Tubuhnya Di-Jilbab-in, Hatinya Di-Bener-in”
Bismillah. Assalamu’alaikum.
1. Berjilbab, Apakah Harus Hatinya Dulu?
2. Banyak yang bilang “dijilbabin dulu hatinya,dibenerin dulu. Daripada nanti copat-copot, kasian juga Islam jadi jelek di mata orang.”
3. Segala puji hanya bagi Allah, Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan sahabatnya.
4. “Bagaimana cara men-jilbab-i hati?”
Bukankah hati menjadi tertutup jilbab apabila jilbabnya ada di hati?…
5. Karena hatinya tertutup jilbab akhirnya mereka tidak bisa lagi berpikiran jernih dan benar, sehingga mereka mengatakan seperti itu…
6. Jilbab itu bukan di hati, tapi jilbab itu menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
7. Sebagian Ulama’ mengatakan wajah dan telapak tangan juga wajib ditutup, dan sebagian yang lain mengatakan tidak wajib.
8. Akan tetapi itu sunnah dan lebih afdhal.
9. Yang benar adalah;
TUBUHNYA DI-JILBAB-IN DAN HATINYA DI-BENER-IN,
10. Allah Ta’aala berfirman:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
11. “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
12. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
13. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzaab: 59).
14. Kewajibannya, yaitu tubuhnya di-jilbab-in dan hatinya di-bener-in.
15. Seandainya kewajiban yang satu masih belum bisa dikerjakan maka kewajiban yang satunya tetap harus dikerjakan dan tidak digugurkan.
16. Kita memahami betapa beratnya dilema yang wanita alami. pilihan antara dunia ataukah aturan agama.
17. Namun untuk yang sering copot copot jilbab.. karena pekerjaan atau apapun lah itu…
18. Hadits dari Ka’ab bin Iyadh radhiyallahu ‘anhu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
19. “Setiap umat memiliki ujian. Dan ujian terbesar bagi umatku adalah harta.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan al-Albani).
20. Betapa banyak orang yang berubah menjadi tidak karuan, melanggar syariat, bahkan murtad, gara-gara harta dan harta.
21. Rezeki 100% dari Allah
Inilah konsep yang selayaknya kita tanamkan dalam diri kita, sebagaimana yang Allah tegaskan dalam Alquran,
22. “Tidak ada satupun makhluk yang hidup di muka bumi ini, kecuali rezekinya ditanggung Allah…” (QS. Hud: 6).
23. Di ayat yang lain, Allah juga mengingatkan,
24. “Janganlah kalian membunuh anak kalian karena kondisi miskin.
25. Aku yang akan memberi rizki kalian dan memberi rizki mereka (anak kalian)..” (QS. Al-An’am: 151).
26. Sering kita dengar.. KALAU SAYA TINGGALKAN PEKERJAAN INI, SAYA MAKAN APA?, ANAK, ISTRI SAYA MAU DIKASIH MAKAN APA?
27. Kita camkan dalam lubuk hati kita, rezeki itu datang dari Allah,
28. … sementara kerja yang kita lakukan, sejatinya adalah sebab untuk menjemput rezeki itu.
29. Dan tentu saja, sebab untuk mendapatkan rezeki itu tidak hanya satu, tapi beraneka ragam.
30. Perlu kita sadari, tidak mungkin Allah simpan rezeki salah hamba-Nya sementara dia hanya bisa memperolehnya dengan cara yang haram.
31. Karena jika demikian, berarti Allah telah mendzalimi hamba-Nya.
32. Karena itu, rezeki Allah pasti bisa diperoleh dengan cara yang halal, tanpa harus menerjang aturan syariat.
33. Orang yang kurang memahami prinsip ini, dia akan beranggapan bahwa banyaknya rezekinya murni akan ditentukan oleh upaya & usahanya saja.
34. Akibatnya, dia akan lebih bersandar kepada kemampuannya dari pada kepada Allah.
35. Dia akan berusaha mengambil peluang apapun, agar pemasukannya bisa lebih besar.
36. Tanpa peduli aturan kanan-kiri. Tak heran jika dia beranggapan, jika menuruti apa kemauan syariat, saya gak bakal dapat peluang kerja.
37. Di saat itulah, dunia lebih penting bagi dia, dari pada aturan syariat.
38. Beda dengan orang yang memahami prinsip rezeki ini dengan baik.
39. Ketika dia harus mengalami kegagalan, karena peluang yang ditawarkan bertentangan dengan aturan syariah,
40. Maka akan muncul dalam dirinya bahwa Allah pasti akan memberikan ganti usaha yang lebih baik.
41. Dengan memiliki keyakinan semacam ini, kita akan semakin waspada dalam mencari rezeki.
42. Kalau-pun terjadi kegagalan, spontan dia akan segera berharap kepada Allah.
43. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada umatnya:
44. “Janganlah kamu merasa bahwa rezekimu telat datangnya,
45. … karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga dia mengenyam jatah rezeki terakhirnya.
46. Tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, yaitu dengan mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram.”
47. (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan dishahihkan Al-Albani)
48. Dengan demikian, cara dan pola berfikir sebagian dari wanita yang bekerja dengan melepas jilbab adalah cara yang keliru.
49. Ingat, Allah-lah yang memberi rezeki. Kalaupun harapan kita tidak terpenuhi, Allah tetap yang akan menanggung jatah rezeki kita.
➖➖➖
Rumah Tahfidz, Belajar Tahsin dan Tajwid Al Qur'an, Kajian Ilmu syar'i Hub: Diana Gasim (Ummu Achmad ) 085312837788)
Sunday, June 30, 2019
HSI Pembatal Keislaman 31
Nawaqidhul Islam:
■ *Nawāqidhul Islām*
■ *Halaqah 31 | PENJELASAN PEMBATAL KEISLAMAN KETUJUH II*
📀 _link audio_
══════❁﷽❁══════
Sihir jenis banyak, diantaranya kata beliau adalah *Asharf wal ‘athf*
Sihir jenis banyak, diantaranya kata beliau adalah *Asharf wal ‘athf*
Ashorf – الصرف
Di dalam bahasa Arab artinya memalingkan, maksud beliau adalah memalingkan dari rasa cinta menjadi rasa benci antara seorang suami dengan istri atau antara seorang kawan dengan kawannya yang sebelumnya ada rasa cinta diantara keduanya kemudian dengan bantuan syaitan dirubah menjadi rasa benci diantara keduanya. *Maka ini dinamakan Ashorf*&ini termasuk sihir & diharamkan didalam agama Islām.
Demikian pula Al’athf ini adalah kebalikan dari Ashorf yang artinya adalah cinta yaitu menjadi seseorang yang awalnya saling membenci menjadi saling mencintai atau dengan nama yang lain, sebagaimana datang dalam hadits – Attiwalah.
Sebagaimana beliau ﷺ bersabda :
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya mantra-mantra, jimat-jimat dan juga attiwalah semua ini adalah syirik.”
Sebagaimana beliau ﷺ bersabda :
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya mantra-mantra, jimat-jimat dan juga attiwalah semua ini adalah syirik.”
[HR. Ahmad, no. 3615, Abu Daud no. 1776, 3883 dan Ibnu Majah, no. 3530. Asy-Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata, “Shahih lighairihi,” dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibni Majah, no. 2854]
Yang dimaksud dengan Attiwalah sesuatu yang digunakan untuk menjadikan seseorang mencintai orang lain, atau dalam bahasa kita dinamakan dengan pelet, maka ini termasuk sihir yang diharamkan.
ومنه الصرف والعطف
Yang dimaksud dengan Attiwalah sesuatu yang digunakan untuk menjadikan seseorang mencintai orang lain, atau dalam bahasa kita dinamakan dengan pelet, maka ini termasuk sihir yang diharamkan.
ومنه الصرف والعطف
Dan diantaranya adalah Ashorf wal ‘athf
فمن فعله أورضي به
فمن فعله أورضي به
Maka barangsiapa yang mengamalkan sihir ini, bekerja sama dengan syaitan dengan Jin untuk mensihir orang lain – أورضي به – atau dia ridha dengan sihir tersebut, dia tidak melakukan dengan tangannya tetapi dia ridha, menyuruh orang lain untuk melakukan & dia ridha dengan sihir tersebut – كفر – maka dia telah kufur /telah keluar dari agama Islām.
Dan Rasulullãh ﷺ bersabda :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَسَحَّرَ أَوْ تُسِحِّرَ لَهُ ،
“Bukan termasuk golongan kami orang yang melakukan sihir atau yang di sihir kan ”
Artinya meminta orang lain untuk mensihirkan dia, memohon bantuan kepada dukun atau tukang sihir atau orang yang dianggap pintar untuk mensihir orang lain maka dia adalah orang yang ridha dengan sihir tersebut – كفر – maka orang yang demikian adalah orang yang kufur keluar dari agama Islām.
