ﻟَﻬُﻢۡ ﺃَﻡۡ ﻟَﻢۡ ﺗَﺴۡﺘَﻐۡﻔِﺮۡ ﻟَﻬُﻢۡ ﻟَﻦ ﻳَﻐۡﻔِﺮَ ﭐﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻬُﻢۡۚ ﺇِﻥَّ ﭐﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳَﻬۡﺪِﻱ ﭐﻟۡﻘَﻮۡﻡَ ﭐﻟۡﻔَٰﺴِﻘِﻴﻦَ

▪أسْتَغْفَرْتَ
Sudah di tashrif pada no 18

▪تَسْتَغْفِرْ
Sudah di tashrif pada no 18

20. يَغْفِرَ
غَفَرَ - يَغْفِرُ - مَغْفِرَةً/ غَفْرًا/ غَفِيرًا/ غَفِيرَةً/ غُفْرَانًا  - غَافِرٌ - مَغْفُوْرٌ - اِغْفِرْ - لَاتَغْفِرْ

21. فٰسِقِيْنَ
فَسَقَ - يَفْسُقُ - فُسُوْقًا/فِسْقًا- فَاسِقٌ - مَفْسُوْقٌ - اُفْسُقْ - لَاتَفْسُقْ

7⃣  ﻫُﻢُ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻟَﺎ ﺗُﻨﻔِﻘُﻮﺍْ ﻋَﻠَﻰٰ ﻣَﻦۡ ﻋِﻨﺪَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﭐﻟﻠَّﻪِ ﺣَﺘَّﻰٰ ﻳَﻨﻔَﻀُّﻮﺍْۗ ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﺧَﺰَﺍٓﺋِﻦُ ﭐﻟﺴَّﻤَٰﻮَٰﺕِ ﻭَﭐﻟۡﺄَﺭۡﺽِ ﻭَﻟَٰﻜِﻦَّ ﭐﻟۡﻤُﻨَٰﻔِﻘِﻴﻦَ ﻟَﺎ ﻳَﻔۡﻘَﻬُﻮﻥَ

22. لَا تُنفِقُوْا
أَنْفَقَ - يُنْفِقُ- إِنْفَاقًا - مُنْفِقٌ - مُنْفَقٌ - أَنْفِقْ - لَاتُنْفِقْ

▪مُنَافِقِيْنَ
Sudah ditashrif pada no 1

▪ يَفْقَهُوْنَ
Sudah ditashrif pada no 10

8⃣ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻟَﺌِﻦ ﺭَّﺟَﻌۡﻨَﺎٓ ﺇِﻟَﻰ ﭐﻟۡﻤَﺪِﻳﻨَﺔِ ﻟَﻴُﺨۡﺮِﺟَﻦَّ ﭐﻟۡﺄَﻋَﺰُّ ﻣِﻨۡﻬَﺎ ﭐﻟۡﺄَﺫَﻝَّۚ ﻭَﻟِﻠَّﻪِ ﭐﻟۡﻌِﺰَّﺓُ ﻭَﻟِﺮَﺳُﻮﻟِﻪِۦ ﻭَﻟِﻠۡﻤُﺆۡﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻟَٰﻜِﻦَّ ﭐﻟۡﻤُﻨَٰﻔِﻘِﻴﻦَ ﻟَﺎ ﻳَﻌۡﻠَﻤُﻮﻥَ

23. رَجَعْنَا
رَجَعَ - يَرْجِعُ - رُجُوْعًا - رَاجِعٌ - مَرْجُوْعٌ - اِرْجِعْ - لَاتَرْجِعْ

24. يُخْرِجَ
أَخْرَجَ - يُخْرِجُ - إِخْرَاجًا - مُخْرِجٌ - مُخْرَجٌ - أَخْرِجْ - لَاتُخْرِجْ

▪لِلْمُؤْمِنِيْنَ
Sudah ditashrif pada no 7
▪ مُنَافِقِيْنَ
Sudah ditashrif pada no 1

