Bismillah
Hari ini adalah hari terakhir keberadaan jemaah umroh dari Umi Tour Travel Jakarta Indonesia di Kota Makkah setelah kita melaksanakan ibadah umroh selama 9 hati.. 3 hari di Madinah dan 4 hari di Mekkah... Mulai Senen besok, sudah tak ada lagi jamaah yg sholat 5 waktu di Masjidil haram dan di Masjid Nabawi, sudah tidak ada lagi Thawaf, sudah tidak ada lagi minum air zam2 yg setiap saat kita dengan mudahnya minum air zam2.. Karena kita Semua akan kembali ke Tanah Air hari ini yaitu Hari Ahad tgl 27 Oktober 2019 jam 9 berangkat dari Mekkah menuju Jeddah.. Sebelum bergeser ke tanah air , sebagian jemaah melakukan tawaf wada atau perpisahan di ka'bah di Masjidil Haram
sempat menjumpai beberapa jemaah yang hendak berpisah dengan kota Suci Makkah waktu tawaf wada pagi tadi.
Beberapa jemaah terlihat haru, sampai menitikkan air mata akan akan berpisah dan meninggalkan kota suci.
Ada perasaan sedih ketika mau pulang , dan juga perasaan gembira karena akan berkumpul lagi dg keluarga di tanah air....insya Allah mudah-mudahan kita semua bisa kembali lagi ke 🕋...Aamiin
Semoga keberangkatan kita dalam melaksanakan ibadah umroh ini adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah.. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.. Aamiin
Masya Allah pelayanan Umi travel sangat puas dan baik, pelayanan ketika di 2 kota suci juga luar biasa baik, utk pembimbing masya Allah bagus sekali yaitu Ustadz Gasim Anuz juga muthowifnya yaitu Ustadz Abu Fidha
Dalam ibadah Umroh ini juga sebagai salah salah satu cara utk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah.. Semoga ketika kita pulang menjadi lebih baik lagi tauhidnya, akhlaknya dan ibadah2 nya yg sesuai tuntunan Rasulullah.. Syukron jazakumullahi Kheiron
Barakallah fiikum
#umroh Maqbullah.. Aamiin 💞🕋🕋🕋💞
Rumah Tahfidz, Belajar Tahsin dan Tajwid Al Qur'an, Kajian Ilmu syar'i Hub: Diana Gasim (Ummu Achmad ) 085312837788)
Sunday, October 27, 2019
Friday, October 18, 2019
_Assalamu'alaikum Warohmatullaahi Wa Barokaatuh_
*Kabar Gembira....*
Bagi orang tua yang menginginkan putra putrinya Hafal Al-Qur'an Bersanad dan fokus dalam Adab Islami serta pengenalan Ilmu Qiro'at dari segi Diroyah ataupun Riwayah.
Dibuka pendaftaran Angkatan ke-1 :
┏🔰♻━━━━━━━━━━━━━┓
*KTATEEB RIUNG HUFFAZH*
```Sentra Al-Qur'an Bersanad```
```Anak Usia Dini```
Tahun Ajaran 2020 - 2021
┗━━━━━━━━━━━━━♻🔰┛
Ktateeb merupakan bentuk plural dari Kuttab, sebagaimana disebut al-Mu’jam al-Wajiz adalah tempat anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an dan tempat belajar baca tulis.
*Ktateeb Riung Huffazh* adalah unit Sekolah setara SD/MI di bawah naungan Yayasan Riung Huffazh Indonesia (Keputusan MenKum dan HAM RI Nomor AHU-0021221.AH.01.04.Tahun 2016 Tanggal 19 April 2016) dengan memadukan pola pendidikan Salaf dan Kholaf yang menitikberatkan pada Iman dan Qur’an serta Qiro'at.
📚📚📚📚📚📚
✍ *VISI KTATEEB :*
Mengembalikan masa keemasan anak berperadaban untuk berkarya di bumi terkenal di langit serta menjadi Prototipe Pendidikan Dasar Islam.
✍ *MISI KTATEEB :*
▪Mengajarkan dan menanamkan karakter Iman dan Qur'an serta Qiro'at.
▪Mendidik generasi dengan metode dakwah ‘ala minhajin nubuwah.
▪Menggali dan meneliti ke-Maha Besaran Allah melalui Qur'an dan Sunnah Nabawiyyah.
✍ *TUJUAN KTATEEB :*
Pengajaran dan penanaman :
▪Adab dan Akhlaq Islami
▪Membaca, menghafal dan mentadabburi Al-Qur’an dengan target 6-30 Juz
▪Membaca, menghafal dan memahami Ilmu Qiro'at Dasar baik Diroyah ataupun Riwayah
▪Menghafal Matn Kitab Tajwid Tuhfatul Athfal karya Imam Sulaiman al-Jamzury
▪Menghafal Matn Kitab Tajwid Al-Muqoddimah Al-Jazariyyah karya Imam Ibnu al-Jazary
▪Menghafal Matn Hadits Arba’in karya Imam An-Nawawi
▪Mampu berbahasa peradaban (Arab, Inggris, Indonesia)
▪Terampil dalam ilmu-ilmu IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dll (Terintegrasi Kurikulum 2013)
▪Tahsinul Kitabah (Menulis Arab)
▪Calistung (Baca Tulis Hitung)
📚📚📚📚📚📚
✍ *KEUNGGULAN & STANDAR LULUSAN :*
▪Dibimbing Guru Bersanad Al-Qur'an
▪Lulus dengan target hafal minimal 6-30 Juz
▪Lancar membaca Al-Qur'an Metode Ummi Jilid 1-6 ditambah Ghorib Al-Qur'an
▪Hafal Al-Qur'an Versi Beberapa Qiro'at
▪Hafal Matn Hadits
▪Hafal Matn Tuhfatul Athfal
▪Hafal Matn Al-Jazariyyah
▪Hafal Mahfudhat
▪Hafal Do'a-Do'a dan Bacaan Shalat
▪Mengerti Adab Islami
▪Tahsinul Kitabah
▪IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dll (Terintegrasi Kurikulum 2013)
📚📚📚📚📚📚
✍ *JENJANG KTATEEB :*
1⃣ *Mustawa Awwal, Tsaani, Tsaalits*
(Setara SD kelas 1, 2 dan 3)
Pada jenjang ini, santri Ktateeb Riung Huffazh belajar menghafal dan membaca Al-Qur’an dengan Metode Ummi, Ilmu ‘Aqidah dan Dasar Agama, Siroh, Calistung (Baca Tulis Hitung), Bahasa Dasar (Percakapan) dengan jam belajar hari Senin-Jumat Pukul 07.30 - 12.30 WIB
2⃣ *Mustawa Roobi’, Khoomis, Saadis*
(Setara SD Kelas 4, 5, dan 6)
Pada jenjang ini, santri Ktateeb Riung Huffazh melanjutkan pelajaran dan hafalan Al-Qur’an, memahami ilmu Qiro'at, menghafal Matn Tuhfatul Athfal dan Al-Muqoddimah Al-Jazariyyah, Siroh, Matn Hadits Arba’in, Mahfuzhat, Bahasa, dan IPA, IPS, Matematika, dll dengan jam belajar hari Senin-Jumat Pukul 07.30 - 14.00 WIB.
📚📚📚📚📚📚
✍ *TEMPAT BELAJAR :*
*MAKTAB DAN KTATEEB RIUNG HUFFAZH*
Jl. Anggrek Raya Blok AS 26 No.15 Kranggan Permai, Kel. Jatisampurna, Kec. Jatisampurna, Kota Bekasi
✍ *WAKTU BELAJAR :*
Hari : Senin s.d. Jumat
▪Kelas 1-3 = 07.30 s.d. 12.30 WIB
▪Kelas 4-6 = 07.30 s.d. 14.00 WIB
📚📚📚📚📚📚
✍ *WAKTU DAFTAR :*
1⃣ *Gelombang 1 =*
Oktober - Desember 2019
2⃣ *Gelombang 2 =*
Januari - Maret 2020
3⃣ *Gelombang 3 =*
April - Juni 2020
_Diskon 50% Uang Pendaftaran bagi pendaftar di Gelombang 1_
📚📚📚📚📚📚
✍ *BIAYA PENDIDIKAN :*
▪Pendaftaran : Rp 250.000,-
▪Seragam : Rp 700.000,-
▪SarPras : Rp 2.500.000,-
▪KBM 1 Tahun : Rp 1.500.000,-
▪Kegiatan : Rp 1.750.000,-
*TOTAL : Rp 6.700.000,-*
_Belum termasuk Uang Syahriyyah Bulan Juli 2020._
📚📚📚📚📚📚
✍ *BIAYA BULANAN :*
Rp 375.000,-
_Tiga Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah_
📕📗📘📙📒📔
Informasi :
🏚 *Markaz Riung Huffazh Indonesia*
```Jl. Raya Kranggan Blok S6 No.10 Kranggan Permai, Kel. Jatisampurna, Kec. Jatisampurna, Kota Bekasi 17433 Jawa Barat - Indonesia```
📱 *Call / WhatsApp Centre :*
085782327252
08561170530
📭 *Facebook :*
@ Ktateeb Riung Huffazh
https://www.facebook.com/ktateeb.riunghuffazh.9
🏮🏮🏮🏮🏮🏮
Pastikan putra putri anda termasuk dalam sejarah peradaban.
_Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatu_
*Kabar Gembira....*
Bagi orang tua yang menginginkan putra putrinya Hafal Al-Qur'an Bersanad dan fokus dalam Adab Islami serta pengenalan Ilmu Qiro'at dari segi Diroyah ataupun Riwayah.
Dibuka pendaftaran Angkatan ke-1 :
┏🔰♻━━━━━━━━━━━━━┓
*KTATEEB RIUNG HUFFAZH*
```Sentra Al-Qur'an Bersanad```
```Anak Usia Dini```
Tahun Ajaran 2020 - 2021
┗━━━━━━━━━━━━━♻🔰┛
Ktateeb merupakan bentuk plural dari Kuttab, sebagaimana disebut al-Mu’jam al-Wajiz adalah tempat anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an dan tempat belajar baca tulis.
*Ktateeb Riung Huffazh* adalah unit Sekolah setara SD/MI di bawah naungan Yayasan Riung Huffazh Indonesia (Keputusan MenKum dan HAM RI Nomor AHU-0021221.AH.01.04.Tahun 2016 Tanggal 19 April 2016) dengan memadukan pola pendidikan Salaf dan Kholaf yang menitikberatkan pada Iman dan Qur’an serta Qiro'at.
📚📚📚📚📚📚
✍ *VISI KTATEEB :*
Mengembalikan masa keemasan anak berperadaban untuk berkarya di bumi terkenal di langit serta menjadi Prototipe Pendidikan Dasar Islam.
✍ *MISI KTATEEB :*
▪Mengajarkan dan menanamkan karakter Iman dan Qur'an serta Qiro'at.
▪Mendidik generasi dengan metode dakwah ‘ala minhajin nubuwah.
▪Menggali dan meneliti ke-Maha Besaran Allah melalui Qur'an dan Sunnah Nabawiyyah.
✍ *TUJUAN KTATEEB :*
Pengajaran dan penanaman :
▪Adab dan Akhlaq Islami
▪Membaca, menghafal dan mentadabburi Al-Qur’an dengan target 6-30 Juz
▪Membaca, menghafal dan memahami Ilmu Qiro'at Dasar baik Diroyah ataupun Riwayah
▪Menghafal Matn Kitab Tajwid Tuhfatul Athfal karya Imam Sulaiman al-Jamzury
▪Menghafal Matn Kitab Tajwid Al-Muqoddimah Al-Jazariyyah karya Imam Ibnu al-Jazary
▪Menghafal Matn Hadits Arba’in karya Imam An-Nawawi
▪Mampu berbahasa peradaban (Arab, Inggris, Indonesia)
▪Terampil dalam ilmu-ilmu IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dll (Terintegrasi Kurikulum 2013)
▪Tahsinul Kitabah (Menulis Arab)
▪Calistung (Baca Tulis Hitung)
📚📚📚📚📚📚
✍ *KEUNGGULAN & STANDAR LULUSAN :*
▪Dibimbing Guru Bersanad Al-Qur'an
▪Lulus dengan target hafal minimal 6-30 Juz
▪Lancar membaca Al-Qur'an Metode Ummi Jilid 1-6 ditambah Ghorib Al-Qur'an
▪Hafal Al-Qur'an Versi Beberapa Qiro'at
▪Hafal Matn Hadits
▪Hafal Matn Tuhfatul Athfal
▪Hafal Matn Al-Jazariyyah
▪Hafal Mahfudhat
▪Hafal Do'a-Do'a dan Bacaan Shalat
▪Mengerti Adab Islami
▪Tahsinul Kitabah
▪IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dll (Terintegrasi Kurikulum 2013)
📚📚📚📚📚📚
✍ *JENJANG KTATEEB :*
1⃣ *Mustawa Awwal, Tsaani, Tsaalits*
(Setara SD kelas 1, 2 dan 3)
Pada jenjang ini, santri Ktateeb Riung Huffazh belajar menghafal dan membaca Al-Qur’an dengan Metode Ummi, Ilmu ‘Aqidah dan Dasar Agama, Siroh, Calistung (Baca Tulis Hitung), Bahasa Dasar (Percakapan) dengan jam belajar hari Senin-Jumat Pukul 07.30 - 12.30 WIB
2⃣ *Mustawa Roobi’, Khoomis, Saadis*
(Setara SD Kelas 4, 5, dan 6)
Pada jenjang ini, santri Ktateeb Riung Huffazh melanjutkan pelajaran dan hafalan Al-Qur’an, memahami ilmu Qiro'at, menghafal Matn Tuhfatul Athfal dan Al-Muqoddimah Al-Jazariyyah, Siroh, Matn Hadits Arba’in, Mahfuzhat, Bahasa, dan IPA, IPS, Matematika, dll dengan jam belajar hari Senin-Jumat Pukul 07.30 - 14.00 WIB.
📚📚📚📚📚📚
✍ *TEMPAT BELAJAR :*
*MAKTAB DAN KTATEEB RIUNG HUFFAZH*
Jl. Anggrek Raya Blok AS 26 No.15 Kranggan Permai, Kel. Jatisampurna, Kec. Jatisampurna, Kota Bekasi
✍ *WAKTU BELAJAR :*
Hari : Senin s.d. Jumat
▪Kelas 1-3 = 07.30 s.d. 12.30 WIB
▪Kelas 4-6 = 07.30 s.d. 14.00 WIB
📚📚📚📚📚📚
✍ *WAKTU DAFTAR :*
1⃣ *Gelombang 1 =*
Oktober - Desember 2019
2⃣ *Gelombang 2 =*
Januari - Maret 2020
3⃣ *Gelombang 3 =*
April - Juni 2020
_Diskon 50% Uang Pendaftaran bagi pendaftar di Gelombang 1_
📚📚📚📚📚📚
✍ *BIAYA PENDIDIKAN :*
▪Pendaftaran : Rp 250.000,-
▪Seragam : Rp 700.000,-
▪SarPras : Rp 2.500.000,-
▪KBM 1 Tahun : Rp 1.500.000,-
▪Kegiatan : Rp 1.750.000,-
*TOTAL : Rp 6.700.000,-*
_Belum termasuk Uang Syahriyyah Bulan Juli 2020._
📚📚📚📚📚📚
✍ *BIAYA BULANAN :*
Rp 375.000,-
_Tiga Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah_
📕📗📘📙📒📔
Informasi :
🏚 *Markaz Riung Huffazh Indonesia*
```Jl. Raya Kranggan Blok S6 No.10 Kranggan Permai, Kel. Jatisampurna, Kec. Jatisampurna, Kota Bekasi 17433 Jawa Barat - Indonesia```
📱 *Call / WhatsApp Centre :*
085782327252
08561170530
📭 *Facebook :*
@ Ktateeb Riung Huffazh
https://www.facebook.com/ktateeb.riunghuffazh.9
🏮🏮🏮🏮🏮🏮
Pastikan putra putri anda termasuk dalam sejarah peradaban.
_Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatu_
Thursday, October 17, 2019
Riung hufadz
_Assalamu'alaikum Warohmatullaahi Wa Barokaatuh_
*Kabar Gembira....*
Bagi orang tua yang menginginkan putra putrinya Hafal Al-Qur'an Bersanad dan fokus dalam Adab Islami serta pengenalan Ilmu Qiro'at dari segi Diroyah ataupun Riwayah.
Dibuka pendaftaran Angkatan ke-1 :
┏🔰♻━━━━━━━━━━━━━┓
*KTATEEB RIUNG HUFFAZH*
```Sentra Al-Qur'an Bersanad```
```Anak Usia Dini```
Tahun Ajaran 2020 - 2021
┗━━━━━━━━━━━━━♻🔰┛
Ktateeb merupakan bentuk plural dari Kuttab, sebagaimana disebut al-Mu’jam al-Wajiz adalah tempat anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an dan tempat belajar baca tulis.
*Ktateeb Riung Huffazh* adalah unit Sekolah setara SD/MI di bawah naungan Yayasan Riung Huffazh Indonesia (Keputusan MenKum dan HAM RI Nomor AHU-0021221.AH.01.04.Tahun 2016 Tanggal 19 April 2016) dengan memadukan pola pendidikan Salaf dan Kholaf yang menitikberatkan pada Iman dan Qur’an serta Qiro'at.
📚📚📚📚📚📚
✍ *VISI KTATEEB :*
Mengembalikan masa keemasan anak berperadaban untuk berkarya di bumi terkenal di langit serta menjadi Prototipe Pendidikan Dasar Islam.
✍ *MISI KTATEEB :*
▪Mengajarkan dan menanamkan karakter Iman dan Qur'an serta Qiro'at.
▪Mendidik generasi dengan metode dakwah ‘ala minhajin nubuwah.
▪Menggali dan meneliti ke-Maha Besaran Allah melalui Qur'an dan Sunnah Nabawiyyah.
✍ *TUJUAN KTATEEB :*
Pengajaran dan penanaman :
▪Adab dan Akhlaq Islami
▪Membaca, menghafal dan mentadabburi Al-Qur’an dengan target 6-30 Juz
▪Membaca, menghafal dan memahami Ilmu Qiro'at Dasar baik Diroyah ataupun Riwayah
▪Menghafal Matn Kitab Tajwid Tuhfatul Athfal karya Imam Sulaiman al-Jamzury
▪Menghafal Matn Kitab Tajwid Al-Muqoddimah Al-Jazariyyah karya Imam Ibnu al-Jazary
▪Menghafal Matn Hadits Arba’in karya Imam An-Nawawi
▪Mampu berbahasa peradaban (Arab, Inggris, Indonesia)
▪Terampil dalam ilmu-ilmu IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dll (Terintegrasi Kurikulum 2013)
▪Tahsinul Kitabah (Menulis Arab)
▪Calistung (Baca Tulis Hitung)
📚📚📚📚📚📚
✍ *KEUNGGULAN & STANDAR LULUSAN :*
▪Dibimbing Guru Bersanad Al-Qur'an
▪Lulus dengan target hafal minimal 6-30 Juz
▪Lancar membaca Al-Qur'an Metode Ummi Jilid 1-6 ditambah Ghorib Al-Qur'an
▪Hafal Al-Qur'an Versi Beberapa Qiro'at
▪Hafal Matn Hadits
▪Hafal Matn Tuhfatul Athfal
▪Hafal Matn Al-Jazariyyah
▪Hafal Mahfudhat
▪Hafal Do'a-Do'a dan Bacaan Shalat
▪Mengerti Adab Islami
▪Tahsinul Kitabah
▪IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dll (Terintegrasi Kurikulum 2013)
📚📚📚📚📚📚
✍ *JENJANG KTATEEB :*
1⃣ *Mustawa Awwal, Tsaani, Tsaalits*
(Setara SD kelas 1, 2 dan 3)
Pada jenjang ini, santri Ktateeb Riung Huffazh belajar menghafal dan membaca Al-Qur’an dengan Metode Ummi, Ilmu ‘Aqidah dan Dasar Agama, Siroh, Calistung (Baca Tulis Hitung), Bahasa Dasar (Percakapan) dengan jam belajar hari Senin-Jumat Pukul 07.30 - 12.30 WIB
2⃣ *Mustawa Roobi’, Khoomis, Saadis*
(Setara SD Kelas 4, 5, dan 6)
Pada jenjang ini, santri Ktateeb Riung Huffazh melanjutkan pelajaran dan hafalan Al-Qur’an, memahami ilmu Qiro'at, menghafal Matn Tuhfatul Athfal dan Al-Muqoddimah Al-Jazariyyah, Siroh, Matn Hadits Arba’in, Mahfuzhat, Bahasa, dan IPA, IPS, Matematika, dll dengan jam belajar hari Senin-Jumat Pukul 07.30 - 14.00 WIB.
