YAHUDI BUKAN ISRAEL
Oleh: Ustadz Ammi Nur Baits
Seolah telah menjadi konvensi dunia, bangsa yahudi yang menjajah Palestina bernama Israel. Termasuk mereka yang sangat memusuhi yahudi, juga menyebut negara ini dengan israel.
.
Sebelumnya kita perlu memperhatikan bahwa ISRAEL adalah nama lain dari seorang Nabi yang mulia, keturunan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yaitu Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Allah ta’ala berfirman:
كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israel untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan.” (QS. Ali Imran: 93)
.
Israel yang pada ayat di atas adalah Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Dan nama ini diakui sendiri oleh orang-orang yahudi, sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu,
“Sekelompok orang yahudi mendatangi Nabi untuk menanyakan empat hal yang hanya diketahui oleh seorang nabi. Pada salah satu jawabannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
هَلْ تَعْلَمُونَ أَنَّ إِسْرَائِيلَ يَعْقُوبَ عَلَيْهِ السَّلَامُ مَرِضَ مَرَضًا شَدِيدًا فَطَالَ سَقَمُهُ، فَنَذَرَ لِلَّهِ نَذْرًا لَئِنْ شَفَاهُ اللهُ مِنْ سَقَمِهِ، لَيُحَرِّمَنَّ أَحَبَّ الشَّرَابِ إِلَيْهِ، وَأَحَبَّ الطَّعَامِ إِلَيْهِ
“Apakah kalian mengakui bahwa Israil yaitu Ya’qub ‘alaihis salam, pernah sakit keras dan lama, lalu beliau bernadzar, jika Allah menyembuhkannya maka akan mengharamkan makanan dan minuman yang paling beliau sukai?
Para Yahudi menjawab: “Ya, betul.” (HR. Ahmad dalam al-Musnad 2471 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
.
Arti kata ‘Israel’
-----------------------
Kata “Israil” merupakan susunan dua kata israa dan iil yang dalam bahasa arab artinya shafwatullah (kekasih Allah). Ada juga yang mengatakan israa dalam bahasa arab artinya ‘abdun (hamba), sedangkan iil artinya Allah, sehingga Israil dalam bahasa arab artinya ‘Abdullah (hamba Allah). (Simak Tafsir At Thabari dan Al Kasyaf untuk surat Al Baqarah ayat 40)
.
Ketika penamaan itu tanpa konsekuensi, mungkin masalahnya lebih ringan. Namun nama tidak hanya sebatas nama. Masyarakat menggunakan nama ini untuk konteks konflik.
”BIADAB ISRAIL… ISRAIL BANGSAT… KEPARAT ISRAIL… ISRAIL MEMBANTAI KAUM MUSLIMIN… PENYERANGAN ISRAIL KE PALESTINA… ISRAIL PENJAJAH DUNIA…. DST.
.
Kita sangat yakin, maksud mereka bukan dalam rangka menghina nabi Ya’qub ’alaihis salam, namun tidak selayaknya dilakukan karena beberapa pertimbangan,
PERTAMA, Allah menyebut yahudi dalam al-Quran dengan dua nama; Yahudi dan Bani Israil.
.
Sebagai mukmin yang baik, kita selayaknya lebih mengedepankan istilah yang Allah gunakan dari pada istilah buatan manusia. Karena ini termasuk bentuk menjaga keotentikan syiar islam.
.
Dalam bahasa arab, waktu sepertiga malam yang awal dinamakan ‘atamah. Orang arab badui di masa Nabi terbiasa menamai shalat Isya’ dengan nama waktu pelaksanaan shalat isya’ yaitu shalat ‘atamah. Kebiasaan ini kemudian diikuti oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum dengan menamakan shalat isya’ dengan shalat ‘atamah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka,
لا يغلبنكم الأعراب على اسم صلاتكم فإنها العشاء إنما يدعونها العتمة لإعتامهم بالإبل لحلابها
“Janganlah kalian ikut-ikutan orang arab badui dalam menamai shalat kalian, sesungguhnya dia adalah shalat Isya’, sedangkan orang badui menamai shalat isya dengan ‘atamah karena mereka mengakhirkan memerah susu unta sampai waktu malam.” (HR. Ahmad 4688, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
.
Al-Qurthuby mengatakan: “Agar nama shalat isya’ tidak diganti dengan nama selain yang Allah berikan, dan ini adalah bimbingan untuk memilih istilah yang lebih utama bukan karena haram digunakan …” (‘Umdatul Qori Syarh Shahih Bukhari, al-‘Aini)
.
Demikianlah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjaga istilah yang Allah sebutkan dalam al-Quran. Meskipun istilah itu tidak mengandung konsekuensi yang sangat buruk. Hanya saja, itu kurang utama.
.