▪ يَعْلَمُوْنَ
Sudah ditashrif pada no 3

9⃣ ﻳَٰٓﺄَﻳُّﻬَﺎ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍْ ﻟَﺎ ﺗُﻠۡﻬِﻜُﻢۡ ﺃَﻣۡﻮَٰﻟُﻜُﻢۡ ﻭَﻟَﺎٓ ﺃَﻭۡﻟَٰﺪُﻛُﻢۡ ﻋَﻦ ﺫِﻛۡﺮِ ﭐﻟﻠَّﻪِۚ ﻭ َﻣَﻦ ﻳَﻔۡﻌَﻞۡ ﺫَٰﻟِﻚَ ﻓَﺄُﻭْﻟَٰٓﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﭐﻟۡﺨَٰﺴِﺮُﻭﻥَ

▪ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍْ
Sudah ditashrif pada no 7

25. ذِكْرِ
ذَكَرَ - يَذْكُرُ - ذِكْرًا - ذَاكِرٌ - مَذْكُوْرٌ/مَذْكَارًا/ذِكْرَى - اُذْكُرْ - لَا تَذْكُرْ

26. يَفْعَلْ
فَعَلَ - يَفْعَلُ - فَعْلًا - فَاعِلٌ - مَفْعُوْلٌ - اِفْعَلْ - لَا تَفْعَلْ

27. خٰسِرُوْنَ
خَسِرَ - يَخْسَرُ - خُسْرَانًا/خُسْرًا - خَاسِرٌ - مَخْسُوْرٌ - اِخْسَرْ - لَاتَخْسَرْ

🔟 ﻭَﺃَﻧﻔِﻘُﻮﺍْ ﻣِﻦ ﻣَّﺎ ﺭَﺯَﻗۡﻨَٰﻜُﻢ ﻣِّﻦ ﻗَﺒۡﻞِ ﺃَﻥ ﻳَﺄۡﺗِﻲَ ﺃَﺣَﺪَﻛُﻢُ ﭐﻟۡﻤَﻮۡﺕُ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝَ ﺭَﺏِّ ﻟَﻮۡﻟَﺎٓ ﺃَﺧَّﺮۡﺗَﻨِﻲٓ ﺇِﻟَﻰٰٓ ﺃَﺟَﻞٍ ﻗَﺮِﻳﺐٍ ﻓَﺄَﺻَّﺪَّﻕَ ﻭَﺃَﻛُﻦ ﻣِّﻦَ ﭐﻟﺼَّٰﻠِﺤِﻴﻦَ

▪ أَنْفِقُوْا
Sudah di tashrif pada no 22

28. رَزَقْنَا
رَزَقَ - يَرْزُقُ - رِزْقًا / رَزْقًا - رَازِقٌ - مَرْزُوْقٌ - اُرْزُقْ - لَاتَرْزُقْ

29. أَخَّرْتَ
أَخَّرَ - يُؤَخِّرُ - تَأْخِيْرًا - مُؤَخِّرٌ - مُؤَخَّرٌ - أَخِّرْ - لَاتُؤَخِّرْ

🎁 قَرِيْبٍ🎁
قَرُبَ - يَقْرُبُ - قُرْبًا - قَرِيْبٌ

30. ﻓَﺄَﺻَّﺪَّﻕَ
تَصَدَّقَ - يَتَصَدَّقُ - تَصَدُّقًا - مُتَصَدِّقٌ - مُتَصَدَّقٌ - تَصَدَّقْ - لَا تَتَصَدَّقْ

31. صٰلِحِيْنَ
صَلَحَ - يَصْلُحُ/ يَصْلَحُ - صَلَاحًا/ صَلَاحِيَةً/صُلُوْحًا - صَالِحٌ - مَصْلُوْحٌ - اُصْلُحْ / اِصْلَحْ - لَا تَصْلُحْ / لَا تَصْلَحْ

2⃣ *TASHRIF LENGKAP*

*1. مَغْسُوْلٌ*
▪غَسَلَ - يَغْسِلُ - غُسْلًا/غَسْلًا/غَسِيْلًا - غَاسِلٌ - مَغْسُوْلٌ - اِغْسِلْ - لَا تَغْسِلْ