Apa dalil beliau rahimahullah?
والدليل
Dan Rasulullãh ﷺ bersabda :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَسَحَّرَ أَوْ تُسِحِّرَ لَهُ ،
“Bukan termasuk golongan kami orang yang melakukan sihir atau yang di sihir kan ”
Artinya meminta orang lain untuk mensihirkan dia, memohon bantuan kepada dukun atau tukang sihir atau orang yang dianggap pintar untuk mensihir orang lain maka dia adalah orang yang ridha dengan sihir tersebut – كفر – maka orang yang demikian adalah orang yang kufur keluar dari agama Islām.
Apa dalil beliau rahimahullah?
والدليل
Dan dalil yang menunjukkan bahwasanya sihir ini adalah kufur & bisa mengeluarkan seseorang dari Islām
قوله تعالى :
قوله تعالى :
Adalah firman Allāh yaitu didalam surat Al-Baqarah
وما يعلمان من أحد حتى يقول إنما نحن فتنة فلا تكفر
“Dan tidaklah keduanya (yaitu dua orang Malaikat Harut & juga Marut) mengajarkan kepada orang lain sihir – حتى يقول – sampai ia berkata (sampai kedua malaikat tersebut berkata ) kepada orang yang diajari – إنما نحن فتنة – Sesungguhnya kami adalah fitnah /kami adalah ujian cobaan bagi kalian (Allāh yang mengutus kami) – فلا تكفر – janganlah engkau kufur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan melakukan sihir.
Disini Allāh mengatakan /menceritakan tentang ucapan Harut & juga Marut, ketika Allāh mengutus keduanya dengan sihir dan mengajarkan kepada Manusia maka dua orang Malaikat ini setiap kali mengajarkan Manusia dia mengatakan /mereka berdua mengatakan – فلا تكفر – janganlah engkau kufur, artinya dengan melakukan sihir ini janganlah engkau kufur.
Menunjukkan kepada kita bahwasanya sihir adalah perbuatan kufur, termasuk perbuatan kufur yang bisa mengeluarkan dari keIslaman.
وما يعلمان من أحد حتى يقول إنما نحن فتنة فلا تكفر
“Dan tidaklah keduanya (yaitu dua orang Malaikat Harut & juga Marut) mengajarkan kepada orang lain sihir – حتى يقول – sampai ia berkata (sampai kedua malaikat tersebut berkata ) kepada orang yang diajari – إنما نحن فتنة – Sesungguhnya kami adalah fitnah /kami adalah ujian cobaan bagi kalian (Allāh yang mengutus kami) – فلا تكفر – janganlah engkau kufur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan melakukan sihir.
Disini Allāh mengatakan /menceritakan tentang ucapan Harut & juga Marut, ketika Allāh mengutus keduanya dengan sihir dan mengajarkan kepada Manusia maka dua orang Malaikat ini setiap kali mengajarkan Manusia dia mengatakan /mereka berdua mengatakan – فلا تكفر – janganlah engkau kufur, artinya dengan melakukan sihir ini janganlah engkau kufur.
Menunjukkan kepada kita bahwasanya sihir adalah perbuatan kufur, termasuk perbuatan kufur yang bisa mengeluarkan dari keIslaman.
Ini maksud pendalilan beliau membawakan ayat ini yang menunjukkan bahwasanya orang yang melakukan sihir adalah orang yang kufur & keluar dari agama Islām.
Dan ini akan ayat yang panjang yang disebutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam Alquran yang menceritakan tentang sebagian manusia yaitu orang-orang Yahudi tersebar dikalangan mereka sihir & didalam hadits disebutkan bahwasanya Rasulullãh ﷺ dahulu pernah disihir oleh seorang Yahudi yaitu Labid Ibnul ‘Ashom dan hadits yang shahih, dimana beliau ﷺ disihir & beliau adalah manusia biasa seperti manusia yang lain menimpa kepada beliau apa yang menimpa manusia,
beliau ditimpa sakit & diantaranya beliau pernah disihir oleh seorang Yahudi yang bernama Labid Ibnul’ Ashom sehingga saat itu tersihir pikiran beliau & dihayalkan kepada sesuatu padahal beliau tidak melakukannya sampai Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengutus dua orang Malaikat yaitu Malaikat Jibril dan satu orang Malaikat yang lain, kemudian meruqiyah Rasulullãh ﷺ dengan membacakan surat Al-Falaq & terbebaslah Rasulullãh ﷺ & beliau sembuh dengan Ijin Allāh Subhānahu wa Ta’āla setelah di ruqyah dengan surat Al-Falaq kemudian diambilah Buhul² yang digunakan untuk men sihir beliau yg ada di dalam sumur kemudian di hancurkan & ini menunjukkan bahwasanya banyaknya sihir diantara orang-orang Yahudi.
Allāh berfirman di dalam ayat ini :
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan ini akan ayat yang panjang yang disebutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam Alquran yang menceritakan tentang sebagian manusia yaitu orang-orang Yahudi tersebar dikalangan mereka sihir & didalam hadits disebutkan bahwasanya Rasulullãh ﷺ dahulu pernah disihir oleh seorang Yahudi yaitu Labid Ibnul ‘Ashom dan hadits yang shahih, dimana beliau ﷺ disihir & beliau adalah manusia biasa seperti manusia yang lain menimpa kepada beliau apa yang menimpa manusia,
beliau ditimpa sakit & diantaranya beliau pernah disihir oleh seorang Yahudi yang bernama Labid Ibnul’ Ashom sehingga saat itu tersihir pikiran beliau & dihayalkan kepada sesuatu padahal beliau tidak melakukannya sampai Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengutus dua orang Malaikat yaitu Malaikat Jibril dan satu orang Malaikat yang lain, kemudian meruqiyah Rasulullãh ﷺ dengan membacakan surat Al-Falaq & terbebaslah Rasulullãh ﷺ & beliau sembuh dengan Ijin Allāh Subhānahu wa Ta’āla setelah di ruqyah dengan surat Al-Falaq kemudian diambilah Buhul² yang digunakan untuk men sihir beliau yg ada di dalam sumur kemudian di hancurkan & ini menunjukkan bahwasanya banyaknya sihir diantara orang-orang Yahudi.
Allāh berfirman di dalam ayat ini :
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
[QS Al-Baqarah 102]
Allāh mengatakan
Allāh mengatakan
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ
Dan mereka itu (orang-orang) Yahudi mengikuti apa yang di baca oleh syaitan kepada tukang² sihir di zaman kerajaan Sulaiman.
Orang-orang Yahudi menyangka bahwasanya Nabi Sulaiman alaihi salam bisa menundukkan Jin dan juga sayatin dengan sihir padahal tidaklah demikian, setanlah yang telah kufur & dia lah yang telah mengajarkan sihir kepada manusia.
Orang-orang Yahudi menyangka bahwasanya Nabi Sulaiman alaihi salam bisa menundukkan Jin dan juga sayatin dengan sihir padahal tidaklah demikian, setanlah yang telah kufur & dia lah yang telah mengajarkan sihir kepada manusia.
_*Abdullāh Roy*_
_Di kota Al-Madīnah_
Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA *Halaqah Silsilah ‘Ilmiyyah (HSI) ‘Abdullāh Roy.*
Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA *Halaqah Silsilah ‘Ilmiyyah (HSI) ‘Abdullāh Roy.*
═══════ ❁ ❁ ═══════
Senin, 27 Syawwal 1440 H / 1 Juli 2019.
*💥PRINSIP SEORANG MUSLIM UNTUK MENDAPATKAN KEDUDUKAN DAN KEKUASAAN 💥*
*✍ _Ustadz DR Musyaffa' Ad Dariny,MA_*
Prinsip seorang MUSLIM = Untuk mendapatkan kedudukan dan kekuasaan, maka tempuhlah dengan jalan KESHALEHAN.
Seringkali kita lihat, orang ingin mendapatkan kedudukan atau kekuasaan menggunakan jalan pintas dan cara-cara kotor.
Memang, cara itu BISA JADI menyampaikan mereka kepada tujuannya... namun setelah itu, dia akan terseret dan tersandera untuk melakukan cara-cara kotor lainnya, sehingga kekuasaannya tidak membawa kebaikan dan keberkahan, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakatnya.
Sungguh sangat merugi, bila kekuasaan itu malah mencemarkan nama kita, merendahkan kedudukan kita, bahkan mendatangkan doa buruk masyarakat kepada kita.
Oleh karenanya, jangan hanya berpikir bagaimana sampai ke tampuk kekuasaan, tapi berpikirlah bagaimana sampai ke tampuk pimpinan dengan cara yang baik dan mendatangkan kebaikan dan keberkahan.