Anda bisa bayangkan, bagaimana dengan pengalihan nama yahudi menjadi israel, yang bisa dipastikan mengandung konsekuensi yang buruk.
Disamping itu, sejatinya, pengalihan ini bagian dari konspirasi yahudi terhadap dunia. Karena semua orang paham, bahwa kata ’yahudi’ dalam al-Quran telah dicela habis oleh Allah. Sehingga mereka tutupi kehinaan nama asli mereka YAHUDI dengan nama Bapak mereka yang mulia, Nabi Israel ‘alaihis salam.
*
KEDUA, bahwa penghinaan semacam ini bisa saja dianggap salah sasaran.
.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah di Mekkah, orang-orang musyrikin Quraisy mengganti nama Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Mudzammam (manusia tercela) sebagai kebalikan dari nama asli Beliau Muhammad (manusia terpuji). Mereka gunakan nama Mudzammam ini untuk menghina dan melaknat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mudzammam gila, Mudzammam tukang sihir, dst. Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak merasa dicela dan dilaknat. Karena yang dicela dan dilaknat orang-orang kafir adalah “Mudzammam” bukan “Muhammad”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ألا تعجبون كيف يصرف الله عني شتم قريش ولعنهم يشتمون مذمماً ويلعنون مذمماً وأنا محمد
“Tidakkah kalian heran, bagaimana Allah mengalihkan laknat dan celaan orang Quraisy kepadaku. Mereka mencela dan melaknat Mudzammam sedangkan aku Muhammad.” (HR. Ahmad 7331, Bukhari 3533, dan Nasai 3438)
.
Meskipun maksud orang Quraisy adalah mencela Nabi, namun karena yang digunakan bukan nama Nabi Muhammad maka Beliau menganggap itu bukan penghinaan untuknya. Sebaliknya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya sebagai bentuk mengalihkan penghinaan terhadap dirinya.
.
Bisa jadi orang-orang Yahudi tidak merasa terhina dan dijelek-jelekkan. Nama asli mereka yahudi bukan Israel. Sementara yang dicela bukan nama mereka namun nama Nabi Ya’qub ‘alaihis salam.
*
KETIGA, Allah melarang para sahabat untuk menggunakan kalimat yang disalah gunakan oleh Yahudi ketika memanggil Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): “Raa’ina”, tetapi Katakanlah: “Unzhurna”, dan “dengarlah”. dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih. (QS. Al-Baqarah: 104)
.
Kata raa’ina memiliki dua kemungkinan makna,
Diturunkan dari kata raa’a – yuraa’i yang artinya perhatikan. Sehingga raa’ina bermakna perhatikanlah kondisi dan keadaan kami.
Diturunkan dari kata ru’unah, yang artinya orang tolol. Sehingga kata raa’ina bermakna ’orang tolol di kalangan kami.’
Para sahabat ketika bergaul bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka memohon agar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikan kemampuan mereka dalam menangkap pelajaran dan hadis dari beliau. Merekapun mengatakan ’ya Rasulullah, raa’ina’. Ya Rasulullah, perhatikanlah kami.
.
Namun ternyata kebiasaan ini dimanfaatkan oleh orang yahudi untuk menghina Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka turut mengatakan, ”Ya Muhammad, raa’ina.” maksud mereka, Hai Muhammad, orang tolol di kampung kami.
.
Kemudian Allah melarang para sahabat untuk menggunakan kalimat ini, sebagai gantinya Allah perintahkan mereka untuk menggunakan kalimat undzurnaa, yang maknanya sama.
.
Pelajaran yang bisa kita ambil, bahwa ketika ada sebuah kalimat yang ambigu, bisa bermakna baik dan bisa sebaliknya, bermakna buruk, kita dilarang untuk menggunakannya, dan diarahkan untuk menggunakan kata lain yang sepadan sebagai gantinya.
.
Jelas maksud mereka adalah dalam rangka menghina Yahudi Zionis. Namun ketika kalimat penghinaan semacam ini tidak lepas dari unsur penghinaan terhadap Nabi Israel, tidak selayaknya kita gunakan.
*
KEEMPAT, Allah juga melarang seseorang mengucapkan sesuatu, yang itu menjadi pemicu munculnya sesuatu yang haram.
.
Allah melarang kaum muslimin untuk menghina tuhan orang-orang musyrikin, karena akan menyebabkan mereka membalas penghinaan ini dengan menghina Allah ta’ala. Allah berfirman:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa ilmu.” (QS. Al An’am: 108)
.
Menghina sesembahan orang musyrik pada asalnya boleh atau bahkan disyari’atkan. Namun
Allah ta’ala melarang kaum muslimin malakukan hal ini, karena bisa menjadi sebab orang musyrik menghina Allah subhanahu wa ta’ala.