▪غَسَلَ - غَسَلَا - غَسَلُوْا - غَسَلَتْ - غَسَلَتَا - غَسَلْنَ - غَسَلْتَ - غَسَلْتُمَا - غَسَلْتُمْ - غَسَلْتِ - غَسَلْتُمَا - غَسَلْتُنَّ - غَسَلْتُ - غَسَلْنَا

▪يَغْسِلُ - يَغْسِلَانِ - يَغْسِلُوْنَ - تَغْسِلُ - تَغْسِلَانِ - يَغسِلْنَ - تَغْسِلُ - تَغْسِلَانِ - تَغْسِلُوْنَ - تَغْسِلِينَ - تَغْسِلَانِ - تَغْسِلْنَ - أَغْسِلُ - نَغْسِلُ

▪ غُسْلًا/غَسْلًا/غَسِيْلًا

▪غَاسِلٌ - غَاسِلاَنِ/غَاسِلَيْنِ - غَاسِلُوْنَ/ غَاسِلِيْنَ - غَاسِلَةٌ - غَاسِلَتَانِ/غَاسِلَتَيْنِ - غَاسِلَاتٌ

▪مَغْسُوْلٌ - مَغْسُوْلَانِ/مَغْسُوْلَيْنِ - مَغْسُوْلُوْنَ/مَغْسُولِيْنَ - مَغْسُوْلَةٌ - مَغْسُوْلَتَانِ/مَغْسُوْلَتَيْنِ - مَغْسُوْلَاتٌ

▪اِغْسِلْ - اِغْسِلَا - اِغْسِلُوْا - اِغْسِلِيْ - اِغْسِلَا -
اِغْسِلْنَ

▪ لَا تَغْسِلْ -  لَا تَغْسِلَا -  لَا تَغْسِلُوْا - لَا تَغْسِلِيْ -  لَا تَغْسِلَا -  لَا تَغْسِلْنَ

*2. اِصْبِرُوْا*
▪صَبَرَ - يَصْبِرُ - صَبْرًا - صَابِرٌ - مَصْبُوْرٌ - اِصْبِرْ - لَاتَصْبِرْ

▪صَبَرَ - صَبَرَا - صَبَرُوْا - صَبَرَتْ - صَبَرَتَا - صَبَرْنَ - صَبَرْتَ - صَبَرْتُمَا - صَبَرْتُمْ - صَبَرْتِ - صَبَرْتُمَا - صَبَرْتُنَّ - صَبَرْتُ - صَبَرْنَا

▪يَصْبِرُ - يَصْبِرَانِ - يَصْبِرُوْنَ - تَصْبِرُ - تَصْبِرَانِ - يَصْبِرْنَ - تَصْبِرُ - تَصْبِرَانِ - تَصْبِرُوْنَ - تَصْبِرِيْنَ - تَصْبِرَانِ -  تَصْبِرْنَ - أَصْبِرُ - نَصْبِرُ

▪صَبْرًا

▪ صَابِرٌ - صَابِرَانِ/صَابِرَيْنِ - صَابِرُوْنَ/صَابِرِيْنَ - صَابِرَةٌ - صَابِرَتَانِ/صَابِرَتَيْنِ- صَابِرَاتٌ

▪مَصْبُوْرٌ - مَصْبُوْرَانِ/مَصْبُوْرَيْنِ - مَصْبُوْرُوْنَ/مَصْبُوْرِيْنَ - مَصْبُوْرَةٌ - مَصْبُوْرَتَانِ/ مَصْبُوْرَتَيْنِ مَصْبُوْرَاتٌ

▪ اِصْبِرْ - اِصْبِرَا - اِصْبِرُوْا - اِصْبِرِيْ - اِصْبِرَا -اِصْبِرْنَ

▪لَاتَصْبِرْ - لَاتَصْبِرَا - لَاتَصْبِرُوْا - لَاتَصْبِرِيْ - لَاتَصْبِرَا - لَاتَصْبِرْنَ

*3. تَفَكُّرًا*
▪تَفَكَّرَ - يَتَفَكَّرُ - تَفَكُّرًا - مُتَفَكِّرٌ - مُتَفَكَّرٌ - تَفَكَّرْ - لَاتَتَفَكَّرْ