Jadilah diri yang shaleh, niscaya Allah memudahkan jalanmu menuju tampuk pimpinan. Camkanlah ayat-ayat berikut ini:
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
Telah Kami tetapkan di dalam Kitab Zabur setelah (tertulis) di dalam Adz-Dzikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh para hamba-Ku yang SHALEH.
[QS. Al-Anbiya' : 105]
إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Sungguh bumi itu milik Allah, Dia akan mewariskannya kepada siapa saja yg dikehendaki dari para hambaNya, dan kesudahan yang baik adalah bagi mereka yang BERTAKWA.
[QS. Al-A'rof: 128]
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan beramal SHALEH, bahwa Dia pasti benar-benar akan menjadikan mereka BERKUASA di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.
[QS. Annur: 55]
http://www.salamdakwah.com/artikel/2818-prinsip-seorang-muslim-untuk-mendapatkan-kedudukan-dan-kekuasaan
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
___🍃🕋🍃___
.
*💥PRINSIP SEORANG MUSLIM UNTUK MENDAPATKAN KEDUDUKAN DAN KEKUASAAN 💥*
*✍ _Ustadz DR Musyaffa' Ad Dariny,MA_*
Prinsip seorang MUSLIM = Untuk mendapatkan kedudukan dan kekuasaan, maka tempuhlah dengan jalan KESHALEHAN.
Seringkali kita lihat, orang ingin mendapatkan kedudukan atau kekuasaan menggunakan jalan pintas dan cara-cara kotor.
Memang, cara itu BISA JADI menyampaikan mereka kepada tujuannya... namun setelah itu, dia akan terseret dan tersandera untuk melakukan cara-cara kotor lainnya, sehingga kekuasaannya tidak membawa kebaikan dan keberkahan, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakatnya.
Sungguh sangat merugi, bila kekuasaan itu malah mencemarkan nama kita, merendahkan kedudukan kita, bahkan mendatangkan doa buruk masyarakat kepada kita.
Oleh karenanya, jangan hanya berpikir bagaimana sampai ke tampuk kekuasaan, tapi berpikirlah bagaimana sampai ke tampuk pimpinan dengan cara yang baik dan mendatangkan kebaikan dan keberkahan.
Jadilah diri yang shaleh, niscaya Allah memudahkan jalanmu menuju tampuk pimpinan. Camkanlah ayat-ayat berikut ini:
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
Telah Kami tetapkan di dalam Kitab Zabur setelah (tertulis) di dalam Adz-Dzikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh para hamba-Ku yang SHALEH.
[QS. Al-Anbiya' : 105]
إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Sungguh bumi itu milik Allah, Dia akan mewariskannya kepada siapa saja yg dikehendaki dari para hambaNya, dan kesudahan yang baik adalah bagi mereka yang BERTAKWA.
[QS. Al-A'rof: 128]
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan beramal SHALEH, bahwa Dia pasti benar-benar akan menjadikan mereka BERKUASA di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.
[QS. Annur: 55]
http://www.salamdakwah.com/artikel/2818-prinsip-seorang-muslim-untuk-mendapatkan-kedudukan-dan-kekuasaan
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
___🍃🕋🍃___
.
Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga
Oleh Ustad Yazid
Seorang muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Karena itulah menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi.
1. Menuntut Ilmu Syar’i Wajib Bagi Setiap Muslim Dan Muslimah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”[3]
Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua:
Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa. Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.
Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya.
Ketahuilah, menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan yang sangat besar dan menempati kedudukan tinggi yang tidak sebanding dengan amal apa pun.[4]
2. Menuntut Ilmu Syar’i Memudahkan Jalan Menuju Surga
Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga. Maka, jalan untuk masuk Surga adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Sebab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga. Maka, jalan untuk masuk Surga adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Sebab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَـمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.
“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.” [5]
Di dalam hadits ini terdapat janji Allah ‘Azza wa Jalla bahwa bagi orang-orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga.
“Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna:
Pertama : Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama.
Pertama : Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama.
Kedua : Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menela’ah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu syar’i.
“Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga” mempunyai dua makna. Pertama, Allah akan memudah-kan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syar’i dan mengamalkan konsekuensinya. Kedua, Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat ketika melewati “shirath” dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya. Wallaahu a’lam.•
Juga dalam sebuah hadits panjang yang berkaitan tentang ilmu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْـجَنَّةِ وَإِنَّ الْـمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّهُ لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِـمِ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ حَتَّى الْـحِيْتَانُ فِى الْـمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِـمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ لَـمْ يَرِثُوا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ.
“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.”[6]
Jika kita melihat para Shahabat radhiyallaahu anhum ajma’in, mereka bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu syar’i. Bahkan para Shahabat wanita juga bersemangat menuntut ilmu. Mereka berkumpul di suatu tempat, lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka untuk menjelaskan tentang Al-Qur-an, menelaskan pula tentang Sunnah-Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala juga memerintahkan kepada wanita untuk belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah di rumah mereka.
Sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَىٰ فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu dengan sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan al-Hikmah (Sunnah Nabimu). Sungguh, Allah Mahalembut, Maha Mengetahui.” [Al-Ahzaab: 33-34]
Laki-laki dan wanita diwajibkan menuntut ilmu, yaitu ilmu yang bersumber dari Al-Qur-an dan As-Sunnah karena dengan ilmu yang dipelajari, ia akan dapat mengerjakan amal-amal shalih, yang dengan itu akan mengantarkan mereka ke Surga.
Kewajiban menuntut ilmu ini mencakup seluruh individu Muslim dan Muslimah, baik dia sebagai orang tua, anak, karyawan, dosen, Doktor, Profesor, dan yang lainnya. Yaitu mereka wajib mengetahui ilmu yang berkaitan dengan muamalah mereka dengan Rabb-nya, baik tentang Tauhid, rukun Islam, rukun Iman, akhlak, adab, dan mu’amalah dengan makhluk.
3. Majelis-Majelis Ilmu adalah Taman-Taman Surga
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْـجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا رِيَاضُ الْـجَنَّةِ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ.
“Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.” Para Shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” [7]
‘Atha’ bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) rahimahullaah berkata, “Majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.” [8]
Ketahuilah bahwa majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis yang di dalamnya diajarkan tentang tauhid, ‘aqidah yang benar menurut pemahaman Salafush Shalih, ibadah yang sesuai Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, muamalah, dan lainnya.
Buku yang ada di hadapan pembaca merupakan buku “Panduan Menuntut Ilmu”. Di antara yang penulis jelaskan di dalamnya adalah keutamaan menuntut ilmu, kiat-kiat dalam meraih ilmu syar’i, penghalang-penghalang dalam memperoleh ilmu, adab-adab dalam menuntut ilmu, hal-hal yang harus dijauhkan oleh para penuntut ilmu, perjalanan ulama dalam menuntut ilmu, dan yang lainnya. Penulis jelaskan masalah menuntut ilmu karena masalah ini sangatlah penting. Sebab, seseorang dapat memperoleh petunjuk, dapat memahami dan mengamalkan Islam dengan benar apabila ia belajar dari guru, kitab, dan cara yang benar. Sebaliknya, jika seseorang tidak mau belajar, atau ia belajar dari guru yang tidak mengikuti Sunnah, atau melalui cara belajar dan kitab yang dibacakan tidak benar, maka ia akan menyimpang dari jalan yang benar.
Para ulama terdahulu telah menulis kitab-kitab panduan dalam menuntut ilmu, seperti Imam Ibnu ‘Abdil Barr dengan kitabnya Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, Imam Ibnu Jama’ah dengan kitabnya Tadzkiratus Samii’, begitu pula al-Khatib al-Baghdadi yang telah menulis banyak sekali kitab tentang berbagai macam disiplin ilmu, bahkan pada setiap disiplin ilmu hadits beliau tulis dalam kitab tersendiri. Juga ulama selainnya seperti Imam Ibnul Jauzi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (dalam Majmuu’ Fataawaa-nya dan kitab-kitab lainnya), Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (dalam kitabnya Miftaah Daaris Sa’aadah dan kitab-kitab lainnya), dan masih banyak lagi para ulama lainnya hingga zaman sekarang ini, seperti Syaikh bin Baaz, Syaikh al-Albani, dan Syaikh al-‘Utsaimin rahimahumullaah.
Dalam buku ini, penulis berusaha menyusunnya dari berbagai kitab para ulama terdahulu hingga sekarang dengan harapan buku ini menjadi panduan agar memudahkan kaum Muslimin untuk menuntut ilmu, memberikan semangat dalam menuntut ilmu, beradab dan berakhlak serta berperangai mulia yang seharusnya dimiliki oleh setiap penuntut ilmu. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca sekalian, serta bagi kaum Muslimin. Mudah-mudahan amal ini diterima oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan menjadi timbangan amal kebaikan penulis pada hari Kiamat. Dan mudah-mudahan dengan kita menuntut ilmu syar’i dan mengamalkannya, Allah ‘Azza wa Jalla akan memudahkan jalan kita untuk memasuki Surga-Nya. Aamiin.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para Shahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan kebaikan hingga hari Kiamat.