.
Kita sangat yakin, tidak mungkin para sahabat radhiyallahu ‘anhum yang menyaksikan turunnya ayat ini, memiliki niatan sedikitpun untuk menghina Allah ta’ala. Maka bisa kita bayangkan, jika ucapan yang menjadi sebab celaan terhadap kebenaran secara tidak langsunghukumnya dilarang, bagaimana lagi jika celaan itu keluar langsung dari kaum muslimin meskipun mereka tidak berniat untuk menghina Nabi Israil ‘alaihis salam.
*
KELIMA, nama israel adalah nama pujian
.
Karena ini nama seorang nabi. Dan secara makna bahasa, israel berarti kekasih Allah atau hamba Allah. Karena itu, di masa silam, kaum muslimin menggunakan nama ini untuk anaknya. Ada seorang ulama ahli hadis, tsiqah (terpercaya), hafalannya kuat, dan termasuk perawi dalam kutub sittah. Beliau bernama Israil bin Yunus as-Suba’i. Biografi beliau disebutkan adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala, 7/355.
.
Anda bisa menimbang, layakkah manusia yahudi mendapatkan nama indah israel?
.
Semoga Allah selalu membimbing kita untuk tidak mengucapkan kecuali yang tepat dan benar.
Demikian, Allahu a’lam.
Rumah Tahfidz, Belajar Tahsin dan Tajwid Al Qur'an, Kajian Ilmu syar'i Hub: Diana Gasim (Ummu Achmad ) 085312837788)
Tuesday, November 29, 2016
Tuesday, November 22, 2016
(sekedar berbagi dan saling mengingatkan, karena saya yakin saudara saya disini jauh lebih dulu memahami dan mengerti dibandingkan kami, semoga berkenan)
✨✨🍃🌺🍃✨✨
*CARA MASUK SURGA SEKELUARGA*
✨✨✨✨✨✨✨
*Oleh: Ustadz Bachtiar Nasir*
*1. Coba suatu hari ingatkan seluruh anggota keluarga begini;*
*"AYO , KITA KERJASAMA AGAR MASUK SURGA "*
*2.* *BAGAIMANA CARANYA?*
*Lihat Qs.* *Ath-Thur 21-27.*
"Para penghuni surga membocorkan rahasianya bagaimana cara masuk surga sekeluarga. Mau tau?"
*3. Ceritanya penghuni surga saling bercengkerama berhadap-hadapan*, masing2 bertanya jawab bagaimana keluarga kalian dulu, *KOK BISA MASUK SURGA?*
*4. JAWABANNYA SERAGAM :*
"Kami bisa masuk surga karena dulu di dunia, di keluarga kami *SALING MENGINGATKAN* satu sama lain tentang siksa pedih neraka".
*5. Karenanya VISI RUMAH TANGGA* orang beriman adalah:
"Peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka".
(Qs.At Tahrim; 6).
*6. RUMAHKU SURGAKU*,
akan terjadi jika masing2 anggota keluarga memelihara dirinya dan mengingatkan anggota keluarga lainnya dari siksa neraka.
*7. SIAPA YG TAK SEDIH*
jika ada salah seorang anggota keluarga ( Bapak , ibu, kakak atau adik) terjerumus ke lingkungan siksa neraka?
*8. Setiap anggota KELUARGA PASTI SANGAT SEDIH* jika bahtera keluarga pecah dan karam akibat terpaan gelombang kehidupan dunia yang mematikan.
*9. Agar masuk surga sekeluarga*, ingatkan anggota keluarga kita yang sedang khilaf berbuat dosa atau lalaikan perintah Allah, *JANGAN DIBIARKAN.*
*10. JANGAN KECEWA* kalau peringatan kita diabaikan, atau malah dilecehkan, karena dakwah di tengah keluarga kadang lebih berat.
*TERUSLAH MENGAJAK* keluarga berjalan sesuai Al-Quran dan hadist.
*JANGAN LUPA* doakan agar terbuka hati dan pikiran
*11. Nabi Nuh as* tak pernah bosan mengingatkan anaknya yg tersesat, Nuh as terus mendoakannya sampai akhirnya *ALLAH TENGGELAMKAN* Kan'an.
*12. Nabi Luth as* tak pernah berhenti memperingatkan istrinya yang membangkang, sampai akhirnya Allah *BINASAKAN ISTERINYA* bersama kaum sodom. (Qs.al- Hijr : 61-66)
*13. Asiah binti Muzahim*, tertatih-tatih peringatkan suaminya Fir'aun, konsisten mendidik Masyithah & Musa as, akhirnya *ASIAH YG DIBUNUH Fir'aun.*
*14. Habil tak pernah takut mengingatkan dan menasehati kakaknya Qabil*, *RASA IRI DENGKI* berkecamuk sampai akhirnya Habil dibunuh Qabil.