📚📚📚📚📚📚
✍ *TEMPAT BELAJAR :*
*MAKTAB DAN KTATEEB RIUNG HUFFAZH*
Jl. Anggrek Raya Blok AS 26 No.15 Kranggan Permai, Kel. Jatisampurna, Kec. Jatisampurna, Kota Bekasi
✍ *WAKTU BELAJAR :*
Hari : Senin s.d. Jumat
▪Kelas 1-3 = 07.30 s.d. 12.30 WIB
▪Kelas 4-6 = 07.30 s.d. 14.00 WIB
📚📚📚📚📚📚
✍ *WAKTU DAFTAR :*
1⃣ *Gelombang 1 =*
Oktober - Desember 2019
2⃣ *Gelombang 2 =*
Januari - Maret 2020
3⃣ *Gelombang 3 =*
April - Juni 2020
_Diskon 50% Uang Pendaftaran bagi pendaftar di Gelombang 1_
📚📚📚📚📚📚
✍ *BIAYA PENDIDIKAN :*
▪Pendaftaran : Rp 250.000,-
▪Seragam : Rp 700.000,-
▪SarPras : Rp 2.500.000,-
▪KBM 1 Tahun : Rp 1.500.000,-
▪Kegiatan : Rp 1.750.000,-
*TOTAL : Rp 6.700.000,-*
_Belum termasuk Uang Syahriyyah Bulan Juli 2020._
📚📚📚📚📚📚
✍ *BIAYA BULANAN :*
Rp 375.000,-
_Tiga Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah_
📕📗📘📙📒📔
Informasi :
🏚 *Markaz Riung Huffazh Indonesia*
```Jl. Raya Kranggan Blok S6 No.10 Kranggan Permai, Kel. Jatisampurna, Kec. Jatisampurna, Kota Bekasi 17433 Jawa Barat - Indonesia```
📱 *Call / WhatsApp Centre :*
085782327252
08561170530
📭 *Facebook :*
@ Ktateeb Riung Huffazh
https://www.facebook.com/ktateeb.riunghuffazh.9
🏮🏮🏮🏮🏮🏮
Pastikan putra putri anda termasuk dalam sejarah peradaban.
_Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatu_
_Assalamu'alaikum Warohmatullaahi Wa Barokaatuh_
*Kabar Gembira....*
Bagi orang tua yang menginginkan putra putrinya Hafal Al-Qur'an Bersanad dan fokus dalam Adab Islami serta pengenalan Ilmu Qiro'at dari segi Diroyah ataupun Riwayah.
Dibuka pendaftaran Angkatan ke-1 :
┏🔰♻━━━━━━━━━━━━━┓
*KTATEEB RIUNG HUFFAZH*
```Sentra Al-Qur'an Bersanad```
```Anak Usia Dini```
Tahun Ajaran 2020 - 2021
┗━━━━━━━━━━━━━♻🔰┛
Ktateeb merupakan bentuk plural dari Kuttab, sebagaimana disebut al-Mu’jam al-Wajiz adalah tempat anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an dan tempat belajar baca tulis.
*Ktateeb Riung Huffazh* adalah unit Sekolah setara SD/MI di bawah naungan Yayasan Riung Huffazh Indonesia (Keputusan MenKum dan HAM RI Nomor AHU-0021221.AH.01.04.Tahun 2016 Tanggal 19 April 2016) dengan memadukan pola pendidikan Salaf dan Kholaf yang menitikberatkan pada Iman dan Qur’an serta Qiro'at.
📚📚📚📚📚📚
✍ *VISI KTATEEB :*
Mengembalikan masa keemasan anak berperadaban untuk berkarya di bumi terkenal di langit serta menjadi Prototipe Pendidikan Dasar Islam.
✍ *MISI KTATEEB :*
▪Mengajarkan dan menanamkan karakter Iman dan Qur'an serta Qiro'at.
▪Mendidik generasi dengan metode dakwah ‘ala minhajin nubuwah.
▪Menggali dan meneliti ke-Maha Besaran Allah melalui Qur'an dan Sunnah Nabawiyyah.
✍ *TUJUAN KTATEEB :*
Pengajaran dan penanaman :
▪Adab dan Akhlaq Islami
▪Membaca, menghafal dan mentadabburi Al-Qur’an dengan target 6-30 Juz
▪Membaca, menghafal dan memahami Ilmu Qiro'at Dasar baik Diroyah ataupun Riwayah
▪Menghafal Matn Kitab Tajwid Tuhfatul Athfal karya Imam Sulaiman al-Jamzury
▪Menghafal Matn Kitab Tajwid Al-Muqoddimah Al-Jazariyyah karya Imam Ibnu al-Jazary
▪Menghafal Matn Hadits Arba’in karya Imam An-Nawawi
▪Mampu berbahasa peradaban (Arab, Inggris, Indonesia)
▪Terampil dalam ilmu-ilmu IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dll (Terintegrasi Kurikulum 2013)
▪Tahsinul Kitabah (Menulis Arab)
▪Calistung (Baca Tulis Hitung)
📚📚📚📚📚📚
✍ *KEUNGGULAN & STANDAR LULUSAN :*
▪Dibimbing Guru Bersanad Al-Qur'an
▪Lulus dengan target hafal minimal 6-30 Juz
▪Lancar membaca Al-Qur'an Metode Ummi Jilid 1-6 ditambah Ghorib Al-Qur'an
▪Hafal Al-Qur'an Versi Beberapa Qiro'at
▪Hafal Matn Hadits
▪Hafal Matn Tuhfatul Athfal
▪Hafal Matn Al-Jazariyyah
▪Hafal Mahfudhat
▪Hafal Do'a-Do'a dan Bacaan Shalat
▪Mengerti Adab Islami
▪Tahsinul Kitabah
▪IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dll (Terintegrasi Kurikulum 2013)
📚📚📚📚📚📚
✍ *JENJANG KTATEEB :*
1⃣ *Mustawa Awwal, Tsaani, Tsaalits*
(Setara SD kelas 1, 2 dan 3)
Pada jenjang ini, santri Ktateeb Riung Huffazh belajar menghafal dan membaca Al-Qur’an dengan Metode Ummi, Ilmu ‘Aqidah dan Dasar Agama, Siroh, Calistung (Baca Tulis Hitung), Bahasa Dasar (Percakapan) dengan jam belajar hari Senin-Jumat Pukul 07.30 - 12.30 WIB
2⃣ *Mustawa Roobi’, Khoomis, Saadis*
(Setara SD Kelas 4, 5, dan 6)
Pada jenjang ini, santri Ktateeb Riung Huffazh melanjutkan pelajaran dan hafalan Al-Qur’an, memahami ilmu Qiro'at, menghafal Matn Tuhfatul Athfal dan Al-Muqoddimah Al-Jazariyyah, Siroh, Matn Hadits Arba’in, Mahfuzhat, Bahasa, dan IPA, IPS, Matematika, dll dengan jam belajar hari Senin-Jumat Pukul 07.30 - 14.00 WIB.
📚📚📚📚📚📚
✍ *TEMPAT BELAJAR :*
*MAKTAB DAN KTATEEB RIUNG HUFFAZH*
Jl. Anggrek Raya Blok AS 26 No.15 Kranggan Permai, Kel. Jatisampurna, Kec. Jatisampurna, Kota Bekasi
✍ *WAKTU BELAJAR :*
Hari : Senin s.d. Jumat
▪Kelas 1-3 = 07.30 s.d. 12.30 WIB
▪Kelas 4-6 = 07.30 s.d. 14.00 WIB
📚📚📚📚📚📚
✍ *WAKTU DAFTAR :*
1⃣ *Gelombang 1 =*
Oktober - Desember 2019
2⃣ *Gelombang 2 =*
Januari - Maret 2020
3⃣ *Gelombang 3 =*
April - Juni 2020
_Diskon 50% Uang Pendaftaran bagi pendaftar di Gelombang 1_
📚📚📚📚📚📚
✍ *BIAYA PENDIDIKAN :*
▪Pendaftaran : Rp 250.000,-
▪Seragam : Rp 700.000,-
▪SarPras : Rp 2.500.000,-
▪KBM 1 Tahun : Rp 1.500.000,-
▪Kegiatan : Rp 1.750.000,-
*TOTAL : Rp 6.700.000,-*
_Belum termasuk Uang Syahriyyah Bulan Juli 2020._
📚📚📚📚📚📚
✍ *BIAYA BULANAN :*
Rp 375.000,-
_Tiga Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah_
📕📗📘📙📒📔
Informasi :
🏚 *Markaz Riung Huffazh Indonesia*
```Jl. Raya Kranggan Blok S6 No.10 Kranggan Permai, Kel. Jatisampurna, Kec. Jatisampurna, Kota Bekasi 17433 Jawa Barat - Indonesia```
📱 *Call / WhatsApp Centre :*
085782327252
08561170530
📭 *Facebook :*
@ Ktateeb Riung Huffazh
https://www.facebook.com/ktateeb.riunghuffazh.9
🏮🏮🏮🏮🏮🏮
Pastikan putra putri anda termasuk dalam sejarah peradaban.
_Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatu_
📚 ```KEBAIKAN MENGHAPUS KEBURUKAN ```
Setiap orang tentu tak akan pernah terlepas dari dosa dan kesalahan, bahkan dalam kehidupannya sehari-hari, dari bangun tidur hingga tidur lagi, oleh karnanya Allah telah mengabarkan kepada kita bahwa ternyata ada hal yang bisa menghapus dosa dan kesalahan-kesalahan tersebut, yaitu kebaikan-kebaikan yang kita kerjakan, Allah ta'alaa berfirman :
(وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَیِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفࣰا مِّنَ ٱلَّیۡلِۚ إِنَّ ٱلۡحَسَنَـٰتِ یُذۡهِبۡنَ ٱلسَّیِّـَٔاتِۚ ذَ ٰلِكَ ذِكۡرَىٰ لِلذَّ ٰكِرِینَ)
Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).
[Surat Hud 114]
Nabi juga menyampaikan hal yang sama,
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن
Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik‘” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia berkata: ‘hadits ini hasan shahih’)
Yuk sahabat, jangan sampai berhenti berbuat kebaikan, jika kita yakin bahwa kita adalah hamba yang tak pernah lepas akan dosa, maka seharusnya kita juga tak pernah lelah untuk melakukan kebaikan agar dosa-dosa kita diampuni oleh Allah ta'alaa
_*Wallahu 'Alam Bis Showab*_
*Adab Guru dan Penuntut Ilmu*
Oleh : Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah
🖋📚⚖🗝📖📙
Adab utama yang harus dimiliki oleh seorang ahli ilmu dan penuntut ilmu adalah ikhlas mencari ridha Allah Ta’ala semata dan bermaksud untuk menghidupkan agama ini dengan mencontoh Rasulullah _Shallallahu Alaihi wa Sallam_ dalam segala tingkah lakunya. Begitu pula dalam proses belajar mengajar harus berniat mencari ridha Allah semata agar Allah Ta’ala menghilangkan kebodohan dan kegelapan dari dirinya dengan ilmu yang bermanfaat.
Seorang pendidik haruslah sabar ketika mengajar dan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pemahaman kepada setiap siswa sesuai dengan kemampuan akalnya. Janganlah memberikan tugas yang tidak mampu dipikulnya.
Berilah motivasi kepadanya untuk mengikuti pelajaran secara rutin dan seringlah memberi pertanyaan dan mengujinya. Selain itu juga hendaklah melatihnya untuk mengkaji masalah-masalah tertentu agar mereka dapat menangkap dan menguasai permasalahan. Dengan menjelaskan hikmah dan tempat-tempat pengambilan dari ushul syariat, pengenalan akan ushul, kaidah-kaidah dan contoh-contoh permasalahan dengan berbagai macam ragamnya merupakan salah satu teknik pengajaran yang paling bermanfaat.
Penuntut ilmu akan bertambah semangat dan bertambah kuat pemahamannya jika merasakan nikmat dalam memahami apa yang ia pelajari dan ketika mendapat kemudahan dalam mencari rujukan.
Begitu pula bagi seorang pendidik. Hendaknya membuka pemahaman siswa dengan sering mengadakan pembahasan dan soal jawab. Menampakkan kegembiraan apabila ditanya atau ketika siswa mengutarakan hal-hal yang membingungkan atau apabila siswanya membantah apa yang disampaikannya. Semua itu dalam rangka mengambil manfaat dan mencari kebenaran, bukan untuk membela ucapan yang ia katakan atau untuk mempertahankan pendapat yang ia pegang.
Apabila ada orang yang dibawahnya dalam segi ilmu memberitahukan pendapatnya yang salah, hendaklah dia berterima kasih kepadanya dan membahasnya secara bersama-sama dengan maksud mencapai kebenaran yang sesungguhnya, bukan untuk mempertahankan jalan yang dia tempuh selama ini.
Rujuknya seorang guru kepada pemahaman siswanya -yang lebih mendekati kebenaran- lebih menunjukkan kepada keutamaan, ketinggian kedudukannya dan kebaikan akhlaknya serta kemurnian niatnya, yaitu ikhlas mencari ridha Allah Ta’ala.
Apabila dia belum sampai pada kedudukan seperti ini, maka biasakanlah diri untuk berbuat demikian dan melatihnya karena dengan kebiasaan akan menghasilkan kemampuan dan dengan latihan akan meningkatkan derajatnya kepada kesempurnaan.
Seorang penuntut ilmu haruslah mempunyai adab yang baik terhadap gurunya, bersyukur kepada Allah. Bersyukur kepada Allah yang telah memudahkan baginya mendapatkan seorang yang mendidiknya dengan ilmu. Padahal sebelumnya ia berada dalam kebodohan. Bersyukurlah kepada Allah yang telah berjasa menghidupkan dari kematian dan membangunkannya.
Hendaklah ia mempergunakan kesempatan emas ini dengan mengambil ilmu darinya setiap waktu. Seringlah berdo’a kepada Allah Ta’ala memohon kebaikan bagi gurunya, baik saat berjumpa dengannya ataupun pada saat dia tidak ada karena Nabi _Shallallahu Alaihi wa Sallam_ bersabda,
وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
_“Siapa yang telah berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikannya. Apabila kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas budi kepadanya, maka do’akanlah (memohon kebaikan) untuknya sehingga kalian berpendapat seolah-olah telah membalas budinya.”_
(Diriwayatkan oleh Ahmad (2/28), Abu Daud (no.1672), an-Nasa’i (5/82), al-Bukhari dalam _al-Adab al-Mufrad_ (216), Ibnu Hibban (no.3408), al-Hakim (1/412 dan 2/13), ath-Thayalisi (no.1895), dan selain mereka, dari hadits Abdullah bin Umar _Radhiyallahu Anhuma_, Syaikh Ali Hasan menshahihkan derajat hadits ini)
Kebaikan apakah yang lebih agung kalau bukan kebaikan berupa ilmu.
Setiap kebaikan tidaklah langgeng, kecuali kebaikan berupa ilmu, nasihat dan bimbingan.
Setiap perkara yang bermanfaat bagi manusia -yang sampai kepada seorang siswa atau yang lainnya- maka hal itu termasuk kebaikan dan amal jariyah bagi si pemiliknya.
Hal ini sebagaimana terdapat dalam sabda Nabi _Shallallahu Alaihi wa Sallam_,
مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
_“Barangsiapa yang mempelopori jalan yang baik, maka bagi dia pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari Kiamat.”_ (Diriwayatkan oleh Muslim)
Seorang penuntut ilmu seharusnya bersikap lemah lembut terhadap gurunya dan sopan ketika bertanya. Janganlah bertanya kepada gurunya pada saat guru sedang gusar, penat, atau marah. Ini agar dia tidak mempunyai pemikiran yang menyalahi kebenaran -pada saat kacau pikirannya-, paling tidak nantinya akan memberikan jawaban yang kurang lengkap.
Apabila seorang penuntut ilmu mendapatkan gurunya berbuat kesalahan maka janganlah menyebutkan kesalahan tersebut secara terus terang. Tetapi, betulkanlah kesalahannya dengan cara bertanya dan bersikap sebagai seorang siswa terhadap gurunya. Hendaklah hal itu dilakukan berulang-ulang sampai terang bagi sang guru mana yang benar.
Kebanyakan manusia -apabila engkau tegur langsung kesalahannya, kecil sekali kemungkinannya untuk rujuk- berat bagi dia untuk mengakui kesalahan, kecuali orang yang telah menguasai diri dan menghiasinya dengan akhlak yang terpuji. Orang seperti ini tidak akan tersinggung apabila pendapatnya dikritik atau ditegur secara langsung. Akan tetapi, jarang sekali ada orang yang seperti ini. Hanya dengan taufik Allah dan melatih jiwa untuk menekan gengsi, barulah orang tersebut akan mempunyai jiwa besar untuk mengakui kesalahannya, dan merujuk kepada kebenaran.
Seorang guru haruslah memperlihatkan kecerdasan dan kemampuan siswanya dalam menerima pelajaran. Dia harus membimbing siswanya dalam menerima pelajaran. Janganlah ia membiarkan siswanya menyibukkan diri dengan buku yang tidak sesuai untuknya. Jika ia membiarkan saja, berarti dia tidak memberikan nasihat kepada siswanya. Sesungguhnya ilmu yang sedikit disertai dengan pemahaman dan pengertian lebih baik daripada ilmu yang banyak tetapi tidak dipahami dan besar kemungkinannya untuk lupa.
Begitu pula ketika ia menyampaikan pelajaran, hendaklah disertai dengan penjelasan yang disesuaikan dengan pemahaman dan daya tangkap siswanya. Janganlah mencampuradukkan antara masalah yang satu dengan yang lainnya. Janganlah pindah dari masalah yang satu ke masalah lainnya, sebelum materi tersebut dikuasai muridnya dengan baik. Disebabkan, antara satu materi dengan materi lainnya saling berkesinambungan sehingga akan memudahkan bagi siswa untuk memahami materi berikutnya. Kalau tidak demikian, berarti akan menyia-nyiakan yang pertama dan murid tidak dapat memahami yang berikutnya. Kemudian, semakin menumpuk masalah-masalah yang tidak dikuasai sehingga ia akan bosan dan sempit dadanya untuk mengulang-ulang masalah tersebut. Oleh karena itu, janganlah perkara ini diremehkan.
Seorang guru hendaklah selalu memberikan nasihat kepada siswa semaksimal mungkin. Dia harus bersabar akan kelambanan siswa dalam hal pemahaman. Demikian pula, dia harus bersabar atas kelakuan siswanya yang tidak baik atau kurang ajar. Bersabar dengan penuh perhatian dan pemantauan untuk memperbaiki dan meluruskan adabnya.
Hendaklah seorang penuntut ilmu duduk dengan sopan di hadapan gurunya, menampakkan kebutuhannya yang sangat kepada ilmunya, dan mendo’akan kebaikan untuknya. Baik pada saat bertemu dengannya, ataupun disaat tidak bertemu.
Apabila seorang guru sedang memberikan pelajaran atau sedang menjelaskan sesuatu, maka janganlah siswa menampakkan bahwa ia telah mengetahui masalah tersebut, meskipun sebenarnya ia telah mengetahui. Akan tetapi, hendaklah ia mendengarkan keterangan gurunya tersebut dengan serius. Meskipun dia telah mengetahui sebelumnya, lebih-lebih dengan keterangan gurunya yang belum ia ketahui ?! Adab seperti ini baik sekali untuk di praktekkan terhadap setiap orang. Baik dalam masalah ilmu, ataupun percakapan lainnya. Baik dalam masalah agama maupun dalam masalah keduniaan.
