Keutamaan Shalat Shubuh
Apabila seseorang mengerjakan shalat shubuh, niscaya ia akan dapati banyak keutamaan. Di antara keutamaannya adalah
(1) Salah satu penyebab masuk surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّة
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh dan ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635)
(2) Salah satu penghalang masuk neraka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Tidaklah akan masuk neraka orang yang melaksanakan shalat sebelum terbitnya matahari (yaitu shalat shubuh) dan shalat sebelum tenggelamnya matahari (yaitu shalat ashar).” (HR. Muslim no. 634)
(3) Berada di dalam jaminan Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ مَنْ يَطْلُبْهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ يُدْرِكْهُ ثُمَّ يَكُبَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim no. 163)
(4) Dihitung seperti shalat semalam penuh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Barangsiapa yang shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR. Muslim no. 656)
(5) Disaksikan para malaikat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
وَتَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ
“Dan para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat fajar (subuh).” (HR. Bukhari no. 137 dan Muslim no.632)
Ancaman bagi yang Meninggalkan Shalat Shubuh
Padahal banyak keutamaan yang bisa didapat apabila seseorang mengerjakan shalat shubuh. Tidakkah kita takut dikatakan sebagai orang yang munafiq karena meninggalakan shalat shubuh? Dan kebanyakan orang meninggalkan shalat shubuh karena aktivitas tidur. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)
Cukuplah ancaman dikatakan sebagai orang munafiq membuat kita selalu memperhatikan ibadah yang satu ini.
Semoga Allah selalu memberi hidayah kepada kita semua, terkhusus bagi para laki-laki untuk dapat melaksanakan shalat berjama’ah di masjid.
—
Penulis: Wiwit Hardi Priyanto
Artikel www.muslim.or.id
Rumah Tahfidz, Belajar Tahsin dan Tajwid Al Qur'an, Kajian Ilmu syar'i Hub: Diana Gasim (Ummu Achmad ) 085312837788)
Thursday, March 24, 2016
Wednesday, March 23, 2016
Pendidikan Anak, Tanggung Jawab Siapa?
Siapa yang bertanggung jawab menjadikan anak-anak menjadi anak yang shalih, apakah orang tua? Ataukah sekolah dan para gurunya?
Kita yang sudah menjadi orang tua tentu senantiasa berharap, berdo’a dan berusaha semaksimal mungkin agar anak-anak kita kelak menjadi anak-anak yang shalih, anak-anak yang bermanfaat. Namun siapa yang bertanggung jawab menjadikan mereka anak shalih, apakah orang tua? Ataukah sekolah dan para gurunya?
Beruntungnya Orang Tua Yang Memiliki Anak Shalih
Sungguh beruntung dan berbahagialah orang tua yang telah mendidik anak-anak mereka sehingga menjadi anak yang shalih, yang selalu membantu orang tuanya, mendo’akan orang tuanya, membahagiakan mereka dan menjaga nama baik kedua orang tua. Karena anak yang shalih akan senantiasa menjadi investasi pahala, sehingga orang tua akan mendapat aliran pahala dari anak shalih yang dimilikinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim: 1631).
Demikian pula, kelak di hari kiamat, seorang hamba akan terheran-heran, mengapa bisa dia meraih derajat yang tinggi padahal dirinya merasa amalan yang dia lakukan dahulu di dunia tidaklah seberapa, namun hal itu pun akhirnya diketahui bahwa derajat tinggi yang diperolehnya tidak lain dikarenakan do’a ampunan yang dipanjatkan oleh sang anak untuk dirinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ أَنَّى لِي هَذِهِ فَيَقُولُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sesunguhnya Allah ta’ala akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surge. Kemudian dia akan berkata, “Wahai Rabb-ku, bagaimana hal ini bisa terjadi padaku? Maka Allah menjawab, “Hal itu dikarenakan do’a yang dipanjatkan anakmu agar kesalahanmu diampuni.” (HR. Ahmad: 10618. Hasan).
Oleh karenanya, saking urgennya pembinaan dan pendidikan sang anak sehingga bisa menjadi anak yang shalih, Allah ta’ala langsung membebankan tanggung jawab ini kepada kedua orang tua. Allah ta’ala berfirman dalam sebuah ayat yang telah kita ketahui bersama,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ (٦)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (At Tahrim: 6).
Seorang tabi’in, Qatadah, ketika menafsirkan ayat ini mengatakan,
تأمرهم بطاعة الله وتنهاهم عن معصية الله وأن تقوم عليهم بأمر الله وتأمرهم به وتساعدهم عليه فإذا رأيت لله معصية ردعتهم عنها وزجرتهم عنها
“Yakni, hendaklah engkau memerintahkan mereka untuk berbuat taat kepada Allah dan melarang mereka dari berbuat durhaka kepada-Nya. Dan hendaklah engkau menerapkan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan dan bantulah mereka untuk menjalankannya. Apabila engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, maka peringatkan dan cegahlah mereka.” (Tafsir al-Quran al-’Azhim 4/502).
Demikian pula, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memikulkan tanggung jawab pendidikan anak ini secara utuh kepada kedua orang tua. Dari Ibnu radhiallahu ‘anhu, bahwa dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari: 2278).
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata,
أدب ابنك فإنك مسؤول عنه ما ذا أدبته وما ذا علمته وهو مسؤول عن برك وطواعيته لك
“Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”(Tuhfah al Maudud hal. 123).
Tanggung Jawab Orang Tua
Tanggung jawab pendidikan anak ini harus ditangani langsung oleh kedua orang tua. Para pendidik yang mendidik anak di sekolah–sekolah, hanyalah partner bagi orang tua dalam proses pendidikan anak.
Orang tua yang berusaha keras mendidik anaknya dalam lingkungan ketaatan kepada Allah, maka pendidikan yang diberikannya tersebut merupakan pemberian yang berharga bagi sang anak, meski terkadang hal itu jarang disadari. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ما نحل والد ولده أفضل من أدب حسن
“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR. Al Hakim: 7679).
Mengenai tanggung jawab pendidikan anak terdapat perkataan yang berharga dari imam Abu al-Hamid al-Ghazali rahimahullah. Beliau berkata, “perlu diketahui bahwa metode untuk melatih/mendidik anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari urusan yang lainnya. Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan qalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga dan murni yang belum dibentuk dan diukir. Dia menerima apa pun yang diukirkan padanya dan menyerap apa pun yang ditanamkan padanya. Jika dia dibiasakan dan dididik untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Dan setiap orang yang mendidiknya, baik itu orang tua maupun para pendidiknya yang lain akan turut memperoleh pahala sebagaimana sang anak memperoleh pahala atas amalan kebaikan yang dilakukannya. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan keburukan serta ditelantarkan seperti hewan ternak, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan binasa serta dosa yang diperbuatnya turut ditanggung oleh orang-orang yang berkewajiban mendidiknya” (Ihya Ulum al-Din 3/72).
Senada dengan ucapan al-Ghazali di atas adalah perkataan al-Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah, “Siapa saja yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang berguna baginya, lalu dia membiarkan begitu saja, berarti dia telah berbuat kesalahan yang fatal. Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah akibat orang tua mengabaikan mereka, serta tidak mengajarkan berbagai kewajiban dan ajaran agama. Orang tua yang menelantarkan anak-anaknya ketika mereka kecil telah membuat mereka tidak berfaedah bagi diri sendiri dan bagi orang tua ketika mereka telah dewasa. Ada orang tua yang mencela anaknya yang durjana, lalu anaknya berkata, “Ayah, engkau durjana kepadaku ketika kecil, maka aku pun durjana kepadamu setelah aku besar. Engkau menelantarkanku ketika kecil, maka aku pun menelantarkanmu ketika engkau tua renta.” (Tuhfah al-Maudud hal. 125).
Orang Tua Shalih, Anak pun Shalih!
“Hazm mengatakan, “Saya mendengar al-Hasan al-Bashri ditanya oleh Katsir bin Ziyad mengenai firman Allah ta’ala, “
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (٧٤)
“Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Furqan: 74).
Katsir bin Ziyad bertanya kepada al-Hasan, “Wahai Abu Sa’id, apakah yang dimaksud qurrata a’yun (penyenang hati) dalam ayat ini terjadi di dunia ataukah di akhirat? Maka al-Hasan pun menjawab, “Tidak, bahkan hal itu terjadi di dunia.” Katsir pun bertanya kembali, “Bagaimana bisa?” al-Hasan menjawab, “Demi Allah, Allah akan memperlihatkan kepada seorang hamba, istri, saudara dan kolega yang taat kepada Allah dan demi Allah tidak ada yang menyenangkan hati seorang muslim selain dirinya melihat anak, orang tua, kolega dan saudara yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla.” (Tuhfah al Maudud hal. 123).
Betapa indahnya, jika kita memandang anak-anak kita menjadi anak yang shalih, karena hal itu salah satu penyejuk pandangan kita. Namun yang patut kita perhatikan adalah faktor yang juga mengambil peran penting dalam pembentukan keshalehan anak adalah keshalihan orang tua itu sendiri.
Jika kita menginginkan anak-anak shalih, maka kita juga harus menjadi orang yang shalih. Ada pepatah Arab yang bagus mengenai hal ini,
كيف استقم الظل و عوده أعوج
“Bagaimana bisa bayangan itu lurus sementara bendanya bengkok?”
Kita selaku orang tua adalah bendanya sedangkan anak-anak kita adalah bayangannya. Jika diri kita bengkok, maka anak pun akan bengkok dan rusak. Dan sebaliknya, jika diri kita lurus, maka insya Allah anak-anak akan lurus.
Allah ta’ala berfirman,
ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِنْ بَعْضٍ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Keturunan itu sebagiannya merupakan (turunan) dari yang lain.” (Ali Imran: 34).
Maksud dari ayat di atas adalah orang tua yang baik, sumber yang baik, insya Allah akan menghasilkan keturunan yang baik pula.
Keshalihan orang tua juga akan memberikan manfaat positif, karena Allah akan menjaga sang anak. Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 82,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (٨٢)
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh.” (Al Kahfi: 82).
Dalam ayat ini diberitakan bahwa dikarenakan keshalihan orang tua, Allah menjaga dan memelihara sang anak, serta tidak mengecewakan orang tua. Oleh karenanya, keshalihan orang tua itu akan berpengaruh pada sang anak, bahkan manfaat itu tidak terbatas pada sang anak semata, tapi juga berdampak kepada cucu-cucunya sebagaimana diriwayatkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsirrahimahullah bahwa yang dimaksud ” وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا ” dalam ayat tersebut adalah kakek ketujuh dari dua anak tadi.
Kelak di surga, Allah ta’ala pun akan mengumpulkan sang anak bersama orang tua mereka yang shalih, meskipun amalan sang anak tidak dibanding amalan orang tua.
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (٢١)
“Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Ath Thuur: 21).
Maka disini, Allah ta’ala memasukkan anak-anak orang mukmin ke dalam surga dengan syarat mereka juga beriman. Maka, betapa menyenangkannya, jika kita berkumpul bersama keluarga kita di surga sebagaimana kita berkumpul di dunia ini. Meskipun amal ibadah sang anak tidak sepadan dengan kedua orang tuanya, amalnya kurang daripada orang tuanya, namun Allah tetap memasukkan keturunannya ke dalam surga. Karena apa? Karena keshalehan kedua orang tuanya.
Betapa pentingnya hal ini, yaitu menjadikan pribadi kita, yaitu orang tua, menjadi pribadi yang shalih, sampai-sampai salah seorang yang shalih pernah mengatakan,
يا بني إني لأستكثر من الصلاة لأجلك
“Wahai anakku, sesungguhnya aku memperbanyak shalat karenamu (dengan harapan Allah akan menjagamu).”
Ada seorang tabi’in yang bernama Sa’id ibn al-Musayyib rahimahullah juga pernah berkata,
إني لأصلي فأذكر ولدي فأزيد في صلاتي
“Ada kalanya ketika aku shalat, aku teringat akan anakku, maka aku pun menambah shalatku (agar anak-anakku dijaga oleh Allah ta’ala).”
Maka, mari kita menjadikan diri kita sebagai pribadi yang baik, taat kepada Allah dan shalih, kita jalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dengan harapan nantinya Allah ta’ala menjaga dan memelihara anak-anak kita.
—
Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim
SOTO BANDUNG
Resep dari blognya Mba Nina
Bahan :
500 gr daging sapi (saya pakai has dan tetelan)
2,5 liter air (atau sesuai kebutuhan)
Rebus kasih salam
Bumbu:
iris tipis 7 siung bawang putih,
memarkan 3 cm jahe,
memarkan 3 cm lengkuas,
memarkan 2 batang serai, ambil bagian putihnya dan memarkan
2-3 sdt garam
1 sdt merica bubuk
2 sdt gula pasir
2 sdm minyak goreng
Pelengkap :
kedelai goreng
Daun bawang dan seledri iris halus
jeruk nipis
bawang goreng
kecap manis
sambal
1 buah lobak, iris tipis melingkar rebus Di panci daging sebentar aja supaya gak hancur
Cara Membuat :
1. Rebus daging dengan api kecil hingga setengah empuk, kemudian ambil dagingnya dan saring kaldunya. Masukkan kembali daging ke dalam air kaldu dan teruskan memasak. Kalau ingin cepat bisa memakai presto ya.
2. Panaskan minyak, tumis bawang putih, jahe, lengkuas dan serai hingga harum kemudian masukkan ke dalam rebusan daging.
3. Bumbui dengan garam, gula pasir dan merica bubuk. Masak hingga bumbu meresap dan daging empuk, kemudia test rasa hingga sesuai selera.
4. Menjelang diangkat, masukkan lobak. Masak sebentar kemudian matikan api.
5. Sajikan hangat dengan pelengkap.
Notes :
- Daging dimasak dengan api kecil agar kuahnya tetap bening.
- Air kaldu daging disaring terlebih dahulu untuk membuang kotoran-kotoran pada air sehingga kuahnya bening.
Cara merebus kacang kedelai:
Rendam kacang kedelai selama 15 menit dg air mendidih beri soda 1/4 sdm agar empuk setelah Di goreng.
Tiriskan dan goreng .