Read more https://almanhaj.or.id/2307-menuntut-ilmu-jalan-menuju-surga.html
📌 *Wajib Atasmu Bertaubat Diwaktu pagi dan Sore Hari*
________________🖋
🌹Berkata sebagian Salaf رحمهم الله :
🌹أصـبحوا تـائبين وأمـسوا تـائبين.
يُشير إلى أن المؤمن لا ينبغي أن يصبح ويمسي إلا على توبة، فإنه لا يدري متى يفاجئه الموت صباحاً أو مساءًا، فمن أصبح أو أمسى على غير توبة، فهو على خطر لأنه يخشى أن يَلقى الله غير تائب فَيُحشر في زمرة الظالمين.
🌹قال الله تعالى:﴿ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴾.
🍃Masuklah diwaktu Shubuh dan Sore hari dalam keadaan bertaubat🍃
〰〰〰〰〰🍂
▪Dia mengarahkan kepada orang beriman bahwasannya tidak pantas dia masuk diwaktu Shubuh dan Sore hari melainkan dalam keadaan bertaubat
▫Maka sungguh dia tidak mengetahui kapan kematian datang tiba-tiba kepadanya...diwaktu Shubuh atau Sore hari.
▪Maka barang siapa yang masuk diwaktu Shubuh atau Sore hari dalam keadaan tidak bertaubat, maka dia berada diatas kondisi yang genting
▫Karena dikhawatirkan dia berjumpa kepada Allah عز وجل dalam keadaan tidak bertaubat
👉Maka dia akan dibangkitkan pada golongan orang yang Zholim
🌹Allah عز وجل berfirman :
﴿ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴾.
Dan barang siapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang Zholim
(Al Hujarat : 75)
________________🖋🖋
📚[[Lathaif Al Ma'arif,
Ibnu Rajab :(1/344)]]
=========================
✍🏽 *Ustadz Abu Abdillah Fakhruddin* _hafizhahullah_
——————————————————
⤵⤵⤵ Yuk gabung di:
▪Telegram: https://goo.gl/cBcFBb
▪Instagram: https://goo.gl/tCXsKt
▪ YouTube: http://bit.ly/YoutubeDakwahSunnahSD
▪Daftar WhatsApp:
http://bit.ly/Bagi_Faidah_Ikhwah
http://bit.ly/Bagi_Faidah_Akhwat
________
*--- Sebarkan FAiDaH*
*--- Niatkan IbadaH*
*--- Raihlah JannaH*
___
📱 *Grup bAGI FAiDaH Muslimah*📚
________________🖋
🌹Berkata sebagian Salaf رحمهم الله :
🌹أصـبحوا تـائبين وأمـسوا تـائبين.
يُشير إلى أن المؤمن لا ينبغي أن يصبح ويمسي إلا على توبة، فإنه لا يدري متى يفاجئه الموت صباحاً أو مساءًا، فمن أصبح أو أمسى على غير توبة، فهو على خطر لأنه يخشى أن يَلقى الله غير تائب فَيُحشر في زمرة الظالمين.
🌹قال الله تعالى:﴿ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴾.
🍃Masuklah diwaktu Shubuh dan Sore hari dalam keadaan bertaubat🍃
〰〰〰〰〰🍂
▪Dia mengarahkan kepada orang beriman bahwasannya tidak pantas dia masuk diwaktu Shubuh dan Sore hari melainkan dalam keadaan bertaubat
▫Maka sungguh dia tidak mengetahui kapan kematian datang tiba-tiba kepadanya...diwaktu Shubuh atau Sore hari.
▪Maka barang siapa yang masuk diwaktu Shubuh atau Sore hari dalam keadaan tidak bertaubat, maka dia berada diatas kondisi yang genting
▫Karena dikhawatirkan dia berjumpa kepada Allah عز وجل dalam keadaan tidak bertaubat
👉Maka dia akan dibangkitkan pada golongan orang yang Zholim
🌹Allah عز وجل berfirman :
﴿ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴾.
Dan barang siapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang Zholim
(Al Hujarat : 75)
________________🖋🖋
📚[[Lathaif Al Ma'arif,
Ibnu Rajab :(1/344)]]
=========================
✍🏽 *Ustadz Abu Abdillah Fakhruddin* _hafizhahullah_
——————————————————
⤵⤵⤵ Yuk gabung di:
▪Telegram: https://goo.gl/cBcFBb
▪Instagram: https://goo.gl/tCXsKt
▪ YouTube: http://bit.ly/YoutubeDakwahSunnahSD
▪Daftar WhatsApp:
http://bit.ly/Bagi_Faidah_Ikhwah
http://bit.ly/Bagi_Faidah_Akhwat
________
*--- Sebarkan FAiDaH*
*--- Niatkan IbadaH*
*--- Raihlah JannaH*
___
📱 *Grup bAGI FAiDaH Muslimah*📚
Copy paste dari seorang sahabat:
*Janji ALLAH Itu Pasti...!!*
Beberapa Hari Ini Saya Mengkaji Tentang Kemenangan Prabowo Yang GagaL Di Tahun 2019,
PadahaL Ustadz Adi Hidayat Sudah Bermimpi BerkaLi-kaLi Tentang Bertemu Dengan Prabowo...
Dan Ustadz AbduL Somad Dibisikan Nama Prabowo OLeh ULama,
Tapi Mengapa Prabowo Tidak Menang..???
Banyak Yang Bertanya-Tanya Mengapa Bisa Begitu...???
Mengapa Prabowo Tidak Menang...???
PadahaL ALLAH Sudah Memberi Petunjuk Nama Prabowo Dimimpi Para ULama...??
Tapi Pernahkah Kita Berfikir Bahwa Kisah Itu Juga Pernah Terjadi Pada Masa KeLuarganya Imran...??
Saat Itu Imran Bermimpi ALLAH Akan Memberi Imran Keturunan Anak Laki-Laki Yang Akan Menjadi Seorang Nabi,
Yang Membuat Para Manusia-Manusia DzaLim Pada Saat Itu Ketakutan Tentang Mimpi Itu...
Namun Apa Yang Terjadi...??
Ternyata Hanna Istri Imran Tidak MeLahirkan Anak Laki-Laki,
Tetapi Perempuan Yang Diberi Nama MARYAM...
Banyak Manusia-Manusia Yang Percaya Dengan KeLuarga Imran SebeLumnya Berubah Jadi Membencinya,
Menganggap KeLuarga Imran Berbohong LaLu KeLuarga Imran Dijauhi,
Dan Para Manusia-manusia DzaLim Pada Saat Itu Berbahagia Dengan Kabar Bahwa Yang DiLahirkan Istri Imran AdaLah Perempuan,
Dan Menganggap Mimpi Imran Itu Tidak Benar....
Tapi Apa Yang Terjadi SeteLah Itu..???
Ternyata Rencana ALLAH Luar Biasa,
Dari Rahim MARYAM'Lah Lahir Seorang Anak Laki-laki Seorang Nabi Yang MuLia,
Dan Itu AdaLah Cucunya Imran,
Sesuai Dengan Mimpi Imran Yaitu Keturunanya,
Dan ALLAH Pasti Menepati Janjinya....
Apa Hikmah Yang Bisa Kita AmbiL Dari Kisah Itu...??
Bahwa ALLAH Lebih Mengetahui Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Kemenangan Itu Tiba,
Apa Jadinya KaLau Istri Imran Langsung MeLahirkan Anak Laki-Laki Seorang Nabi...???
Pasti Para Manusia DzaLim Pada Masa Itu Akan Langsung Membunuhnya,
Karena Mereka Membuat Rencana Jahat....
OLeh Sebab Itu,
Berbaik SangkaLah SeLaLu Pada ALLAH,
Janji ALLAH Itu Pasti,
ALLAH Pasti Akan Memberi Kemenangan Itu Pada Waktu Yang Tepat....
BersabarLah...!!!
TerusLah Berada DaLam Barisan Para ULama,
Barisan Para Pejuang Kebenaran Dan KeadiLan.....
*Janji ALLAH Itu Pasti...!!*
Beberapa Hari Ini Saya Mengkaji Tentang Kemenangan Prabowo Yang GagaL Di Tahun 2019,
PadahaL Ustadz Adi Hidayat Sudah Bermimpi BerkaLi-kaLi Tentang Bertemu Dengan Prabowo...
Dan Ustadz AbduL Somad Dibisikan Nama Prabowo OLeh ULama,
Tapi Mengapa Prabowo Tidak Menang..???