Apabila sang guru berbuat kesalahan dalam suatu hal, maka hendaklah penuntut ilmu menegurnya dengan penuh lemah lembut sambil memperhatikan situasi dan kondisi. Janganlah mengatakan kepadanya, “Engkau telah berbuat salah ! Sesungguhnya yang benar bukan seperti yang engkau katakan ! ”, tetapi hendaklah menegurnya dengan kata-kata yang sopan. Cara seperti ini akan menjadikan seorang guru sadar akan kesalahannya, tanpa ada rasa gusar dihatinya. Cara seperti ini merupakan keharusan dalam bersikap terhadap seorang guru. Hal ini lebih mengena untuk sampai kepada kebenaran. Kritikan yang disertai dengan adab yang buruk akan membuat hati orang yang dikritik menjadi gusar sehingga akan menghalanginya untuk dapat menangkap pemahaman yang benar dan menghalanginya untuk mengetahui maksud baik orang yang menegurnya.
Sebagaimana hal tadi merupakan keharusan sikap penuntut ilmu terhadap gurunya, maka haruslah bagi seorang guru apabila berbuat kesalahan agar merujuk kepada kebenaran meskipun sebelumnya ia telah menyampaikan satu pendapat, kemudian terbukti bahwa pendapat tersebut salah. Maka ia tidak segan-segan untuk rujuk kepada kebenaran karena sikap ksatria tadi merupakan tanda keadilan dan kerendahan hatinya terhadap kebenaran, baik yang datang dari anak kecil maupun orang dewasa.
Termasuk nikmat yang Allah berikan kepada seorang guru bahwa ia mendapatkan para siswa yang mau menegur kesalahannya dan membimbing kepada kebenaran sehingga kebodohan yang telah menyelimutinya selama ini menjadi lenyap. Maka seharusnya ia bersyukur kepada Allah Ta’ala, kemudian berterima kasih kepada orang yang menasihatinya, baik ia seorang siswa atau selainnya karena melalui sebab orang tersebut ia mendapatkan hidayah Allah _Subhanahu wa Ta’ala_.
Di antara hal yang paling agung yang harus dimiliki para ahli ilmu dan penuntut ilmu adalah mempraktekkan apa yang ia sampaikan tentang akhlak yang terpuji dan membuang segala akhlak yang hina.
Mereka adalah orang-orang yang paling utama untuk menjalankan segala kewajiban, baik kewajiban lahir maupun yang batin. Dan meninggalkan segala hal-hal yang haram, dikarenakan mereka memiliki keistimewaan berupa ilmu pengetahuan, yang tidak dimiliki oleh selain mereka. Juga dikarenakan mereka adalah teladan manusia. Manusia pada dasarnya selalu mencontoh ulama mereka dalam kebanyakan urusan, [1] baik diakui atau tidak. Juga dikarenakan protes dan kecaman atas mereka, apabila perbuatan mereka bertentangan dengan apa yang mereka katakan. Kecaman terhadap mereka jauh lebih besar daripada kecaman yang dilontarkan kepada selain mereka, dalam perbuatan yang sama.
Para salafush shalih juga memperoleh ilmu dengan mempraktekkan ilmu tersebut. Apabila ilmu itu diamalkan, maka akan membekas dan bertambah serta banyak barakahnya. Sebaliknya, apabila ilmu tersebut tidak diamalkan, maka akan hilang dan tidak membawa keberkahan. Ruh ilmu dan kehidupannya adalah dengan mengamalkannya, dengan akhlak yang terpuji. Dengan mengajarkannya dan memberi nasihat.
Tidak ada daya serta upaya, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung. [2]
📚🖋📙📖🗝⚖
[Disalin dari Buku Adab Bergaul halaman 117 - 126]
[1] Syaikh Ali Hasan berkata, “Maka bertakwalah kepada Allah pada diri-diri mereka, orang-orang yang telah menjadi idola para pemuda agar mereka mengetahui bahwa amanat itu sesungguhnya sangat berat dan kewajiban itu sangat besar. Sesungguhnya tergelincirnya seorang ulama berarti tergelincirnya seisi dunia. Saya katakan -dengan penuh kecintaan dan kejujuran- bahwa tergelincirnya seorang da’i akan mengakibatkan timbulnya segala kerusakan dan tidak ada yang dapat memberi jalan keluar, kecuali Allah.”
[2] Disarikan dari kitab _al-Mu’in ‘alaa Tahshi Adabil ‘ilmi wa akhlaaqil Muta’allimi_ yang dikumpulkan oleh Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid dari buku _al-Fataawaa as-Sa’diyyah_, penerbit Dar ash-Shumai’i, Riyadh, Saudi Arabia, cet. 1 th. 1413 H - 1993.
Oleh : Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah
🖋📚⚖🗝📖📙
Adab utama yang harus dimiliki oleh seorang ahli ilmu dan penuntut ilmu adalah ikhlas mencari ridha Allah Ta’ala semata dan bermaksud untuk menghidupkan agama ini dengan mencontoh Rasulullah _Shallallahu Alaihi wa Sallam_ dalam segala tingkah lakunya. Begitu pula dalam proses belajar mengajar harus berniat mencari ridha Allah semata agar Allah Ta’ala menghilangkan kebodohan dan kegelapan dari dirinya dengan ilmu yang bermanfaat.
Seorang pendidik haruslah sabar ketika mengajar dan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pemahaman kepada setiap siswa sesuai dengan kemampuan akalnya. Janganlah memberikan tugas yang tidak mampu dipikulnya.
Berilah motivasi kepadanya untuk mengikuti pelajaran secara rutin dan seringlah memberi pertanyaan dan mengujinya. Selain itu juga hendaklah melatihnya untuk mengkaji masalah-masalah tertentu agar mereka dapat menangkap dan menguasai permasalahan. Dengan menjelaskan hikmah dan tempat-tempat pengambilan dari ushul syariat, pengenalan akan ushul, kaidah-kaidah dan contoh-contoh permasalahan dengan berbagai macam ragamnya merupakan salah satu teknik pengajaran yang paling bermanfaat.
Penuntut ilmu akan bertambah semangat dan bertambah kuat pemahamannya jika merasakan nikmat dalam memahami apa yang ia pelajari dan ketika mendapat kemudahan dalam mencari rujukan.
Begitu pula bagi seorang pendidik. Hendaknya membuka pemahaman siswa dengan sering mengadakan pembahasan dan soal jawab. Menampakkan kegembiraan apabila ditanya atau ketika siswa mengutarakan hal-hal yang membingungkan atau apabila siswanya membantah apa yang disampaikannya. Semua itu dalam rangka mengambil manfaat dan mencari kebenaran, bukan untuk membela ucapan yang ia katakan atau untuk mempertahankan pendapat yang ia pegang.
Apabila ada orang yang dibawahnya dalam segi ilmu memberitahukan pendapatnya yang salah, hendaklah dia berterima kasih kepadanya dan membahasnya secara bersama-sama dengan maksud mencapai kebenaran yang sesungguhnya, bukan untuk mempertahankan jalan yang dia tempuh selama ini.
Rujuknya seorang guru kepada pemahaman siswanya -yang lebih mendekati kebenaran- lebih menunjukkan kepada keutamaan, ketinggian kedudukannya dan kebaikan akhlaknya serta kemurnian niatnya, yaitu ikhlas mencari ridha Allah Ta’ala.
Apabila dia belum sampai pada kedudukan seperti ini, maka biasakanlah diri untuk berbuat demikian dan melatihnya karena dengan kebiasaan akan menghasilkan kemampuan dan dengan latihan akan meningkatkan derajatnya kepada kesempurnaan.
Seorang penuntut ilmu haruslah mempunyai adab yang baik terhadap gurunya, bersyukur kepada Allah. Bersyukur kepada Allah yang telah memudahkan baginya mendapatkan seorang yang mendidiknya dengan ilmu. Padahal sebelumnya ia berada dalam kebodohan. Bersyukurlah kepada Allah yang telah berjasa menghidupkan dari kematian dan membangunkannya.
Hendaklah ia mempergunakan kesempatan emas ini dengan mengambil ilmu darinya setiap waktu. Seringlah berdo’a kepada Allah Ta’ala memohon kebaikan bagi gurunya, baik saat berjumpa dengannya ataupun pada saat dia tidak ada karena Nabi _Shallallahu Alaihi wa Sallam_ bersabda,
وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
_“Siapa yang telah berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikannya. Apabila kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas budi kepadanya, maka do’akanlah (memohon kebaikan) untuknya sehingga kalian berpendapat seolah-olah telah membalas budinya.”_
(Diriwayatkan oleh Ahmad (2/28), Abu Daud (no.1672), an-Nasa’i (5/82), al-Bukhari dalam _al-Adab al-Mufrad_ (216), Ibnu Hibban (no.3408), al-Hakim (1/412 dan 2/13), ath-Thayalisi (no.1895), dan selain mereka, dari hadits Abdullah bin Umar _Radhiyallahu Anhuma_, Syaikh Ali Hasan menshahihkan derajat hadits ini)
Kebaikan apakah yang lebih agung kalau bukan kebaikan berupa ilmu.
Setiap kebaikan tidaklah langgeng, kecuali kebaikan berupa ilmu, nasihat dan bimbingan.
Setiap perkara yang bermanfaat bagi manusia -yang sampai kepada seorang siswa atau yang lainnya- maka hal itu termasuk kebaikan dan amal jariyah bagi si pemiliknya.
Hal ini sebagaimana terdapat dalam sabda Nabi _Shallallahu Alaihi wa Sallam_,
مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
_“Barangsiapa yang mempelopori jalan yang baik, maka bagi dia pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari Kiamat.”_ (Diriwayatkan oleh Muslim)
Seorang penuntut ilmu seharusnya bersikap lemah lembut terhadap gurunya dan sopan ketika bertanya. Janganlah bertanya kepada gurunya pada saat guru sedang gusar, penat, atau marah. Ini agar dia tidak mempunyai pemikiran yang menyalahi kebenaran -pada saat kacau pikirannya-, paling tidak nantinya akan memberikan jawaban yang kurang lengkap.
Apabila seorang penuntut ilmu mendapatkan gurunya berbuat kesalahan maka janganlah menyebutkan kesalahan tersebut secara terus terang. Tetapi, betulkanlah kesalahannya dengan cara bertanya dan bersikap sebagai seorang siswa terhadap gurunya. Hendaklah hal itu dilakukan berulang-ulang sampai terang bagi sang guru mana yang benar.
Kebanyakan manusia -apabila engkau tegur langsung kesalahannya, kecil sekali kemungkinannya untuk rujuk- berat bagi dia untuk mengakui kesalahan, kecuali orang yang telah menguasai diri dan menghiasinya dengan akhlak yang terpuji. Orang seperti ini tidak akan tersinggung apabila pendapatnya dikritik atau ditegur secara langsung. Akan tetapi, jarang sekali ada orang yang seperti ini. Hanya dengan taufik Allah dan melatih jiwa untuk menekan gengsi, barulah orang tersebut akan mempunyai jiwa besar untuk mengakui kesalahannya, dan merujuk kepada kebenaran.
Seorang guru haruslah memperlihatkan kecerdasan dan kemampuan siswanya dalam menerima pelajaran. Dia harus membimbing siswanya dalam menerima pelajaran. Janganlah ia membiarkan siswanya menyibukkan diri dengan buku yang tidak sesuai untuknya. Jika ia membiarkan saja, berarti dia tidak memberikan nasihat kepada siswanya. Sesungguhnya ilmu yang sedikit disertai dengan pemahaman dan pengertian lebih baik daripada ilmu yang banyak tetapi tidak dipahami dan besar kemungkinannya untuk lupa.
Begitu pula ketika ia menyampaikan pelajaran, hendaklah disertai dengan penjelasan yang disesuaikan dengan pemahaman dan daya tangkap siswanya. Janganlah mencampuradukkan antara masalah yang satu dengan yang lainnya. Janganlah pindah dari masalah yang satu ke masalah lainnya, sebelum materi tersebut dikuasai muridnya dengan baik. Disebabkan, antara satu materi dengan materi lainnya saling berkesinambungan sehingga akan memudahkan bagi siswa untuk memahami materi berikutnya. Kalau tidak demikian, berarti akan menyia-nyiakan yang pertama dan murid tidak dapat memahami yang berikutnya. Kemudian, semakin menumpuk masalah-masalah yang tidak dikuasai sehingga ia akan bosan dan sempit dadanya untuk mengulang-ulang masalah tersebut. Oleh karena itu, janganlah perkara ini diremehkan.
Seorang guru hendaklah selalu memberikan nasihat kepada siswa semaksimal mungkin. Dia harus bersabar akan kelambanan siswa dalam hal pemahaman. Demikian pula, dia harus bersabar atas kelakuan siswanya yang tidak baik atau kurang ajar. Bersabar dengan penuh perhatian dan pemantauan untuk memperbaiki dan meluruskan adabnya.
Hendaklah seorang penuntut ilmu duduk dengan sopan di hadapan gurunya, menampakkan kebutuhannya yang sangat kepada ilmunya, dan mendo’akan kebaikan untuknya. Baik pada saat bertemu dengannya, ataupun disaat tidak bertemu.
Apabila seorang guru sedang memberikan pelajaran atau sedang menjelaskan sesuatu, maka janganlah siswa menampakkan bahwa ia telah mengetahui masalah tersebut, meskipun sebenarnya ia telah mengetahui. Akan tetapi, hendaklah ia mendengarkan keterangan gurunya tersebut dengan serius. Meskipun dia telah mengetahui sebelumnya, lebih-lebih dengan keterangan gurunya yang belum ia ketahui ?! Adab seperti ini baik sekali untuk di praktekkan terhadap setiap orang. Baik dalam masalah ilmu, ataupun percakapan lainnya. Baik dalam masalah agama maupun dalam masalah keduniaan.
Apabila sang guru berbuat kesalahan dalam suatu hal, maka hendaklah penuntut ilmu menegurnya dengan penuh lemah lembut sambil memperhatikan situasi dan kondisi. Janganlah mengatakan kepadanya, “Engkau telah berbuat salah ! Sesungguhnya yang benar bukan seperti yang engkau katakan ! ”, tetapi hendaklah menegurnya dengan kata-kata yang sopan. Cara seperti ini akan menjadikan seorang guru sadar akan kesalahannya, tanpa ada rasa gusar dihatinya. Cara seperti ini merupakan keharusan dalam bersikap terhadap seorang guru. Hal ini lebih mengena untuk sampai kepada kebenaran. Kritikan yang disertai dengan adab yang buruk akan membuat hati orang yang dikritik menjadi gusar sehingga akan menghalanginya untuk dapat menangkap pemahaman yang benar dan menghalanginya untuk mengetahui maksud baik orang yang menegurnya.
Sebagaimana hal tadi merupakan keharusan sikap penuntut ilmu terhadap gurunya, maka haruslah bagi seorang guru apabila berbuat kesalahan agar merujuk kepada kebenaran meskipun sebelumnya ia telah menyampaikan satu pendapat, kemudian terbukti bahwa pendapat tersebut salah. Maka ia tidak segan-segan untuk rujuk kepada kebenaran karena sikap ksatria tadi merupakan tanda keadilan dan kerendahan hatinya terhadap kebenaran, baik yang datang dari anak kecil maupun orang dewasa.
Termasuk nikmat yang Allah berikan kepada seorang guru bahwa ia mendapatkan para siswa yang mau menegur kesalahannya dan membimbing kepada kebenaran sehingga kebodohan yang telah menyelimutinya selama ini menjadi lenyap. Maka seharusnya ia bersyukur kepada Allah Ta’ala, kemudian berterima kasih kepada orang yang menasihatinya, baik ia seorang siswa atau selainnya karena melalui sebab orang tersebut ia mendapatkan hidayah Allah _Subhanahu wa Ta’ala_.
Di antara hal yang paling agung yang harus dimiliki para ahli ilmu dan penuntut ilmu adalah mempraktekkan apa yang ia sampaikan tentang akhlak yang terpuji dan membuang segala akhlak yang hina.
Mereka adalah orang-orang yang paling utama untuk menjalankan segala kewajiban, baik kewajiban lahir maupun yang batin. Dan meninggalkan segala hal-hal yang haram, dikarenakan mereka memiliki keistimewaan berupa ilmu pengetahuan, yang tidak dimiliki oleh selain mereka. Juga dikarenakan mereka adalah teladan manusia. Manusia pada dasarnya selalu mencontoh ulama mereka dalam kebanyakan urusan, [1] baik diakui atau tidak. Juga dikarenakan protes dan kecaman atas mereka, apabila perbuatan mereka bertentangan dengan apa yang mereka katakan. Kecaman terhadap mereka jauh lebih besar daripada kecaman yang dilontarkan kepada selain mereka, dalam perbuatan yang sama.
Para salafush shalih juga memperoleh ilmu dengan mempraktekkan ilmu tersebut. Apabila ilmu itu diamalkan, maka akan membekas dan bertambah serta banyak barakahnya. Sebaliknya, apabila ilmu tersebut tidak diamalkan, maka akan hilang dan tidak membawa keberkahan. Ruh ilmu dan kehidupannya adalah dengan mengamalkannya, dengan akhlak yang terpuji. Dengan mengajarkannya dan memberi nasihat.
Tidak ada daya serta upaya, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung. [2]
📚🖋📙📖🗝⚖
[Disalin dari Buku Adab Bergaul halaman 117 - 126]
[1] Syaikh Ali Hasan berkata, “Maka bertakwalah kepada Allah pada diri-diri mereka, orang-orang yang telah menjadi idola para pemuda agar mereka mengetahui bahwa amanat itu sesungguhnya sangat berat dan kewajiban itu sangat besar. Sesungguhnya tergelincirnya seorang ulama berarti tergelincirnya seisi dunia. Saya katakan -dengan penuh kecintaan dan kejujuran- bahwa tergelincirnya seorang da’i akan mengakibatkan timbulnya segala kerusakan dan tidak ada yang dapat memberi jalan keluar, kecuali Allah.”
[2] Disarikan dari kitab _al-Mu’in ‘alaa Tahshi Adabil ‘ilmi wa akhlaaqil Muta’allimi_ yang dikumpulkan oleh Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid dari buku _al-Fataawaa as-Sa’diyyah_, penerbit Dar ash-Shumai’i, Riyadh, Saudi Arabia, cet. 1 th. 1413 H - 1993.
Wednesday, October 16, 2019
Jalan Menuju Kemulian Akhlaq
Oleh
Ustadz Fariq bin Gasim Anuz
Ustadz Fariq bin Gasim Anuz
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كَمَآأَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُوا عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّالَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat atas kalian) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. [al-Baqarah: 151]
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Wayuzakkihim” (dan menyucikan kamu), yaitu menyucikan mereka dari akhlaq yang rendah, dari kotoran jiwa dan dari perbuatan jahiliah, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. [Tafsir Al-Qur’an Al’-‘Azhim I/291]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأََخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. [HR. Ahmad, Hakim, dll]
Imam Hakim menshahihkan hadits tersebut atas syarat Muslim dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi dan dishahihkan pula oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah no. 45
Syaikh Musthafa Al-Adawi berkata: bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah menuju tauhid (Yang merupakan prioritas utama) dan bersamaan dengan itu beliaupun berdakwah menuju akhlaq yang mulia.