Resep dari blognya Mba Nina
Bahan :
500 gr daging sapi (saya pakai has dan tetelan)
2,5 liter air (atau sesuai kebutuhan)
Rebus kasih salam
Bumbu:
iris tipis 7 siung bawang putih,
memarkan 3 cm jahe,
memarkan 3 cm lengkuas,
memarkan 2 batang serai, ambil bagian putihnya dan memarkan
2-3 sdt garam
1 sdt merica bubuk
2 sdt gula pasir
2 sdm minyak goreng
Pelengkap :
kedelai goreng
Daun bawang dan seledri iris halus
jeruk nipis
bawang goreng
kecap manis
sambal
1 buah lobak, iris tipis melingkar rebus Di panci daging sebentar aja supaya gak hancur
1. Rebus daging dengan api kecil hingga setengah empuk, kemudian ambil dagingnya dan saring kaldunya. Masukkan kembali daging ke dalam air kaldu dan teruskan memasak. Kalau ingin cepat bisa memakai presto ya.
2. Panaskan minyak, tumis bawang putih, jahe, lengkuas dan serai hingga harum kemudian masukkan ke dalam rebusan daging.
3. Bumbui dengan garam, gula pasir dan merica bubuk. Masak hingga bumbu meresap dan daging empuk, kemudia test rasa hingga sesuai selera.
4. Menjelang diangkat, masukkan lobak. Masak sebentar kemudian matikan api.
5. Sajikan hangat dengan pelengkap.
Notes :
- Daging dimasak dengan api kecil agar kuahnya tetap bening.
- Air kaldu daging disaring terlebih dahulu untuk membuang kotoran-kotoran pada air sehingga kuahnya bening.
Cara merebus kacang kedelai:
Rendam kacang kedelai selama 15 menit dg air mendidih beri soda 1/4 sdm agar empuk setelah Di goreng.
Tiriskan dan goreng .
Tuesday, March 22, 2016
Penerimaan Santri Baru Pondok Programmer Yogyakarta, 100% Gratis
Pondok Programmer Yogyakarta kembali lagi membuka pendaftaran untuk penerimaan santri baru angkatan 2016
PENDAFTARAN PONDOK PROGRAMMER DI MULAI PADA:
1 Maret – 30 April 2016
By Redaksi Muslim.Or.Id 7 March 2016
Pondok Programmer adalah sebuah suatu tempat pendidikan IT yang berada di Yogyakarta yang selain membekali santrinya dengan pengetahuan Teknologi Informasi dan Komputer (TIK), juga membekali mereka dengan ilmu agama. Program belajar di Pondok Programmer selama 3 tahun.
Makan dan tempat tinggal ditanggung 100% makan 3 X sehari
Snack di pagi hari
Kajian Islam dan bahasa Arab
Mendapatkan training fee jika mengikuti training
Bisa mengikuti event-event IT
Sharing IT dg dosen tamu atau orang yg berpengalaman
Mengikuti seminar -seminar IT dan bisnis bersama para pakar (insidental)
Lingkungan nyaman dan kondusif
Koneksi internet 24 jam
Olahraga
Jalan-jalan (rihlah) tiap 2 bulan sekali
Ketentuan calon santri
Laki-lakiMuslimLulus SMA/SMK (tidak sedang bekerja atau kuliah)
Dapat izin orang tua
Belum menikah
Maksimal berusia 22 tahun
Menyukai / hobi dunia IT
Tidak merokok
Siap tinggal di asrama
Berkepribadian baik (semangat belajar – suka tantangan – pantang menyerah – tidak malas – kemauan tinggi – berkomitmen tinggi)
NILAI TAMBAH AGAR BISA DITERIMA:
Memakai OS LinuxMemakai software legalTahu Dasar2 Ilmu Programming (bisa download di www.pondokprogrammer.com/materi)
Menyukai Pelajaran Matematika
Mempunyai Prestasi Selama Di Sekolah Atau Di Luar Sekolah
Mengamalkan sunnah
Wajib Sholat 5 WaktuBerusaha
Berteman dengan Orang Baik
Tidak Pacaran
Pernah mengikuti organisasi
Info pendaftaran selengkapnya bisa di lihat di http://pendaftaran.pondokprogrammer.com
Atau hubungi :
Telepon: 0856 014 514 26
Fanspage: https://www.facebook.com/pondokprogrammercom
Twitter: @PondokIT
Email: pondokprogrammer@gmail.com
Cari lebih lanjut memgenai Pondok Programmer di website:http://pondokprogrammer.com/
Segera daftarkan diri anda, kerabat anda, teman anda! Quota terbatas!
Tuesday, March 15, 2016
📚Resume bedah buku "Buku Harian Anak CerMat"📚
Cermat...cerdas ... Hemat
🎤Narasumber: Naila M Tazkiyyah
🎈Moderator: Ambarwati/ Wiwiek Fauziyah
✒Peresume: Arma Zaida
📆Hari/tanggal: Senin, 14 Maret 2016
Bedah Buku "Buku Harian Anak Cermat, Cerdas dan Hemat"
Assalamu'alaikum warohmatullahi waabarokatuh Bunda2 sholihah semua.
Sebelum saya memberikan materi prolog mhn dimaklumi bahwa saya juga seorang ibu yang masih belajar, semoga sharing pada sesi ini terkait Menumbuhkan Kecerdasan Finansial pada Anak mampu menjadi pengingat bagi diri saya sendiri dan tambahan ilmu bagi kita semua.
Aamiin.
Saya termasuk ibu yang yakin bahwa anak telah memiliki fitrah belajar sejak lahir, sehingga belajar tentang pengelolaan uang juga seharusnya sdh terinstall pada diri anak kita.
Lantas mengapa di masa sekarang ini banyak orang yang masih belum mampu mengelola keuangan pribadi ataupun keluarganya dengan baik? Pertanyaan ini bs dijawab dengan aneka pernyataan, namun saya yakin bahwa pembiasaan cerdas finansial sejak kecil mempunyai andil dalam membentuk pribadi yang handal mengelola keuangan miliknya.
Ada beberapa keyword untuk memudahkan kita memberikan pemahaman terkait financial literacy pada anak:
1⃣ Harta hanyalah "amanah" dari Allah, yang fungsinya adalah untuk keberlangsungan hidup kita dan membawa manfaat bagi semesta alam.
2⃣ Mampu membedakan needs dan wants, insya Allah rizki dr Allah cukup utk memenuhi needs namun kalau harus mengejar wants itu yang membuat tujuan keuangan kita tidak jelas.
3⃣ Rajin mencatat pemasukan dan pengeluaran, untuk mengetahui pola pendapatan dan konsumsi kita.
4⃣ Beri teladan untuk hidup hemat dan bersahaja.
5⃣ Mengetahui tujuan hidup dan mimpi serta bagaimana mencapainya (dalam hal ini yang perlu difasilitasi dengan uang).
Contoh atau ilustrasi beberapa keyword di atas ada di beberapa sample halaman isi Buku Harian Anak Cermat berikut ini:
👇🏻
Sekian dulu prolog dari saya, semoga bisa menambah hangat diskusi kita.
Wassalamualaikum wr wb
Naila M Tazkiyyah
Seorang ibu dari 3 anak yang masih terus belajar dan mengurai hikmah kehidupan🙏
📝Tanya jawab
1⃣1. Kapan usia yg tepat kita mulai memperkenalkan pada anak tentang penggunaan uang dan
2. bagaimana cara yg efektif untuk menanamkan kepercayaan pada mereka untuk memanfaatkan harta Allah amanahkan utk kebaikan?✅
Jawab:
1. Biasanya anak cukup siap menerima uang saku ketika fase kognitif juga sdh oke. skitar 7 th ke atas.
Sedangkan penggunaan uang sdh mulai dikenalkan sejak dini sambil berinteraksi sehari2, misalkan saat berbelanja di pasar,swalayan dll. Saat berinfaq di masjid
2. Memanfaatkan harta di jln Allah sgt baik ditanamkan bersamaan dg masa menanamkan fitrah keimanan pd usia 2-7 tahun. Children see children do, usahakan sering membahas bersama suami atau keluarga ttg pemanfaatan harta di jln Allah✅
2⃣Bagaimana cara mengenalkan ttg manajemen keuangan ke anak,misal penerapannya di sistem uang jajan. Apakah pakai uang monopoli(uang mainan) atau uang asli?✅
Jawab:
Manajemen keuangan yg paling sederhana bagi anak bs dimulai dari merencakan mimpi atau targetnya. Kemudian diajak menyisihkan uang saku mjd 3 bagian, belanja kebutuhan, menabung utk mencapai mimpi tertentu, dan berbagi. Untuk simulasi bs digunakan uang mainan dulu, bs diprint sendiri bisa jg pakai uang mainan. Sebaiknya cari yg mata uangnya sama dg yg digunakan sehari2 (kdg uang monopoli menggunakan dolar).
Oh iya biasakan menyebutnya sbg uang saku bukan uang jajan😊 agar tdk identik hanya dipakai jajan🙏✅
3⃣mau nanya, kami selaku org tua blm memiliki penghasilan tetap. sehingga untuk pembagian masih agak sulit diatur. adakah trik cara mengajarkan financial pada anak dgn keadaan seperti ini? :-)✅
Jawab:
Bunda yg baik, sebaiknya walaupun penghasilan blm teratur tetap hrs dibuat budget dg bbrp skenario.
Ajak anak utk mendaftar kebutuhan bersama. Patuh pd dftr tsb,misalnya: Ajak anak berdiskusi dr awal bahwa alhamdulillah Allah sdh menitipkan rizki pd ayah bunda utk kita makan sehari 3 kali,membeli 1 buku sebulan,membayar spp sekolah dan bensin utk kendaraan, kita cb untuk memanfaatkan rizki tsb sebaik2nya.
Jika ada masanya anak meminta tambahan seperti buku lebih dr 1 ajak anak diskusi ttg usaha apa yg sebaiknya dilakukan, menjual es teh kah, membuaat kerjinan tgn, dll✅
4⃣ pada usia berapa anak diajarkan konsep hidup hemat, dan bagaimana menyederhanakan bahasanya? Terima kasih.✅
Jawab:
Sedini mgkn lbh baik bunda, tidak harus identik dg uang, ketika bunda mandikan ajak bicara ttg air tdk boleh mubadzir. Tentang alat elektronik hrs dimatikan jika tdk digunakan,jd bs diterapkan di berbagai hal.✅
5⃣ 1.Sebaiknya untuk anak usia 8-12 tahun baiknya diberi uang saku, per pekan atau per hari?
2. Ketika orangtua mengelola keuangan rumahtangga, dapatkah anak di ikut sertakan, jadi anak tau juga kondisi keuangan keluarga??✅
Jawab:
Bunda yg baik, silakan dicoba dulu per hari jika hasil catatannya sdh menunjukkan hasil yg baik bs dicoba per pekan. Baik di sini maksudnya bs membagi antara 3 macam jenis kebutuhan berbagi dan menabung.
2. Untuk mengelola keuangan, maksudnya seperti apa bunda? sebaiknya domain mengelola utama tetap sosok ibu. anak2 diposisikan sbg pengelola atas harta miliknya sendiri.
6⃣Bu, bagaimana cara menjelaskan tentang 'kebutuhan' kpd anak jika sedikit2 minta uang buat perbaiki sepeda (krn sepeda menurut sy kebutuhan dia) atau sebentar2 dia mau beli buku lagi dengan alasan bukunya sudah dibaca semua. ✅
Jawab:
Baik, untuk kasus sepeda mgkn bs dicari bersama penyebab sering rusak apa, betul itu adalah bagian dr kebutuhan namun sebisanya tetap dibatasi misal maksimal biaya perbaikan sebulan 50.000.
Kemudian tentang buku, bs disiasati dg berkunjung dan meminjam dr perpustakaan atau taman baca. Jadi kita ajak anak berpikir kreatif utk menyiasati kebutuhan😊, dan usahakan produktif dari harta yg dimiliki,misalnya dr sepeda yg ada bs dijadikan jasa kurir dekat antar tetangga.
Yang buku bisa disewakan kepada teman sehingga hasilnya bs utk beli buku atau sepeda baru😊🙏✅
7⃣Saya pernah baca dimajalah ummi untuk anak SD sudah bisa mulai menyisihkan uang jajan.dan diajari menabung dulu sebelum jajan, tdk terbalik, jajan duku baru yg uang sisa ditabung. Apakah konsepnya memang harus seperti ini bunda? mohon penjelasannya..terima kasih😊✅
Jawab:
Betul bunda,itu bs dijadikan strategi yg memudahkan anak agar tdk lupa menyisihkan uang sakunya utk ditabung dan diinfaqkan. Kita jg bs mulai menanamkan bahwa pd setiap rizki kita ada hak org lain melalui infaq dan shadaqah,sedangkan tabungan nantinya akan memudahkan kita mencapai mimpi.
Cara tsb biasanya dilakukan pada anak yg blm terbiasa membagi secara proporsional 3 pos penggunaan uang sakunya. Untuk ananda yg sdh terbiasa,insya Allah walau paginya belum disisihkan mereka tetap bs mengerem belanja sesuai budget dan kebutuhan✅
8⃣ Assalamualaikum. Bunda bisa dberikan contoh pengalokasian dana tiap bulannya?✅
Jawab:
Dana tiap bulan utk anak kah Bunda?
Proporsional utk msg2 anak bs berbeda,misalnya Qonita sekolah full day dan hrs naik kendaraan umum. Uang saku bulanan 500.000 dy memutuskan infaq 5% menabung 10% sisanya memang habis utk transport, beli atk, fotocopy, dll
Haidar dg uang yg sama bs menabung hingga 30% krn dia diantar jmput. Jadi coba ajak ananda diskusi ttg rencana penggunaan uang sakunya😊✅
9⃣ Mau nambah pertanyaan...bgmn caranya spy tetangga mau ikut serta menyewa jasa kurir anak kita?✅
Jawab:
Insya Allah caranya hampir sama dg marketing usaha bunda,bbrp hal yg bs dilakukan adl membagikan brosur hasil tulisan tangan anak sndiri yg di ftcp, membuat event promo misalnya cukup bayar 1000 utk radius 1 km pd jm 5-6sore pd hari launching saja😊. Bisa juga pasang karton di depan sepeda utk promo, pasang di dpn rumah, dll✅
📌 Penutup📌
Alhamdulillah kita sdh berdiskusi bersama pagi ini. Semoga sesi diskusi td mengingatkan kita semua pada pentingnya memantapkan pemahaman pengelolaan keuangan pada diri sendiri dan keluarga. Juga istiqomah pd usaha terus menerus memanfaatkan harta sbg amanah Allah di jalan-Nya.
Sadari bahwa keteladanan adalah guru terbaik bagi anak2, sehingga mari berlomba2 menjadi teladan terbaik dlm bersikap hemat dan cerdas saat memanfaatkan harta.
Jazakumullah khair.