Banyak Yang Bertanya-Tanya Mengapa Bisa Begitu...???
Mengapa Prabowo Tidak Menang...???
PadahaL ALLAH Sudah Memberi Petunjuk Nama Prabowo Dimimpi Para ULama...??
Tapi Pernahkah Kita Berfikir Bahwa Kisah Itu Juga Pernah Terjadi Pada Masa KeLuarganya Imran...??
Saat Itu Imran Bermimpi ALLAH Akan Memberi Imran Keturunan Anak Laki-Laki Yang Akan Menjadi Seorang Nabi,
Yang Membuat Para Manusia-Manusia DzaLim Pada Saat Itu Ketakutan Tentang Mimpi Itu...
Namun Apa Yang Terjadi...??
Ternyata Hanna Istri Imran Tidak MeLahirkan Anak Laki-Laki,
Tetapi Perempuan Yang Diberi Nama MARYAM...
Banyak Manusia-Manusia Yang Percaya Dengan KeLuarga Imran SebeLumnya Berubah Jadi Membencinya,
Menganggap KeLuarga Imran Berbohong LaLu KeLuarga Imran Dijauhi,
Dan Para Manusia-manusia DzaLim Pada Saat Itu Berbahagia Dengan Kabar Bahwa Yang DiLahirkan Istri Imran AdaLah Perempuan,
Dan Menganggap Mimpi Imran Itu Tidak Benar....
Tapi Apa Yang Terjadi SeteLah Itu..???
Ternyata Rencana ALLAH Luar Biasa,
Dari Rahim MARYAM'Lah Lahir Seorang Anak Laki-laki Seorang Nabi Yang MuLia,
Dan Itu AdaLah Cucunya Imran,
Sesuai Dengan Mimpi Imran Yaitu Keturunanya,
Dan ALLAH Pasti Menepati Janjinya....
Apa Hikmah Yang Bisa Kita AmbiL Dari Kisah Itu...??
Bahwa ALLAH Lebih Mengetahui Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Kemenangan Itu Tiba,
Apa Jadinya KaLau Istri Imran Langsung MeLahirkan Anak Laki-Laki Seorang Nabi...???
Pasti Para Manusia DzaLim Pada Masa Itu Akan Langsung Membunuhnya,
Karena Mereka Membuat Rencana Jahat....
OLeh Sebab Itu,
Berbaik SangkaLah SeLaLu Pada ALLAH,
Janji ALLAH Itu Pasti,
ALLAH Pasti Akan Memberi Kemenangan Itu Pada Waktu Yang Tepat....
BersabarLah...!!!
TerusLah Berada DaLam Barisan Para ULama,
Barisan Para Pejuang Kebenaran Dan KeadiLan.....
Saturday, June 29, 2019
Hari Guru
Surat untuk Ibu dan Bapak Guru
dari Mendikbud *
Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati dan muliakan,
Semoga Ibu dan Bapak Guru dalam keadaan sehat, bahagia, dan penuh semangat saat surat ini menemui Ibu dan Bapak sekalian. Seiring dengan peringatan Hari Guru ini, atas nama pemerintah, saya menyampaikan apresiasi kepada Ibu dan Bapak Guru semua yang telah mengemban tugas mulia serta mengabdi dengan hati dan sepenuh hati. Izinkan saya dengan rendah hati menyampaikan rasa hormat, rasa terima kasih, dan rasa bangga atas pengabdian Ibu dan Bapak sekalian.
Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat, memilih hadir bersama anak-anak kita, bersama para pemilik masa depan Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan Indonesia.
Mewakili seluruh bangsa hadir di kelas, di lapangan, bahkan sebagian harus mengabdi dengan fasilitas ala kadarnya demi mencerahkan dan membuat masa depan yang lebih baik untuk anak-anak kita. Saya ingin menggarisbawahi bahwa persiapan masa depan bangsa dan negara Indonesia ini dititipkan pada Ibu dan Bapak Guru.
Saya menyadari masih banyak tanggung-jawab pemerintah pada Guru yang belum ditunaikan dengan tuntas. Kita harus mengakui bahwa bangsa ini belum menempatkan guru sebagaimana seharusnya. Guru memiliki peran yang amat mulia dan amat strategis.
Saya percaya bahwa cara kita memperlakukan guru hari ini adalah cermin cara kita memperlakukan persiapan masa depan bangsa ini. Kita harus mengubah diri, kita harus meninggikan dan memuliakan guru.
Pemerintah di semua level harus menempatkan guru dengan sebaik-baiknya dan menunaikan secara tuntas semua kewajibannya bagi guru. Pekerjaan rumah pemerintah, di semua level masih banyak, mulai dari masalah status kepegawaian, kesejahteraan, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan guru harus dituntaskan.
Meskipun demikian, dibalik semua permasalahan yang ada, pendidikan harus tetap berjalan dengan baik. Di pundak Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, ada wajah masa depan kita. Setiap hari Ibu dan Bapak Guru menemui wajah masa depan Indonesia, dan di ruang-ruang kelas itulah anak-anak bersiap bukan saja untuk menyongsong tetapi juga untuk memenangkan masa depan.
Hari-hari di depan kelas tentu menyedot energi. Anak-anak yang menuntut perhatian. Tugas-tugas Guru yang menumpuk. Masih banyak ruang kelas yang tak memadai, fasilitas belajar yang ala kadarnya, atau suhu udara yang tidak selalu bersahabat, ibu dan bapak guru yang saya hormati, teruslah hadir membawa senyum; berbekal kerahiman, songsonglah anak-anak bangsa ini dengan kasih sayang; hadirlah dengan hati dan sepenuh hati.
Kita semua sadar bahwa pendidikan adalah ikhtiar fundamental dan kunci untuk kita dapat memajukan bangsa. Potensi besar di Republik ini akan dapat dikembangkan jika manusianya terkembangkan dan terbangunkan.
Kualitas manusia adalah hulunya kemajuan dan pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam meningkatkan kualitas manusia.
Pada kesempatan ini saya mengajak kita semua untuk melihat pendidikan bukan semata-mata urusan negara, urusan pemerintah. Tanpa mengurangi peran negara, karena negara masih harus menyelesaikan tanggung-jawab yang belum tuntas dan meningkatkan kinerjanya, saya mengajak semua warga bangsa Indonesia untuk ikut bekerja sama demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Ya, secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab negara, tetapi secara moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik.
Saya mengajak semua kalangan, mari terlibat untuk membantu sekolah, guru, madrasah, balai belajar, dan taman belajar. Kita terlibat untuk mendorong kemajuan pendidikan. Untuk itu pula, kepada Guru, Kepala Sekolah, dan Tenaga Kependidikan mari kita bukakan pintu lebar-lebar. Kita mengajak dan memberi ruang kepada masyarakat untuk ikut terlibat, memikirkan, dan berbuat untuk kemajuan dunia pendidikan kita.
Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan,
Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona berkarakter mulia. Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan. Biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur bersih dan terpuji karakternya.
Bayangkan Ibu dan Bapak Guru yang terhormat, kelak anak-anak kita akan hidup di era baru. Mereka hidup di era yang korupsi sudah dianggap sebagai sesuatu yang basi, sesuatu yang bukan lagi kelaziman, dan tidak semata-mata dipandang sebagai persoalan pelanggaran hukum, tetapi lebih dari itu korupsi menyangkut persoalan harkat dan martabat kemanusiaan.
Pada suatu saat, ketika anak-anak kita, murid-murid itu telah dewasa dan berkiprah di dalam masyarakat, mereka kelak bisa bertutur, "Saya belajar jujur, dan belajar integritas dari Guru". Seraya, nama Ibu/Bapak Guru disebut.
Ibu dan Bapak Guru mungkin saja tidak mendengar langsung ucapan-ucapan itu, tetapi yakinlah bahwa melalui anak didik yang meneladani Ibu/Bapak Guru itulah aliran pahala untuk Ibu dan Bapak tidak akan pernah berhenti. Pahala yang tiada henti-hentinya melalui anak-anak didik yang menjadi manusia berkarakter mulia, yang menjalani hidup dengan kejujuran dan berintegritas.
Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh murid-murid dan lingkungannya.
Akhirnya, kepada seluruh Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, saya sampaikan apresiasi. Sekali lagi, atas nama pemerintah, saya sampaikan terima kasih. Ikhtiar mulia ini harus kita teruskan. Suatu saat kelak, Ibu dan Bapak Guru dapat melakukan refleksi atas apa yang sudah dijalani sambil bersyukur bahwa di saat Indonesia sedang mengubah wajahnya menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih jujur, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih cerah, Ibu dan Bapak Guru memegang peran penting.