▪تَفَكَّرَ - تَفَكَّرَا - تَفَكَّرُوْا - تَفَكَّرَتْ - تَفَكَّرَتَا - تَفَكَّرْنَ - تَفَكَّرْتَ - تَفَكَّرْتُمَا - تَفَكَّرْتُمْ - تَفَكَّرْتِ - تَفَكَّرْتُمَا - تَفَكَّرْتُنَّ - تَفَكَّرْتُ - تَفَكَّرْنَا

▪يَتَفَكَّرُ - يَتَفَكَّرَانِ - يَتَفَكَّرُوْنَ - تَتَفَكَّرُ - تَتَفَكَّرَانِ - يَتَفَكَّرْنَ - تَتَفَكَّرُ
- تَتَفَكَّرَانِ - تَتَفَكَّرُوْنَ - تَتَفَكَّرِيْنَ - تَتَفَكَّرَانِ - تَتَفَكَّرْنَ - أَتَفَكَّرُ - نَتَفَكَّرُ

▪تَفَكُّرًا

▪مُتَفَكِّرٌ - مُتَفَكِّرَانِ/ مُتَفَكِّرَيْنِ -مُتَفَكِّرُوْنَ/ مُتَفَكِّرِيْنَ - مُتَفَكِّرَةٌ - مُتَفَكِّرَتَانِ/ مُتَفَكِّرَتَيْنِ - مُتَفَكِّرَاتٌ

▪مُتَفَكَّرٌ - مُتَفَكَّرَانِ/ مُتَفَكَّرَيْنِ -مُتَفَكَّرُوْنَ/  مُتَفَكَّرِيْنَ - مُتَفَكَّرَةٌ - مُتَفَكَّرَتَانِ/ مُتَفَكَّرَتَيْنِ - مُتَفَكَّرَاتٌ

▪تَفَكَّرْ - تَفَكَّرَا - تَفَكَّرُوْا - تَفَكَّرِيْ - تَفَكَّرَا - تَفَكَّرْنَ

▪لَاتَتَفَكَّرْ - لَاتَتَفَكَّرَا - لَاتَتَفَكَّرُوْا - لَاتَتَفَكَّرِيْ - لَاتَتَفَكَّرَا - لَاتَتَفَكَّرْنَ

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Tasrif ayat Al Qur'an ..
〰〰〰〰〰〰〰〰



🅰 *Tashrif Istilahy QS. Al-Baqoroh 72 s/d 83*

📒 *QS. Al-Baqoroh : 72*

🏷 *وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا ۖ وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَّا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ*

*1. قَتَلْتُمْ*
✏ قَتَلَ - يَقْتُلُ - قَتْلًا - قَاتِلٌ - مَقْتُوْلٌ - اُقْتُلْ - لَا تَقْتُلْ

*2. مُخْرِجٌ*
✏ أَخْرَجَ - يُخْرِجُ - إِخْرَاجًا - مُخْرِجٌ - مُخْرَجٌ - أَخْرِجْ - لَا تُخْرِجْ

*3. تَكْتُمُوْنَ*
✏ كَتَمَ - يَكْتُمُ - كَتْمًا/كِتْمَانًا - كَاتِمٌ - مَكْتُوْمٌ - اُكْتُمْ - لَا تَكْتُمْ


 📒 *QS. Al-Baqoroh : 73*

🏷 *فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ كَذَٰلِكَ يُحْيِي اللهُ الْمَوْتَىٰ وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ*

*4. ٱضْرِبُوهُ*
✏ ضَرَبَ - يَضْرِبُ - ضَرْبًا -  ضَارِبٌ - مَضْرُوْبٌ - اِضْرِبْ - لَا تَضْرِبْ

*5. تَعْقِلُونَ*
✏ عَقَلَ - يَعْقِلُ - عَقْلًا - عَاقِلٌ - مَعْقُوْلٌ - اِعْقِلْ - لَا تَعْقِلْ


 📒 *QS. Al-Baqoroh : 74*

🏷 *ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ*

*6. يَتَفَجَّرُ*
✏  تَفَجَّرَ - يَتَفَجَّرُ - تَفَجُّرًا - مُتَفَجِّرٌ - مُتَفَجَّرٌ - تَفَجَّرْ - لَا تَتَفَجَّرْ