Wassalamualaikum wr wb
Cermat...cerdas ... Hemat
🎤Narasumber: Naila M Tazkiyyah
🎈Moderator: Ambarwati/ Wiwiek Fauziyah
✒Peresume: Arma Zaida
📆Hari/tanggal: Senin, 14 Maret 2016
Bedah Buku "Buku Harian Anak Cermat, Cerdas dan Hemat"
Assalamu'alaikum warohmatullahi waabarokatuh Bunda2 sholihah semua.
Sebelum saya memberikan materi prolog mhn dimaklumi bahwa saya juga seorang ibu yang masih belajar, semoga sharing pada sesi ini terkait Menumbuhkan Kecerdasan Finansial pada Anak mampu menjadi pengingat bagi diri saya sendiri dan tambahan ilmu bagi kita semua.
Aamiin.
Saya termasuk ibu yang yakin bahwa anak telah memiliki fitrah belajar sejak lahir, sehingga belajar tentang pengelolaan uang juga seharusnya sdh terinstall pada diri anak kita.
Lantas mengapa di masa sekarang ini banyak orang yang masih belum mampu mengelola keuangan pribadi ataupun keluarganya dengan baik? Pertanyaan ini bs dijawab dengan aneka pernyataan, namun saya yakin bahwa pembiasaan cerdas finansial sejak kecil mempunyai andil dalam membentuk pribadi yang handal mengelola keuangan miliknya.
Ada beberapa keyword untuk memudahkan kita memberikan pemahaman terkait financial literacy pada anak:
1⃣ Harta hanyalah "amanah" dari Allah, yang fungsinya adalah untuk keberlangsungan hidup kita dan membawa manfaat bagi semesta alam.
2⃣ Mampu membedakan needs dan wants, insya Allah rizki dr Allah cukup utk memenuhi needs namun kalau harus mengejar wants itu yang membuat tujuan keuangan kita tidak jelas.
3⃣ Rajin mencatat pemasukan dan pengeluaran, untuk mengetahui pola pendapatan dan konsumsi kita.
4⃣ Beri teladan untuk hidup hemat dan bersahaja.
5⃣ Mengetahui tujuan hidup dan mimpi serta bagaimana mencapainya (dalam hal ini yang perlu difasilitasi dengan uang).
Contoh atau ilustrasi beberapa keyword di atas ada di beberapa sample halaman isi Buku Harian Anak Cermat berikut ini:
👇🏻
Sekian dulu prolog dari saya, semoga bisa menambah hangat diskusi kita.
Wassalamualaikum wr wb
Naila M Tazkiyyah
Seorang ibu dari 3 anak yang masih terus belajar dan mengurai hikmah kehidupan🙏
📝Tanya jawab
1⃣1. Kapan usia yg tepat kita mulai memperkenalkan pada anak tentang penggunaan uang dan
2. bagaimana cara yg efektif untuk menanamkan kepercayaan pada mereka untuk memanfaatkan harta Allah amanahkan utk kebaikan?✅
Jawab:
1. Biasanya anak cukup siap menerima uang saku ketika fase kognitif juga sdh oke. skitar 7 th ke atas.
Sedangkan penggunaan uang sdh mulai dikenalkan sejak dini sambil berinteraksi sehari2, misalkan saat berbelanja di pasar,swalayan dll. Saat berinfaq di masjid
2. Memanfaatkan harta di jln Allah sgt baik ditanamkan bersamaan dg masa menanamkan fitrah keimanan pd usia 2-7 tahun. Children see children do, usahakan sering membahas bersama suami atau keluarga ttg pemanfaatan harta di jln Allah✅
2⃣Bagaimana cara mengenalkan ttg manajemen keuangan ke anak,misal penerapannya di sistem uang jajan. Apakah pakai uang monopoli(uang mainan) atau uang asli?✅
Jawab:
Manajemen keuangan yg paling sederhana bagi anak bs dimulai dari merencakan mimpi atau targetnya. Kemudian diajak menyisihkan uang saku mjd 3 bagian, belanja kebutuhan, menabung utk mencapai mimpi tertentu, dan berbagi. Untuk simulasi bs digunakan uang mainan dulu, bs diprint sendiri bisa jg pakai uang mainan. Sebaiknya cari yg mata uangnya sama dg yg digunakan sehari2 (kdg uang monopoli menggunakan dolar).
Oh iya biasakan menyebutnya sbg uang saku bukan uang jajan😊 agar tdk identik hanya dipakai jajan🙏✅
3⃣mau nanya, kami selaku org tua blm memiliki penghasilan tetap. sehingga untuk pembagian masih agak sulit diatur. adakah trik cara mengajarkan financial pada anak dgn keadaan seperti ini? :-)✅
Jawab:
Bunda yg baik, sebaiknya walaupun penghasilan blm teratur tetap hrs dibuat budget dg bbrp skenario.
Ajak anak utk mendaftar kebutuhan bersama. Patuh pd dftr tsb,misalnya: Ajak anak berdiskusi dr awal bahwa alhamdulillah Allah sdh menitipkan rizki pd ayah bunda utk kita makan sehari 3 kali,membeli 1 buku sebulan,membayar spp sekolah dan bensin utk kendaraan, kita cb untuk memanfaatkan rizki tsb sebaik2nya.
Jika ada masanya anak meminta tambahan seperti buku lebih dr 1 ajak anak diskusi ttg usaha apa yg sebaiknya dilakukan, menjual es teh kah, membuaat kerjinan tgn, dll✅
4⃣ pada usia berapa anak diajarkan konsep hidup hemat, dan bagaimana menyederhanakan bahasanya? Terima kasih.✅
Jawab:
Sedini mgkn lbh baik bunda, tidak harus identik dg uang, ketika bunda mandikan ajak bicara ttg air tdk boleh mubadzir. Tentang alat elektronik hrs dimatikan jika tdk digunakan,jd bs diterapkan di berbagai hal.✅
5⃣ 1.Sebaiknya untuk anak usia 8-12 tahun baiknya diberi uang saku, per pekan atau per hari?
2. Ketika orangtua mengelola keuangan rumahtangga, dapatkah anak di ikut sertakan, jadi anak tau juga kondisi keuangan keluarga??✅
Jawab:
Bunda yg baik, silakan dicoba dulu per hari jika hasil catatannya sdh menunjukkan hasil yg baik bs dicoba per pekan. Baik di sini maksudnya bs membagi antara 3 macam jenis kebutuhan berbagi dan menabung.
2. Untuk mengelola keuangan, maksudnya seperti apa bunda? sebaiknya domain mengelola utama tetap sosok ibu. anak2 diposisikan sbg pengelola atas harta miliknya sendiri.
6⃣Bu, bagaimana cara menjelaskan tentang 'kebutuhan' kpd anak jika sedikit2 minta uang buat perbaiki sepeda (krn sepeda menurut sy kebutuhan dia) atau sebentar2 dia mau beli buku lagi dengan alasan bukunya sudah dibaca semua. ✅
Jawab:
Baik, untuk kasus sepeda mgkn bs dicari bersama penyebab sering rusak apa, betul itu adalah bagian dr kebutuhan namun sebisanya tetap dibatasi misal maksimal biaya perbaikan sebulan 50.000.
Kemudian tentang buku, bs disiasati dg berkunjung dan meminjam dr perpustakaan atau taman baca. Jadi kita ajak anak berpikir kreatif utk menyiasati kebutuhan😊, dan usahakan produktif dari harta yg dimiliki,misalnya dr sepeda yg ada bs dijadikan jasa kurir dekat antar tetangga.
Yang buku bisa disewakan kepada teman sehingga hasilnya bs utk beli buku atau sepeda baru😊🙏✅
7⃣Saya pernah baca dimajalah ummi untuk anak SD sudah bisa mulai menyisihkan uang jajan.dan diajari menabung dulu sebelum jajan, tdk terbalik, jajan duku baru yg uang sisa ditabung. Apakah konsepnya memang harus seperti ini bunda? mohon penjelasannya..terima kasih😊✅
Jawab:
Betul bunda,itu bs dijadikan strategi yg memudahkan anak agar tdk lupa menyisihkan uang sakunya utk ditabung dan diinfaqkan. Kita jg bs mulai menanamkan bahwa pd setiap rizki kita ada hak org lain melalui infaq dan shadaqah,sedangkan tabungan nantinya akan memudahkan kita mencapai mimpi.
Cara tsb biasanya dilakukan pada anak yg blm terbiasa membagi secara proporsional 3 pos penggunaan uang sakunya. Untuk ananda yg sdh terbiasa,insya Allah walau paginya belum disisihkan mereka tetap bs mengerem belanja sesuai budget dan kebutuhan✅
8⃣ Assalamualaikum. Bunda bisa dberikan contoh pengalokasian dana tiap bulannya?✅
Jawab:
Dana tiap bulan utk anak kah Bunda?
Proporsional utk msg2 anak bs berbeda,misalnya Qonita sekolah full day dan hrs naik kendaraan umum. Uang saku bulanan 500.000 dy memutuskan infaq 5% menabung 10% sisanya memang habis utk transport, beli atk, fotocopy, dll
Haidar dg uang yg sama bs menabung hingga 30% krn dia diantar jmput. Jadi coba ajak ananda diskusi ttg rencana penggunaan uang sakunya😊✅
9⃣ Mau nambah pertanyaan...bgmn caranya spy tetangga mau ikut serta menyewa jasa kurir anak kita?✅
Jawab:
Insya Allah caranya hampir sama dg marketing usaha bunda,bbrp hal yg bs dilakukan adl membagikan brosur hasil tulisan tangan anak sndiri yg di ftcp, membuat event promo misalnya cukup bayar 1000 utk radius 1 km pd jm 5-6sore pd hari launching saja😊. Bisa juga pasang karton di depan sepeda utk promo, pasang di dpn rumah, dll✅
📌 Penutup📌
Alhamdulillah kita sdh berdiskusi bersama pagi ini. Semoga sesi diskusi td mengingatkan kita semua pada pentingnya memantapkan pemahaman pengelolaan keuangan pada diri sendiri dan keluarga. Juga istiqomah pd usaha terus menerus memanfaatkan harta sbg amanah Allah di jalan-Nya.
Sadari bahwa keteladanan adalah guru terbaik bagi anak2, sehingga mari berlomba2 menjadi teladan terbaik dlm bersikap hemat dan cerdas saat memanfaatkan harta.
Jazakumullah khair.
Wassalamualaikum wr wb
Monday, March 14, 2016
KENAPA KHAWATIR DALAM HIDUP ?? "
Kita selalu sering mengeluhkan tentang BERATNYA KEHIDUPAN, Setiap hari hanya KATA-KATA KELUHAN yang KELUAR dari mulut kita. INGATLAH, selama kita masih hidup didunia, kita akan selalu bertemu dengan BANYAK MASALAH".
Dunia ini adalah tempat ujian dan bencana, orang yang beriman diuji padanya dengan berbagai kesenangan dan kesusahan, kepahitan dan kesejahteraan, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan, ujian syahwat dan syubhat. Seorang mu’min akan ditimpa oleh ujian untuk menghapuskan kesalahannya, mengangkat derajatnya sehingga bisa dibedakan antara yang buruk dengan yang baik dan banyak lagi hikmah-hikmah lainnya.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah: 214). Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?.(QS. Al-Ankabut: 1-2)
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabuut: 2-3)
Walaupun masalah kita BERAT sekali, Jangan buat HIDUP ini untuk mengeluh.... mengeluh....., tetapi buatlah HIDUP ini untuk BERIBADAH .... dalam al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).
Untuk itu semua dibutuhkan perjuangan ..
Setiap masalah yang ada bukan untuk DIKELUHKAN tetapi untuk DIHADAPI dan DIMENANGKAN! Di setiap akhir perjuangan akan ada HADIAH untuk para JUARA......
Karena itu mulai sekarang, Buanglah segala KEKUATIRAN, KETAKUTAN, KEBIMBANGAN, karena hal itu hanya akan membuang ENERGI dan PIKIRAN kita dengan SIA-SIA.
Jika Engkau seorang yang bertauhid, untuk apa takut, untuk apa kuatir, untuk apa bimbang , untuk apa mengeluh, untuk sesuatu yang sebenarnya akan engkau jalani.
INGAT, setiap keluhan yang ada hanya akan MEMBUAT kita SEMAKIN TERPURUK dan JAUH dari KEBERKAHAN.
di surah Al Baqarah ayat 286 sebagai berikut : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS. Al Baqarah {2} 286).Ini adalah jaminan dari Allah, dan pasti benar adanya. Kita insya Allah kuat.
So, saat kita merasa BERAT menjalani setiap KEHIDUPAN yang ada, DATANGLAH KEPADA ALLAH.
Mulai sekarang, gantilah keluhan dengan berdzikir kpd Allah
Tetap semangat!!..Selamat Beraktifitas...
Bismillah Tawakkaltu AllALLAH!
Kita selalu sering mengeluhkan tentang BERATNYA KEHIDUPAN, Setiap hari hanya KATA-KATA KELUHAN yang KELUAR dari mulut kita. INGATLAH, selama kita masih hidup didunia, kita akan selalu bertemu dengan BANYAK MASALAH".
Dunia ini adalah tempat ujian dan bencana, orang yang beriman diuji padanya dengan berbagai kesenangan dan kesusahan, kepahitan dan kesejahteraan, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan, ujian syahwat dan syubhat. Seorang mu’min akan ditimpa oleh ujian untuk menghapuskan kesalahannya, mengangkat derajatnya sehingga bisa dibedakan antara yang buruk dengan yang baik dan banyak lagi hikmah-hikmah lainnya.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah: 214). Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?.(QS. Al-Ankabut: 1-2)
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabuut: 2-3)
Walaupun masalah kita BERAT sekali, Jangan buat HIDUP ini untuk mengeluh.... mengeluh....., tetapi buatlah HIDUP ini untuk BERIBADAH .... dalam al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).
Untuk itu semua dibutuhkan perjuangan ..
Setiap masalah yang ada bukan untuk DIKELUHKAN tetapi untuk DIHADAPI dan DIMENANGKAN! Di setiap akhir perjuangan akan ada HADIAH untuk para JUARA......
Seringkali kita berputus asa tatkala mendapatkan kesulitan atau cobaan. Padahal Allah telah memberi janji bahwa di balik kesulitan, pasti ada jalan keluar yang begitu dekat.