Kelak Ibu dan Bapak dapat berkata, "Saya disana, saya terlibat. Sekecil apapun saya ikut mendidik generasi lebih baik. Saya ikut melahirkan generasi baru dan ikut berkontribusi membuat wajah Indonesia yang lebih cemerlang, dan membanggakan."
Selamat meneruskan pengabdian mulia, selamat menginspirasi, dan Selamat Hari Guru.
Salam hangat,
Anies Baswedan
Makna Aqidah
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/24808-makna-akidah.html
Kata akidah atau i’tiqod secara bahasa berasal dari kata al ‘aqdu yang artinya berputar sekitar makna kokoh, kuat, dan erat.1 Adapun secara istilah umum, kata akidah bermakna keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada keraguan2. Jika keyakinan tersebut sesuai dengan realitas yang ada maka akidah tersebut benar, namun jika tidak sesuai maka akidah tersebut bathil.3
Setiap pemeluk suatu agama memiliki suatu akidah tertentu. Namun kebenaran akidah hanya ada dalam islam. Karena dia bersumber dari Dzat yang Maha Mengetahui, yaitu Allah ta’ala. Sehingga karenanya tidak ada perbedaan antara akidah yang dibawa oleh para Nabi dari masa ke masa.
Adapun akidah yang bathil, mencakup semua akidah yang bertentangan dengan wahyu. Yaitu akidah yang hanya bersumber dari akal manusia, atau berasal dari wahyu namun dirubah dan diselewengkan. Seperti akidahnya orang yahudi bahwa Uzair adalah anak Allah, atau akidahnya orang Nashroni bahwa al masih adalah anak Allah, atau akidah syiah yang berkeyakinan bahwa Allah menyesal setelah berkehendak, yang dinamakan akidah bada’.
Dalam definisi syar’i, akidah dalam agama islam bermakna masalah masalah ilmiyah yang berasal dari Allah dan Rosulnya, yang wajib bagi setiap muslim untuk meyakininya sebagai pembenaran terhadap Allah dan Rosul Nya.4
Meskipun kata akidah dalam hal ini merupakan istilah baru5 yang tidak dikenal dalam Al Qur’an maupun Sunnah6, namun para ulama menggunakan istilah ini. Yang menunjukan kebolehan penggunaan istilah ini. Toh, tidak ada masalah dalam penggunaan istilah jika maknanya dipahami.
Diantara para ulama yang menggunakan istilah ini adalah Imam Al Laalakaai (418 H) dalam kitabnya Syarhul ushul I’tiqod ahlu sunnah wal jama’ah, kemudian Imam As Shobuni (449 H) dalam kitabnya Aqidas Salaf Ashaabul Hadits.
Kemudian ada beberapa istilah yang semakna dengan akidah yang juga digunakan oleh para ulama, diantaranya :
Al Fiqhul Akbar
Pada awal kemunculannya kata fiqih dimaksudkan kepada ilmu tentang agama islam secara umum, dan terkhusus ilmu berkenaan dengan akherat, masalah masalah hati, penghancur amal dan sebagainya.7 Namun kemudian makna ini berubah menjadi ilmu tentang hukum hukum dhohir praktis syar’I yang sekarang dikenal dengan ilmu fiqih.8
Sehingga karenanya ilmu fiqih di masa dahulu mencakup seluruh ilmu agama baik ilmu akidah yang bersifat bathin maupun ilmu hukum-hukum yang bersifat zahir. Dari sinilah kemudian muncul istilah Fiqhul Akbar yang dimaksudkan ilmu akidah. Karena ilmu akidah lebih agung dibandingkan ilmu cabang hukum-hukum zahir yang merupakan Fiqhul Ashghor.
Ulama yang pertama kali menggunakan istilah ini adalah Abu Hanifah (150 H) dalam kitabnya Al Fiqhul Akbar. Beliau berkata, “Al Fiqhul Akbar dalam agama lebih baik dari fiqih dalam ilmu, seseorang faqih tentang bagaimana cara beribadah kepada Rabb nya lebih baik dari mengumpulkan seluruh ilmu”9
Al Iman
Iman secara bahasa10 bermakna At Tashdiq (pembenaran)11 dan Al Iqroor (penetapan)12. Adapun secara istilah syar’i iman adalah pembenaran dan penetapan serta ketundukan terhadap kebenaran yang berasal dari wahyu.13 Dan para ulama sepakat bahwa Iman mencakup perkataan dan perbuatan, perkataan hati dan lisan, perbuatan hati dan anggota badan.14
Istilah iman merupakan kata yang paling sering disebutkan dalam Al Qur’an maupun sunnah. Diantara para ulama yang menggunakan istilah ini adalah Ibnu Mandah (395 H) dalam kitabnya Kitabul Iman, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (728 H) juga dalam dua kitabnya yaitu Al Iman Ausath dan Al Imanul Kabir, kemudian juga Imam Bukhori dalam S-nya membuat bab di awal sohihnya dengan nama kitabul iman.15
As Sunnah
Kata sunnah memiliki makna yang bermacam macam tergantung disiplin ilmu masing masing16. Dalam ilmu fiqih sunnah adalah hal hal yang jika dikerjakan mendapatkan pahala, dan jika ditinggalkan tidak apa apa. Dalam ilmu ushul fiqih assunnah bermakna sumber wahyu kedua setelah Al Qur’an. Dalam ilmu hadits assunnah merupakan persamaan kata dari akidah, dan seterusnya. Terkadang juga sunnah digunakan sebagai antitesa dari kata bid’ah. Namun kemudian banyak ulama yang menggunakan istilah sunnah ditunjukan kepada makna akidah dikarenakan urgensi ilmu akidah yang merupakan pokok agama islam. Diantara para ulama yang menggunakan istilah sunnah adalah Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hambal (327 H) dalam kitabus Sunnah dan Imam Al Barbahaari (329 H) dalam kitabnya Syarhus Sunnah.
At Tauhid
Kata tauhid terdapat dalam hadits Mu’adz ketika diutus ke yaman diatas. Diantara para ulama yang menggunakan kata ini adalah Ibnu Khuzaimah (311 H) dalam Kitabut Tauhid Wa Itsbaatu Shifaatir Rabb ‘Azza Wa Jalla , juga Imam Al Maqriizi (845 H) dalam kitabnya Tajridut Tauhid Al Mufid, serta Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab (1206 H) dalam Kitabut Tauhid Alladzi Huwa Haqqullah ‘Alal ‘Abid. Kitab kitab yang ditulis dengan istilah tauhid hanya membahas hal hal yang berkaitan dengan tauhid dengan ketiga macamnya, yang merupakan bagian dari ilmu akidah. Sehingga kitab kitab akidah lebih bersifat komprehensif (syumul). Selain membahas masalah tauhid, kitab kitab Akidah juga membahas hal hal lain seperti iman dan rukun rukunnya, islam dan rukun rukunnya, hal hal yang bersifat ghoib, kaidah kaidah dalam akidah yang pasti yang disepakati para ulama, wala dan baro, bantahan terhadap aliran sesat dll.17
As syari’ah
Secara umum akidah seperti sunnah, terkadang dimaksudkan seluruh yang disyariatkan oleh Allah kepada hambanya berupa hukum hukum yang disampaikan oleh para nabi. Terkadang dimaksudkan hanya masalah akidah, dan terkadang dimaksudkan masalah amaliyah fiqhiyah saja. Dalam Al Qur’an pun makna Syariah berbeda beda, terkadang syariat bermakna seluruh ajaran yang dibawa para nabi18, terkadang dikhususkan ajaran setiap nabi yang berbeda antara satu nabi dengan yang lainnya19, dan terkadang dikhususkan kepada kesamaan da’wah seluruh nabi yaitu tauhid.20
Adapun secara khusus makna Syari’ah adalah akidah yang diyakini oleh ahlu sunnah wal Jama’ah. Dan ini lah yang dimaksud oleh para ulama ketika menulis kitab kitab akidah dengan nama As Syari’ah. Diantara ulama yang menggunakan istilah ini adalah Imam Al Ajurri (360 H) dalam kitab beliau As Syarii’ah dan Ibnu Bathoh (387 H) dalam kitab beliau Al Ibaanah ‘Alaa Syarii’ati Firqotun Naajiyah.
Ushulud Din
Ashlu atau pokok adalah apa yang dibangun diatasnya sesuatu. Maka ushulud din adalah sesuatu yang agama dibangun diatasnya. Dan agama islam dibangun diatas akidah yang benar. Sehingga para ulama menggunakan istilah ini dengan makna ilmu akidah. Dan ini yang kita kenal dalam perguruan perguruan tinggi di timur tengah, saudi arabia khususnya fakultas yang berkonsentrasi membahas akidah adalah fakultas ushuluddin. Diantara ulama yang menggunakan istilah ini adalah Abu Hasan Al Asy’ari (324 H)dalam kitab beliau Al Ibanah ‘An Ushulid Diyanah, dan Ibnu Bathoh (387 H) dalam kitabnya Asy Syarhu wal Ibanag ‘An Ushulis sunnah Wad Diyanah. Wallahu ‘Alam.