*7. يَشَّقَّقُ*
✏ تَشَقَّقَ - يَتَشَقَّقُ  تَشَقُّقًا - مُتَشَقِّقٌ - مُتَشَقَّقٌ - تَشَقَّقْ - لَا تَتَشَقَّقْ

*8. فَيَخْرُجُ*
✏ خَرَجَ - يَخْرُجُ - خُرُوْجًا - خَارِجٌ - مَخْرُوْجٌ - اُخْرُجْ - لَا تَخْرُجْ

*9. يَهْبِطُ*
✏ هَبَطَ - يَهْبِطُ - هَبْطًا/هُبُوْطًا - هَابِطٌ - مَهْبُوْطٌ - اِهْبِطْ - لَا تَهْبِطْ

*10. بِغَافِلٍ*
✏ غَفَلَ - يَغْفِلُ - غَفْلًا - غَافِلٌ - مَغْفُوْلٌ - اِغْفِلْ - لَا تَغْفِلْ

_*atau :*_

✏ غَفَلَ - يَغْفُلُ - غَفْلَةً/غُفُوْلًا - غَافِلٌ - مَغْفُوْلٌ - اُغْفُلْ - لَا تَغْفُلْ

 *11. تَعْمَلُوْنَ*
 عَمِلَ - يَعْمَلُ - عَمَلًا - عَامِلٌ - مَعْمُوْلٌ - اِعْمَلْ - لَا تَعْمَلْ


📒 *QS. Al-Baqoroh : 75*

🏷 *أَفَتَطْمَعُونَ أَن يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِن بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ*

*12. أَفَتَطْمَعُوْنَ*
✏ طَمِعَ - يَطْمَعُ - طَمَعًا/طَمَاعًا/طَمَاعِيَةً - طَامِعٌ - مَطْمُوْعٌ - اِطْمَعْ - لَا تَطْمَعْ

 *13. يُؤْمِنُوْا*
✏ آمَنَ/ءَامَنَ - يُؤْمِنُ - إِيْمَانًا - مُؤْمِنٌ - مُؤْمَنٌ - ءَامِنْ/آمِنْ - لَا تُؤْمِنْ

 *14. يَسْمَعُوْنَ*
✏ سَمِعَ - يَسْمَعُ - سَمْعًا/سَمَاعًا - سَامِعٌ - مَسْمُوْعٌ - اِسْمَعْ - لَا تَسْمَعْ

 *15. يُحَرِّفُوْنَ*
✏ حَرَّفَ - يُحَرِّفُ - تَحْرِيْفًا - مُحَرِّفٌ - مُحَرَّفٌ - حَرِّفْ - لَا تُحَرِّفْ

❕ *عَقَلُوْهُ*
❗ *Sudah ditashrif no. 5*

*16. يَعْلَمُوْنَ*
✏ عَلِمَ - يَعْلَمُ - عِلْمًا - عَالِمٌ - مَعْلُوْمٌ - اِعْلَمْ - لَا تَعْلَمْ


📒 *QS. Al-Baqoroh : 76*

🏷 *وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُم بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُم بِهِ عِندَ رَبِّكُمْ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ*

 ❕ *آمَنُوا*
 ❗ *Sudah ditashrif no. 13*

 ❕ *آمَنَّا*
❗ *Sudah ditashrif no. 13*

*17. تُحَدِّثُوْنَ*
✏ حَدَّثَ - يُحَدِّثُ - تَحْدِيْثًا - مُحَدِّثٌ - مُحَدَّثٌ - حَدِّثْ - لَا تُحَدِّثْ

*18. فَتَحَ*
✏  فَتَحَ - يَفْتَحُ - فَتْحًا - فَاتِحٌ - مَفْتُوْحٌ - اِفْتَحْ - لَا تَفْتَحْ