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Dalam ayat di atas, digunakan kata ma’a, yang asalnya bermakna “bersama”. Artinya, “kemudahan akan selalu menyertai kesulitan”. Oleh karena itu, para ulama seringkali mendeskripsikan, “Seandainya kesulitan itu memasuki lubang binatang dhob (yang berlika-liku dan sempit, pen), kemudahan akan turut serta memasuki lubang itu dan akan mengeluarkan kesulitan tersebut.” Padahal lubang binatang dhob begitu sempit dan sulit untuk dilewati karena berlika-liku (zig-zag). Namun kemudahan akan terus menemani kesulitan, walaupun di medan yang sesulit apapun.
Allah Ta’ala berfirman,
سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7) Ibnul Jauziy, Asy Syaukani dan ahli tafsir lainnya mengatakan, “Setelah kesempitan dan kesulitan, akan ada kemudahan dan kelapangan.” Ibnu Katsir mengatakan, ”Janji Allah itu pasti dan tidak mungkin Dia mengingkarinya.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
“Bersama kesulitan, ada kemudahan.”
Oleh karena itu, masihkah ada keraguan dengan janji Allah dan Rasul-Nya ini?
Jika Engkau seorang yang bertauhid, untuk apa takut, untuk apa kuatir, untuk apa bimbang , untuk apa mengeluh, untuk sesuatu yang sebenarnya akan engkau jalani.
Sungguh indah contoh yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menasehati Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu yang ketika itu masih kecil.Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata,
“Pada suatu hari saya pernah membonceng di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, “Wahai anak muda, sesungguhnya akan kuajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Ia juga akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya ada di hadapanmu. Apabila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan bahaya terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan bahaya itu terhadapmu kecuali sesuatu yang Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar catatan telah kering.” (HR. Tirmidzi)INGAT, setiap keluhan yang ada hanya akan MEMBUAT kita SEMAKIN TERPURUK dan JAUH dari KEBERKAHAN.
Engkau lupa bahwa Allah tidaklah menciptakan manusia sama rata. Allah menciptakan orang kulit putih dan orang kulit hitam, orang kaya dan orang miskin, orang kuat dan orang lemah.
Agar engkau dapat menenangkan dirimu hendaklah camkan hadits berikut ini
“Lihatlah orang yang dibawahmu dan jangan lihat orang yang diatasmu, hal itu lebih baik sehingga engkau tidak menyepelekan nikmat Allah.”(HR Muslim)
KELUHAN adalah PENGHAMBAT SEGALA POTENSI dan RASA PERCAYA DIRI KITA.di surah Al Baqarah ayat 286 sebagai berikut : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS. Al Baqarah {2} 286).Ini adalah jaminan dari Allah, dan pasti benar adanya. Kita insya Allah kuat.
So, saat kita merasa BERAT menjalani setiap KEHIDUPAN yang ada, DATANGLAH KEPADA ALLAH.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du: 28).
Artinya dengan berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan
Sebab hanya DIA lah satu2nya yg dapat memberikan kelegaan kepada kita..!!Mulai sekarang, gantilah keluhan dengan berdzikir kpd Allah
Tetap semangat!!..Selamat Beraktifitas...
Bismillah Tawakkaltu AllALLAH!
Sunday, March 6, 2016
[ Mendidik Anak Di Rumah Juga Termasuk Meniti Karir ]
Jika sekedar hanya untuk mendidik anak yang sukses di dunia saja maka orang non-muslim juga bisa, banyak yang sukses di dunia
Tapi untuk mendidik anak sukses dunia dan akhirat, perlu ibu yang lebih banyak tinggal di rumah dan fokus dengan pendidikan anak mengajarkan adab, alquran dan doa sejak kecil, mengajarkan alif, ba, ta
Siapa yang mengajarkan Imam syafi’i kecil umur 7 tahun sudah hapal alquran?
Siapa yang memandikan imam malik kecil pagi-pagi dan pergi ke gurunya?
Siapa yang menghabiskan harta yang banyak untuk pendidikan guru imam malik rabi’atur ra’yi?
Sebagian mereka adalah wanita janda, ibu imam Syafi’i, ibu imam Ahmad, ibu Rabi’atur Ra’yi ditinggal suami berjihad sejak hamil sampai tua baru ketemu
Jika anak adalah titipan Allah, jangan dititipkan lagi kepada pembantu
Wanita hendaknya lebih banyak di rumah daripada diluar untuk mendidik anak-anak mereka. Karena mendidik anak perlu fokus di rumah bukan dititipkan kepada pembantu atau baby sister.
Tinggal di rumah adalah perintah Allah dalam Al-Quran, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً
“Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al Ahzab: 33).
Wanita adalah pemimpin di rumah dalam hal mendidik anak-anaknya, sedangkan suami adalah pengawas pendidikan istri dan anak-anaknya. Orang tua adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيته، فالأمير راع، وهو مسئول عن رعيته، والرجل راع على أهل بيته، وهو مسئول عنهم، والمرأة راعية على بيت بعلها وولده، وهي مسئولة عنهم، والعبد راع على مال سيده، وهو مسئول عنه، فكلكم راع مسئول عن رعيته
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829).
Demikian semoga bermanfaat.
[Ust. Raehanul Bahraen]
Jika sekedar hanya untuk mendidik anak yang sukses di dunia saja maka orang non-muslim juga bisa, banyak yang sukses di dunia
Tapi untuk mendidik anak sukses dunia dan akhirat, perlu ibu yang lebih banyak tinggal di rumah dan fokus dengan pendidikan anak mengajarkan adab, alquran dan doa sejak kecil, mengajarkan alif, ba, ta
Siapa yang mengajarkan Imam syafi’i kecil umur 7 tahun sudah hapal alquran?
Siapa yang memandikan imam malik kecil pagi-pagi dan pergi ke gurunya?
Siapa yang menghabiskan harta yang banyak untuk pendidikan guru imam malik rabi’atur ra’yi?
Sebagian mereka adalah wanita janda, ibu imam Syafi’i, ibu imam Ahmad, ibu Rabi’atur Ra’yi ditinggal suami berjihad sejak hamil sampai tua baru ketemu
Jika anak adalah titipan Allah, jangan dititipkan lagi kepada pembantu
Wanita hendaknya lebih banyak di rumah daripada diluar untuk mendidik anak-anak mereka. Karena mendidik anak perlu fokus di rumah bukan dititipkan kepada pembantu atau baby sister.
Tinggal di rumah adalah perintah Allah dalam Al-Quran, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً
“Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al Ahzab: 33).
Wanita adalah pemimpin di rumah dalam hal mendidik anak-anaknya, sedangkan suami adalah pengawas pendidikan istri dan anak-anaknya. Orang tua adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيته، فالأمير راع، وهو مسئول عن رعيته، والرجل راع على أهل بيته، وهو مسئول عنهم، والمرأة راعية على بيت بعلها وولده، وهي مسئولة عنهم، والعبد راع على مال سيده، وهو مسئول عنه، فكلكم راع مسئول عن رعيته
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829).
Demikian semoga bermanfaat.
[Ust. Raehanul Bahraen]
Bagaimanakah cara melaksanakan shalat gerhana?
Berikut panduan lengkapnya.
Bagi yang Menyaksikan Gerhana Hendaklah Melaksanakan Shalat Gerhana. Jika seseorang menyaksikan gerhana, hendaklah ia melaksanakan shalat gerhana sebagaimana tata cara yang nanti akan kami utarakan, insya Allah.
Lalu apa hukum shalat gerhana? Pendapat yang terkuat, bagi siapa saja yang melihat gerhana dengan mata telanjang, maka ia wajib melaksanakan shalat gerhana.
Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.”
Karena dari hadits-hadits yang menceritakan mengenai shalat gerhana mengandung kata perintah (jika kalian melihat gerhana tersebut, shalatlah: kalimat ini mengandung perintah). Padahal menurut kaedah ushul fiqih, hukum asal perintah adalah wajib. Pendapat yang menyatakan wajib inilah yang dipilih oleh Asy Syaukani, Shidiq Hasan Khoon, dan Syaikh Al Albani rahimahumullah.
Catatan: Jika di suatu daerah tidak nampak gerhana, maka tidak ada keharusan melaksanakan shalat gerhana. Karena shalat gerhana ini diharuskan bagi siapa saja yang melihatnya sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Waktu Pelaksanaan Shalat Gerhana
Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah mulai ketika gerhana muncul sampai gerhana tersebut hilang.
Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ
”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).”
Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat. Jadi, jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan. Dalilnya adalah:
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.”4 Dalam hadits ini tidak dibatasi waktunya. Kapan saja melihat gerhana termasuk waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tersebut tetap dilaksanakan.
Hal-hal yang Dianjurkan Ketika Terjadi Gerhana
Pertama: perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”5
Kedua: keluar mengerjakan shalat gerhana secara berjama’ah di masjid.
Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari ’Aisyah bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat.6 Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ.
Ibnu Hajar mengatakan, ”Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.”
Lalu apakah mengerjakan dengan jama’ah merupakan syarat shalat gerhana? Perhatikan penjelasan menarik berikut.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, ”Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah.
Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
”Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah”.
Dalam hadits ini, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam tidak mengatakan, ”(Jika kalian melihatnya), shalatlah kalian di masjid.” Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa shalat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan shalat tersebut sendirian.
Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika shalat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengerjakan shalat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid. Ingatlah, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusu’an.
Dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) do’a.”
Ketiga: wanita juga boleh shalat gerhana bersama kaum pria
Dari Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata,
أَتَيْتُ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ
“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha -isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: “Kenapa orang-orang ini?” Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, “Subhanallah (Maha Suci Allah)”. Saya bertanya: “Tanda (gerhana)?” Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.”
Bukhari membawakan hadits ini pada bab:
صَلاَةِ النِّسَاءِ مَعَ الرِّجَالِ فِى الْكُسُوفِ
”Shalat wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari.”
Ibnu Hajar mengatakan,
أَشَارَ بِهَذِهِ التَّرْجَمَة إِلَى رَدّ قَوْل مَنْ مَنَعَ ذَلِكَ وَقَالَ : يُصَلِّينَ فُرَادَى
”Judul bab ini adalah sebagai sanggahan untuk orang-orang yang melarang wanita tidak boleh shalat gerhana bersama kaum pria, mereka hanya diperbolehkan shalat sendiri.”
Kesimpulannya, wanita boleh ikut serta melakukan shalat gerhana bersama kaum pria di masjid. Namun, jika ditakutkan keluarnya wanita tersebut akan membawa fitnah (menggoda kaum pria), maka sebaiknya mereka shalat sendiri di rumah.
Keempat: menyeru jama’ah dengan panggilan ’ash sholatu jaami’ah’ dan tidak ada adzan maupun iqomah.
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan,
أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ
جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah).
Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.”14
Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dan iqomah. Jadi, adzan dan iqomah tidak ada dalam shalat gerhana.
Kelima: berkhutbah setelah shalat gerhana
Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Ishaq, dan banyak sahabat15. Hal ini berdasarkan hadits:
عَنْ عَائِشةَ رَضي الله عَنْهَا قَالَتْ: خَسَفَتِ الشمسُ عَلَى عَهدِ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم. فَقَامَ فَصَلَّى رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم بالنَّاس فَأطَالَ القِيَام، ثُمَّ رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ قَامَ فَأطَالَ القيَامَ وَهو دُونَ القِيَام الأوَّلِ، ثم رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكوعَ وهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأوَّلِ، ثُم سَجَدَ فَأطَالَ السُّجُودَ، ثم فَعَلَ في الركعَةِ الأخْرَى مِثْل مَا فَعَل في الركْعَةِ الأولى، ثُمَّ انصرَفَ وَقَدْ انجَلتِ الشَّمْسُ، فَخَطبَ الناسَ فَحَمِدَ الله وأثنَى عَليهِ ثم قالَ:
” إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا”.ثم قال: ” يَا أمةَ مُحمَّد ” : والله مَا مِنْ أحَد أغَْيَرُ مِنَ الله سُبْحَانَهُ من أن يَزْنَي عَبْدُهُ أوْ تَزني أمَتُهُ. يَا أمةَ مُحَمد، وَالله لو تَعْلمُونَ مَا أعلم لضَحكْتُمْ قَليلاً وَلَبَكَيتم كثِيراً “.
Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.
Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda,
”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”16
Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ’ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.17
Tata Cara Shalat Gerhana
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya.
Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan
انجَلتِ الشَّمْسُ، فَخَطبَ الناسَ فَحَمِدَ الله وأثنَى عَليهِ ثم قالَ
” إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا”.
ثم قال: ” يَا أمةَ مُحمَّد ” : والله مَا مِنْ أحَد أغَْيَرُ مِنَ الله سُبْحَانَهُ من أن يَزْنَي عَبْدُهُ أوْ تَزني أمَتُهُ. يَا أمةَ مُحَمد، وَالله لو تَعْلمُونَ مَا أعلم لضَحكْتُمْ قَليلاً وَلَبَكَيتم كثِيراً “.
Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.
Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda,
”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”16
Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ’ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.17
Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama.18
Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.”19
“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.”20
Ringkasnya, tata cara shalat gerhana -sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama-, urutannya sebagai berikut.
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11] Tasyahud.
[12] Salam.
[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. 21
Nasehat Terakhir Saudaraku, takutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan terjadi hari kiamat.
Bukan kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika itu.
Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat. Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.”
An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat.
Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat. Na’udzu billahi min dzalik.
Demikian penjelasan ringkas kami mengenai shalat gerhana .
Semoga bermanfaat.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.com
Berikut panduan lengkapnya.
Bagi yang Menyaksikan Gerhana Hendaklah Melaksanakan Shalat Gerhana. Jika seseorang menyaksikan gerhana, hendaklah ia melaksanakan shalat gerhana sebagaimana tata cara yang nanti akan kami utarakan, insya Allah.
Lalu apa hukum shalat gerhana? Pendapat yang terkuat, bagi siapa saja yang melihat gerhana dengan mata telanjang, maka ia wajib melaksanakan shalat gerhana.
Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.”
Karena dari hadits-hadits yang menceritakan mengenai shalat gerhana mengandung kata perintah (jika kalian melihat gerhana tersebut, shalatlah: kalimat ini mengandung perintah). Padahal menurut kaedah ushul fiqih, hukum asal perintah adalah wajib. Pendapat yang menyatakan wajib inilah yang dipilih oleh Asy Syaukani, Shidiq Hasan Khoon, dan Syaikh Al Albani rahimahumullah.
Catatan: Jika di suatu daerah tidak nampak gerhana, maka tidak ada keharusan melaksanakan shalat gerhana. Karena shalat gerhana ini diharuskan bagi siapa saja yang melihatnya sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Waktu Pelaksanaan Shalat Gerhana
Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah mulai ketika gerhana muncul sampai gerhana tersebut hilang.
Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ
”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).”
Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat. Jadi, jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan. Dalilnya adalah:
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.”4 Dalam hadits ini tidak dibatasi waktunya. Kapan saja melihat gerhana termasuk waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tersebut tetap dilaksanakan.
Hal-hal yang Dianjurkan Ketika Terjadi Gerhana
Pertama: perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”5
Kedua: keluar mengerjakan shalat gerhana secara berjama’ah di masjid.
Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari ’Aisyah bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat.6 Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ.
Ibnu Hajar mengatakan, ”Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.”
Lalu apakah mengerjakan dengan jama’ah merupakan syarat shalat gerhana? Perhatikan penjelasan menarik berikut.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, ”Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah.
Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
”Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah”.
Dalam hadits ini, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam tidak mengatakan, ”(Jika kalian melihatnya), shalatlah kalian di masjid.” Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa shalat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan shalat tersebut sendirian.
Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika shalat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengerjakan shalat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid. Ingatlah, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusu’an.
Dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) do’a.”
Ketiga: wanita juga boleh shalat gerhana bersama kaum pria
Dari Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata,
أَتَيْتُ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ
“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha -isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: “Kenapa orang-orang ini?” Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, “Subhanallah (Maha Suci Allah)”. Saya bertanya: “Tanda (gerhana)?” Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.”
Bukhari membawakan hadits ini pada bab:
صَلاَةِ النِّسَاءِ مَعَ الرِّجَالِ فِى الْكُسُوفِ
”Shalat wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari.”
Ibnu Hajar mengatakan,
أَشَارَ بِهَذِهِ التَّرْجَمَة إِلَى رَدّ قَوْل مَنْ مَنَعَ ذَلِكَ وَقَالَ : يُصَلِّينَ فُرَادَى
”Judul bab ini adalah sebagai sanggahan untuk orang-orang yang melarang wanita tidak boleh shalat gerhana bersama kaum pria, mereka hanya diperbolehkan shalat sendiri.”
Kesimpulannya, wanita boleh ikut serta melakukan shalat gerhana bersama kaum pria di masjid. Namun, jika ditakutkan keluarnya wanita tersebut akan membawa fitnah (menggoda kaum pria), maka sebaiknya mereka shalat sendiri di rumah.
Keempat: menyeru jama’ah dengan panggilan ’ash sholatu jaami’ah’ dan tidak ada adzan maupun iqomah.
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan,
أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ
جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah).
Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.”14
Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dan iqomah. Jadi, adzan dan iqomah tidak ada dalam shalat gerhana.
Kelima: berkhutbah setelah shalat gerhana
Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Ishaq, dan banyak sahabat15. Hal ini berdasarkan hadits:
عَنْ عَائِشةَ رَضي الله عَنْهَا قَالَتْ: خَسَفَتِ الشمسُ عَلَى عَهدِ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم. فَقَامَ فَصَلَّى رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم بالنَّاس فَأطَالَ القِيَام، ثُمَّ رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ قَامَ فَأطَالَ القيَامَ وَهو دُونَ القِيَام الأوَّلِ، ثم رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكوعَ وهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأوَّلِ، ثُم سَجَدَ فَأطَالَ السُّجُودَ، ثم فَعَلَ في الركعَةِ الأخْرَى مِثْل مَا فَعَل في الركْعَةِ الأولى، ثُمَّ انصرَفَ وَقَدْ انجَلتِ الشَّمْسُ، فَخَطبَ الناسَ فَحَمِدَ الله وأثنَى عَليهِ ثم قالَ:
” إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا”.ثم قال: ” يَا أمةَ مُحمَّد ” : والله مَا مِنْ أحَد أغَْيَرُ مِنَ الله سُبْحَانَهُ من أن يَزْنَي عَبْدُهُ أوْ تَزني أمَتُهُ. يَا أمةَ مُحَمد، وَالله لو تَعْلمُونَ مَا أعلم لضَحكْتُمْ قَليلاً وَلَبَكَيتم كثِيراً “.
Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.
Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda,
”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”16
Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ’ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.17
Tata Cara Shalat Gerhana
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya.
Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan
انجَلتِ الشَّمْسُ، فَخَطبَ الناسَ فَحَمِدَ الله وأثنَى عَليهِ ثم قالَ
” إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا”.
ثم قال: ” يَا أمةَ مُحمَّد ” : والله مَا مِنْ أحَد أغَْيَرُ مِنَ الله سُبْحَانَهُ من أن يَزْنَي عَبْدُهُ أوْ تَزني أمَتُهُ. يَا أمةَ مُحَمد، وَالله لو تَعْلمُونَ مَا أعلم لضَحكْتُمْ قَليلاً وَلَبَكَيتم كثِيراً “.
Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.
Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda,
”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”16
Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ’ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.17
Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama.18
Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.”19
“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.”20
Ringkasnya, tata cara shalat gerhana -sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama-, urutannya sebagai berikut.
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11] Tasyahud.
[12] Salam.
[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. 21
Nasehat Terakhir Saudaraku, takutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan terjadi hari kiamat.
Bukan kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika itu.
Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat. Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.”
An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat.
Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat. Na’udzu billahi min dzalik.
Demikian penjelasan ringkas kami mengenai shalat gerhana .
Semoga bermanfaat.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.com
Mendidik dg lemah lembut
[Inspirasi ]
Suatu hari, Rasulullah SAW didatangi seorang perempuan yang bernama Sa’idah binti Jazi. Ia membawa anaknya yang baru berumur satu setengah tahun.
Rasul kemudian memangku anak tersebut. Tiba-tiba, si anak kencing (mengompol) di pangkuan Rasulullah SAW. Spontan, sang ibu menarik anaknya dengan kasar.
Seketika itu juga, Rasulullah SAW menasihatinya. “Dengan satu gayung air, bajuku yang terkena najis karena kencing anakmu bisa dibersihkan. Akan tetapi, luka hati anakmu karena renggutanmu dari pangkuanku tidak bisa diobati dengan bergayung-gayung air,” ujar Rasul.
Kisah tersebut memberikan pelajaran (ibrah) berharga kepada kita, para orang tua, dan pendidik bahwa Rasulullah SAW secara tegas melarang melakukan pendekatan dengan kekerasan dalam mendidik anak.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya kamu bersikap lemah lembut, kasih sayang, dan hindarilah sikap keras dan keji.” (HR. Bukhari).
Rasulullah juga telah mencontohkan sikap lemah lembut dalam memperlakukan (mendidik) anak-anak. Sebab, bagi seorang anak, kelembutan dan kasih sayang orang tua (dan guru) merupakan sumber kekuatan yang bisa menggugah perasaannya. Kehangatan yang diberikan akan melahirkan ketenangan, kepercayaan, juga hubungan batin yang kuat antara seorang anak dan orang tuanya atau bahkan gurunya.
Dari As-Saib ibnu Zaid ketika dia masih anak-anak, ia menuturkan, “Aku melihat Rasulullah SAW, aku dan beberapa orang anak lainnya yang sebaya denganku masuk menemuinya. Ternyata, kami jumpai beliau sedang makan buah kurma dari sebuah keranjang bersama dengan beberapa orang sahabatnya. Melihat kedatangan kami yang masih anak-anak, beliau bangkit, lalu memberikan kepada masing-masing dari kami segenggam kurma dari keranjang itu sembari mengusap kepala-kepala kami.” (HR. Thabrani).
Yang pasti, Islam tidak mengajarkan pola pendidikan dengan cara kekerasan. Sebaliknya, Islam justru sangat menekankan pola pendidikan yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Bahkan, dalam urusan dakwah pun, setiap dai diperintahkan untuk menyeru umat manusia dengan cara yang lembut, bijaksana, dan memberikan nasihat yang baik. (QS. an-Nahl [16]: 125)
[Inspirasi ]
Suatu hari, Rasulullah SAW didatangi seorang perempuan yang bernama Sa’idah binti Jazi. Ia membawa anaknya yang baru berumur satu setengah tahun.
Rasul kemudian memangku anak tersebut. Tiba-tiba, si anak kencing (mengompol) di pangkuan Rasulullah SAW. Spontan, sang ibu menarik anaknya dengan kasar.
Seketika itu juga, Rasulullah SAW menasihatinya. “Dengan satu gayung air, bajuku yang terkena najis karena kencing anakmu bisa dibersihkan. Akan tetapi, luka hati anakmu karena renggutanmu dari pangkuanku tidak bisa diobati dengan bergayung-gayung air,” ujar Rasul.
Kisah tersebut memberikan pelajaran (ibrah) berharga kepada kita, para orang tua, dan pendidik bahwa Rasulullah SAW secara tegas melarang melakukan pendekatan dengan kekerasan dalam mendidik anak.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya kamu bersikap lemah lembut, kasih sayang, dan hindarilah sikap keras dan keji.” (HR. Bukhari).
Rasulullah juga telah mencontohkan sikap lemah lembut dalam memperlakukan (mendidik) anak-anak. Sebab, bagi seorang anak, kelembutan dan kasih sayang orang tua (dan guru) merupakan sumber kekuatan yang bisa menggugah perasaannya. Kehangatan yang diberikan akan melahirkan ketenangan, kepercayaan, juga hubungan batin yang kuat antara seorang anak dan orang tuanya atau bahkan gurunya.
Dari As-Saib ibnu Zaid ketika dia masih anak-anak, ia menuturkan, “Aku melihat Rasulullah SAW, aku dan beberapa orang anak lainnya yang sebaya denganku masuk menemuinya. Ternyata, kami jumpai beliau sedang makan buah kurma dari sebuah keranjang bersama dengan beberapa orang sahabatnya. Melihat kedatangan kami yang masih anak-anak, beliau bangkit, lalu memberikan kepada masing-masing dari kami segenggam kurma dari keranjang itu sembari mengusap kepala-kepala kami.” (HR. Thabrani).
Yang pasti, Islam tidak mengajarkan pola pendidikan dengan cara kekerasan. Sebaliknya, Islam justru sangat menekankan pola pendidikan yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Bahkan, dalam urusan dakwah pun, setiap dai diperintahkan untuk menyeru umat manusia dengan cara yang lembut, bijaksana, dan memberikan nasihat yang baik. (QS. an-Nahl [16]: 125)
Meraih Khusnul Khotimah
Nasehat berikut ini walau blm bisa kita lakukan sepenuhnya, namun perlu kita upayakan untuk meraihnya.......!!!!!!!! 🚿🚿🚿
MERENCANAKAN HUSNUL KHOTIMAH, MERAIH BAHAGIA SAAT MENUTUP USIA😘
Husnul khotimah, bahagia di usia senja siapa yang tidak mau????
Semua orang, saya kira ingin mendapatknya,termasuk anda bukan?
Bahagia itu letaknya di "hati" bukan di "harta",
hati yang lembut, hati yang selalu mengingat Allah adalah sumber kebahagian hidup.
Ada pepatah bahsa arab yg mengatakan :
"Bunga yang indah tdk akan tumbuh di batu yg keras"
bunga yg indah hanya akan tumbuh dan berkembang di tanah yang baik...
Begitu pula kebahagian tidak akan tumbuh di hati yang lalai, kasar ,keras membatu.
Usia senja jangan jadi penghalang untuk semangat beribadah.
Ada kisah yg menarik,
kisah ini di sebutkan dalam sunan ibnu majah 3810,
hadisnya di hasankan oleh syeh Albani.
Seorang sohabiyah bernama umu hani, nama aslinya fakhitah binti abi tholib binti abdil mutholib, kuniyahnya
Ummu hani radialhu anha.
Ia datang kepada Rasulullah dan seraya berkata:
" Ya Rasulullah, tunjukan kepadaku satu amalan, sesungguhnya diriku tlah menginjak usia senja, tua, dan badanku sudah mulai lemah.
Maka berkata Rosululah: "Bertakbirlah 100 × bertahmidlah 100 × bertasbihlah 100 ×
Sesungguhny pahala dari kalimat tersebut lebih baik di bandingkan dgn mempersiapkan 100 kuda pilihan utk jihad fi sabililah
Lebih baik di bandingkan dg menyembelih 100 ekor unta lalu di bagikan dagingnya kepada fakir miskin
lebih baik di bandingkan membebaskan 100 budak.
Subhanallah... membaca hadis di atas membuat pembaca yang sudah lanjut usia mestinya terus semangat dalam beribadah kepada Allah.
Jika usia anda sudah menginjak 50 tahun berhati-hatilah karena anda dalam tawanan Allah, demikian menurut salah satu ucapan ulama salaf.
Merencanakan Husnul Khotimah.
Bagaimana kita merencanakan husnul khotimah?
Ini langkah - langkahnya:
🔺. Membiasakan mekakukan ketaatan.
Agar wafat dalam ketaatan kepada Allah, meninggal saat sujud dalam sholat, meninggal saat ribat, haji, menuntut ilmu, zikir dan ketaatan-ketaatan lainya.
🔺Membayangkangkan beratnya kematian atau beratnya sakaratul maut.
Sakaratul maut di rasakan seperti kambing yang di kuliti hidup hidup. ( hadis sohih muslim)
Ibnu Abas menyebutkan Rosululah bersabda" sesungguhnya malaikat maut datang kepada kalian 70 kali setiap hari, tapi kalian tenggelam dalam gelak tawa.
Jika sehari 70 kali malaikat maut menjeguk kita itu artinya setiap 21 menit sekali malaikat maut mendatangi kita.
Sudahkah anda meyadarinya ?
🔺. Membayangkan mati sebelum mati.
Cara ini banyak di lakukan para ulama salaf.
🔺 Memohon kepada Allah dengan doa-doa agar meninggal dunia dalam keadaan istikomah sampai akhir hayat.
🔺 Bergaul dengan orang orang sholeh, karena seseorang itu dengan siapa dia berkawan.
🔺Meminta Taufiq kpd Allah.
🔺 Menjauhi ahlak dan kebisaan buruk.
🔺 Melazimi zikir pagi dan petang, jangan tinggalkan juga sayyidul istighfar.
🔺Membiasakan berwudu sebelum tidur
Agar saat nyawa kita di ambil kita dalam keadaan suci setelah berwudhu.
🔺 Buang jauh-jauh sifat mudah marah😡😡
Pesan Nabi "La taghdob walakal jannah"
Jangan marah dan untukmu adalah syurga!
Mudah-marah juga menunjukan rendahnya kwalitas kita.
Penelitian terkini, mudah marah membuat pembuluh darah mudah pecah dan membawa pada kematian.
Semoga kita semua di wafatkan Allah dalam keadaan husnul khotimah..