Bahkan bisa dikatakan bahwa akhlaq yang mulia merupakan buah dari tauhid dan keimanan seseorang.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menyebutkan tentang pentingnya para da’i untuk menyampaikan akhlaq yang mulia kepada masyarakat, setelah sebelumnya beliau menyebutkan bahwa prioritas utama dalam dakwah para rasul adalah dakwah menuju tauhid. Beliau berkata: “Saya mengulangi peringatan ini, yaitu dalam pembicaraan tentang penjelasan yang terpenting kemudian yang penting kemudian yang ada di bawahnya, bukan bermaksud agar para da’i membatasi untuk semata-mata mendakwahkan kalimat Thayyibah (Laa ilaaha illa Allah) saja dan memahamkan maknanya saja. Karena setelah Allah menyempurnakan nikmatNya kepada kita dengan menyempurnakan dienNya, maka merupakan suatu keharusan bagi para da’i untuk membawa Islam ini secara keseluruhan, tidak sepotong-sepotong”[1].
Risalah ini hanya memuat rambu-rambu akhlaq yang baik, dimulai dari Pengertian akhlaq; Hubungan antara akhlaq, aqidah dan iman; Keutamaan akhlaq yang baik; dan terakhir mengenai Cara memproleh akhlaq yang baik. Sebenarnya masih ada lagi rambu-rambu yang penting untuk dibahas, seperti: Barometer akhlaq yang baik; Syarat akhlaq yang baik; Akhlaq orang-orang kafir, dan lain-lainnya. Hanya saja perlu waktu yang lebih lama lagi untuk mengumpulkan dan tentunya yang lebih sulit adalah mencarinya dari pada ulama’, penuntut ilmu dan kitab-kitab.
Meskipun belum maksimal, kami berharap agar risalah ini banyak memberikan manfaat untuk kita semua, dan sebagai perbaikan untuk diri sendiri dan masyarakat. Yang aku inginkan hanyalah perbaikan sesuai dengan kesanggupanku, dan tidak ada taufik bagiku kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya kepada Allah aku bertawakkal, dan hanya kepadaNya aku akan kembali.
JALAN MENUJU KEUTAMAAN AKHLAQ
1. Pengertian Akhlaq Dan Macam-Macamnya
Ibnul Atsir berkata dalam An-Nihayah 2/70: “Al-Khuluq dan Al-Khulq berarti dien, tabiat dan sifat. Hakekatnya adalah potret manusia dalam bathin, yaitu jiwa dan kepribadiannya” [2]
1. Pengertian Akhlaq Dan Macam-Macamnya
Ibnul Atsir berkata dalam An-Nihayah 2/70: “Al-Khuluq dan Al-Khulq berarti dien, tabiat dan sifat. Hakekatnya adalah potret manusia dalam bathin, yaitu jiwa dan kepribadiannya” [2]
Manusia terdiri dari lahir dan bathin, jasmani dan rohani, oleh karena itu kita tidak boleh memperlakukan manusia seperti robot atau benda mati yang tidak mempunyai perasaan. Di samping itu kita harus mempunyai perhatian yang serius guna menyempurnakan akhlaq kita, karena nilai manusia bukanlah terletak pada bentuk fisik, suku, keturunan, gelar, kedudukan ataupun harta, akan tetapi terletak pada iman, taqwa dan akhlaqnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk, rupa dan harta benda kalian, tetapi Allah memperhatikan hati dan amal-amal kalian”. [HR. Muslim. lih. Ghayatul Maram no. 415]
Seorang penyair Arab berkata:
يَا خَادِمَ الْجِسْمِ كَمْ تَسْعَى لِخِدْمَتِهِ
أَتْعَبَتْكَ نَفْسُكَ فِيْمَا فِيْهِ خُسْرَانٌ
أَقْبِلْ عَلَى الرُّوْحِ وَ اسْتَكْمِلْ فَضَائِلَهَا
فَإِنَّكَ بِالرُّوْحِ لاَ بِالْجِسْمِ إِنْسَانٌ
يَا خَادِمَ الْجِسْمِ كَمْ تَسْعَى لِخِدْمَتِهِ
أَتْعَبَتْكَ نَفْسُكَ فِيْمَا فِيْهِ خُسْرَانٌ
أَقْبِلْ عَلَى الرُّوْحِ وَ اسْتَكْمِلْ فَضَائِلَهَا
فَإِنَّكَ بِالرُّوْحِ لاَ بِالْجِسْمِ إِنْسَانٌ
Wahai pelayan jasmani
Berapa lama engkau bekerja untuk kepentingannya
Engkau telah menyusahkan diri
Untuk sebuah kerugian yang nyata
Hadapkan perhatian kepada ruhani
Dan sempurnakan keutamaannya
Dengan ruhani, bukan dengan jasmani
Engkau sempurna menjadi manusia
Berapa lama engkau bekerja untuk kepentingannya
Engkau telah menyusahkan diri
Untuk sebuah kerugian yang nyata
Hadapkan perhatian kepada ruhani
Dan sempurnakan keutamaannya
Dengan ruhani, bukan dengan jasmani
Engkau sempurna menjadi manusia
Di antara ulama ada yang mendifinisikan akhlaq yang baik kepada sesama makhluq [3] dengan: Tidak menyakiti orang lain, berderma dan bermuka manis. [4] Tidak menyakiti orang lain, yaitu baik menyakiti fisik, harta maupun kehormatannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-benda dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian”. [HR. Bukhari dan Muslim]
Menyakiti orang lain itu dapat dengan lisan, seperti: menggunjing, mengadu-domba, memperolok-olok, menuduh dengan tuduhan dusta, saksi palsu, dan lain-lain. Dapat juga menyakiti dengan perbuatan, seperti: mengambil harta, menipu, berkhianat, merampas, mencuri, memukul, membunuh, memperkosa, korupsi, memakan harta anak yatim, menahan hak orang lain, dan lain-lain.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ
“Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. [HR. Bukhari]
Jadi seorang muslim tidak menyakiti orang lain dengan lisan dan perbuatannya.
Bahkan seorang muslim itu suka berderma dengan membantu orang lain, baik bantuan itu berupa harta, saran, ilmu, tenaga, pikiran, pengaruh dan lain sebagainya.
Bahkan seorang muslim itu suka berderma dengan membantu orang lain, baik bantuan itu berupa harta, saran, ilmu, tenaga, pikiran, pengaruh dan lain sebagainya.
Yang ketiga adalah bermanis muka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau menganggap remeh perbuatan baik sedikit pun, meskipun engkau berjumpa saudaramu dengan wajah berseri-seri” [HR. Muslim]
Dikatakan, bahwa Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma pernah ditanya tentang kebaikan, maka beliau menjawab: “Wajah berseri-seri dan bertutur kata yang halus”. Seorang penyair merangkaikannya dalam sebuah syair:
بُنَيَّ إِنَّ الْبِرَّ شيْءٌ هيِّنٌ
وَجْهٌ طَلِيْقٌ وَ لِسَانٌ لَيِّنٌ
Wahai anakku, sesungguhnya kebaikan itu suatu yang mudah,
Wajah yang berseri-seri dan tutur kata yang halus
وَجْهٌ طَلِيْقٌ وَ لِسَانٌ لَيِّنٌ
Wahai anakku, sesungguhnya kebaikan itu suatu yang mudah,
Wajah yang berseri-seri dan tutur kata yang halus
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Bermuka manis adalah wajah yang berseri-seri ketika berjumpa dengan orang lain, sedangkan lawannya adalah bermuka masam”. Kemudian beliau menyebutkan hadits, perkataan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu dan syair sebagaimana kami sebutkan di atas, lalu berkata: “Wajah yang berseri-seri dapat membuat orang menjadi senang, dapat merekatkan kasih sayang dan dapat pula menjadikan dirimu dan orang yang kamu jumpai menjadi berlapang dada. Tetapi jika engkau bermuka masam, maka orang lain akan menjauhimu, tidak merasa nyaman duduk bersamamu, apalagi untuk berbincang-bincang denganmu.
Orang yang tertimpa penyakit berbahaya, yaitu depresi (tekanan jiwa), dapat sembuh dengan resep yang sangat ampuh, yaitu berlapang dada dan wajah yang berseri-seri. Oleh karena itu para dokter menasehati orang-orang yang tertimpa penyakit depresi untuk menghindari hal-hal yang membuatnya marah atau emosi, karena hal tersebut akan memperparah penyakitnya. Adapun lapang dada dan wajah yang berseri-seri dapat menghilangkan penyakit tersebut, sehingga ia akan dicintai dan dihormati oleh orang lain.” [Makarimul Akhlaq, hal: 29-30]
Tetapi tidak selamanya bermanis muka itu positif, adakalanya dalam kondisi tertentu kita dituntut untuk bermuka masam. [Fotenote, hal: 155-156]
Ada juga pendapat-pendapat lain tentang definisi akhlaq, ada yang mengatakan bahwa akhlaq yang baik adalah berderma, tidak menyakiti orang lain dan tabah dalam menerima cobaan.
Ada yang mengatakan bahwa akhlaq yang baik adalah berbuat kebaikan dan menahan diri dari keburukan.
Ada lagi yang mengatakan: “Membuang sifat-sifat yang hina dan menghiasinya dengan sifat-sifat yang mulia”, ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Madarijus Saalikin.
HUBUNGAN ANTARA AKHLAQ, AQIDAH DAN IMAN
Sesungguhnya antara akhlaq, aqidah dan iman itu terdapat hubungan yang sangat kuat sekali, karena akhlaq yang baik itu sebagai bukti dari keimanan yang kuat, sedangkan akhlaq yang buruk sebagai bukti dari iman yang lemah. Semakin sempurna akhlaq seorang muslim berarti semakin kuat imannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya antara akhlaq, aqidah dan iman itu terdapat hubungan yang sangat kuat sekali, karena akhlaq yang baik itu sebagai bukti dari keimanan yang kuat, sedangkan akhlaq yang buruk sebagai bukti dari iman yang lemah. Semakin sempurna akhlaq seorang muslim berarti semakin kuat imannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya di antara mereka”. [HR. Tirmidzi 3/315 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’us Shagir I/266-267]
Akhlaq yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot dalam timbangan, pemiliknya sangat dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula akhlaq yang baik merupakan salah satu sarana seseorang masuk dalam syurga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
T
“idak ada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan (amalan) seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlaq yang mulia” [HR. Tirmidzi dan Abu Daud dan di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi 2/194]
T
“idak ada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan (amalan) seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlaq yang mulia” [HR. Tirmidzi dan Abu Daud dan di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi 2/194]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai di antara kalian, dan paling dekat majelisnya denganku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya di antara kalian”. [HR. Tirmidzi dan di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’us Shaghir 1/439]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang sebab terbanyak yang memasukkan manusia ke dalam syurga, maka beliau menjawab:
تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
“Taqwa kepada Allah dan akhlaq yang baik.” [HR. Tirmidzi dan di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi 2/194]
Akhlaq yang baik mencakup pelaksanaan hak-hak Allah dan hak-hak makhluk.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Kebanyakan orang memahami bahwa akhlaq yang baik itu khusus mu’amalahnya seorang hamba dengan sesamanya, tidak ada hubungannya dengan mu’amalah dengan Al-Khaliq, tetapi ini adalah pemahaman yang dangkal. Akhlak yang baik mencakup mu’amalah dengan sesama makhluq dan juga mu’amalah seorang hamba dengan Allah. Ini harus dipahami oleh kita semua. Akhlaq yang baik dalam bermuamalah dengan Allah mencakup tiga perkara:
1. Membenarkan berita-berita yang datang dari Allah
2. Melaksanakan hukum-hukumNya
3. Sabar dan ridha kepada takdirNya”
[Dinukil dari Makarimul Akhlaq, hal: 16]
2. Melaksanakan hukum-hukumNya
3. Sabar dan ridha kepada takdirNya”
[Dinukil dari Makarimul Akhlaq, hal: 16]
Dr. Abdullah bin Dhaifullah Ar-Ruhaili berkata: “Sesungguhnya hak Allah yang menjadi kewajiban atas seorang manusia adalah hak yang paling besar, demikian pula adab terhadap Allah adalah kewajiban yang paling wajib. Karena Dia adalah Maha Pencipta tidak ada sekutu bagiNya, sedangkan selainNya adalah makhluq, maka tidaklah sama antara hak makhluq dibandingkan dengan hak Allah. Begitu pula adab manusia terhadap Allah tidaklah sama dengan adab manusia kepada sesamanya. Karena Allah itu Pencipta dan tidak ada sekutu bagiNya, maka wajiblah atas seorang manusia untuk mentauhidkanNya, bersyukur dan beradab kepadaNya sesuai dengan apa yang telah digariskan.
Adapun pokok-pokok mu’amalah manusia dengan Allah secara ringkas adalah sebagai berikut:
Beriman kepadaNya dengan mantap, mentauhidkanNya dalam nama-nama, sifat-sifatNya dan mentauhidkanNya dengan beribadah, selalu taat kepadaNya dan menjauhi maksiat, baik di kala sendirian atau ketika disaksikan orang lain, secara rahasia ataupun terang-terangan, baik dalam keadaan sulit maupun mudah. Mengagungkan syiar-syiar Allah dan aturanNya, serta tunduk kepada syari’atNya, menghormati kitabNya dan sunnah-sunnah NabiNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beradab kepada keduanya dan menerima keduanya dan memahami dan mengamalkannya dengan benar tanpa berlebihan dan tanpa menganggap enteng, memberikan perhatian penuh kepada dienNya dalam hal pemahaman, keimanan dan pengamalan. Mengagungkan Allah dan mensucikanNya dari segala kekurangan, mensifatiNya dengan apa yang Allah sifatkan dalam kitabNya dan melalui lisan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ridha kepada Allah dan takdirNya, mencintaiNya lebih dari yang lain, selalu berdzikir dan bersyukur kepadaNya, memperbaiki ibadah kepadaNya, berbuat baik kepada hamba-hambaNya, tidak berbuat zhalim kepada mereka dan berprasangka baik kepadaNya.” [Dinukil dari kitab “Al-Akhlaq Al-Fadhilah Qawaa’id wa Munthalaqat Liktisabiha” hal. 86-87]
Beriman kepadaNya dengan mantap, mentauhidkanNya dalam nama-nama, sifat-sifatNya dan mentauhidkanNya dengan beribadah, selalu taat kepadaNya dan menjauhi maksiat, baik di kala sendirian atau ketika disaksikan orang lain, secara rahasia ataupun terang-terangan, baik dalam keadaan sulit maupun mudah. Mengagungkan syiar-syiar Allah dan aturanNya, serta tunduk kepada syari’atNya, menghormati kitabNya dan sunnah-sunnah NabiNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beradab kepada keduanya dan menerima keduanya dan memahami dan mengamalkannya dengan benar tanpa berlebihan dan tanpa menganggap enteng, memberikan perhatian penuh kepada dienNya dalam hal pemahaman, keimanan dan pengamalan. Mengagungkan Allah dan mensucikanNya dari segala kekurangan, mensifatiNya dengan apa yang Allah sifatkan dalam kitabNya dan melalui lisan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ridha kepada Allah dan takdirNya, mencintaiNya lebih dari yang lain, selalu berdzikir dan bersyukur kepadaNya, memperbaiki ibadah kepadaNya, berbuat baik kepada hamba-hambaNya, tidak berbuat zhalim kepada mereka dan berprasangka baik kepadaNya.” [Dinukil dari kitab “Al-Akhlaq Al-Fadhilah Qawaa’id wa Munthalaqat Liktisabiha” hal. 86-87]
Sebagian manusia ada yang berpendapat bahwa dien Islam ini adalah semata-mata pergaulan yang baik kepada manusia, sehingga merugikan manusia adalah kejahatan terbesar. Kemudian terlihat secara zhahir, dia berperilaku baik kepada orang lain, tetapi pada saat yang sama dia menyia-nyiakan hak-hak Allah, dengan berbuat syirik, kufur, bid’ah, dan maksiat lainnya. Dia berdo’a kepada selain Allah, menyembelih hewan untuk dijadikan sebagai tumbal, menyia-nyiakan sholat.
Ketika orang tersebut ditegur, ia akan mengatakan bahwa ini adalah urusan pribadi, dan orang yang berhak untuk ditegur adalah orang yang menyakiti tetangga, mengambil hak orang lain, korupsi dan lain sebagainya. Tidakkah ia tahu bahwa dosa syirik adalah sebesar-besar dosa besar, dan Allah tidak akan mengampuninya kecuali jika si pelaku bertaubat. Allah berfirman:
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, Dan Dia akan mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. [an-Nisa’ : 116]
Di sisi lain terdapat juga sebuah fenomena, adanya sebagian orang yang meremehkan masalah akhlaq kepada sesama makhluq dengan sangkaan bahwa dien itu semata-mata menunaikan hak Allah tanpa menunaikan hak makhluq. Padahal sesungguhnya menunaikan hak manusia adalah bagian dari menunaikan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga telah disinggung sebelumnya bahwa terdapat hubungan yang erat antara keimanan kepada Allah dengan akhlaq kepada sesama makhluq. Rasulullah bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling akhlaqnya di antara mereka”. [HR. Tirmidzi 3/315 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’us Shagir I/266-267]
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau (kalau tidak bisa) hendaklah diam”. [HR. Bukhari]
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائقَهُ
“Demi Allah! seseorang tidak akan beriman (beliau mengucapkannya tiga kali), Para sahabat bertanya: “Siapakah dia Wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” [HR. Bukhari]
Dan keterangan-keterangan lainnya yang menunjukkan bahwa seorang muslim tidak akan berbuat aniaya kepada orang lain.
KEUTAMAAN AKHLAQ YANG BAIK.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah berkata: “Banyak nash dalam Al-Qur’an maupun al-Hadits yang menganjurkan untuk berakhlaq yang baik dan memuji orang yang menghiasi diri dengannya, serta menyebutkan keutamaan-keutamaan yang diraih oleh orang yang berakhlaq mulia. Disebutkan pula pengaruh-pengaruh positif dari akhlaq yang mulia berupa manfaat dan maslahat, baik yang umun maupun yang khusus.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah berkata: “Banyak nash dalam Al-Qur’an maupun al-Hadits yang menganjurkan untuk berakhlaq yang baik dan memuji orang yang menghiasi diri dengannya, serta menyebutkan keutamaan-keutamaan yang diraih oleh orang yang berakhlaq mulia. Disebutkan pula pengaruh-pengaruh positif dari akhlaq yang mulia berupa manfaat dan maslahat, baik yang umun maupun yang khusus.
1. Di antara faedahnya yang paling besar adalah dalam rangka melaksanakan perintah Allah dan perintah RasulNya n , serta meneladani akhlaq nabi n yang agung. Berakhlaq yang baik iu sendiri merupakan ibadah yang besar sehingga seorang hamba dapat hidup dengan penuh ketenangan dan kenikmatan secara konsisten, di samping ia memperoleh pahala yang besar.
2. Orang yang berakhlaq mulia dicintai oleh orang yang dekat maupun yang jauh, musuh bisa berubah haluan menjadi teman, orang jauh menjadi dekat.