❕ *تَعْقِلُوْنَ*
❗ *Sudah ditashrif no. 5*


📒 *QS. Al-Baqoroh : 77*
 
🏷 *أَوَلَا يَعْلَمُونَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ*

❕ *يَعْلَمُونَ*
 ❗ *Sudah ditashrif no. 16*

❕ *يَعْلَمُ*
 ❗ *Sudah ditashrif no. 16*

*19.  يُعْلِنُوْنَ*
 ✏ أَعْلَنَ - يُعْلِنُ - إٍعْلَانًا - مُعْلِنٌ - مُعْلَنٌ - أَعْلِنْ - لَا تُعْلِنْ


📒 *QS. Al-Baqoroh : 78*

🏷 *وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ*

❕ *يَعْلَمُونَ*
❗ *Sudah ditashrif no. 16*

*20. الكِتَابَ*
✏ كَتَبَ - يَكْتُبُ - كَتْبًا/كِتَابَةً/كِتَابًا - كَاتِبٌ - مَكْتُوْبٌ - اُكْتُبْ - لَا تَكْتُبْ


📒 *QS. Al-Baqoroh : 79*

🏷 *فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِندِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ*

❕ *يَكْتُبُونَ*
❗ *Sudah ditashrif no. 20*

❕ *الْكِتَابَ*
❗ *Sudah ditashrif no. 20*

❕ *كَتَبَتْ*
❗ *Sudah ditashrif no. 20*

*21. يَكْسِبُوْنَ*
✏ كَسَبَ - يَكْسِبُ - كِسْبًا/كَسْبًا - كَاسِبٌ - مَكْسُوْبٌ - اِكْسِبْ - لَا تَكْسِبْ


📒 *QS. Al-Baqoroh : 80*

🏷 *وَقَالُوا لَن تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَّعْدُودَةً ۚ قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِندَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَن يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ ۖ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ*

 *22.  أَتَّخَذْتُمْ*
✏ اِتَّخَذَ - يَتَّخِذُ - اِتِّخَاذًا - مُتَّخِذٌ - مُتَّخَذٌ - اِتَّخِذْ - لَا تَتَّخِذْ

 *23. عَهْدًا*
✏ عَهِدَ - يَعْهَدُ - عَهْدًا - عَاهِدٌ - مَعْهُوْدٌ - اِعْهَدْ  لَا تَعْهَدْ

 *24.  يُخْلِفَ*
✏ أَخْلَفَ - يُخْلِفُ - إِخْلَافًا - مُخْلِفٌ - مُخْلَفٌ - أَخْلِفْ - لَا تُخْلِفْ

❕ *عَهْدَهُ*
❗ *Sudah ditashrif no. 23*

❕ *تَعْلَمُوْنَ*
❗ *Sudah ditashrif no. 16*


📒 *QS. Al-Baqoroh : 81*

🏷 *بَلَىٰ مَن كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ*

❕ *كَسَبَ*
❗ *Sudah ditashrif no. 21*

*25. خَالِدُوْنَ*
✏ خَلَدَ - يَخْلُدُ - خُلُوْدًا/خَلْدًا - خَالِدٌ - مَخْلُوْدٌ - اُخْلُدْ - لَا تَخْلُدْ


📒 *QS. Al-Baqoroh : 82*

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

 ❕ *آمَنُوا*
❗ *Sudah ditashrif no. 13*

❕ *عَمِلُوا*
❗ *Sudah ditashrif no. 11*

*26. الصَّالِحَاتِ*
✏ صَلَحَ - يَصْلُحُ - صَلَاحًا/صَلَاحِيَةً - صَالِحٌ - مَصْلُوْحٌ - اُصْلُحْ - لَا تَصْلُحْ

❕ *خَالِدُوْنَ*
❗ *Sudah ditashrif no. 25*


📒 *QS. Al-Baqoroh : 83*
 
🏷 *وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِّنكُمْ وَأَنتُم مُّعْرِضُونَ*

*27. أَخَذْنَا*
✏ أَخَذَ - يَأْخُذُ - أَخْذًا - آخِذٌ - مَأْخُوْذٌ - اُؤْخُذْ/خُذْ - لَا تَأْخُذْ

*28. تَعْبُدُوْنَ*
✏ عَبَدَ - يَعْبُدُ - عِبَادَةً/عُبُوْدِيَّةً - عَابِدٌ - مَعْبُوْدٌ - اُعْبُدْ - لَا تَعْبُدْ