Aamiin.....❤❤❤
Nasehat berikut ini walau blm bisa kita lakukan sepenuhnya, namun perlu kita upayakan untuk meraihnya.......!!!!!!!! 🚿🚿🚿
MERENCANAKAN HUSNUL KHOTIMAH, MERAIH BAHAGIA SAAT MENUTUP USIA😘
Husnul khotimah, bahagia di usia senja siapa yang tidak mau????
Semua orang, saya kira ingin mendapatknya,termasuk anda bukan?
Bahagia itu letaknya di "hati" bukan di "harta",
hati yang lembut, hati yang selalu mengingat Allah adalah sumber kebahagian hidup.
Ada pepatah bahsa arab yg mengatakan :
"Bunga yang indah tdk akan tumbuh di batu yg keras"
bunga yg indah hanya akan tumbuh dan berkembang di tanah yang baik...
Begitu pula kebahagian tidak akan tumbuh di hati yang lalai, kasar ,keras membatu.
Usia senja jangan jadi penghalang untuk semangat beribadah.
Ada kisah yg menarik,
kisah ini di sebutkan dalam sunan ibnu majah 3810,
hadisnya di hasankan oleh syeh Albani.
Seorang sohabiyah bernama umu hani, nama aslinya fakhitah binti abi tholib binti abdil mutholib, kuniyahnya
Ummu hani radialhu anha.
Ia datang kepada Rasulullah dan seraya berkata:
" Ya Rasulullah, tunjukan kepadaku satu amalan, sesungguhnya diriku tlah menginjak usia senja, tua, dan badanku sudah mulai lemah.
Maka berkata Rosululah: "Bertakbirlah 100 × bertahmidlah 100 × bertasbihlah 100 ×
Sesungguhny pahala dari kalimat tersebut lebih baik di bandingkan dgn mempersiapkan 100 kuda pilihan utk jihad fi sabililah
Lebih baik di bandingkan dg menyembelih 100 ekor unta lalu di bagikan dagingnya kepada fakir miskin
lebih baik di bandingkan membebaskan 100 budak.
Subhanallah... membaca hadis di atas membuat pembaca yang sudah lanjut usia mestinya terus semangat dalam beribadah kepada Allah.
Jika usia anda sudah menginjak 50 tahun berhati-hatilah karena anda dalam tawanan Allah, demikian menurut salah satu ucapan ulama salaf.
Merencanakan Husnul Khotimah.
Bagaimana kita merencanakan husnul khotimah?
Ini langkah - langkahnya:
🔺. Membiasakan mekakukan ketaatan.
Agar wafat dalam ketaatan kepada Allah, meninggal saat sujud dalam sholat, meninggal saat ribat, haji, menuntut ilmu, zikir dan ketaatan-ketaatan lainya.
🔺Membayangkangkan beratnya kematian atau beratnya sakaratul maut.
Sakaratul maut di rasakan seperti kambing yang di kuliti hidup hidup. ( hadis sohih muslim)
Ibnu Abas menyebutkan Rosululah bersabda" sesungguhnya malaikat maut datang kepada kalian 70 kali setiap hari, tapi kalian tenggelam dalam gelak tawa.
Jika sehari 70 kali malaikat maut menjeguk kita itu artinya setiap 21 menit sekali malaikat maut mendatangi kita.
Sudahkah anda meyadarinya ?
🔺. Membayangkan mati sebelum mati.
Cara ini banyak di lakukan para ulama salaf.
🔺 Memohon kepada Allah dengan doa-doa agar meninggal dunia dalam keadaan istikomah sampai akhir hayat.
🔺 Bergaul dengan orang orang sholeh, karena seseorang itu dengan siapa dia berkawan.
🔺Meminta Taufiq kpd Allah.
🔺 Menjauhi ahlak dan kebisaan buruk.
🔺 Melazimi zikir pagi dan petang, jangan tinggalkan juga sayyidul istighfar.
🔺Membiasakan berwudu sebelum tidur
Agar saat nyawa kita di ambil kita dalam keadaan suci setelah berwudhu.
🔺 Buang jauh-jauh sifat mudah marah😡😡
Pesan Nabi "La taghdob walakal jannah"
Jangan marah dan untukmu adalah syurga!
Mudah-marah juga menunjukan rendahnya kwalitas kita.
Penelitian terkini, mudah marah membuat pembuluh darah mudah pecah dan membawa pada kematian.
Semoga kita semua di wafatkan Allah dalam keadaan husnul khotimah..
Aamiin.....❤❤❤
Thursday, March 3, 2016
🍣🍥🍣🍥 RESUME KULWAP MATERI #1 HEbAT DEPOK - 🍣🍥🍣🍥
"APA DAN BAGAIMANA HOME EDUCATION?"
📆 Kamis, 25 Februari 2016
⏲ 20.00 - 21.00 wib
🎥Host : Bunda Yovita
🎙Co-Host : Bunda Dila
📝Notulis : Bunda Dila
💡SME : Ust.Harry Santosa
-------------------------------
🏡 "Apa dan Bagaimana Home Education"
Narasumber : Ust.Harry Santosa dan Ibu Septi Peni Wulandani
----------------------------
Bagian 1
💖 Home Education
(Pendidikan berbasis Rumah)
Peradaban sesungguhnya berawal dari sebuah rumah, dari sebuah keluarga. Home Education itu sifat wajib bagi kita yang berperan sebagai penjaga amanah. Karena sesungguhnya HE itu adalah kemampuan alami dan kewajiban syar’i yang harus dimiliki oleh setiap orang tua yang dipercaya menjaga amanahNya.
Jadi tidak ada yang “LUAR BIASA” yang akan kita kerjakan di HE. Kita hanya akan melakukan yang “SEMESTINYA” orangtua lakukan. Maka syarat pertama “dilarang minder” ketika pilihan anda berbeda dengan yang lain. Karena kita sedang menjalankan “misi hidup” dari sang Maha Guru.
Home Education dimulai dari proses seleksi ayah/ibu yang tepat untuk anak-anak kita, karena hak anak pertama adalah mendapatkan ayah dan ibu yg baik. Setelah itu dilanjutkan dari proses terjadinya anak-anak, di dalam rahim, sampai dia lahir. Tahap berikutnya dari usia 0-7 tahun, usia 8-14 tahun, dan usia 14 tahun ke atas kita sudah mempunyai anak yg aqil baligh secara bersamaan.
Home Education sebagai orang tua dan anak nyaris selesai di usia 14 th ke atas. Orang tua berubah fungsi menjadi coach anak dan mengantar anak menjadi dewasa, delivery method HE pun sudah jauh berbeda.
Kita dipercaya sebagai penjaga amanahNya, SEMESTINYA kita menjaganya dengan ilmu. Jadi orang tua yang belajar khusus untuk mendidik anaknya seharusnya hal BIASA, tapi sekarang menjadi hal yang LUAR BIASA karena tidak banyak orang tua yg melakukannya.
Hal-hal yang SEMESTINYA orang tua lakukan :
◈ Mendidik
◈ Mendengarkan
◈ Menyanyangi
◈ Melayani (pd usia 0-7 thn)
◈ Memberi rasa aman&nyaman
◈ Menjaga dari hal-hal yg merusak jiwa dan fisiknya
◈ Memberi contoh dan keteladanan
◈ Bermain
◈ Berkomunikasi dengan baik sesuai usia anak
Bagian 2
💖 “OUTSIDE IN“ vs “INSIDE OUT”
Tugas mendidik bukan menjejali “OUTSIDE IN“, tetapi “INSIDE OUT” yaitu menemani anak-anak menggali dan menemukan fitrah-fitah baik itu sehingga mereka menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) tepat ketika mencapai usia aqil baligh. Satu-satunya lembaga yang tahu betul anak-anak kita, mampu telaten dan penuh cinta hanyalah rumah dimana amanah mendidik adalah peran utama ayah bundanya.
Anak lahir ke muka bumi membawa fitrahnya, sehingga perlu pendidikan yang mengeluarkan fitrah anak tersebut:
✅ Fitrah Kesucian. Inilah yang menjelaskan mengapa tiap manusia mengenal dan mengakui adanya Tuhan, memerlukan Tuhan, sehingga manusia memiliki sifat mencintai kebenaran, keadilan, kesucian, malu terhadap dosa.
✅ Fitrah Belajar.
Tidak satupun manusia yang tidak menyukai belajar, kecuali salah ajar. Khalifah di muka bumi tentunya seorang pembelajar tangguh sejati.
✅ Fitrah Bakat.
Ini terkait misi penciptaan spesifik atau peran spesifik khilafah atau peradaban, sehingga setiap anak yang lahir ke muka bumi pasti memiliki bakat yang berbeda-beda.
✅ Fitrah Perkembangan.
Setiap manusia memiliki tahapan perkembangan hidup yang spesifik dan memerlukan pendidikan yang sesuai dengan tahapannya, karena perkembangan fisik dan psikologis anak bertahap mengikuti pertambahan usianya. Misalnya, Allah tidak memerintah ajarkan shalat sejak dini, tetapi ajarkan shalat jika mencapai usia 7 tahun. Pembiasaan boleh dilakukan tapi tetap harus didorong oleh dorongan penghayatan aqidah berupa cinta kepada Allah dari dalam diri anak-anak.
🔻 Pendidikan Berbasis Shiroh
Kita perlu mengkaji lebih dalam pendidikan yang dialami oleh Rasulullah dari lahir sampai dewasa, sebagai contoh pendidikan untuk anak-anak nanti. PENDIDIKAN dan PERSEKOLAHAN adalah hal yang berbeda. Bukan sekolah atau tidak sekolah yang ditekankan, tetapi bagaimana pendidikan yang sesuai dengan fitrah anak sehingga potensi alamiah anak dapat dikembangkan, karena setiap anak memiliki potensi yg merupakan panggilan hidupnya.
🔻 Pendidikan Berbasis Potensi & Akhlak
Yang dimaksud adalah yang terkait dengan performance. Dimulai dengan mengenal sifat bawaan atau istilah Abah Rama dengan Personality Productive yang kemudian menjadi aktivitas dan performance, lalu menjadi karir dan peran peradaban yang merupakan panggilan, akhirnya menentukan destiny. Jadi pengembangan potensi berkaitan dengan performansi, namun performansi memerlukan nilai-nilai yang disebut sebagai akhlak dan moral karakter.
Dalam mengembangkan bakatnya, anak-anak perlu diingatkan dan diteladankan dengan nilai-nilai dalam keyakinannya (Al Islam) agar perannya bermanfaat dan rahmat atau menjadi akhlak mulia. ” Setiap keluarga memiliki kemerdekaan untuk menentukan dan mengejar mimpinya , termasuk dalam hal pendidikan.”
Bagian 3
💖 Tazkiyatunnafs.
Secara sederhana dimaknai sebagai pensucian jiwa, membersihkan hati dengan banyak mendekat, memohon ampun, menjaga serta berhati-hati dari hal-hal yg syubhat apalagi haram atau waro’ kepada Allah dengan harapan keridhaan Allah SWT agar ditambah hidayah sehingga fitrah nurani memancar dalam akhlak dan sikap serta kesadaran yang tinggi atas peran (tauiyatul a’la). Pendidikan anak atau generasi memerlukan ini sebagai pondasi awal. Selanjutnya adalah masalah teknis.
Umumnya kecemasan, obsesif, banyak menuntut atau banyak memaksa atau sebaliknya, tidak konsisten (dalam arti sesuai fitrah anak, bukan obsesi orang tua), tidak percaya diri mendidik anak, muncul karena kurangnya tazkiyatunnafs para orang tuanya sehingga mudah terpengaruh oleh “tuntutan atau perlakuan” yang tidak sesuai atau menciderai fitrah.
Tujuan tazkiyatunnafs orang tua, adalah agar kita kembali kepada kesadaran fitrah kita dengan memahami konsep pendidikan sejati sesuai fitrah.
Ketika orang tua menginginkan anaknya shalih maka orang tua harus memahami konsep kesejatian/fitrah anak dan makna keshalihan sesungguhnya. Shalih adalah amal, bukan status.
Pesan dari Bunda Septi yang selalu kami pegang, “Untuk itu siapkan diri, kuatkan mental, bersihkan segala emosi dan dendam pribadi, untuk menerima SK dari yang Maha Memberi Amanah. Jangan pernah ragukan DIA. Jaga amanah dengan sungguh-sungguh, dunia Allah yang atur, dan nikmati perjalanan anda.”
Bagian 4
💖 Metode dan Cara
Sudah tidak diragukan lagi bahwa mendidik (bukan mengajarkan) Aqidah sejak usia dini, adalah hal yang mutlak. Aqidah yg kokoh akan amat menentukan pilihan2 serta pensikapan2 yg benar dan baik dalam kehidupan anak2 kita kelak ketika dewasa. Lalu bagaimana metode dan caranya?
Menurut yg saya pahami secara sederhana, bahwa pertama, setiap pendidik atau ortu perlu menyadari bhw sesungguhnya setiap anak manusia yg lahir sudah dalam keadaan memiliki fitrah aqidah atau keimanan kpd Allah Swt. Setiap manusia pernah bersaksi akan keberadaan Allah swt, sebelum mereka lahir ke dunia. Maka tdk pernah ditemui di permukaan bumi manapun, bangsa2 yg tidak memiliki Tuhan, yaitu Zat Yang Maha Hebat tempat menyerahkan dan menyandarkan semua masalah dalam kehidupan.
Dengan demikian maka, yg kedua adalah bahwa tugas mendidik adalah membangkitkan kembali fitrah keimanan ini, namun bukan dengan doktrin atau penjejalan pengetahuan ttg keimanan, namun dengan menumbuhkan (yarubbu/inside out) kesadaran keimanan melalui imaji-imaji positif tentang Allah swt, tentang ciptaanNya yang ada pada dirinya dan ciptaanNya yg ada di alam semesta.
Dengan begitu maka, yg ketiga adalah dengan metode utk sebanyak mungkin belajar melalui hikmah-hikmah yang ada di alam, hikmah yang ada pada peristiwa sehari-sehari, hikmah pada sejarah, hikmah2 pada keteladanan dstnya.
1. Menjadi penting membacakan kisah2 keteladanan orang2 besar yg memiliki akhlak yg mulia sepanjang sejarah, baik yg ada dalam Kitab Suci maupun Hadits maupun yg ditulis oleh orang2 sholeh sesudahnya.
2. Menjadi penting senantiasa merelasikan peristiwa sehari2 dengan menggali hikmah2 yg baik dan inspiratif.
3. Menjadi penting untuk senantiasa belajar dengan beraktifitas fisik di alam dgn, meraba, merasa, mencium aroma, mengalami langsung dstnya.