3. Dengan akhlaq yang baik akan memantapkan dakwah yang dijalankan oleh seorang da’i dan guru yang mengajarkan kebaikan, ia mendapat simpati banyak orang. Mereka akan mendengarkan dengan hati yang senang dan siap menerima penjelasannya dengan sebab akhlaq yang baik, juga karena tidak ada yang menghalangi jarak antara keduanya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. [ali Imran: 159]
Keterangan tambahan (dari penyusun):
“Sebelum melanjutkan penjelasan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy rahimahullah, ada baiknya kita mendengarkan penjelasan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh dalam ceramahnya yang berjudul Al-Ghutsa’u wal bina’u. Beliau berkata: “Terdapat kontradiksi antara ilmu yang dipelajari oleh sebagian orang dengan amalan mereka. Sebagian dari mereka tidak memiliki akhlaq yang mulia, tidak suka bersilaturrahmi, suka berdusta, mengingkari janji, kasar, bermuka masam, padahal senyummu kepada saudaramu adalah shadaqah. Juga kurang aktif dalam amal sosial, seperti membantu para janda, anak yatim dan orang-orang yang butuh bantuan. Hendaklah dakwah itu tidak sebatas di atas mimbar dan ceramah di majelis ilmu saja, hendaklah dibarengi dengan dakwah bil hal (dengan perbuatan) dan akhlaq yang mulia, karena pengaruhnya lebih besar daripada berdakwah dengan kata-kata…”
“Sebelum melanjutkan penjelasan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy rahimahullah, ada baiknya kita mendengarkan penjelasan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh dalam ceramahnya yang berjudul Al-Ghutsa’u wal bina’u. Beliau berkata: “Terdapat kontradiksi antara ilmu yang dipelajari oleh sebagian orang dengan amalan mereka. Sebagian dari mereka tidak memiliki akhlaq yang mulia, tidak suka bersilaturrahmi, suka berdusta, mengingkari janji, kasar, bermuka masam, padahal senyummu kepada saudaramu adalah shadaqah. Juga kurang aktif dalam amal sosial, seperti membantu para janda, anak yatim dan orang-orang yang butuh bantuan. Hendaklah dakwah itu tidak sebatas di atas mimbar dan ceramah di majelis ilmu saja, hendaklah dibarengi dengan dakwah bil hal (dengan perbuatan) dan akhlaq yang mulia, karena pengaruhnya lebih besar daripada berdakwah dengan kata-kata…”
4. Akhlaq itu merupakan ihsan (berbuat baik kepada orang lain) yang terkadang memiliki nilai tambah melebihi ihsan dengan harta. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكُمْ لَنْ تَسَعُوا النَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ لِيَسَعْهُمْ حُسْنُ الْخُلُقِ
“Sesungguhnya kalian tidak akan dapat memuaskan manusia dengan harta-harta kalian tetapi yang dapat memuaskan mereka adalah akhlaq yang baik”.
Yang sempurna apabila kedua hal tersebut dimiliki sekaligus, akan tetapi jika seseorang tidak punya sehingga tidak dapat berbuat baik kepada orang lain dengan materi, maka dapat diganti dengan akhlaq yang baik, yaitu dengan perilaku dan ucapan yang baik, bahkan mungkin mempunyai pengaruh yang lebih membekas daripada berbuat baik dengan harta.
5. Dengan akhlaq yang baik, hati yang tenang dan tentram akan memantapkan seseorang untuk mendapatkan ilmu yang ia inginkan.
6. Dengan akhlaq yang baik, memberikan kesempatan bagi orang yang berdiskusi untuk mengemukakan hujjahnya, dan ia dapat pula memahami hujjah teman diskusinya, sehingga bisa terbimbing menuju kebenaran dalam perkataan dan perbuatannya. Di samping itu akhlaq yang baik menjadi faktor terkuat untuk mendapat kedua hal tersebut di atas pada teman diskusinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memberikan pada kelembutan apa yang tidak Dia berikan pada kekasaran”. [HR. Thabrani, Syaikh Ali bin Hasan menshahihkannya berdasarkan syawahidnya]
7. Akhlaq yang baik dapat menyelamatkan seorang hamba dari sikap tergesa-gesa dan sikap sembrono, disebabkan oleh kematangannya, kesabarannya dan pandangannya yang jauh ke depan, mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan menghindarkan bahaya yang ia khawatirkan.
Faidah: Syaikh Shalih Alu Syaikh menyebutkan dalam ceramahnya yang berjudul Al-Ghutsa’ wal bina’ bahwa ada empat fenomena yang bisa mengotori dakwah yaitu:
a. Memandang sesuatu hanya dari satu sisi, tidak dari sisi yang lain. Biasanya mereka ini telah mendapatkan doktrin dari guru mereka dan selalu didikte sehingga tidak bisa berpendapat lain, selain yang digariskan.
b. Terburu-buru.
c. Fanatik madzhab, fanatik kelompok serta kultus individu
d. Menuntut kesempurnaan pihak lain, baik perorangan ataupun lembaga. Selama sama dalam Ushul, yaitu sama-sama Ahlussunnah wal jama’ah, maka yang ada dalam hal ini adalah saling memberi nasehat.)
a. Memandang sesuatu hanya dari satu sisi, tidak dari sisi yang lain. Biasanya mereka ini telah mendapatkan doktrin dari guru mereka dan selalu didikte sehingga tidak bisa berpendapat lain, selain yang digariskan.
b. Terburu-buru.
c. Fanatik madzhab, fanatik kelompok serta kultus individu
d. Menuntut kesempurnaan pihak lain, baik perorangan ataupun lembaga. Selama sama dalam Ushul, yaitu sama-sama Ahlussunnah wal jama’ah, maka yang ada dalam hal ini adalah saling memberi nasehat.)
8. Dengan akhlaq yang baik seseorang dapat menunaikan hak-hak yang wajib dan sunnah kepada keluarga, anak-anak, kerabat, teman-teman, tetangga, customer (pelanggan) dan semua orang yang berhubungan dengannya, karena berapa banyak hak orang lain yang terabaikan disebabkan oleh akhlaq yang buruk.
9. Akhlaq yang baik itu membawa kepada sifat adil. Orang yang berakhlaq baik biasanya tidak melegalisasi semua tindakan dan ia akan menjauhi sikap keras kepala pada pendapatnya sendiri, karena keduanya itu mengakibatkan sikap tidak adil dan menzhalimi orang lain.
10. Orang yang berakhlaq baik selalu dalam keadaan tenang dan penuh dengan kenikmatan dan hatinya tentram sebagai modal bagi kehidupan yang bahagia. Adapun orang yang berakhlaq buruk selalu dalam keadaan sengsara, tersiksa lahir batin, selalu dalam pertentangan dengan dirinya sendiri, dengan anak-anaknya, dengan orang-orang yang berhubungan dengannya. Hidupnya menjadi terganggu, waktunya sia-sia, tidak mendapatkan keutamaan-keutamaan dari akhlaq yang baik, bahkan yang ia dapatkan adalah akibat yang jelek disebabkan akhlaq yang buruk.
Dengan semua ini atau yang semisalnya akan membuat jelas maksud sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ الْعَبْدَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan sholat dengan baik hanya dengan akhlaq yang baik” [5].
[Dinukil dari “A-Mu’in ‘ala tah-shili adabil’ilmi” hal. 61-65]
[Dinukil dari “A-Mu’in ‘ala tah-shili adabil’ilmi” hal. 61-65]
BEBERAPA CARA MEMPROLEH AKHLAQ YANG BAIK.
Akhlaq yang baik dapat memiliki oleh manusia dengan dua jalan:
1. Sifat dasar yang sudah ada sebelumnya sebagai pemberian dari Allah, dan pemberian dari Allah ini diberikan kepada orang yang Dia kehendaki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Asyaj Abdul Qais:
Akhlaq yang baik dapat memiliki oleh manusia dengan dua jalan:
1. Sifat dasar yang sudah ada sebelumnya sebagai pemberian dari Allah, dan pemberian dari Allah ini diberikan kepada orang yang Dia kehendaki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Asyaj Abdul Qais:
إِنَّ فِيكَ خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا أَتَخَلَّقُ بِهِمَا أَمِ اللَّهُ جَبَلَنِي عَلَيْهِمَا قَالَ بَلِ اللَّهُ جَبَلَكَ عَلَيْهِمَا قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَبَلَنِي عَلَى خَلَّتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ
“Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua akhlaq yang dicintai Allah, yaitu tahan emosi dan teliti.” Asyaj bertanya: “Wahai rasulullah, apakah kedua akhlaq tersebut karena usahaku untuk mendapatkannya ataukah pemberian dari Allah?” Beliau menjawab: “Pemberian dari Allah sejak awal.” Asyaj berkomentar: “Segala puji bagi Allah yang memberiku dua akhlaq yang dicintai oleh Allah dan RasulNya sebagai sifat dasar.” [6].
2. Dengan cara berusaha untuk mendapatkan akhlaq yang baik.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy t menjelaskan bahwa setiap perbuatan terpuji, baik yang nampak maupun yang tidak nampak, pasti dimudahkan oleh Allah untuk mendapatkannya. Di samping usaha kita, maka watak dasar sebagai faktor terbesar yang dapat membantu seseorang untuk memperoleh akhlaq yang baik, dengan sedikit usaha saja bisa tercapai apa yang ia kehendaki.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy t menjelaskan bahwa setiap perbuatan terpuji, baik yang nampak maupun yang tidak nampak, pasti dimudahkan oleh Allah untuk mendapatkannya. Di samping usaha kita, maka watak dasar sebagai faktor terbesar yang dapat membantu seseorang untuk memperoleh akhlaq yang baik, dengan sedikit usaha saja bisa tercapai apa yang ia kehendaki.
Kemudian Syaikh Abdurrahman menjelaskan beberapa sebab untuk memperoleh akhlaq yang baik:
a. Ketahuilah termasuk faktor terbesar yang dapat membantu seseorang memperoleh akhlaq yang baik adalah dengan cara berfikir tentang keutamaan-keutamaan akhlaq yang baik. Karena motivasi terbesar untuk melakukan seuatu perbuatan baik adalah mengetahui hasil dan faidah yang dapat dipetik darinya, meskipun perkara tersebut suatu perkara yang besar, penuh dengan tantangan dan kesulitan, akan tetapi dengan bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian, maka kesulitan dan beban yang berat itu akan terasa ringan.
a. Ketahuilah termasuk faktor terbesar yang dapat membantu seseorang memperoleh akhlaq yang baik adalah dengan cara berfikir tentang keutamaan-keutamaan akhlaq yang baik. Karena motivasi terbesar untuk melakukan seuatu perbuatan baik adalah mengetahui hasil dan faidah yang dapat dipetik darinya, meskipun perkara tersebut suatu perkara yang besar, penuh dengan tantangan dan kesulitan, akan tetapi dengan bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian, maka kesulitan dan beban yang berat itu akan terasa ringan.
Setiap kali terasa berat bagi jiwa untuk berakhlaq yang baik, segeralah ia diingatkan dengan keutamaan-keutamaan akhlaq yang mulia dan hasil yang akan diperoleh dengan sebab kesabaran, maka dirinya akan melunak, tunduk patuh, pasrah dan penuh harapan untuk mendapatkan segala keutamaan yang didambakan.
b. Faktor terbesar lainnya dalah faktor kemauan yang kuat dan keinginan dan tulus untuk memiliki akhlaq yang mulia. Ini adalah seutama-utama bekal seseorang yang diberi taufiq oleh Allah. Maka semakin kuat keinginan untuk berakhlaq yang mulia, –insya Allah- akan semakin mudah untuk mencapainya. [7].
c. Hendaklah seseorang memperhatikan, bukankah akhlaq yang buruk akan mengaibatkan penyesalan yang mendalam dan kegelisahan akan selalu menyertainya? di samping pengaruh-pengaruh buruk lainnya. Dengan demikian ia akan menolak berperilaku dengan akhlaq yang buruk.
d. Melatih diri dengan akhlaq yang baik [8] dan memantapkan jiwa untuk meniti sarana-sarana yang bisa membawa kepada akhlaq yang baik. Hendaklah seseorang mengokohkan dirinya untuk siap berbeda pendapat dengan orang lain, karena orang yang berakhlaq baik pasti akan mendapat penentangan dari orang banyak, baik dalam pemahaman ataupun dalam keinginan.
Setiap muslim pasti akan mendapatkan gangguan,baik berupa ucapan ataupun perbuatan. Maka hendaklah ia tabah dalam menanggung derita.
Perlu diketahui, bahwa gangguan berupa ucapan yang menyakitkan hanya akan merugikan si pengucapnya, dan seseorang dikatakan tegar jika ia tidak terpancing dengan ucapan-ucapan yang dimaksudkan untuk memancing emosinya, karena ia tahu jika ia terpengaruh atau marah berarti ia telah membantu si pengucap yang menginginkan kerugiannya.
Jika ia tidak peduli, tidak ambil pusing dan bersikap acuh, maka hal itu akan menjengkelkan hati si pengganggu yang bertujuan hanya menyakiti hatinya, membuatnya menjadi gusar, gelisah dan cemas. Sebagaimana manusia itu berusaha menghindari gangguan yang akan menimpa fisiknya, maka hendaklah ia berusaha pula menghindari setiap gangguan yang menimpa batinnya, yaitu dengan tidak memberi perhatian kepadanya. [Buku Al-Mu’in ‘Ala Tah-shiili Adabil ilmi wa Akhlaaqil Muta’limin… hal. 66-68]
e. Termasuk usaha yang paling penting dan paling berpengaruh adalah berdo’a kepada Allah, meminta agar Dia memberikan taufiq kepada kita semua dan mengaruniakan kepada kita akhlaq yang baik, dan agar menghindarkan diri kita semua dari akhlaq yang buruk. Semoga Allah membantu dan memudahkan kita dalam rangka memperoleh akhlaq yang baik.
… وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ …
“(Wahai Allah) Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang baik, karena tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada akhlaq yang baik kecuali Engkau, dan palingkanlah dariku keburukan, karena tidak ada yang dapat memalingkan keburukan kecuali Engkau” [9]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah berdo’a dengan do’a sebagai berikut:
اللَّهُمَّ جَنِّبْنِيْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ و الأَدْوَاءِ
“Wahai Allah, jauhkanlah aku dari kemungkaran-kemungkaran akhlaq, dari kemungkaran-kemungkaran amal, dari kemungkaran-kemungkaran nafsu dan dari penyakit”
.
Dalam riwayat yang lain:
.
Dalam riwayat yang lain:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلاَقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ
“Wahai Allah, sesungguhnya saya berlindung kepadaMu dari kemungkaran-kemungkaran akhlaq, dari kemungkaran-kemungkaran amal, dari kemungkaran-kemungkaran hawa nafsu” [HR. Tirmidzi 5/233, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi 3/184]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdo’a pula:
اللَّهُمَّ كَمَا أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي
“Wahai Allah sebagaimana Engkau telah membaguskan tubuhku, maka baguskanlah akhlaqku”. [HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ush Shagir 1/280]
PENUTUP
Sementara hanya inilah yang bisa kami kumpulkan untuk para pembaca dari beberapa literatur, sebenarnya masih ada lagi literatur- literatur lain yang menunjang dan menyempurnakan risalah ini. Semoga Allah memudahkanku agar dapat menyempurnakan risalah ini dan lebih memuaskan para pembaca dalam hal informasi-informasi yang bermanfaat, untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara hanya inilah yang bisa kami kumpulkan untuk para pembaca dari beberapa literatur, sebenarnya masih ada lagi literatur- literatur lain yang menunjang dan menyempurnakan risalah ini. Semoga Allah memudahkanku agar dapat menyempurnakan risalah ini dan lebih memuaskan para pembaca dalam hal informasi-informasi yang bermanfaat, untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi:
1. Tauhid Perioritas Pertama dan Utama oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, penerbit Darul Haq, Jakarta.
2. Tafsir Ibnu Katsir
3. Makarimul Akhlaq oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penyusun Khalid Abu Shalih, Riyadh, K. S. A. cet. I tahun 1417/1996 M tanpa penerbit.
4. Kitabul Ilmi oleh oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penyusun: Fahd bin Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman, Penerbit Dar Ats Tsuraya –Riyadh-KSA. Cet. I tahun 1417/1996 M
5. Ghayatul Maram
6. Shilatul Akhlaq bil ‘Aqidah wal Iman, oleh Syaikh Sulaiman bin Shalih Al-Ghusn, penerbit: Daar Al-‘Ashimah-Riyadh-K.S.A. cet. 1415 H
1. Tauhid Perioritas Pertama dan Utama oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, penerbit Darul Haq, Jakarta.
2. Tafsir Ibnu Katsir
3. Makarimul Akhlaq oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penyusun Khalid Abu Shalih, Riyadh, K. S. A. cet. I tahun 1417/1996 M tanpa penerbit.
4. Kitabul Ilmi oleh oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penyusun: Fahd bin Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman, Penerbit Dar Ats Tsuraya –Riyadh-KSA. Cet. I tahun 1417/1996 M
5. Ghayatul Maram
6. Shilatul Akhlaq bil ‘Aqidah wal Iman, oleh Syaikh Sulaiman bin Shalih Al-Ghusn, penerbit: Daar Al-‘Ashimah-Riyadh-K.S.A. cet. 1415 H
7. Al-Mu’in ala Tahshiili Adabil Ilmi wa Akhlaqil Muta’alimin, oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy, penyusun Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid, penerbit: Daar As-Shumaili-Riyadh-K.S.A. Cet. I tahun 1413 H-1993 M
8. Fiqhul Akhlaq wal Mu’amalaat Bainal Mukminin, oleh Abu Abdullah Musthafa bin Al-Adawi, penerbit Dar Ibnu Rajab-Mesir, cet. II th. 1419 H-1998 M
9. Al-Akhlaqul Faadhilah, Qawa’id wa Muntalaqaat Liktisabiha, Oleh Doktor Abdullah bin Dha’ifullah Ar-Ruhaili, cet. I th. 1417 H/1996 M-Riyadh-K.S.A. tanpa penerbit.