*29.  إِحْسَانًا*
✏ أَحْسَنَ - يُحْسِنُ - إِحْسَانًا - مُحْسِنٌ - مُحْسَنٌ - أَحْسِنْ - لَا تُحْسِنْ

*30.  حُسْنًا*
✏ حَسُنَ - يَحْسُنُ - حُسْنًا - حَسَنٌ

*31. مُعْرِضُوْنَ*
✏ أَعْرَضَ - يُعْرِضُ - إِعْرَاضًا - مُعْرِضٌ - مُعْرَضٌ - أَعْرِضْ - لَا تُعْرِضْ

〰〰〰〰〰〰

🅱 *Tashrif Lengkap*

*1. لاَ تَسْتَخْلِفُوْا*

🔰 اِسْتَخْلَفَ - يَسْتَخْلِفُ - اِسْتِخْلَافًا - مُسْتَخْلِفٌ - مُسْتَخْلَفٌ - اِسْتَخْلِفْ - لَا تَسْتَخْلِفْ

✏ اِسْتَخْلَفَ - اِسْتَخْلَفَا - اِسْتَخْلَفُوْا - اِسْتَخْلَفَتْ - اِسْتَخْلَفَتَا - اِسْتَخْلَفْنَ - اِسْتَخْلَفْتَ - اِسْتَخْلَفْتُمَا - اِسْتَخْلَفْتُمْ - اِسْتَخْلَفْتِ - اِسْتَخْلَفْتُمَا - اِسْتَخْلَفْتُنَّ - اِسْتَخْلَفْتُ - اِسْتَخْلَفْنَا

✏ يَسْتَخْلِفُ - يَسْتَخْلِفَانِ - يَسْتَخْلِفُوْنَ - تَسْتَخْلِفُ - تَسْتَخْلِفَانِ - يَسْتَخْلِفْنَ - تَسْتَخْلِفُ - تَسْتَخْلِفَانِ - تَسْتَخْلِفُوْنَ - تَسْتَخْلِفِيْنَ - تَسْتَخْلِفَانِ - تَسْتَخْلِفْنَ - أَسْتَخْلِفُ - نَسْتَخْلِفُ

✏ اِسْتِخْلَافًا

✏ مُسْتَخْلِفٌ - مُسْتَخْلِفَانِ/مُسْتَخْلِفَيْنِ - مُسْتَخْلِفُوْنَ/ مُسْتَخْلِفِيْنَ - مُسْتَخْلِفَةٌ - مُسْتَخْلِفَتَانِ/مُسْتَخْلِفَتَيْنِ، مُسْتَخْلِفَاتٌ

✏ مُسْتَخْلَفٌ - مُسْتَخْلَفَانِ/مُسْتَخْلَفَيْنِ - مُسْتَخْلَفُوْنَ/ مُسْتَخْلَفِيْنَ - مُسْتَخْلَفَةٌ - مُسْتَخْلَفَتَانِ/مُسْتَخْلَفَتَيْنِ - مُسْتَخْلَفَاتٌ

✏ اِسْتَخْلِفْ - اِسْتَخْلِفَا - اِسْتَخْلِفُوْا - اِسْتَخْلِفِيْ - اِسْتَخْلِفَا - اِسْتَخْلِفْنَ

✏ لَا تَسْتَخْلِفْ - لَا تَسْتَخْلِفَا - لَا تَسْتَخْلِفُوْا - لَا تَسْتَخْلِفِيْ - لَا تَسْتَخْلِفْنَ


*2. مُتَبَرِّجَاتٌ*

🔰 تَبَرَّجَ - يَتَبَرَّجُ - تَبَرُّجًا - مُتَبَرِّجٌ - مُتَبَرَّجٌ - تَبَرَّجْ - لَا تَتَبَرَّجْ

✏ تَبَرَّجَ - تَبَرَّجَا - تَبَرَّجُوْا - تَبَرَّجَتْ - تَبَرَّجَتَا - تَبَرَّجْنَ - تَبَرَّجْتَ - تَبَرَّجْتُمَا -
تَبَرَّجْتُمْ - تَبَرَّجْتِ - تَبَرَّجْتُمَا - تَبَرَّجْتُنَّ - تَبَرَّجْتُ - تَبَرَّجْنَا