***
Catatan kaki
1 Lihat kata “عقد” dalam Mu’jam Maqoyisil Lughoh, Ibn Faris (4/86-87), Madkhol Lidiroosatil Akidah Al Islamiyah, Dr. Utsman Jum’ah Ad Dhomairiyah 9 (Maktabah As Sawaadi At Tauzi’, Cet 1; 1425 H, Jeddah) Hal. 87
2 Al Mu’jam Al Washith 2/614
3 Lihat : Ibnu Utsaimin Syarhul Akidah Wasathiyah, Hal.37 (Dar Tsuroyya Linnasyr, cet. 2 1426 H) dan Muhammad Kholil Harros, Syarhul Akidah Al Wasathiyah. Hal. 15 (Dar Imam Ahmad, cet 1, 1429 H)
4 Lihat Dr. Sulaiman Umar Al Asyqor, Akidah Fillah (Dar Nufasaa, cet 15 1423 H, Urdun) hal. 12
5 Meskipun asal katanya ada dalam Al Qur’an, seperti dalam Surat Al Ma’idah ayat 1 dan 89
6 Madkhol Lidiroosatil Akidah Al Islamiyah, hal. 63
7 Lihat : Mukhtashor Minhajil Qosidin, hal. 22
8 Madkhol Lidiroosatil Akidah Al Islamiyah, hal. 65
9 Ibid hal. 67-68
10 Hal ini akan dibahas lebih rinci dalam makalah yang lain dengan judul Hakekat Iman antara Ahlu Sunnah dan Ahlu Bid’ah dalam waktu dekat Insya Allah.
11 Lihat Fathul bari (1/46) Dr. Muhammad bin Ibrohim Al Hamd, Al Iman Haqiiqotuhu Wa Maa Yata’allaqu Bihi Minal Masaail (Dar Ibnu Khuzaimah, Hal. 14)
12 Lihat Majmu Fatawa (7/638) Syarhul Aqidah Al Washatiyah Hal. 41
13 Madkhol Lidiroosatil Akidah Al Islamiyah, hal. 70
14 Majmu Fatawa (7/308)
15 Imam bukhori membuka Shohih Bukhori nya dengan kitabul Iman dan menutupnya dengan kitabut Tauhid. Ini menunjukan fiqih beliau dalam setiap bab yang beliau tulis. Beliau ingin menunjukan bahwa tauhid atau iman merupakan kewajiban yang pertama dan yang terakhir. Namun ada perbedaan antara keduanya. Kitabul iman berisi penjelasan tentang iman, hakekat, cabang cabang cabangnya dan kelompok yang menyimpang dalam masalah ini yaitu murji’ah. Adapun tauhid berkenaan dengan tauhid terutama asma wa sifat serta bantahan terhadap kelompok yang menyimpang dalam hal ini yaitu jahmiyah al mu’athilah.
16 Tentang makna sunnah lihat Al Kuliyyat (3/9-12) Madkhol Lidiroosatil Akidah Al Islamiyah, hal. 74-75
17 Lihat Dr. Muhamad bin Ibrohim Al Hamd, Rosaail Fil Akidah (Dar Ibnu Khuzaimah, Riyadh, cet 1 1432 H) Hal. 11
18 Seperti dalam Qs. Al Jatsiyah : 18
19 Seperti dalam Qs. Al Maidah : 48
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/24808-makna-akidah.html
Hukum dan Keutamaan Belajar Aqidah
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/24764-hukum-dan-keutamaan-belajar-akidah.html
Pendahuluan
Tidak diragukan lagi menuntut ilmu merupakan amalan yang sangat mulia. Bahkan merupakan kewajiban setiap Muslim1. Banyak sekali ayat maupun hadits Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menyebutkan tentang keutamaan seorang ulama dan penuntut ilmu.2 Mereka adalah sebaik baik makhluk3. Kesaksian mereka atas keesaan Allah disejajarkan dengan kesaksian Allah dan para malaikatnya4. Derajat mereka ditinggikan.5 Para malaikat serta makhluk hidup yang lainnya senantiasa mendoakan mereka.6Bahkan Allah menjadikan ukuran kebaikan seseorang dengan ilmu yang dia miliki7. Cukuplah kemudahan meraih syurga8 yang dijanjikan bagi mereka, menjadi motivasi kita untuk mengikuti jejak mereka.
Para ulama menjelaskan bahwa ilmu yang dimaksud dalam nash-nash yang ada adalah ilmu syar’i9. Ilmu yang berlandaskan dari Al Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman Salafusshalih. Dan diantara semua ilmu syar’i yang ada, ilmu akidah (atau disebut juga dengan ilmu tauhid) menempati posisi yang pertama. Hal ini dikarenakan objek pembahasannya yang berkaitan dengan Zat Allah dan peribadahan kepadanya. Sementara tidak ada yang lebih dibutuhkan oleh jiwa manusia melebihi pengenalannya terhadap Zat Allah ta’ala ( (ma’rifatullah). Dan –sebagaimana kata para ulama-,10 “keutamaan suatu ilmu bergantung dengan keutamaan objek yang dikaji dalam ilmu tersebut.”
Hukum Belajar Ilmu Akidah
Mempelajari Ilmu akidah secara umum hukumnya wajib bagi seorang Muslim. Namun para ulama membaginya menjadi dua bagian. Yang bersifat fardhu ‘ain, yaitu ilmu akidah secara global (Ijmaali). Dan yang bersifat fardhu kifayah, berupa rincian rincian ilmu akidah (Tafshiili).11 Akidah ahlu sunnah secara global seperti keyakinan adanya Allah, malaikat, para nabi, dan kitab kitab yang diturunkan, serta akan datangnya hari kiamat dan sebagainya. Dalam hal ini wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari dan mengetahui serta meyakininya, dan berdosa jika ditinggalkan. Adapun rincian hal hal tersebut, seperti mengenal nama nama malaikat dan tugas tugasnya atau rincian kejadian di hari kiamat dan sebagainya, maka hukum mempelajarinya adalah fardhu kifayah. Jika sebagian kaum Muslimin sudah mempelajarinya dengan benar, maka menjadi gugur kewajiban kaum muslimin yang lain untuk mempelajarinya.
Namun ada dua kondisi dimana mempelajari rincian akidah menjadi fardhu ain. Yang pertama ketika seseorang memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mempelajarinya. Dalam kondisi seperti ini, tidak diperbolehkan baginya meninggalkan kesempatan mempelajari rincian akidah yang benar. Seperti seseorang yang berkesempatan menempuh pendidikan di timur tengah, dan disana diajarkan kajian akidah secara rutin, maka ketika itu diwajibkan baginya mengikuti dan mempelajari akidah tersebut. Namun bagi masyarakat awam misalnya, yang tidak memiliki kesempatan atau kemampuan mempelajari akidah, maka cukup baginya mengetahui akidah ahlu sunnah secara global.
Adapun keadaan yang kedua, mempelajari rincian akidah menjadi wajib ketika hal itu menjadi kebutuhan mendesak. Sebagai contoh, di suatu tempat yang disana tersebar aliran sesat, sehingga banyak orang yang rusak akidahnya, maka setiap orang wajib membentengi dirinya dengan ilmu akidah yang berkaitan dengan penyimpangan yang terjadi. Yang dengan itu dia bisa menangkal dan selamat dari paham sesat tersebut. Seseorang yang tinggal di tempat yang disana tersebar aliran syiah, wajib baginya untuk mempelajari syubhat syubhat syiah dan bantahannya. Seseorang yang tinggal di tempat yang disana banyak penyembah kuburan, wajib bagi nya untuk mempelajari tentang syirkul qubur (syirik yang berkaitan dengan kuburan) dan seterusnya.
Dan berikut beberapa point yang menunjukan pentingnya mempelajari ilmu akidah ;
Kewajiban pertama dan terakhir setiap muslim
Para ulama sepakat bahwa kewajiban pertama seorang mukallaf adalah membaca dua kalimat syahadat yang merupakan kalimat tauhid12. Dan mereka juga sepakat, bahwa seseorang yang sudah melakukannya sebelum baligh tidaklah diperintahkan untuk memperbaharui dengan mengulanginya kembali ketika sudah baligh13.
Begitu juga seorang yang kafir, ketika hendak masuk islam kewajiban yang pertama kali dibebankan kepadanya adalah mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebagaimana ditunjukan oleh hadits riwayat Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu. Ketika Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengutus Mu’adz bin Jabal Rodhiyallahu ‘Anhu ke Yaman beliau bersabda, “Wahai Mu’adz sesungguhnya engkau akan menemui kaum ahli kitab. Maka hendaklah hal yang pertama kali engkau dakwahkan adalah supaya mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah…” 14.