10. Shahih Muslim, tahqiq Muhammah Fuad Abdul Baqi’
11. Ad-Du’a Minal Kitab was-Sunnah, oleh DR. Sa’id bin Wahf Al-Qahthani
12. Iqadzul Himam Al-Muntaqa min Jami’il Ulumi wal Hikami lil Hafizh Ibnu Hajar, oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali, penerbit: Dar Ibnul jauzi-Dammam-K.S.A. Cet. I th. 1412 H/1992 M
13. Mushaf Al-Qur’an dan terjemah maknanya, cetakan Madinah Nabawiyah-K.S.A. th. 1411 H
14. Taudhihul Ahkaam min Bulughil Maraam, oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, penerbit: Maktabah An-Nahdhah Al-haditsah Makkah Al-Mukarramah –K.S.A. Cet. III th. 1417 H –1997 M.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun V/1422H/2001M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Lihat Buku. “TAUHID Prioritas utama dan pertama” hal. 27-28, oleh Syaikh Muh. Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, penerbit Darul Haq Jakarta
[2]. Makarimul Akhlaq oleh Syaikh Ibnu Utsaimin, hal: 9
[3]. Pembahasan tentang akhlaq kepada sesama makhluq
[4]. Makarimul Akhlaq, hal: 23; Taudhihul Ahkam, hal: 6/222
[5]. Syaikh Ali Hasan berkata: HR. Abu Daud (4798), Ibnu Hibban 1927, Hakim (I/60), Al-Baghawi (13/81), dari Aisyah, sanadnya terputus. Tetapi hadits ini memiliki penguat dengan sanad yang hasan, diriwayatkan oleh Hakim dalam al-Mustadrak 1/60, Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath (lembaran ke 141/sisi b), dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu . Lih. Ad-Duur al-Mantsur 2/75 dan at-Tarhib 3/404. Syaikh Sulaiman berkata: HR. Abu Daud dalam kitab al-Adab, bab fi husnil khuluq 4/252, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Shagir
[6]. HR. Abu Daud no. 5225, Ahmad (4/206), Muslim bagian pertama no. 25, 26 dan Tirmidzi no. 2011
[7]. Al-Imam Ibnul Qayyim berkata dalam Al-Fawaid, hal 210-211: “Adapun akhlaq yang baik, seperti sabar, berani, adil, kesatria, menjaga kesucian diri, memelihara kehormatan, dermawan, tahan emosi, pemaaf, tidak mendemdam, tahan derita, mengutamakan orang lain, memiliki harga diri dari tindakan orang lain, rendah hati, merasa cukup, jujur, ikhlash, membalas kebaikan dengan kebaikan yang sepadan atau dengan lebih baik, pura-pura tidak tahu dengan kesalahan orang lain yang tidak disengaja, tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yan tidak bermanfaat, celaan hati terhadap orang yang berakhlaq yang buruk. Itu semua muncul dari kekhusyu’an dan kemauan yang kuat. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan tentang bumi ini asalnya tenang, kemudian air mengenainya, maka bergeraklah bumi (menumbuhkjan berbagai tanaman-Red), lalu berubah menjadi bumi yang indah dan menawan, begitu juga makhluq akan menjadi indah dan menawan jika mendapatkan taufik dari Allah. (Dinukil dari buku Makarimul Akhlaq, hal 15
[8]. Al-Imam Ibnul Qayyim berkata dalam kitab Madarikus Salikin 2/300: “Penyucian jiwa lebih berat dan lebih sulit dibandingkan dengan pengobatan badan. Barangsiapa menyucikan jiwanya dengan latihan, usaha keras, dan menyendiri, tanpa ada contoh dari Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia seperti orang sakit yang menyembuhkan dirinya dengan pendapatnya semata. Bisa dibayangkan bagaimana akibatnya jika dibandingkan dengan pengobatan dokter ?! Sesungguhnya para rasul itu adalah dokter-dokter hati, maka tidak ada jalan untuk menyucikan dan memperbaiki hati kecuali melalui jalan dan metode mereka, dengan cara tunduk dan menyerahkan diri sepenuhnya untuk mengikuti para rasul, hanya kepada Allah semata kita memohon pertolonganNya. (Dinukil dari Makarimul Akhlaq hal. 33
_______
Footnote
[1]. Lihat Buku. “TAUHID Prioritas utama dan pertama” hal. 27-28, oleh Syaikh Muh. Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, penerbit Darul Haq Jakarta
[2]. Makarimul Akhlaq oleh Syaikh Ibnu Utsaimin, hal: 9
[3]. Pembahasan tentang akhlaq kepada sesama makhluq
[4]. Makarimul Akhlaq, hal: 23; Taudhihul Ahkam, hal: 6/222
[5]. Syaikh Ali Hasan berkata: HR. Abu Daud (4798), Ibnu Hibban 1927, Hakim (I/60), Al-Baghawi (13/81), dari Aisyah, sanadnya terputus. Tetapi hadits ini memiliki penguat dengan sanad yang hasan, diriwayatkan oleh Hakim dalam al-Mustadrak 1/60, Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath (lembaran ke 141/sisi b), dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu . Lih. Ad-Duur al-Mantsur 2/75 dan at-Tarhib 3/404. Syaikh Sulaiman berkata: HR. Abu Daud dalam kitab al-Adab, bab fi husnil khuluq 4/252, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Shagir
[6]. HR. Abu Daud no. 5225, Ahmad (4/206), Muslim bagian pertama no. 25, 26 dan Tirmidzi no. 2011
[7]. Al-Imam Ibnul Qayyim berkata dalam Al-Fawaid, hal 210-211: “Adapun akhlaq yang baik, seperti sabar, berani, adil, kesatria, menjaga kesucian diri, memelihara kehormatan, dermawan, tahan emosi, pemaaf, tidak mendemdam, tahan derita, mengutamakan orang lain, memiliki harga diri dari tindakan orang lain, rendah hati, merasa cukup, jujur, ikhlash, membalas kebaikan dengan kebaikan yang sepadan atau dengan lebih baik, pura-pura tidak tahu dengan kesalahan orang lain yang tidak disengaja, tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yan tidak bermanfaat, celaan hati terhadap orang yang berakhlaq yang buruk. Itu semua muncul dari kekhusyu’an dan kemauan yang kuat. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan tentang bumi ini asalnya tenang, kemudian air mengenainya, maka bergeraklah bumi (menumbuhkjan berbagai tanaman-Red), lalu berubah menjadi bumi yang indah dan menawan, begitu juga makhluq akan menjadi indah dan menawan jika mendapatkan taufik dari Allah. (Dinukil dari buku Makarimul Akhlaq, hal 15
[8]. Al-Imam Ibnul Qayyim berkata dalam kitab Madarikus Salikin 2/300: “Penyucian jiwa lebih berat dan lebih sulit dibandingkan dengan pengobatan badan. Barangsiapa menyucikan jiwanya dengan latihan, usaha keras, dan menyendiri, tanpa ada contoh dari Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia seperti orang sakit yang menyembuhkan dirinya dengan pendapatnya semata. Bisa dibayangkan bagaimana akibatnya jika dibandingkan dengan pengobatan dokter ?! Sesungguhnya para rasul itu adalah dokter-dokter hati, maka tidak ada jalan untuk menyucikan dan memperbaiki hati kecuali melalui jalan dan metode mereka, dengan cara tunduk dan menyerahkan diri sepenuhnya untuk mengikuti para rasul, hanya kepada Allah semata kita memohon pertolonganNya. (Dinukil dari Makarimul Akhlaq hal. 33
Read more https://almanhaj.or.id/2889-jalan-menuju-kemulian-akhlaq.html
Bismillah
*INFORMASI BELAJAR TAJWID LIBUR*
Karena ana berhalangan hadir maka mulai pekan besok yaitu pekan ke 4 belajar tajwid
Qodarullah .....diliburkan ....dulu ya
Insya Allah mulai aktif belajar lagi seperti biasa pada pekan ke 2 November 219
Demikian pengumuman ini harap dimaklumi
Ana menyampaikan permohonan maaf kepada antunna sekalian
Barakallahu Fiikunna
*INFORMASI BELAJAR TAJWID LIBUR*
Karena ana berhalangan hadir maka mulai pekan besok yaitu pekan ke 4 belajar tajwid
Qodarullah .....diliburkan ....dulu ya
Insya Allah mulai aktif belajar lagi seperti biasa pada pekan ke 2 November 219
Demikian pengumuman ini harap dimaklumi
Ana menyampaikan permohonan maaf kepada antunna sekalian
Barakallahu Fiikunna
Tuesday, October 15, 2019
Pembukaan kelas tajwid dan talaqi
📚🖊📚🖊📚🖊📚🖊📚🖊📚
Bismillah
Assalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakaatuhu
*Di buka program * Tajwid dan Talaqqi*
✍ *Untuk kelas Pemula*
Menggunakan Buku Qiroah lil Athfal 6 jilid
👉 Perbaikan Bacaan Quran Surat Al Fatihah
👉 Mengenal Makhroorijul huruf dan Sifaatul huruf
👉 Mengenal fashohatul Lisan
👉 Mengenal Itmamul Harokat ( kesempurnaan Harokat)
👉 Mengenal dan belajar Matn Mandzumah Jazariyah
👉 Mengenal dan belajar Matn Tuhfatul Athfal
👉 Mendapatkan Ilmu Diroyah (teori ilmu tajwid)
👉 mengenal lahn (kesalahan) dan terbebas dari lahn
📗 waktu Pertemuan 150 menit
🗒 Maksimal 4 peserta / kelompok
*Hubungi :*
Diana Ummu Achmad
WA 085312837788
*Lokasi Pembelajaran :*
Rumah Ilmu Al Furqon Depok
Di Perumahan Griya Depok Asri Blok C 8 no 13 Depok 2 Tengah
*Pilihan Hari dan jam*
Senen Pukul 10.00- 12.30
Selasa Pukul 10.00 -12.30
*Biaya*
Bebas uang pendaftaran
==================================
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullahi wa Barakaatuh
Barakallah fiikunna
📝❤📝❤📝❤📝❤📝❤📝
🍃🕋🕋🕋
📚🖊📚🖊📚🖊📚🖊📚🖊📚
Bismillah
Assalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakaatuhu
*Di buka program * Tajwid dan Talaqqi*
✍ *Untuk kelas Pemula*
Menggunakan Buku Qiroah lil Athfal 6 jilid
👉 Perbaikan Bacaan Quran Surat Al Fatihah
👉 Mengenal Makhroorijul huruf dan Sifaatul huruf
👉 Mengenal fashohatul Lisan
👉 Mengenal Itmamul Harokat ( kesempurnaan Harokat)
👉 Mengenal dan belajar Matn Mandzumah Jazariyah
👉 Mengenal dan belajar Matn Tuhfatul Athfal
👉 Mendapatkan Ilmu Diroyah (teori ilmu tajwid)
👉 mengenal lahn (kesalahan) dan terbebas dari lahn
📗 waktu Pertemuan 150 menit
🗒 Maksimal 4 peserta / kelompok
*Hubungi :*
Diana Ummu Achmad
WA 085312837788
*Lokasi Pembelajaran :*
Rumah Ilmu Al Furqon Depok
Di Perumahan Griya Depok Asri Blok C 8 no 13 Depok 2 Tengah
*Pilihan Hari dan jam*
Senen Pukul 10.00- 12.30
Selasa Pukul 10.00 -12.30
*Biaya*
Bebas uang pendaftaran
==================================
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullahi wa Barakaatuh
Barakallah fiikunna
📝❤📝❤📝❤📝❤📝❤📝
🍃🕋🕋🕋
Umroh ..
Alhamdulillah...
Bismillah...
tgl 20 Oktober 2019 hari ahad
Pembimbing Ustadz Fariq Gasim Anuz
Travel: ummi tour jakarta
📚🖊📚🖊📚🖊📚🖊📚🖊📚
*Cara mendapatkan akhlak mulia*
Menuntut ilmu syar'i sebagimana yg Allah perintahkan dan I'tiba kpd Rasulullah adalah salah satu cara mendapatkan akhlak yg baik....
Diantara hal yg sangat mulia daripada faedah akhlak yg mulia adalah mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya dan mencontoh akhlak Rasulullah yg sangat luar biasa mulia dan agung...
Dan sesungguhnya di dalam husnul khuluq (akhlak yg baik) adalah ibadah yg sangat agung dan membutuhkan waktu yg panjang utk senantiasa melatih diri dari seorang hamba (hal ini tentunya membutuhkan ilmu / belajar) yg akan berada didalam 2 hal yg sangat nikmat :
1. Ketenangan dan kedamaian yg bisa dirasakan di hati dan perilaku/ sikap serta lisan kita
2. Akan mendapatkan pahala yg sangat besar dan menajdi pemberat timbangan dib yaumil qiyamah..
Semoga kita mampu mengamalkannya dalam kondisi dan situasi apapun dg memberikan salam, sapa dan senyum
Terutama ketika kita berjumpa dengan seorang muslim khususnya yg belum kita kenal terlebih yg sudah kita kenal sebelumnya ...
Kita niatkan melakukan akhlak yg baik ini karena ikhlas ingin mencari Ridho Allah semata bukan yg lainnya (seperi ingin cari muka, ingin mendapatkan dunia, ingin kehormatan dll)
Allah akan membalas perbuatan baik kita tidak hanya di akherat tapi juga di dunia
Menyiapkan bekal mental utk berangkat menjadi Tamu Allah ✈🕋
🕋🤗🕋🤗🕋🤗🕋🤗🕋
Diantara manfaat yg disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman Asa'di dalam kitabnya husnul khuluq bahwa seorang muslim jika berakhlak mulia maka dia selalu dalam rangka beribadah dan bertaqorub kpd Allah sebagaimana seseorang bertaqorub dg sholat, puasa, zakat, pergi haji dan akhlak yg baik pun sejatinya dia sedang bertaqorub kpd Allah
Karena ibadah adalah sebuah nama yg mencakup seluruh amalan yg dicintai dan diridhoi oleh Allah mencakup perkataan baik yg dhohir maupun yg batin
Diantara ibadah2 itu adalah husnul khuluq / akhlak yg baik /mulia
Dan orang yg mengamalkan akhlak mulia tsb dalam kehidupan sehari2 nya maka ia sedang bertaqorub kpd Allah yg dengannya dia akan mendapatkan kemuliaan yg sangat banyak
Masya Allah.. Ternyata akhlak yg baik saja perlu latihan.. Dan Allah berikan pahala yg sangat banyak...sunghuh sangat luar biasa....
Semoga kita mampu mengamalkannya .. Aamiin
Jangan bosan utk berakhlak baik walaupun tidak di balas dengan kebaikan...
Dan niatkan utk mendapatkan kemulyaan di sisi Allah bukan ingin mencari ridho manusia
🕋✈🕋✈🕋✈🕋✈🕋
Hal ini tentu butuh latihan yg sangat panjang terutama ketika sedang bermuamalah dg manusia harus pandai dan cerdas mengelola emosi terutama hati, ucapan dan sikap dari hal2 yg menjauhkan kita dari akhlak yg baik ini
Ketika nabi ditanya
Ibadah apa yg paling banyak memasukkan kita ke dalam surga?
Maka nabi menjawab : taqwa kpd Allah dan akhlak yg baik
Dan nabi juga mengatakan :
"Orang yg paling baik dan paling dekat kepadaku kedudukan nya nanti di akherat adalah akhlak yg paling baik
Dan hadist2 ttg hal ini sangatlah banyak....
Jangan lupa *Salam, sapa, senyum jika bertemu dengan saudara sesama muslim*
🕋✈🕋✈🕋✈🕋✈🕋
💪💪💪💪
Alhamdulillah...
Bismillah...
tgl 20 Oktober 2019 hari ahad
Pembimbing Ustadz Fariq Gasim Anuz
Travel: ummi tour jakarta
📚🖊📚🖊📚🖊📚🖊📚🖊📚
*Cara mendapatkan akhlak mulia*
Menuntut ilmu syar'i sebagimana yg Allah perintahkan dan I'tiba kpd Rasulullah adalah salah satu cara mendapatkan akhlak yg baik....
Diantara hal yg sangat mulia daripada faedah akhlak yg mulia adalah mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya dan mencontoh akhlak Rasulullah yg sangat luar biasa mulia dan agung...
Dan sesungguhnya di dalam husnul khuluq (akhlak yg baik) adalah ibadah yg sangat agung dan membutuhkan waktu yg panjang utk senantiasa melatih diri dari seorang hamba (hal ini tentunya membutuhkan ilmu / belajar) yg akan berada didalam 2 hal yg sangat nikmat :
1. Ketenangan dan kedamaian yg bisa dirasakan di hati dan perilaku/ sikap serta lisan kita
2. Akan mendapatkan pahala yg sangat besar dan menajdi pemberat timbangan dib yaumil qiyamah..
Semoga kita mampu mengamalkannya dalam kondisi dan situasi apapun dg memberikan salam, sapa dan senyum
Terutama ketika kita berjumpa dengan seorang muslim khususnya yg belum kita kenal terlebih yg sudah kita kenal sebelumnya ...
Kita niatkan melakukan akhlak yg baik ini karena ikhlas ingin mencari Ridho Allah semata bukan yg lainnya (seperi ingin cari muka, ingin mendapatkan dunia, ingin kehormatan dll)
Allah akan membalas perbuatan baik kita tidak hanya di akherat tapi juga di dunia
Menyiapkan bekal mental utk berangkat menjadi Tamu Allah ✈🕋
🕋🤗🕋🤗🕋🤗🕋🤗🕋
Diantara manfaat yg disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman Asa'di dalam kitabnya husnul khuluq bahwa seorang muslim jika berakhlak mulia maka dia selalu dalam rangka beribadah dan bertaqorub kpd Allah sebagaimana seseorang bertaqorub dg sholat, puasa, zakat, pergi haji dan akhlak yg baik pun sejatinya dia sedang bertaqorub kpd Allah
Karena ibadah adalah sebuah nama yg mencakup seluruh amalan yg dicintai dan diridhoi oleh Allah mencakup perkataan baik yg dhohir maupun yg batin
Diantara ibadah2 itu adalah husnul khuluq / akhlak yg baik /mulia
Dan orang yg mengamalkan akhlak mulia tsb dalam kehidupan sehari2 nya maka ia sedang bertaqorub kpd Allah yg dengannya dia akan mendapatkan kemuliaan yg sangat banyak
Masya Allah.. Ternyata akhlak yg baik saja perlu latihan.. Dan Allah berikan pahala yg sangat banyak...sunghuh sangat luar biasa....
Semoga kita mampu mengamalkannya .. Aamiin
Jangan bosan utk berakhlak baik walaupun tidak di balas dengan kebaikan...
Dan niatkan utk mendapatkan kemulyaan di sisi Allah bukan ingin mencari ridho manusia
🕋✈🕋✈🕋✈🕋✈🕋
Hal ini tentu butuh latihan yg sangat panjang terutama ketika sedang bermuamalah dg manusia harus pandai dan cerdas mengelola emosi terutama hati, ucapan dan sikap dari hal2 yg menjauhkan kita dari akhlak yg baik ini
Ketika nabi ditanya
Ibadah apa yg paling banyak memasukkan kita ke dalam surga?
Maka nabi menjawab : taqwa kpd Allah dan akhlak yg baik
Dan nabi juga mengatakan :
"Orang yg paling baik dan paling dekat kepadaku kedudukan nya nanti di akherat adalah akhlak yg paling baik
Dan hadist2 ttg hal ini sangatlah banyak....
Jangan lupa *Salam, sapa, senyum jika bertemu dengan saudara sesama muslim*
🕋✈🕋✈🕋✈🕋✈🕋
💪💪💪💪
Mengenal istilah nama hadist
*💥 MENGENAL ISTILAH DALAM ILMU HADITS 💥*
❅ https://t.me/MuliaDenganSunnah
✒ *Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc*
Berikut ini beberapa istilah hadits yang sering dipakai dalam Asy-Syariah :
*1⃣ Mutawatir*
Hadits yang diriwayatkan dari banyak jalan (sanad) yang lazimnya dengan jumlah dan sifatnya itu, para rawinya mustahil bersepakat untuk berdusta atau kebetulan bersama-sama berdusta.
Perkara yang mereka bawa adalah perkara yang indrawi yakni dapat dilihat atau didengar. Hadits mutawatir memberi faedah ilmu yang harus diyakini tanpa perlu membahas benar atau salahnya terlebih dahulu.
*2⃣ Ahad*
Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir.
*3⃣ Sahih (sehat)*
Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil (muslim, baligh, berakal, bebas dari kefasiqan yaitu melakukan dosa besar atau selalu melakukan dosa kecil, dan bebas dari sesuatu yang menjatuhkan muru’ah/kewibawaan) dan sempurna hafalan/penjagaan kitabnya terhadap hadits itu, dari orang yang semacam itu juga dengan sanad yang bersambung, tidak memiliki ‘illah (penyakit/kelemahan) dan tidak menyelisihi yang lebih kuat. Hadits sahih hukumnya diterima dan berfungsi sebagai hujjah.
*4⃣ Hasan (baik)*
Hadits yang sama dengan hadits sahih kecuali pada sifat rawinya di mana hafalan/penjagaan kitabnya terhadap hadits tidak sempurna, yakni lebih rendah. Hadits hasan hukumnya diterima.
*5⃣ Dha’if*
Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits sahih atau hasan. Hadits dha’if hukumnya ditolak.
*6⃣ Maudhu’ (palsu)*
Hadits yang didustakan atas nama Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam padahal beliau tidak pernah mengatakannya, hukumnya ditolak.
*7⃣ Mursal*
Yaitu seorang tabi’in menyandarkan suatu ucapan atau perbuatan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Hukumnya tertolak karena ada rawi yang hilang antara tabi’in tersebut dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan mungkin yang hilang itu adalah rawi yang lemah.
*8⃣ Syadz*
Hadits yang sanadnya sahih atau hasan namun isinya menyelisihi riwayat yang lebih kuat dari hadits itu sendiri, hukumnya tertolak.
*9⃣ Mungkar*
Hadits yang sanadnya dha’if dan isinya menyelisihi riwayat yang sahih atau hasan dari hadits itu sendiri, hukumnya juga tertolak.
*🔟 Munqathi’*
Hadits yang terputus sanadnya secara umum, artinya hilang salah satu rawinya atau lebih dalam sanad, bukan di awalnya dan bukan di akhirnya dan tidak pula hilangnya secara berurutan. Hukumnya tertolak.
*1⃣1⃣ Sanad*
Rangkaian para rawi yang berakhir dengan matan.
*1⃣2⃣ Matan*
Ucapan rawi atau redaksi hadits yang terakhir dalam sanad.
*1⃣3⃣ Rawi*
Orang yang meriwayatkan atau membawakan hadits.
*1⃣4⃣ Atsar*
Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada selain Rasulullah n, yakni kepada para sahabat dan tabi’in.
*1⃣5⃣ Marfu’*
Suatu ucapan, perbuatan, atau persetujuan yang disandarkan kepada Rasulullah n.
*1⃣6⃣ Mauquf*
Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada sahabat.
*1⃣7⃣ Jayyid (bagus)*
Suatu istilah lain untuk sahih.
*1⃣8⃣ Muhaddits*
Orang yang menyibukkan diri dengan ilmu hadits secara riwayat dan dirayat (fiqih hadits), serta banyak mengetahui para rawi dan keadaan mereka.