✏ يَتَبَرَّجُ - يَتَبَرَّجَانِ - يَتَبَرَّجُوْنَ - تَتَبَرَّجُ - تَتَبَرَّجَانِ - يَتَبَرَّجْنَ - تَتَبَرَّجُ - تَتَبَرَّجَانِ - تَتَبَرَّجُوْنَ - تَتَبَرَّجِيْنَ - تَتَبَرَّجَانِ - تَتَبَرَّجْنَ - أَتَبَرَّجُ - نَتَبَرَّجُ

✏ تَبَرُّجًا

✏ مُتَبَرِّجٌ - مُتَبَرِّجَانِ/مُتَبَرِّجَيْنِ - مُتَبَرِّجُوْنَ/مُتَبَرِّجِيْنَ - مُتَبَرِّجَةٌ - مُتَبَرِّجَتَانِ/مُتَبَرِّجَتَيْنِ - مُتَبَرِّجَاتٌ

✏ مُتَبَرَّجٌ - مُتَبَرَّجَانِ/مُتَبَرَّجَيْنِ - مُتَبَرَّجُوْنَ/مُتَبَرَّجِيْنَ - مُتَبَرَّجَةٌ - مُتَبَرَّجَتَانِ/مُتَبَرَّجَتَيْنِ - مُتَبَرَّجَاتٌ

✏ تَبَرَّجْ - تَبَرَّجَا - تَبَرَّجُوْا - تَبَرَّجِيْ - تَبَرَّجَا - تَبَرَّجْنَ

✏ لَا تَتَبَرَّجْ - لَا تَتَبَرَّجَا - لَا تَتَبَرَّجُوْا - لَا تَتَبَرَّجِيْ - لَا تَتَبَرَّجَا -  لَا تَتَبَرَّجْنَ


*3. اِقْلِبْ*

🔰 قَلَبَ - يَقْلِبُ - قَلْبًا - قَالِبٌ - مَقْلُوْبٌ - اِقْلِبْ - لَا تَقْلِبْ

✏ قَلَبَ - قَلَبَا - قَلَبُوْا - قَلَبَتْ - قَلَبَتَا - قَلَبْنَ - قَلَبْتَ - قَلَبْتُمَا - قَلَبْتُمْ - قَلَبْتِ - قَلَبْتُمَا - قَلَبْتُنَّ - قَلَبْتُ - قَلَبْنَا

✏  يَقْلِبُ - يَقْلِبَانِ - يَقْلِبُوْنَ - تَقْلِبُ - تَقْلِبَانِ - يَقْلِبْنَ - تَقْلِبُ - تَقْلِبَانِ - تَقْلِبُوْنَ - تَقْلِبِيْنَ - تَقْلِبَانِ - تَقْلِبْنَ - أَقْلِبُ - نَقْلِبُ

✏ قَلْبًا

✏ قَالِبٌ - قَالِبَانِ/قَالِبَيْنِ - قَالِبُوْنَ/قَالِبِيْنَ - قَالِبَةٌ - قَالِبَتَانِ/قَالِبَتَيْنِ - قَالِبَاتٌ

✏ مَقْلُوْبٌ - مَقْلُوْبَانِ/مَقْلُوْبَيْنِ - مَقْلُوْبُوْنَ/مَقْلُوْبِيْنَ - مَقْلُوْبَةٌ - مَقْلُوْبَتَانِ/مَقْلُوْبَتَيْنِ - مَقْلُوْبَاتٌ

✏ اِقْلِبْ - اِقْلِبَا - اِقْلِبُوْا - اِقْلِبِيْ - اِقْلِبَا - اِقْلِبْنَ

✏ لَا تَقْلِبْ - لَا تَقْلِبَا - لَا تَقْلِبُوْا - لَا تَقْلِبِيْ - لَا تَقْلِبَا - لَا تَقْلِبْنَ

⚠ Demikian,, *silakan dipelajari.*

🕌 *بارك الله فيكم ومعكم النجاح*