Selain kewajiban yang pertama tauhid juga kewajiban akhir seorang muslim. Seseorang yang meninggal dalam keadaan bertauhid akan masuk syurga. Namun sebaliknya jika seseorang meninggal dalam keadaan syirik yang membatalkan tauhidnya, maka dia akan masuk neraka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang akhir perkataannya laa ilaaha illallah dia akan masuk syurga”15. Beliau juga bersabda, “talkinlah seorang yang hendak meninggal dari kalian untuk mengucapkan laa ilaaha illallahu..” 16 . Maka tauhid merupakan kewajiban yang pertama dan yang terakhir setiap Muslim.
Ilmu tauhid dibutuhkan di alam kubur
Bukan hanya di dunia, Ilmu tauhid juga dibutuhkan hingga di alam kubur untuk menjawab fitnah kubur berupa 3 pertanyaan malaikat17. Sebagaimana diketahui bahwa seorang yang sudah meninggal akan mendapatkan fitnah kubur berupa pertanyaan malaikat. Tentang siapa Tuhan, Nabi, dan Agama mereka. Tiga pertanyaan ini hanya akan dijawab oleh mereka yang memiliki akidah yang benar tentang tiga hal tersebut.18
Akidah dengan amalan ibarat sebuah pondasi dari sebuah bangunan
Tanpa akidah yang benar suatu amalan tidak akan berguna. Allah ta’ala berfirman, “Dan kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (Qs. Al Furqon : 23). Dan inilah salah satu alasan kenapa Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di permulaan dakwahnya, tiga belas tahun di Makkah, hanya berdakwah kepada tauhid. Sampai ketika tauhid ini sudah menancap dalam jiwa para sahabat, barulah turun syariat syariat yang merupakan bangunan agama Islam.
Inti dakwah para nabi
Diutusnya para Rosul merupakan salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada manusia. Hal ini disebabkan kebutuhan manusia terhadap dakwah yang dibawa oleh para Rosul sangat mendesak. Bahwa keselamatan dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat terdapat pada ajaran yang dibawa oleh para Rosul. Allah ta’ala berfirman, “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Qs. Al Imron : 164)
Dan kalau kita membaca nash nash yang ada, kita akan mengetahui bahwa inti ajaran para Rosul yang di utus adalah tauhid.19Tidaklah seorang Rosul di utus, kecuali menyeru kaumnya kepada tauhid. Allah ta’ala berfirman, “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghutitu” (Qs. An Nahl : 34). Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “sesungguhnya aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah”20Hal ini menunjukan pentingnya tauhid.
Bahaya tidak memahami tauhid
Sesorang yang tidak memiliki ilmu tauhid yang benar mungkin sekali terjatuh kedalam kesyirikan yang merupakan dosa yang paling besar. Bahkan bisa mengeluarkan pelakunya ke dalam islam. Dia akan meremehkan perbuatan dosa, bahkan syirik sekalipun. Dia akan menyangka selama sudah mengucapkan dua kalimat syahadat maka dia akan aman. Padahal lihatlah nabi Ibrohim ’alaihi Salam. Imamnya Ahlu Tauhid, bapak para nabi, penghancur berhala berhala di zamannya. Meskipun begitu beliau sangat takut terhadap kesyirikan21, hingga selalu berdoa kepada Allah meminta dijauhkan dari perbuatan kaumnya yaitu menyembah patung. Allah ta’ala berfirman –menyebutkan doa nabi Ibrohim ‘alaihi salam, “dan jauhkanlah aku dan anak anaku dari menyembah patung” (Qs. Ibrohim: 35). Ini tentu berdasarkan pemahamannya terhadap makna tauhid yang benar. Hal ini tidak akan timbul dari orang yang bodoh terhadap ilmu tauhid.
Perhatian para ulama salaf terhadap Ilmu Akidah
Kalau kita membaca sejarah para pendahulu kita dari kalangan salaf, kita akan mendapatkan besarnya perhatian mereka terhadap masalah akidah. Tidak ada yang lebih diperhatikan oleh para ulama salaf melebihi perhatian mereka terhadap ilmu akidah. Hal ini terlihat dari banyaknya kitab yang ditulis dalam ilmu akidah.22Hal ini tentu saja berdasarkan pemahaman mereka akan pentingnya ilmu akidah, serta bahaya yang akan timbul dari kebodohan umat dalam masalah akidah. Wallahu ‘Alam
Bersambung insya Allah…
***
Catatan kaki
1 Hadits Anas bin Malik lihat hadits no 5266 dalam Al Jaami’ As Shoghir Imam Suyuthi, dan dihasankan oleh beliau.
2 Tentang keutamaan ilmu lihat di kitab Jaami’ bayaanul Ilmi Wa Fadhlihi, Ibnu Abdil Barr (Dar Ibnul Jauzi, Dammam)
3 Qs. Al Bayyinah : 7
4 Qs. Al Imron : 18
5 Qs. Al Mujadalah : 11
6 Lihat hadits no 1838 di sohih Al Jaami.
7 Lihat hadits riwayat Bukhori No. 7312 dan Muslim No. 1037
8 Lihat Hadits no 88 di sohih Ibnu Hibban
9 Ibnul Qoyyim Rahimahullah dalam Qoshidah Annuniyah nya berkata,
العلم قال الله وقال رسوله قال الصحابة هم أولوا العرفانى
“Ilmu adalah firman Allah dan firman Rosul Nya perkataan para sahabat merekalah pemilik pengetahuan”
10 Ibn Abil Izz, Syarhul Akidah At Tohawiyah, hal. 2
11 Ibid hal. 3. Namun dalam ta’liq (catatan) nya terhadap Syarh Akidah Tohawiyah, Dr. Ibrohim Ar Ruhaili Rahimahullah berpandangan bahwa tidak tepat pembagian mempelajari akidah menjadi fardhu ain dan fardhu kifayah. Tapi lebih tepat dikatakan pembagiannya menjadi wajib dan mustahab. Sebagai contoh mengenal Allah ta’ala dengan mempelajari asmaul husna secara rinci tidak tepat jika dikatakan sebagai fardhu kifayah, bahkan fardhu ain bagi setiap orang untuk mengenal Allah. Wallahu ‘Alam
12 Hal ini berbeda dengan keyakinan Asyairoh. Diantara mereka ada yang menyatakan bahwa kewajiban seorang mukallaf adalah keraguan (As Syak). Sebagian lain menyatakan pengamatan (An Nadzor) dan seterusnya sampai ada 6 lebih pendapat. (lihat Dr Safar Hawali, Manhajul Asyaa’iroh Fil Akidah (Dar Sofwah, cet 1 1434 H) hal. 16 dan Syarhul Akidah Tohawiyah. Hal.6
13 Ibn Abil Izz. Hal. 6
14 HR Bukhori no. 4347
15 Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban (719), dan disohihkan oleh syaikh Al Bani dalam Irwaaul Gholil (3/50)
16 HR Muslim No. 916
17 Fitnah kubur disepakati keberadaannya oleh para ulama baik salaf maupun khalaf. Dalam hal ini kelompok yang menyelisihi dengan mengingkari adanya fitnah kubur adalah Bisyr Al Mariisi dan para pengikutnya dari kalangan Mu’tazilah. Lihat Ma’aarijul Qobul, Hafidz Al Hakimi (Dar Ibnul Jauzi, Dammam, Cet. 8; 1432 H) Juz 2 Hal. 872-880
18Penjelasan tentang tiga jawaban atas pertanyaan malaikat dijadikan dasar dalam risalah Ushulus Tsalasah, Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah
19 Lihat Ibn Abil Izz, Syarhul Akidah At Tohawiyah, Hal. 137
20 Bukhori No. 22 dan Muslim No. 25
21 Lihat pembahasan tentang hal ini di kitabut Tauhid, Muhammad bin Abdul Wahhab, bab 3. Dan syarahnya Syaikh Sholih Alu syaikh, At Tamhid (Maktabah Darul Minhaj, Riyadh) hal. 50-65
22 Lihat perkembangan penulisan kitab kitab akidah dalam kitab Tadwin Ilmul Akidah Inda Ahlis Sunnah Wal Jama’ah, Dr. Yusuf bin Ali At Thoraifi (Dar Ibnu Khuzaimah, cet I: 1430 H, Riyadh), terutama di Muqoddimah (Hal. 11-43)
—
Penulis: Abdullah Hazim
Artikel Muslim.Or.Id
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/24764-hukum-dan-keutamaan-belajar-akidah.html
Subscribe to:
Comments (Atom)