*1⃣9⃣ Al-Hafizh*
Orang yang kedudukannya lebih tinggi dari muhaddits, yang ia lebih banyak mengetahui rawi di setiap tingkatan sanad.
*2⃣0⃣ Majhul*
(Rawi yang) tidak dikenal, artinya tidak ada yang menganggapnya cacat sebagaimana tidak ada yang men-ta’dil-nya (lihat istilah ta’dil di poin 23, red.), dan yang meriwayatkan darinya cenderung sedikit. Bila yang meriwayatkan darinya hanya satu orang maka disebut majhul al-‘ain, dan bila lebih dari satu maka disebut majhul al-hal. Hukum haditsnya termasuk hadits yang lemah.
*2⃣1⃣ Tsiqah*
(Rawi yang) tepercaya, artinya tepercaya kejujuran dan keadilannya serta kuat hafalan dan penjagaannya terhadap hadits.
*2⃣2⃣ Jarh*
Cacat, dan majruh artinya tercacat.
*2⃣3⃣ Ta’dil*
Menilai adil.
*2⃣4⃣ Muttafaqun ‘alaih*
Maksudnya hadits yang disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam kitab Shahih mereka.
*2⃣5⃣ Mu’allaq/ta’liq*
Hadits yang terputus sanadnya dari bawah, satu rawi atau lebih.
———————————————————-
📖 Majalah Asy Syariah
✒ Editor : Admin Asy-Syamil.com
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
___🍃🕋🍃___
.
*💥 MENGENAL ISTILAH DALAM ILMU HADITS 💥*
❅ https://t.me/MuliaDenganSunnah
✒ *Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc*
Berikut ini beberapa istilah hadits yang sering dipakai dalam Asy-Syariah :
*1⃣ Mutawatir*
Hadits yang diriwayatkan dari banyak jalan (sanad) yang lazimnya dengan jumlah dan sifatnya itu, para rawinya mustahil bersepakat untuk berdusta atau kebetulan bersama-sama berdusta.
Perkara yang mereka bawa adalah perkara yang indrawi yakni dapat dilihat atau didengar. Hadits mutawatir memberi faedah ilmu yang harus diyakini tanpa perlu membahas benar atau salahnya terlebih dahulu.
*2⃣ Ahad*
Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir.
*3⃣ Sahih (sehat)*
Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil (muslim, baligh, berakal, bebas dari kefasiqan yaitu melakukan dosa besar atau selalu melakukan dosa kecil, dan bebas dari sesuatu yang menjatuhkan muru’ah/kewibawaan) dan sempurna hafalan/penjagaan kitabnya terhadap hadits itu, dari orang yang semacam itu juga dengan sanad yang bersambung, tidak memiliki ‘illah (penyakit/kelemahan) dan tidak menyelisihi yang lebih kuat. Hadits sahih hukumnya diterima dan berfungsi sebagai hujjah.
*4⃣ Hasan (baik)*
Hadits yang sama dengan hadits sahih kecuali pada sifat rawinya di mana hafalan/penjagaan kitabnya terhadap hadits tidak sempurna, yakni lebih rendah. Hadits hasan hukumnya diterima.
*5⃣ Dha’if*
Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits sahih atau hasan. Hadits dha’if hukumnya ditolak.
*6⃣ Maudhu’ (palsu)*
Hadits yang didustakan atas nama Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam padahal beliau tidak pernah mengatakannya, hukumnya ditolak.
*7⃣ Mursal*
Yaitu seorang tabi’in menyandarkan suatu ucapan atau perbuatan kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Hukumnya tertolak karena ada rawi yang hilang antara tabi’in tersebut dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan mungkin yang hilang itu adalah rawi yang lemah.
*8⃣ Syadz*
Hadits yang sanadnya sahih atau hasan namun isinya menyelisihi riwayat yang lebih kuat dari hadits itu sendiri, hukumnya tertolak.
*9⃣ Mungkar*
Hadits yang sanadnya dha’if dan isinya menyelisihi riwayat yang sahih atau hasan dari hadits itu sendiri, hukumnya juga tertolak.
*🔟 Munqathi’*
Hadits yang terputus sanadnya secara umum, artinya hilang salah satu rawinya atau lebih dalam sanad, bukan di awalnya dan bukan di akhirnya dan tidak pula hilangnya secara berurutan. Hukumnya tertolak.
*1⃣1⃣ Sanad*
Rangkaian para rawi yang berakhir dengan matan.
*1⃣2⃣ Matan*
Ucapan rawi atau redaksi hadits yang terakhir dalam sanad.
*1⃣3⃣ Rawi*
Orang yang meriwayatkan atau membawakan hadits.
*1⃣4⃣ Atsar*
Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada selain Rasulullah n, yakni kepada para sahabat dan tabi’in.
*1⃣5⃣ Marfu’*
Suatu ucapan, perbuatan, atau persetujuan yang disandarkan kepada Rasulullah n.
*1⃣6⃣ Mauquf*
Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada sahabat.
*1⃣7⃣ Jayyid (bagus)*
Suatu istilah lain untuk sahih.
*1⃣8⃣ Muhaddits*
Orang yang menyibukkan diri dengan ilmu hadits secara riwayat dan dirayat (fiqih hadits), serta banyak mengetahui para rawi dan keadaan mereka.
*1⃣9⃣ Al-Hafizh*
Orang yang kedudukannya lebih tinggi dari muhaddits, yang ia lebih banyak mengetahui rawi di setiap tingkatan sanad.
*2⃣0⃣ Majhul*
(Rawi yang) tidak dikenal, artinya tidak ada yang menganggapnya cacat sebagaimana tidak ada yang men-ta’dil-nya (lihat istilah ta’dil di poin 23, red.), dan yang meriwayatkan darinya cenderung sedikit. Bila yang meriwayatkan darinya hanya satu orang maka disebut majhul al-‘ain, dan bila lebih dari satu maka disebut majhul al-hal. Hukum haditsnya termasuk hadits yang lemah.
*2⃣1⃣ Tsiqah*
(Rawi yang) tepercaya, artinya tepercaya kejujuran dan keadilannya serta kuat hafalan dan penjagaannya terhadap hadits.
*2⃣2⃣ Jarh*
Cacat, dan majruh artinya tercacat.
*2⃣3⃣ Ta’dil*
Menilai adil.
*2⃣4⃣ Muttafaqun ‘alaih*
Maksudnya hadits yang disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam kitab Shahih mereka.
*2⃣5⃣ Mu’allaq/ta’liq*
Hadits yang terputus sanadnya dari bawah, satu rawi atau lebih.
———————————————————-
📖 Majalah Asy Syariah
✒ Editor : Admin Asy-Syamil.com
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
___🍃🕋🍃___
.
Saturday, October 5, 2019
Reminder Kajian Tajwid khusus akhwat
بــسم اللّٰه الرّحمٰـــن الرّحيـــم
📢 *"INFORMASI KAJIAN TAJWID KHUSUS AKHWAT*
----------------------------------------
In syaa Allah akan diadakan kembali pada:
🗓 *SENIN, 7 Oktober 2019*
⏰ *10.00-12.30*
👤 *
🏡 *_
📚 Kitab Riyadhotul Lisan karya Ustadz Walid Abdurrahman (team founder Al Jazary)
📝 _Harap membawa buku catatan_
🔈 Mohon bantu disebarluaskan, jika ada rekan yg ingin bergabung dipersilahkan hubungi admin.
🌾 *_Barakallahu fiikum.._*
بــسم اللّٰه الرّحمٰـــن الرّحيـــم
📢 *"INFORMASI KAJIAN TAJWID KHUSUS AKHWAT*
----------------------------------------
In syaa Allah akan diadakan kembali pada:
🗓 *SENIN, 7 Oktober 2019*
⏰ *10.00-12.30*
👤 *
🏡 *_
📚 Kitab Riyadhotul Lisan karya Ustadz Walid Abdurrahman (team founder Al Jazary)
📝 _Harap membawa buku catatan_
🔈 Mohon bantu disebarluaskan, jika ada rekan yg ingin bergabung dipersilahkan hubungi admin.
🌾 *_Barakallahu fiikum.._*
*Bapak Ilmu Nahwu, Abul Aswad ad-Duali*
Abul Aswad ad-Duali adalah seorang perumus ilmu nahwu. Sebuah ilmu gramatika bahasa Arab yang mengkaji tentang bunyi harokat akhir suatu kalimat. Apakah dhommah, fathah, kasroh, atau sukun. Abul Aswad lahir di masa jahiliyah. Dan memeluk Islam di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ia tidak berjumpa dengan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia merupakan sahabat dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu. Dan berada di pihaknya saat Perang Shiffin.
Abul Aswad ad-Duali ada sosok yang populer. Ia seorang tabi’in. Seorang yang fakih. Ahli syair dan ahli bahasa Arab. Termasuk seseorang yang bagus visinya dan cerdas pemikirannya. Selain itu, ia juga piawai dalam menunggang kuda. Dialah peletak dasar ilmu nahwu. Dan menurut pendapat yang paling masyhur, dialah yang memberi titik pada huruf-huruf hijaiyah pada mush-haf Alquran (az-Zarkali: al-A’lam, 3/236-237).
Nasab dan Kelahirannya
Dia adalah Abul Aswad, namanya Zhalim bin Amr bin Sufyan bin Jandal (Ibnu Khalkan: Wafayatu-l A’yan, Daru-sh Shadir Beirut 1900, 2/535). Ad-Duali al-Kinani al-Bashri. Ibunya bernama Thuwailah dari Bani Abdu-d Dar bin Qushay (Khalifah bin Khayyath: Thabaqat Khalifah bin Khayyath, 1993 M, Hal: 328).
Abul Aswad lahir di masa jahiliyah (as-Suyuthi: al-Mazhar fi Ulumi-l Lughah wa Awa’iha, 1998, 2/392). Kemudian memeluk Islam di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (al-Mizzi: Tadzhibu-l Kamal, 33/37). Ia adalah tokoh besar di masa tabi’in. bersahabat dengan Ali bin Abi Thalib dan berada di pihaknya saat terjadi Perang Shiffin.
Kehidupannya
Abul Aswad ad-Duali tinggal di Bashrah di masa pemerintah Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Dan memerintah wilayah tersebut di masa Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu menggantikan Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma. Jabatan tersebut senantiasa ia pegang hingga wafatnya Ali bin Abu Thalib. Saat Muawiyah memegang tampuk kekuasaan, Abul Aswad menemuinya dan Muawiyah pun memuliakannya (az-Zarkali: al-A’lam, 3/236-237).
Bapak Ilmu Nahwu
Orang pertama yang merumuskan ilmu nahwu adalah Abul Aswad ad-Duali. Terdapat banyak versi tentang sebab perumusan ilmu nahwu. Ada yang mengatakan, “Abul Aswad menemui Abdullah bin Abbas. Ia berkata, ‘Aku melihat lisan-lisannya orang Arab sudah rusak gramatikanya. Aku ingin merumuskan sesuatu untuk mereka. Sesuatu yang meluruskan kembali lisan-lisan mereka’. Ibnu Abbas menanggapi, ‘Mungkin yang kau maksud adalah nahwu. Ya, itu benar. Buatlah rumusan dengan merujuk ke Surat Yusuf (al-Qifthi: Inbah ar-Ruwwati ‘ala Anba an-Nuhah, Cet. I 1982, 1/50-51).
Ada juga yang mengatakan, “Salah seorang anak perempuannya berkata,
يا أبت؛ ما أحسنُ السَّمَاء!
Kata أحسن harakat terakhirnya dhommah. Dan kata السماء harokat terakhirnya kasroh. Anak tersebut ingin mengatakan “Hai ayah, alangkah indahnya langit!” Tapi karena bunyi harokat akhirnya salah, maka artinya “Apakah yang paling indah di langit?”. Sehingga Abul- Aswad menjawabnya,
يا بنية؛ نجومها
“Bintangnya, nak”
Anaknya berkata, “Yang kumaksud (bukan bertanya) sesuatu yang paling indah. Tapi aku takjub dengan betapa indahnya langit.”
Abul Aswad berkata, “Kalau begitu, katakan!
ما أحسنَ السَّمَاء!
“Alangkah indahnya langit.”
Sejak itu ia menaruh perhatian besar dengan ilmu nahwu. Ada yang bertanya kepadanya, “Darimana kau memperoleh ilmu nahwu ini?” Ia menjawab, “Aku belajar kaidah-kaidahnya kepada Ali bin Abu Thalib.” (ath-Thayyib Ba Mukhramah: Qiladatu-n Nahwi fi Wafayati A’yani-d Dahr, 2008 M, 1/508).
Dengan demikian, ilmu nahwu sangat membantu orang-orang non-Arab dalam membaca teks Arab. Terutama teks Arab gundul. Dengan benarnya harokat seseorang bisa memahami teks Arab dengan pemahaman yang benar. Jika memahami teks dengan benar saja tidak mampu, maka bagaimana bisa akan mendapat kesimpulan dan pemahaman yang benar dari suatu teks. Inilah jasa besar Abul Aswad ad-Duali kepada umat ini.
Wafatnya
Abul Aswad ad-Duali wafat di Bashrah pada tahun 69 H/688 M. Ia terserang wabah tah’un. Saat itu usianya 80 tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa ia wafat di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Dan kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz dimulai pada bulan Shafar 99 H – Rajab 101 H (Ibnu Khalkan: Wafayat al-A’yan, 2/539).
Diterjemahkan secara bebas dari: https://islamstory.com/ar/artical/3408663/ابو-الاسود-الدؤلي
Oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com
💎📚💎📚💎📚💎📚💎📚
📲 Yuk share ke yang lain *tanpa merubah isi artikel dan sumbernya* dan jangan lupa like halaman kami...!
🚿Dan jangan sampai ketinggalan, dengan ikuti jaringan medsos kami untuk mendapatkan artikel dan nasihat yang manfaat.
•┈┈➖•◈◉✹❒📚❒✹◉◈•➖┈┈•
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
🌍 Di bumi Allah *Kantor bersih.or.id*, Senin, 30 Muharram 1441 H.
🌎www.bersih.or.id
📱Apk: bit.ly/2nzgGlN
🐦twitter.com/BERSIH_TV
📹youtube : bit.ly/2nQkBIm
🖼instagram.com/bersih.tv
🏡 Lokasi : bit.ly/2mOm00e
📪telegram.me/berbaginasihat
🔵facebook.com/programbersih
♻Admin: wa.me/628170889103
📱WA Ikhwan 1: https://bit.ly/2O3xDSy
📱WA Ikhwan 2: https://bit.ly/2xOT5kn
📱WA Akhwat: https://bit.ly/2Dj1thG
Abul Aswad ad-Duali adalah seorang perumus ilmu nahwu. Sebuah ilmu gramatika bahasa Arab yang mengkaji tentang bunyi harokat akhir suatu kalimat. Apakah dhommah, fathah, kasroh, atau sukun. Abul Aswad lahir di masa jahiliyah. Dan memeluk Islam di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ia tidak berjumpa dengan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia merupakan sahabat dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu. Dan berada di pihaknya saat Perang Shiffin.
Abul Aswad ad-Duali ada sosok yang populer. Ia seorang tabi’in. Seorang yang fakih. Ahli syair dan ahli bahasa Arab. Termasuk seseorang yang bagus visinya dan cerdas pemikirannya. Selain itu, ia juga piawai dalam menunggang kuda. Dialah peletak dasar ilmu nahwu. Dan menurut pendapat yang paling masyhur, dialah yang memberi titik pada huruf-huruf hijaiyah pada mush-haf Alquran (az-Zarkali: al-A’lam, 3/236-237).
Nasab dan Kelahirannya
Dia adalah Abul Aswad, namanya Zhalim bin Amr bin Sufyan bin Jandal (Ibnu Khalkan: Wafayatu-l A’yan, Daru-sh Shadir Beirut 1900, 2/535). Ad-Duali al-Kinani al-Bashri. Ibunya bernama Thuwailah dari Bani Abdu-d Dar bin Qushay (Khalifah bin Khayyath: Thabaqat Khalifah bin Khayyath, 1993 M, Hal: 328).
Abul Aswad lahir di masa jahiliyah (as-Suyuthi: al-Mazhar fi Ulumi-l Lughah wa Awa’iha, 1998, 2/392). Kemudian memeluk Islam di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (al-Mizzi: Tadzhibu-l Kamal, 33/37). Ia adalah tokoh besar di masa tabi’in. bersahabat dengan Ali bin Abi Thalib dan berada di pihaknya saat terjadi Perang Shiffin.
Kehidupannya
Abul Aswad ad-Duali tinggal di Bashrah di masa pemerintah Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu. Dan memerintah wilayah tersebut di masa Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu menggantikan Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma. Jabatan tersebut senantiasa ia pegang hingga wafatnya Ali bin Abu Thalib. Saat Muawiyah memegang tampuk kekuasaan, Abul Aswad menemuinya dan Muawiyah pun memuliakannya (az-Zarkali: al-A’lam, 3/236-237).
Bapak Ilmu Nahwu
Orang pertama yang merumuskan ilmu nahwu adalah Abul Aswad ad-Duali. Terdapat banyak versi tentang sebab perumusan ilmu nahwu. Ada yang mengatakan, “Abul Aswad menemui Abdullah bin Abbas. Ia berkata, ‘Aku melihat lisan-lisannya orang Arab sudah rusak gramatikanya. Aku ingin merumuskan sesuatu untuk mereka. Sesuatu yang meluruskan kembali lisan-lisan mereka’. Ibnu Abbas menanggapi, ‘Mungkin yang kau maksud adalah nahwu. Ya, itu benar. Buatlah rumusan dengan merujuk ke Surat Yusuf (al-Qifthi: Inbah ar-Ruwwati ‘ala Anba an-Nuhah, Cet. I 1982, 1/50-51).
Ada juga yang mengatakan, “Salah seorang anak perempuannya berkata,
يا أبت؛ ما أحسنُ السَّمَاء!
Kata أحسن harakat terakhirnya dhommah. Dan kata السماء harokat terakhirnya kasroh. Anak tersebut ingin mengatakan “Hai ayah, alangkah indahnya langit!” Tapi karena bunyi harokat akhirnya salah, maka artinya “Apakah yang paling indah di langit?”. Sehingga Abul- Aswad menjawabnya,
يا بنية؛ نجومها
“Bintangnya, nak”
Anaknya berkata, “Yang kumaksud (bukan bertanya) sesuatu yang paling indah. Tapi aku takjub dengan betapa indahnya langit.”
Abul Aswad berkata, “Kalau begitu, katakan!
ما أحسنَ السَّمَاء!
“Alangkah indahnya langit.”
Sejak itu ia menaruh perhatian besar dengan ilmu nahwu. Ada yang bertanya kepadanya, “Darimana kau memperoleh ilmu nahwu ini?” Ia menjawab, “Aku belajar kaidah-kaidahnya kepada Ali bin Abu Thalib.” (ath-Thayyib Ba Mukhramah: Qiladatu-n Nahwi fi Wafayati A’yani-d Dahr, 2008 M, 1/508).
Dengan demikian, ilmu nahwu sangat membantu orang-orang non-Arab dalam membaca teks Arab. Terutama teks Arab gundul. Dengan benarnya harokat seseorang bisa memahami teks Arab dengan pemahaman yang benar. Jika memahami teks dengan benar saja tidak mampu, maka bagaimana bisa akan mendapat kesimpulan dan pemahaman yang benar dari suatu teks. Inilah jasa besar Abul Aswad ad-Duali kepada umat ini.
Wafatnya
Abul Aswad ad-Duali wafat di Bashrah pada tahun 69 H/688 M. Ia terserang wabah tah’un. Saat itu usianya 80 tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa ia wafat di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah. Dan kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz dimulai pada bulan Shafar 99 H – Rajab 101 H (Ibnu Khalkan: Wafayat al-A’yan, 2/539).
Diterjemahkan secara bebas dari: https://islamstory.com/ar/artical/3408663/ابو-الاسود-الدؤلي
Oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com
💎📚💎📚💎📚💎📚💎📚
📲 Yuk share ke yang lain *tanpa merubah isi artikel dan sumbernya* dan jangan lupa like halaman kami...!