Metode berikutnya, tentu saja kisah2 penuh hikmah itu perlu disampaikan dengan tutur bahasa yg baik, mulia dan indah bahkan sastra yg tinggi. Menjadi penting bahwa tiap anak perlu mendalami bahasa Ibunya dan bahasa Kitab Sucinya. Bukan mampu meniru ucapan, membaca tulisan dan menulis tanpa makna, namun yg terpenting adalah mampu mengekspresikan gagasan2 dalam jiwanya secara fasih, lugas dan indah, sensitif thd makna kiasan2 dalam bahasa sastra yg tinggi.
Para Sahabat Nabi SAW yg dikenal tegas namun memiliki empati dan sensitifitas yg baik serta visioner umumnya sangat menggemari sastra.
Semua metode itu, kembali lagi, adalah bertujuan utk membangun kesadaran keimanan melalui imaji2 positif lewat kisah yg mengisnpirasi, melalui kegairahan yg berangkat dari keteladanan, pemaknaan yg baik melalui bahasa ibu yg sempurna dstnya.
Imaji negatif akan melahirkan luka persepsi dan luka itu akan membuat pensikapan yg buruk ketika anak kita kelak dewasa.
Sampai sini kita menyadari bhw peran orangtua sebagai pendidik yg penuh cinta serta telaten maupun sebagai sosok yg diteladani dan menginspirasi tidak dapat digantikan oleh siapapun, apalagi dalam membangkitkan kesadaran keimanan anak2nya. Maka penting bagi para pendidik untuk melakukan pensucian jiwa (tazkiyatunnafs) sebelum memulai mendidik dgn kitab dan hikmah.
Bukankah orangtua lah yg akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat, bukan yang lain?
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensiakhlak
----------------------------
♻ Disusun oleh: Tim Pengurus Pusat HEbAT
Sebagai pengantar saya perlu kembali mengingatkan bahwa Home Education bukanlah pilihan tetapi kewajiban setiap orangtua yang diamanahi anak anak, para khalifah cilik di dalam pernikahannya. Home Education sudah berlangsung sejak zaman Nabi Adam AS, setua keberadaan manusia di muka bumi.
Home Education tidak memindahkan sekolah kerumah, karenanya HE juga tidak mempermasalahkan apakah anak bersekolah atau tidak, sepanjang tanggungjawab pertumbuhan semua fitrah anak anak kita berada dalam tanggungjawab kita, keduaorangtuanya.
Sekolah amat terbantu jika para orangtua menjalankan HE dirumahnya masing masing maupun secara berjamaah, karena kapasitas sekolah sangat tidak mencukupi untuk merawat dan menumbuhkan semua fitrah anak anak kita dan dalam banyak hal hanya orangtua yang dapat melakukannya.
HE fokus pada membangkitkan (inside out) fitrah anak anak kita sehingga mencapai peran peradabannya atau misi hidupnya sebagaimana Allah kehendaki. Anak yang bangkit fitrah imannya akan terus mencintai Allah dan RasulNya juga kebenaran sepanjang hayatnya, Anak yang bangkit fitrah belajar dan nalarnya akan terus belajar sepanjang hayatnya dan melahirkan karya inovatif bagi alam semesta, Anak yang bangkit fitrah bakatnya akan menjalani kehidupannya dengan peran terbaiknya sampai akhir hayatnya, Anak yang bangkit fitrah seksualitasnya akan menjadi lelaki sejati atau perempuan sejati, juga kelak akan menjadi ayah sejati dan bunda sejati bagi anak anaknya dstnya.
Demikian pengantar dari saya, mari kita berdiskusi dengan rileks dan optimis 😊🙏✅
🍟🍟---SESI TANYA JAWAB---🍟🍟
1⃣ Bunda Dinda
Ustadz bagaimana seorang anak bisa tumbuh fitrahnya dengan baik sementara mereka lingkungannya tdk mengenal tauhid,, contoh : Nabi Musa di lingkungan firaun,, Nabi Ibrahim di lingkungan Namruz dan Nabi Muhammad di lingkungan Musyrik Quraish.
1⃣bunda Dinda yang baik,
Fitrah bertauhid itu, terutama Tauhid Rubbubiyatullah sudah ada sejak lahir, karena setiap manusia pernah bersaksi bahwa Allah adalah Rabb ketika di alam rahim (QS.Al-A'raaf:172). Bahkan orang orang kafir sekalipun jika ditanyakan kepada mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi mereka mengatakan Allah.
Dalam lingkungan yang ateis sekalipun fitrah tauhid Rubbubiyatullah ini tetap ada, yaitu mengakui Allah sebagai Pencipta, Pemelihara, Pemberi Rezqi dan Pemilik.
Dalam lingkungan yang tsb, yang tidak tumbuh adalah fitrah Tauhid Mulkiyatllah dan Uluhiyatullah, karena keduanya memerlukan keimanan yang lebih tinggi dan dipandu dengan Risalah Langit atau Kitabullah.
Maka para Nabi yang mulia, Allah berikan Kitab dab Mushaf untuk menguatkan Tauhid lanjutan ini sehingga tuntas.
Jadi dalam tahapan pendidikan, tauhid Mulkiyatullah dan Uluhiyatullah ini diperlukan ketika usia anak beranjak menjelang aqilbaligh dengan panduan Kitabullah. Maka fitrah memerlukan panduan Kitabullah, sebagaimana QS 30:30. Dan Kitabullah akan bermakna jika berangkat dari fitrah yang baik ✅
2⃣bunda Fitri
Ustad bagaimana cara mengenalkan hal yg bersifat ghaib kepada anak. Misal saya pernah dengar ada anak usia 3 thn yg merasa ibunya berbohong ketika dikisahkan tentang nabi yunus?
Pada jenjang usia berapa hal ghaib dikenalkan?
2⃣bunda Fitri yang baik,
Banyak ulama yang menganjurkan bahwa fitrah keimanan justru "golden age" nya ada di usia 0-7 tahun, yaitu ketika anak anak di usia itu sedang pada puncak imajinasi dan abstraksinya. Alam bawah sadarnya masih terbuka lebar dan beberapa anak masih terkoneksi dengan alam ghaib sehingga bisa melihat makhluk ghaib.
Di usia ini sesungguhnya anak akan percaya apa saja yang diceritakan kepadanya, bahkan sesuatu yang tidak dapat dilihatnya. Walau mereka masih suka kpd yang kongkret, namun mereka bisa berimaji terhadap rasa atau hal hal yang imajiner.
Maka bukan mengenalkan hal yg ghaib dalam arti kognitif, tetapi bangunlah imaji positif yang indah tentang Allah, tentang kebaikan dstnya. Proses pemberian ASI sesungguhnya adalah proses pembentukan tauhid rubbubiyatullah, dimana imaji positif anak ttg pemberi rezqi, pemilik, pemelihara dsbnya dirasakan lewat proses itu. Begitupula hadits yg menceritakan Nabi SAW menegur keras seorang ibu yang menarik bayinya yg pipis dari pangkuan Nabi SAW karena malu, ini terkait dengan imaji negatif yg melukai persepsi anaknya dstnya.
Jika ingin mengenalkan Allah, maka kenalkanlah tanpa ragu dengan mengajaknya melihat langit dan bulan serta bintang2 dan katakan ada Allah disana yang membuat semuanya. Anak akan percaya dan masuk dalam alam bawah sadarnya
Anak yang barangkali suka diperlakukan keras atau dibohongi yang akan mengatakan apa yang diceritakan ibunya sebagai kebohongan ✅
3⃣bunda Amy
Sebagaimana yg tertulis pd materi diatas salah satu hal yg semestinya dilakukan orang tua adalah melayani anak (pd usia 0-7thn) bagaimana yg musti dilakukan dilakukan supaya tdk mengarah pd sikap memanjakan anak. trimakasih
Dan bagaimana dg ini Prof Rhenald kasali: JANGAN MANJA ANAK ANAK MU JIKA INGIN MEREKA SUKSES
3⃣bunda Amy yg baik,
Pertanyaan ini sering diajukan, terkait dengan peran "melayani" orangtua pada tahap usia 0-7 tahun, walau saya lebih suka menggunakan kata "memfasilitasi". Tentu saja melayani yang dimaksud berjenjang sesuai pertumbuhan usianya, misalnya 0-2 pasti full dilayani, kemudian 2-3 sudah mulai difasilitasi kemandirian termasuk tatacara toileting dan disapih. Kemudian usia 4-5 sudah bisa diajak/difasilitasi untuk punya tanggungjawab memelihara hewan atau tumbuhan utk membangkitkan fitrah kepemimpinannya atau disebut dengan executive functioning nya (Nabi SAW menggembaa kambing pada usia ini) dstnya. Kitalah para orangtua yang paham perkembangan anak anak kita dan bijak menentukan mana yang dibutuhkan bukan mana yang mampu dilakukan ✅
tanggungjawab moral dan sosial itu nanti ketika anak telah berusia 7 tahun, bersamaan dengan perintah sholat. Secara bertahap terus bertambah sampai anak berusia 14 tahun atau aqilbaligh
🍪🍩🍪🍩🍪🍩🍪🍩🍪🍩🍪🍩
Closing Host :
Jika saya simpulkan dari kulwap kita, bahwa Home Education lahir dari kewajiban orang tua dalam menumbuhkan fitrah anak-anak kita. Peran orang tua dalam menjadi sebaik-baiknya pendidik bagi anak sangatlah penting, bahkan wajib. Pun dalam mendidik, selalu sertakan dan kenalkan Allah dalam pengajaran.
"APA DAN BAGAIMANA HOME EDUCATION?"
📆 Kamis, 25 Februari 2016
⏲ 20.00 - 21.00 wib
🎥Host : Bunda Yovita
🎙Co-Host : Bunda Dila
📝Notulis : Bunda Dila
💡SME : Ust.Harry Santosa
-------------------------------
🏡 "Apa dan Bagaimana Home Education"
Narasumber : Ust.Harry Santosa dan Ibu Septi Peni Wulandani
----------------------------
Bagian 1
💖 Home Education
(Pendidikan berbasis Rumah)
Peradaban sesungguhnya berawal dari sebuah rumah, dari sebuah keluarga. Home Education itu sifat wajib bagi kita yang berperan sebagai penjaga amanah. Karena sesungguhnya HE itu adalah kemampuan alami dan kewajiban syar’i yang harus dimiliki oleh setiap orang tua yang dipercaya menjaga amanahNya.
Jadi tidak ada yang “LUAR BIASA” yang akan kita kerjakan di HE. Kita hanya akan melakukan yang “SEMESTINYA” orangtua lakukan. Maka syarat pertama “dilarang minder” ketika pilihan anda berbeda dengan yang lain. Karena kita sedang menjalankan “misi hidup” dari sang Maha Guru.
Home Education dimulai dari proses seleksi ayah/ibu yang tepat untuk anak-anak kita, karena hak anak pertama adalah mendapatkan ayah dan ibu yg baik. Setelah itu dilanjutkan dari proses terjadinya anak-anak, di dalam rahim, sampai dia lahir. Tahap berikutnya dari usia 0-7 tahun, usia 8-14 tahun, dan usia 14 tahun ke atas kita sudah mempunyai anak yg aqil baligh secara bersamaan.
Home Education sebagai orang tua dan anak nyaris selesai di usia 14 th ke atas. Orang tua berubah fungsi menjadi coach anak dan mengantar anak menjadi dewasa, delivery method HE pun sudah jauh berbeda.
Kita dipercaya sebagai penjaga amanahNya, SEMESTINYA kita menjaganya dengan ilmu. Jadi orang tua yang belajar khusus untuk mendidik anaknya seharusnya hal BIASA, tapi sekarang menjadi hal yang LUAR BIASA karena tidak banyak orang tua yg melakukannya.
Hal-hal yang SEMESTINYA orang tua lakukan :
◈ Mendidik
◈ Mendengarkan
◈ Menyanyangi
◈ Melayani (pd usia 0-7 thn)
◈ Memberi rasa aman&nyaman
◈ Menjaga dari hal-hal yg merusak jiwa dan fisiknya
◈ Memberi contoh dan keteladanan
◈ Bermain
◈ Berkomunikasi dengan baik sesuai usia anak
Bagian 2
💖 “OUTSIDE IN“ vs “INSIDE OUT”
Tugas mendidik bukan menjejali “OUTSIDE IN“, tetapi “INSIDE OUT” yaitu menemani anak-anak menggali dan menemukan fitrah-fitah baik itu sehingga mereka menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) tepat ketika mencapai usia aqil baligh. Satu-satunya lembaga yang tahu betul anak-anak kita, mampu telaten dan penuh cinta hanyalah rumah dimana amanah mendidik adalah peran utama ayah bundanya.
Anak lahir ke muka bumi membawa fitrahnya, sehingga perlu pendidikan yang mengeluarkan fitrah anak tersebut:
✅ Fitrah Kesucian. Inilah yang menjelaskan mengapa tiap manusia mengenal dan mengakui adanya Tuhan, memerlukan Tuhan, sehingga manusia memiliki sifat mencintai kebenaran, keadilan, kesucian, malu terhadap dosa.
✅ Fitrah Belajar.
Tidak satupun manusia yang tidak menyukai belajar, kecuali salah ajar. Khalifah di muka bumi tentunya seorang pembelajar tangguh sejati.
✅ Fitrah Bakat.
Ini terkait misi penciptaan spesifik atau peran spesifik khilafah atau peradaban, sehingga setiap anak yang lahir ke muka bumi pasti memiliki bakat yang berbeda-beda.
✅ Fitrah Perkembangan.
Setiap manusia memiliki tahapan perkembangan hidup yang spesifik dan memerlukan pendidikan yang sesuai dengan tahapannya, karena perkembangan fisik dan psikologis anak bertahap mengikuti pertambahan usianya. Misalnya, Allah tidak memerintah ajarkan shalat sejak dini, tetapi ajarkan shalat jika mencapai usia 7 tahun. Pembiasaan boleh dilakukan tapi tetap harus didorong oleh dorongan penghayatan aqidah berupa cinta kepada Allah dari dalam diri anak-anak.
🔻 Pendidikan Berbasis Shiroh
Kita perlu mengkaji lebih dalam pendidikan yang dialami oleh Rasulullah dari lahir sampai dewasa, sebagai contoh pendidikan untuk anak-anak nanti. PENDIDIKAN dan PERSEKOLAHAN adalah hal yang berbeda. Bukan sekolah atau tidak sekolah yang ditekankan, tetapi bagaimana pendidikan yang sesuai dengan fitrah anak sehingga potensi alamiah anak dapat dikembangkan, karena setiap anak memiliki potensi yg merupakan panggilan hidupnya.