🚿Dan jangan sampai ketinggalan, dengan ikuti jaringan medsos kami untuk mendapatkan artikel dan nasihat yang manfaat.
•┈┈➖•◈◉✹❒📚❒✹◉◈•➖┈┈•
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
🌍 Di bumi Allah *Kantor bersih.or.id*, Senin, 30 Muharram 1441 H.
🌎www.bersih.or.id
📱Apk: bit.ly/2nzgGlN
🐦twitter.com/BERSIH_TV
📹youtube : bit.ly/2nQkBIm
🖼instagram.com/bersih.tv
🏡 Lokasi : bit.ly/2mOm00e
📪telegram.me/berbaginasihat
🔵facebook.com/programbersih
♻Admin: wa.me/628170889103
📱WA Ikhwan 1: https://bit.ly/2O3xDSy
📱WA Ikhwan 2: https://bit.ly/2xOT5kn
📱WA Akhwat: https://bit.ly/2Dj1thG
Bacaan Dzikir Petang
Dzikir petang berikut patut diamalkan karena akan membuat kita lebih semangat di petang hari dan dimudahkan Allah dalam segala urusan serta dihindarkan dari berbagai bahaya.
Untuk waktunya, menurut pendapat yang paling tepat adalah dari tenggelam matahari atau waktu Maghrib hingga pertengahan malam. Pertengahan malam dihitung dari waktu Maghrib hingga Shubuh, taruhlah sekitar 10 jam, sehingga pertengahan malam sekitar jam 11 malam. Baca artikel: Akhir Waktu Dzikir Petang.
Adapun dzikir yang kali ini kami publish adalah revisi dari yang ada sebelumnya setelah menyaring dzikir yang menurut kami lemah (dho’if) berdasarkan penilaian para ulama.
Juga dalam dzikir petang kali ini, kami sertakan dengan faedah dari setiap dzikir berdasarkan hadits yang menyebutkan dzikir tersebut sehingga dengan itu bisa merenung maksud dzikir dan raih manfaatnya.
Dzikir kali ini pun kami bantu dengan transliterasi untuk setiap bacaan selain bacaan Al Qur’an, moga bermanfaat bagi yang sulit membaca dzikir yang ada huruf demi huruf.
Diingatkan pula ada bacaan dzikir yang mirip dengan dzikir pagi. Namun ada yang hanya khusus dibaca pagi saja, ada pula yang petang saja.
Dzikir yang Dibaca di Waktu Petang
(Dari tenggelam matahari atau waktu Maghrib hingga pertengahan malam)
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”
[1]
Membaca ayat Kursi
اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Baqarah: 255) (Dibaca 1 x)
Faedah: Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang.[1]
[2]
Membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4) (Dibaca 3 x)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. Al Falaq: 1-5) (Dibaca 3 x)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (QS. An Naas: 1-6) (Dibaca 3 x)
Faedah: Siapa yang mengucapkannya masing-masing tiga kali ketika pagi dan petang, maka segala sesuatu akan dicukupkan untuknya.[2]
[3]
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ للهِ، وَالْحَمْدُ للهِ، لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُبِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Amsaynaa wa amsal mulku lillah walhamdulillah, laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodir. Robbi as-aluka khoiro maa fii hadzihil lailah wa khoiro maa ba’dahaa, wa a’udzu bika min syarri maa fii hadzihil lailah wa syarri maa ba’dahaa. Robbi a’udzu bika minal kasali wa suu-il kibar. Robbi a’udzu bika min ‘adzabin fin naari wa ‘adzabin fil qobri.
Artinya:
“Kami telah memasuki waktu petang dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.Wahai Rabbku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di kubur.” (Dibaca 1 x)
Faedah: Meminta pada Allah kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya, juga agar terhindar dari kejelekan di malam ini dan kejelekan sesudahnya. Di dalamnya berisi pula permintaan agar terhindar dari rasa malas padahal mampu untuk beramal, juga agar terhindar dari kejelekan di masa tua. Di dalamnya juga berisi permintaan agar terselamatkan dari siksa kubur dan siksa neraka yang merupakan siksa terberat di hari kiamat kelak.[3]
[4]
اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا،وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Allahumma bika amsaynaa wa bika ash-bahnaa wa bika nahyaa wa bika namuutu wa ilaikal mashiir.
Artinya:
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu petang, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (bagi semua makhluk).” (Dibaca 1 x) [4]
[5]
Membaca Sayyidul Istighfar
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas-tatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika ‘alayya wa abu-u bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.
Artinya:
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (Dibaca 1 x)
Faedah: Barangsiapa mengucapkan dzikir ini di siang hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati pada hari tersebut sebelum petang hari, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga.[5]
[6]
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَمْسَيْتُ أُشْهِدُكَ وَأُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ، وَمَلاَئِكَتَكَ وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ، أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ
Allahumma inni amsaytu usy-hiduka wa usy-hidu hamalata ‘arsyika wa malaa-ikatak wa jami’a kholqik, annaka antallahu laa ilaha illa anta wahdaka laa syariika lak, wa anna Muhammadan ‘abduka wa rosuuluk.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku di waktu petang ini mempersaksikan Engkau, malaikat yang memikul ‘Arys-Mu, malaikat-malaikat dan seluruh makhluk-Mu, bahwa sesungguhnya Engkau adalah Allah, tiada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (Dibaca 4 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini ketika pagi dan petang hari sebanyak empat kali, maka Allah akan membebaskan dirinya dari siksa neraka.[6]
[7]
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dun-yaaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur ‘awrootii wa aamin row’aatii. Allahummahfazh-nii mim bayni yadayya wa min kholfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fawqii wa a’udzu bi ‘azhomatik an ugh-taala min tahtii.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (Dibaca 1 x)
Faedah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah meninggalkan do’a ini di pagi dan petang hari. Di dalamnya berisi perlindungan dan keselamatan pada agama, dunia, keluarga dan harta dari berbagai macam gangguan yang datang dari berbagai arah.[7]
[8]
اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
Allahumma ‘aalimal ghoybi wasy-syahaadah faathiros samaawaati wal ardh. Robba kulli syai-in wa maliikah. Asyhadu alla ilaha illa anta. A’udzu bika min syarri nafsii wa min syarrisy-syaythooni wa syirkihi, wa an aqtarifa ‘alaa nafsii suu-an aw ajurrohu ilaa muslim.
Artinya:
“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya (godaan untuk berbuat syirik pada Allah), dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang muslim.” (Dibaca 1 x)
Faedah: Do’a ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Bakr Ash Shiddiq untuk dibaca pada pagi, petang dan saat beranjak tidur.[8]
[9]
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.
Artinya:
“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba yang memudaratkannya.[9]
[10]
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
Rodhiitu billaahi robbaa wa bil-islaami diinaa, wa bi-muhammadin shallallaahu ‘alaihi wa sallama nabiyyaa.
Artinya:
“Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi.” (Dibaca 3 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan hadits ini sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka pantas baginya mendapatkan ridha Allah. [10]
[11]
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا
Yaa Hayyu Yaa Qoyyum, bi-rohmatika as-taghiits, wa ash-lih lii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan.
Artinya:
“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).” (Dibaca 1 x)
Faedah: Dzikir ini diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Fathimah supaya diamalkan pagi dan petang. [11]
[12]
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Subhanallah wa bi-hamdih.
Artinya:
“Maha suci Allah, aku memuji-Nya.” (Dibaca 100 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ‘subhanallah wa bi hamdih’ di pagi dan petang hari sebanyak 100 x, maka tidak ada yang datang pada hari kiamat yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali orang yang mengucapkan semisal atau lebih dari itu.[12]
[13]
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.
Artinya:
“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 1o x)
Faedah: Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut di pagi hari sebanyak sepuluh kali, Allah akan mencatatkan baginya 10 kebaikan, menghapuskan baginya 10 kesalahan, ia juga mendapatkan kebaikan semisal memerdekakan 10 budak, Allah akan melindunginya dari gangguan setan hingg petang hari. Siapa yang mengucapkannya di petang hari, ia akan mendapatkan keutamaan semisal itu pula. [13]
[14]
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
A’udzu bikalimaatillahit-taammaati min syarri maa kholaq.
Artinya:
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya.” (Dibaca 3 x pada waktu petang)
Faedah: Siapa yang mengucapkannya di petang hari, niscaya tidak ada racun atau binatang (seperti: kalajengking) yang mencelakakannya di malam itu.[14]
[1] HR. Al Hakim (1: 562). Syaikh Al Albani menshahihkan hadits tersebut dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 655.
[2] HR. Abu Daud no. 5082, Tirmidzi no. 3575. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
[3] HR. Muslim no. 2723. Lihat keterangan Syarh Hisnul Muslim, hal. 161.
[4] HR. Tirmidzi no. 3391 dan Abu Daud no. 5068. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
[5] HR. Bukhari no. 6306.
[6] HR. Abu Daud no. 5069. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[7] HR. Abu Daud no. 5074 dan Ibnu Majah no. 3871. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
[8] HR. Tirmidzi no. 3392 dan Abu Daud no. 5067. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahawa sanad hadits ini shahih. Adapun kalimat terakhir (وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ) adalah tambahan dari riwayat Ahmad 2: 196. Dikomentari oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth bahwa hadits tersebut shahih dilihat dari jalur lainnya (shahih lighoirihi).
[9] HR. Abu Daud no. 5088, 5089, Tirmidzi no. 3388, dan Ibnu Majah no. 3869. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
[10] HR. Abu Daud no. 5072, Tirmidzi no. 3389. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[11] HR. Ibnu As Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 46, An Nasai dalam Al Kubro (381/ 570), Al Bazzar dalam musnadnya (4/ 25/ 3107), Al Hakim (1: 545). Sanad hadits ini hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 227.
[12] HR. Muslim no. 2692.
[13] HR. An Nasai Al Kubra 6: 10.
[14] HR. Ahmad 2: 290. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim. Lihat komentar Syaikh Syu’aib Al Arnauth terhadap hadits ini untuk pengertian hummah diartikan dengan racun atau sengatan kalajengking.
—
Bagian dari Buku Dzikir Pagi Petang karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal
Direvisi ulang 11 Jumadats Tsaniyyah 1436 H
Artikel Rumaysho.Com
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/1638-bacaan-dzikir-petang.html
Dzikir petang berikut patut diamalkan karena akan membuat kita lebih semangat di petang hari dan dimudahkan Allah dalam segala urusan serta dihindarkan dari berbagai bahaya.
Untuk waktunya, menurut pendapat yang paling tepat adalah dari tenggelam matahari atau waktu Maghrib hingga pertengahan malam. Pertengahan malam dihitung dari waktu Maghrib hingga Shubuh, taruhlah sekitar 10 jam, sehingga pertengahan malam sekitar jam 11 malam. Baca artikel: Akhir Waktu Dzikir Petang.
Adapun dzikir yang kali ini kami publish adalah revisi dari yang ada sebelumnya setelah menyaring dzikir yang menurut kami lemah (dho’if) berdasarkan penilaian para ulama.
Juga dalam dzikir petang kali ini, kami sertakan dengan faedah dari setiap dzikir berdasarkan hadits yang menyebutkan dzikir tersebut sehingga dengan itu bisa merenung maksud dzikir dan raih manfaatnya.
Dzikir kali ini pun kami bantu dengan transliterasi untuk setiap bacaan selain bacaan Al Qur’an, moga bermanfaat bagi yang sulit membaca dzikir yang ada huruf demi huruf.
Diingatkan pula ada bacaan dzikir yang mirip dengan dzikir pagi. Namun ada yang hanya khusus dibaca pagi saja, ada pula yang petang saja.
Dzikir yang Dibaca di Waktu Petang
(Dari tenggelam matahari atau waktu Maghrib hingga pertengahan malam)
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”
[1]
Membaca ayat Kursi
اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
“Allah, tidak ada ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al Baqarah: 255) (Dibaca 1 x)
Faedah: Siapa yang membacanya ketika petang, maka ia akan dilindungi (oleh Allah dari berbagai gangguan) hingga pagi. Siapa yang membacanya ketika pagi, maka ia akan dilindungi hingga petang.[1]
[2]
Membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4) (Dibaca 3 x)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. Al Falaq: 1-5) (Dibaca 3 x)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ مَلِكِ النَّاسِ إِلَهِ النَّاسِ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (QS. An Naas: 1-6) (Dibaca 3 x)
Faedah: Siapa yang mengucapkannya masing-masing tiga kali ketika pagi dan petang, maka segala sesuatu akan dicukupkan untuknya.[2]
[3]
أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ للهِ، وَالْحَمْدُ للهِ، لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُبِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوذُبِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Amsaynaa wa amsal mulku lillah walhamdulillah, laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodir. Robbi as-aluka khoiro maa fii hadzihil lailah wa khoiro maa ba’dahaa, wa a’udzu bika min syarri maa fii hadzihil lailah wa syarri maa ba’dahaa. Robbi a’udzu bika minal kasali wa suu-il kibar. Robbi a’udzu bika min ‘adzabin fin naari wa ‘adzabin fil qobri.
Artinya:
“Kami telah memasuki waktu petang dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.Wahai Rabbku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di kubur.” (Dibaca 1 x)
Faedah: Meminta pada Allah kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya, juga agar terhindar dari kejelekan di malam ini dan kejelekan sesudahnya. Di dalamnya berisi pula permintaan agar terhindar dari rasa malas padahal mampu untuk beramal, juga agar terhindar dari kejelekan di masa tua. Di dalamnya juga berisi permintaan agar terselamatkan dari siksa kubur dan siksa neraka yang merupakan siksa terberat di hari kiamat kelak.[3]
[4]
اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا،وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Allahumma bika amsaynaa wa bika ash-bahnaa wa bika nahyaa wa bika namuutu wa ilaikal mashiir.
Artinya:
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu petang, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu kami mati. Dan kepada-Mu tempat kembali (bagi semua makhluk).” (Dibaca 1 x) [4]
[5]
Membaca Sayyidul Istighfar
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas-tatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika ‘alayya wa abu-u bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.
Artinya:
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (Dibaca 1 x)
Faedah: Barangsiapa mengucapkan dzikir ini di siang hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati pada hari tersebut sebelum petang hari, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga.[5]
[6]
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَمْسَيْتُ أُشْهِدُكَ وَأُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ، وَمَلاَئِكَتَكَ وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ، أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ
Allahumma inni amsaytu usy-hiduka wa usy-hidu hamalata ‘arsyika wa malaa-ikatak wa jami’a kholqik, annaka antallahu laa ilaha illa anta wahdaka laa syariika lak, wa anna Muhammadan ‘abduka wa rosuuluk.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku di waktu petang ini mempersaksikan Engkau, malaikat yang memikul ‘Arys-Mu, malaikat-malaikat dan seluruh makhluk-Mu, bahwa sesungguhnya Engkau adalah Allah, tiada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (Dibaca 4 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini ketika pagi dan petang hari sebanyak empat kali, maka Allah akan membebaskan dirinya dari siksa neraka.[6]
[7]
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dun-yaaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur ‘awrootii wa aamin row’aatii. Allahummahfazh-nii mim bayni yadayya wa min kholfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fawqii wa a’udzu bi ‘azhomatik an ugh-taala min tahtii.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (Dibaca 1 x)
Faedah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah meninggalkan do’a ini di pagi dan petang hari. Di dalamnya berisi perlindungan dan keselamatan pada agama, dunia, keluarga dan harta dari berbagai macam gangguan yang datang dari berbagai arah.[7]
[8]
اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
Allahumma ‘aalimal ghoybi wasy-syahaadah faathiros samaawaati wal ardh. Robba kulli syai-in wa maliikah. Asyhadu alla ilaha illa anta. A’udzu bika min syarri nafsii wa min syarrisy-syaythooni wa syirkihi, wa an aqtarifa ‘alaa nafsii suu-an aw ajurrohu ilaa muslim.
Artinya:
“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya (godaan untuk berbuat syirik pada Allah), dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang muslim.” (Dibaca 1 x)
Faedah: Do’a ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Bakr Ash Shiddiq untuk dibaca pada pagi, petang dan saat beranjak tidur.[8]
[9]
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.
Artinya:
“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba yang memudaratkannya.[9]
[10]
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
Rodhiitu billaahi robbaa wa bil-islaami diinaa, wa bi-muhammadin shallallaahu ‘alaihi wa sallama nabiyyaa.
Artinya:
“Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi.” (Dibaca 3 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan hadits ini sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di petang hari, maka pantas baginya mendapatkan ridha Allah. [10]
[11]
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا
Yaa Hayyu Yaa Qoyyum, bi-rohmatika as-taghiits, wa ash-lih lii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan.
Artinya:
“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).” (Dibaca 1 x)
Faedah: Dzikir ini diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Fathimah supaya diamalkan pagi dan petang. [11]
[12]
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Subhanallah wa bi-hamdih.
Artinya:
“Maha suci Allah, aku memuji-Nya.” (Dibaca 100 x)
Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ‘subhanallah wa bi hamdih’ di pagi dan petang hari sebanyak 100 x, maka tidak ada yang datang pada hari kiamat yang lebih baik dari yang ia lakukan kecuali orang yang mengucapkan semisal atau lebih dari itu.[12]
[13]
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.
Artinya:
“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 1o x)
Faedah: Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut di pagi hari sebanyak sepuluh kali, Allah akan mencatatkan baginya 10 kebaikan, menghapuskan baginya 10 kesalahan, ia juga mendapatkan kebaikan semisal memerdekakan 10 budak, Allah akan melindunginya dari gangguan setan hingg petang hari. Siapa yang mengucapkannya di petang hari, ia akan mendapatkan keutamaan semisal itu pula. [13]
[14]
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
A’udzu bikalimaatillahit-taammaati min syarri maa kholaq.
Artinya:
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya.” (Dibaca 3 x pada waktu petang)
Faedah: Siapa yang mengucapkannya di petang hari, niscaya tidak ada racun atau binatang (seperti: kalajengking) yang mencelakakannya di malam itu.[14]
[1] HR. Al Hakim (1: 562). Syaikh Al Albani menshahihkan hadits tersebut dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 655.
[2] HR. Abu Daud no. 5082, Tirmidzi no. 3575. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
[3] HR. Muslim no. 2723. Lihat keterangan Syarh Hisnul Muslim, hal. 161.
[4] HR. Tirmidzi no. 3391 dan Abu Daud no. 5068. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
[5] HR. Bukhari no. 6306.
[6] HR. Abu Daud no. 5069. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[7] HR. Abu Daud no. 5074 dan Ibnu Majah no. 3871. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
[8] HR. Tirmidzi no. 3392 dan Abu Daud no. 5067. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahawa sanad hadits ini shahih. Adapun kalimat terakhir (وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ) adalah tambahan dari riwayat Ahmad 2: 196. Dikomentari oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth bahwa hadits tersebut shahih dilihat dari jalur lainnya (shahih lighoirihi).
[9] HR. Abu Daud no. 5088, 5089, Tirmidzi no. 3388, dan Ibnu Majah no. 3869. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.
[10] HR. Abu Daud no. 5072, Tirmidzi no. 3389. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[11] HR. Ibnu As Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 46, An Nasai dalam Al Kubro (381/ 570), Al Bazzar dalam musnadnya (4/ 25/ 3107), Al Hakim (1: 545). Sanad hadits ini hasan sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 227.
[12] HR. Muslim no. 2692.
[13] HR. An Nasai Al Kubra 6: 10.
[14] HR. Ahmad 2: 290. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim. Lihat komentar Syaikh Syu’aib Al Arnauth terhadap hadits ini untuk pengertian hummah diartikan dengan racun atau sengatan kalajengking.
—
Bagian dari Buku Dzikir Pagi Petang karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal
Direvisi ulang 11 Jumadats Tsaniyyah 1436 H
Artikel Rumaysho.Com
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/1638-bacaan-dzikir-petang.html
Subscribe to:
Comments (Atom)