🔻 Pendidikan Berbasis Potensi & Akhlak
Yang dimaksud adalah yang terkait dengan performance. Dimulai dengan mengenal sifat bawaan atau istilah Abah Rama dengan Personality Productive yang kemudian menjadi aktivitas dan performance, lalu menjadi karir dan peran peradaban yang merupakan panggilan, akhirnya menentukan destiny. Jadi pengembangan potensi berkaitan dengan performansi, namun performansi memerlukan nilai-nilai yang disebut sebagai akhlak dan moral karakter.
Dalam mengembangkan bakatnya, anak-anak perlu diingatkan dan diteladankan dengan nilai-nilai dalam keyakinannya (Al Islam) agar perannya bermanfaat dan rahmat atau menjadi akhlak mulia. ” Setiap keluarga memiliki kemerdekaan untuk menentukan dan mengejar mimpinya , termasuk dalam hal pendidikan.”
Bagian 3
💖 Tazkiyatunnafs.
Secara sederhana dimaknai sebagai pensucian jiwa, membersihkan hati dengan banyak mendekat, memohon ampun, menjaga serta berhati-hati dari hal-hal yg syubhat apalagi haram atau waro’ kepada Allah dengan harapan keridhaan Allah SWT agar ditambah hidayah sehingga fitrah nurani memancar dalam akhlak dan sikap serta kesadaran yang tinggi atas peran (tauiyatul a’la). Pendidikan anak atau generasi memerlukan ini sebagai pondasi awal. Selanjutnya adalah masalah teknis.
Umumnya kecemasan, obsesif, banyak menuntut atau banyak memaksa atau sebaliknya, tidak konsisten (dalam arti sesuai fitrah anak, bukan obsesi orang tua), tidak percaya diri mendidik anak, muncul karena kurangnya tazkiyatunnafs para orang tuanya sehingga mudah terpengaruh oleh “tuntutan atau perlakuan” yang tidak sesuai atau menciderai fitrah.
Tujuan tazkiyatunnafs orang tua, adalah agar kita kembali kepada kesadaran fitrah kita dengan memahami konsep pendidikan sejati sesuai fitrah.
Ketika orang tua menginginkan anaknya shalih maka orang tua harus memahami konsep kesejatian/fitrah anak dan makna keshalihan sesungguhnya. Shalih adalah amal, bukan status.
Pesan dari Bunda Septi yang selalu kami pegang, “Untuk itu siapkan diri, kuatkan mental, bersihkan segala emosi dan dendam pribadi, untuk menerima SK dari yang Maha Memberi Amanah. Jangan pernah ragukan DIA. Jaga amanah dengan sungguh-sungguh, dunia Allah yang atur, dan nikmati perjalanan anda.”
Bagian 4
💖 Metode dan Cara
Sudah tidak diragukan lagi bahwa mendidik (bukan mengajarkan) Aqidah sejak usia dini, adalah hal yang mutlak. Aqidah yg kokoh akan amat menentukan pilihan2 serta pensikapan2 yg benar dan baik dalam kehidupan anak2 kita kelak ketika dewasa. Lalu bagaimana metode dan caranya?
Menurut yg saya pahami secara sederhana, bahwa pertama, setiap pendidik atau ortu perlu menyadari bhw sesungguhnya setiap anak manusia yg lahir sudah dalam keadaan memiliki fitrah aqidah atau keimanan kpd Allah Swt. Setiap manusia pernah bersaksi akan keberadaan Allah swt, sebelum mereka lahir ke dunia. Maka tdk pernah ditemui di permukaan bumi manapun, bangsa2 yg tidak memiliki Tuhan, yaitu Zat Yang Maha Hebat tempat menyerahkan dan menyandarkan semua masalah dalam kehidupan.
Dengan demikian maka, yg kedua adalah bahwa tugas mendidik adalah membangkitkan kembali fitrah keimanan ini, namun bukan dengan doktrin atau penjejalan pengetahuan ttg keimanan, namun dengan menumbuhkan (yarubbu/inside out) kesadaran keimanan melalui imaji-imaji positif tentang Allah swt, tentang ciptaanNya yang ada pada dirinya dan ciptaanNya yg ada di alam semesta.
Dengan begitu maka, yg ketiga adalah dengan metode utk sebanyak mungkin belajar melalui hikmah-hikmah yang ada di alam, hikmah yang ada pada peristiwa sehari-sehari, hikmah pada sejarah, hikmah2 pada keteladanan dstnya.
1. Menjadi penting membacakan kisah2 keteladanan orang2 besar yg memiliki akhlak yg mulia sepanjang sejarah, baik yg ada dalam Kitab Suci maupun Hadits maupun yg ditulis oleh orang2 sholeh sesudahnya.
2. Menjadi penting senantiasa merelasikan peristiwa sehari2 dengan menggali hikmah2 yg baik dan inspiratif.
3. Menjadi penting untuk senantiasa belajar dengan beraktifitas fisik di alam dgn, meraba, merasa, mencium aroma, mengalami langsung dstnya.
Metode berikutnya, tentu saja kisah2 penuh hikmah itu perlu disampaikan dengan tutur bahasa yg baik, mulia dan indah bahkan sastra yg tinggi. Menjadi penting bahwa tiap anak perlu mendalami bahasa Ibunya dan bahasa Kitab Sucinya. Bukan mampu meniru ucapan, membaca tulisan dan menulis tanpa makna, namun yg terpenting adalah mampu mengekspresikan gagasan2 dalam jiwanya secara fasih, lugas dan indah, sensitif thd makna kiasan2 dalam bahasa sastra yg tinggi.
Para Sahabat Nabi SAW yg dikenal tegas namun memiliki empati dan sensitifitas yg baik serta visioner umumnya sangat menggemari sastra.
Semua metode itu, kembali lagi, adalah bertujuan utk membangun kesadaran keimanan melalui imaji2 positif lewat kisah yg mengisnpirasi, melalui kegairahan yg berangkat dari keteladanan, pemaknaan yg baik melalui bahasa ibu yg sempurna dstnya.
Imaji negatif akan melahirkan luka persepsi dan luka itu akan membuat pensikapan yg buruk ketika anak kita kelak dewasa.
Sampai sini kita menyadari bhw peran orangtua sebagai pendidik yg penuh cinta serta telaten maupun sebagai sosok yg diteladani dan menginspirasi tidak dapat digantikan oleh siapapun, apalagi dalam membangkitkan kesadaran keimanan anak2nya. Maka penting bagi para pendidik untuk melakukan pensucian jiwa (tazkiyatunnafs) sebelum memulai mendidik dgn kitab dan hikmah.
Bukankah orangtua lah yg akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat, bukan yang lain?
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasispotensiakhlak
----------------------------
♻ Disusun oleh: Tim Pengurus Pusat HEbAT
Sebagai pengantar saya perlu kembali mengingatkan bahwa Home Education bukanlah pilihan tetapi kewajiban setiap orangtua yang diamanahi anak anak, para khalifah cilik di dalam pernikahannya. Home Education sudah berlangsung sejak zaman Nabi Adam AS, setua keberadaan manusia di muka bumi.
Home Education tidak memindahkan sekolah kerumah, karenanya HE juga tidak mempermasalahkan apakah anak bersekolah atau tidak, sepanjang tanggungjawab pertumbuhan semua fitrah anak anak kita berada dalam tanggungjawab kita, keduaorangtuanya.
Sekolah amat terbantu jika para orangtua menjalankan HE dirumahnya masing masing maupun secara berjamaah, karena kapasitas sekolah sangat tidak mencukupi untuk merawat dan menumbuhkan semua fitrah anak anak kita dan dalam banyak hal hanya orangtua yang dapat melakukannya.
HE fokus pada membangkitkan (inside out) fitrah anak anak kita sehingga mencapai peran peradabannya atau misi hidupnya sebagaimana Allah kehendaki. Anak yang bangkit fitrah imannya akan terus mencintai Allah dan RasulNya juga kebenaran sepanjang hayatnya, Anak yang bangkit fitrah belajar dan nalarnya akan terus belajar sepanjang hayatnya dan melahirkan karya inovatif bagi alam semesta, Anak yang bangkit fitrah bakatnya akan menjalani kehidupannya dengan peran terbaiknya sampai akhir hayatnya, Anak yang bangkit fitrah seksualitasnya akan menjadi lelaki sejati atau perempuan sejati, juga kelak akan menjadi ayah sejati dan bunda sejati bagi anak anaknya dstnya.
Demikian pengantar dari saya, mari kita berdiskusi dengan rileks dan optimis 😊🙏✅
🍟🍟---SESI TANYA JAWAB---🍟🍟
1⃣ Bunda Dinda
Ustadz bagaimana seorang anak bisa tumbuh fitrahnya dengan baik sementara mereka lingkungannya tdk mengenal tauhid,, contoh : Nabi Musa di lingkungan firaun,, Nabi Ibrahim di lingkungan Namruz dan Nabi Muhammad di lingkungan Musyrik Quraish.
1⃣bunda Dinda yang baik,
Fitrah bertauhid itu, terutama Tauhid Rubbubiyatullah sudah ada sejak lahir, karena setiap manusia pernah bersaksi bahwa Allah adalah Rabb ketika di alam rahim (QS.Al-A'raaf:172). Bahkan orang orang kafir sekalipun jika ditanyakan kepada mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi mereka mengatakan Allah.
Dalam lingkungan yang ateis sekalipun fitrah tauhid Rubbubiyatullah ini tetap ada, yaitu mengakui Allah sebagai Pencipta, Pemelihara, Pemberi Rezqi dan Pemilik.
Dalam lingkungan yang tsb, yang tidak tumbuh adalah fitrah Tauhid Mulkiyatllah dan Uluhiyatullah, karena keduanya memerlukan keimanan yang lebih tinggi dan dipandu dengan Risalah Langit atau Kitabullah.
Maka para Nabi yang mulia, Allah berikan Kitab dab Mushaf untuk menguatkan Tauhid lanjutan ini sehingga tuntas.
Jadi dalam tahapan pendidikan, tauhid Mulkiyatullah dan Uluhiyatullah ini diperlukan ketika usia anak beranjak menjelang aqilbaligh dengan panduan Kitabullah. Maka fitrah memerlukan panduan Kitabullah, sebagaimana QS 30:30. Dan Kitabullah akan bermakna jika berangkat dari fitrah yang baik ✅
2⃣bunda Fitri
Ustad bagaimana cara mengenalkan hal yg bersifat ghaib kepada anak. Misal saya pernah dengar ada anak usia 3 thn yg merasa ibunya berbohong ketika dikisahkan tentang nabi yunus?
Pada jenjang usia berapa hal ghaib dikenalkan?
2⃣bunda Fitri yang baik,
Banyak ulama yang menganjurkan bahwa fitrah keimanan justru "golden age" nya ada di usia 0-7 tahun, yaitu ketika anak anak di usia itu sedang pada puncak imajinasi dan abstraksinya. Alam bawah sadarnya masih terbuka lebar dan beberapa anak masih terkoneksi dengan alam ghaib sehingga bisa melihat makhluk ghaib.
Di usia ini sesungguhnya anak akan percaya apa saja yang diceritakan kepadanya, bahkan sesuatu yang tidak dapat dilihatnya. Walau mereka masih suka kpd yang kongkret, namun mereka bisa berimaji terhadap rasa atau hal hal yang imajiner.
Maka bukan mengenalkan hal yg ghaib dalam arti kognitif, tetapi bangunlah imaji positif yang indah tentang Allah, tentang kebaikan dstnya. Proses pemberian ASI sesungguhnya adalah proses pembentukan tauhid rubbubiyatullah, dimana imaji positif anak ttg pemberi rezqi, pemilik, pemelihara dsbnya dirasakan lewat proses itu. Begitupula hadits yg menceritakan Nabi SAW menegur keras seorang ibu yang menarik bayinya yg pipis dari pangkuan Nabi SAW karena malu, ini terkait dengan imaji negatif yg melukai persepsi anaknya dstnya.
Jika ingin mengenalkan Allah, maka kenalkanlah tanpa ragu dengan mengajaknya melihat langit dan bulan serta bintang2 dan katakan ada Allah disana yang membuat semuanya. Anak akan percaya dan masuk dalam alam bawah sadarnya
Anak yang barangkali suka diperlakukan keras atau dibohongi yang akan mengatakan apa yang diceritakan ibunya sebagai kebohongan ✅
3⃣bunda Amy
Sebagaimana yg tertulis pd materi diatas salah satu hal yg semestinya dilakukan orang tua adalah melayani anak (pd usia 0-7thn) bagaimana yg musti dilakukan dilakukan supaya tdk mengarah pd sikap memanjakan anak. trimakasih
Dan bagaimana dg ini Prof Rhenald kasali: JANGAN MANJA ANAK ANAK MU JIKA INGIN MEREKA SUKSES
3⃣bunda Amy yg baik,
Pertanyaan ini sering diajukan, terkait dengan peran "melayani" orangtua pada tahap usia 0-7 tahun, walau saya lebih suka menggunakan kata "memfasilitasi". Tentu saja melayani yang dimaksud berjenjang sesuai pertumbuhan usianya, misalnya 0-2 pasti full dilayani, kemudian 2-3 sudah mulai difasilitasi kemandirian termasuk tatacara toileting dan disapih. Kemudian usia 4-5 sudah bisa diajak/difasilitasi untuk punya tanggungjawab memelihara hewan atau tumbuhan utk membangkitkan fitrah kepemimpinannya atau disebut dengan executive functioning nya (Nabi SAW menggembaa kambing pada usia ini) dstnya. Kitalah para orangtua yang paham perkembangan anak anak kita dan bijak menentukan mana yang dibutuhkan bukan mana yang mampu dilakukan ✅
tanggungjawab moral dan sosial itu nanti ketika anak telah berusia 7 tahun, bersamaan dengan perintah sholat. Secara bertahap terus bertambah sampai anak berusia 14 tahun atau aqilbaligh
🍪🍩🍪🍩🍪🍩🍪🍩🍪🍩🍪🍩
Closing Host :
Jika saya simpulkan dari kulwap kita, bahwa Home Education lahir dari kewajiban orang tua dalam menumbuhkan fitrah anak-anak kita. Peran orang tua dalam menjadi sebaik-baiknya pendidik bagi anak sangatlah penting, bahkan wajib. Pun dalam mendidik, selalu sertakan dan kenalkan Allah dalam pengajaran.
Subscribe to:
Comments (Atom)