*15. Agar bisa MASUK SURGA SEKELUARGA* perlu perjuangan dan pengorbanan yang besar, selain itu kesabaran dan konsistensi juga harus dilakukan.
*16. INGATKAN SUAMI* agar bekerja ditempat yang halal, jangan bawa pulang penghasilan yg haram, krn akan jadi bahan bakar neraka rumah tangga.
*17. INGATKAN ISTERI* agar memperhatikan pola konsumsi halal untuk keluarga, anak-anak akan susah diajak taat dan ibadah jika mengonsumsi yang haram.
(Qs.al- Maidah : 88, al- Baqarah : 168)
*18. INGATKAN ANAK2* bahwa bahan bakar neraka adalah batu dan manusia, jangan sampai salah seorang dari kita jadi bahan bakarnya neraka. (Qs.At- Tahrim : 6)
*19. INGATKAN TERUS* ttg syarat sah menjadi seorang muslim (rukun islam) : dua kalimat syahadat, sholat, zakat, puasa, pergi haji jika mampu. (Qs.al-Baqarah : 110, 177-178)
*20. CERITAKAN* bahwa penjaga neraka adalah para malaikat perkasa yang kuat dan kasar, mereka tak pernah khianati Allah & pasti laksanakan perintah-Nya. (Qs.At-Tahrim : 6)
Semoga bermanfaat buat kita dan keluarga kita masing-masing.
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ
Semoga kita bersama keluarga kita sampai akhirat dg *Husnul Khotimah*
.آمــــــــــين يا ربّ العالمــــــــين.
✨✨🍃🌺🍃✨✨
*CARA MASUK SURGA SEKELUARGA*
✨✨✨✨✨✨✨
*Oleh: Ustadz Bachtiar Nasir*
*1. Coba suatu hari ingatkan seluruh anggota keluarga begini;*
*"AYO , KITA KERJASAMA AGAR MASUK SURGA "*
*2.* *BAGAIMANA CARANYA?*
*Lihat Qs.* *Ath-Thur 21-27.*
"Para penghuni surga membocorkan rahasianya bagaimana cara masuk surga sekeluarga. Mau tau?"
*3. Ceritanya penghuni surga saling bercengkerama berhadap-hadapan*, masing2 bertanya jawab bagaimana keluarga kalian dulu, *KOK BISA MASUK SURGA?*
*4. JAWABANNYA SERAGAM :*
"Kami bisa masuk surga karena dulu di dunia, di keluarga kami *SALING MENGINGATKAN* satu sama lain tentang siksa pedih neraka".
*5. Karenanya VISI RUMAH TANGGA* orang beriman adalah:
"Peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka".
(Qs.At Tahrim; 6).
*6. RUMAHKU SURGAKU*,
akan terjadi jika masing2 anggota keluarga memelihara dirinya dan mengingatkan anggota keluarga lainnya dari siksa neraka.
*7. SIAPA YG TAK SEDIH*
jika ada salah seorang anggota keluarga ( Bapak , ibu, kakak atau adik) terjerumus ke lingkungan siksa neraka?
*8. Setiap anggota KELUARGA PASTI SANGAT SEDIH* jika bahtera keluarga pecah dan karam akibat terpaan gelombang kehidupan dunia yang mematikan.
*9. Agar masuk surga sekeluarga*, ingatkan anggota keluarga kita yang sedang khilaf berbuat dosa atau lalaikan perintah Allah, *JANGAN DIBIARKAN.*
*10. JANGAN KECEWA* kalau peringatan kita diabaikan, atau malah dilecehkan, karena dakwah di tengah keluarga kadang lebih berat.
*TERUSLAH MENGAJAK* keluarga berjalan sesuai Al-Quran dan hadist.
*JANGAN LUPA* doakan agar terbuka hati dan pikiran
*11. Nabi Nuh as* tak pernah bosan mengingatkan anaknya yg tersesat, Nuh as terus mendoakannya sampai akhirnya *ALLAH TENGGELAMKAN* Kan'an.
*12. Nabi Luth as* tak pernah berhenti memperingatkan istrinya yang membangkang, sampai akhirnya Allah *BINASAKAN ISTERINYA* bersama kaum sodom. (Qs.al- Hijr : 61-66)
*13. Asiah binti Muzahim*, tertatih-tatih peringatkan suaminya Fir'aun, konsisten mendidik Masyithah & Musa as, akhirnya *ASIAH YG DIBUNUH Fir'aun.*
*14. Habil tak pernah takut mengingatkan dan menasehati kakaknya Qabil*, *RASA IRI DENGKI* berkecamuk sampai akhirnya Habil dibunuh Qabil.
*15. Agar bisa MASUK SURGA SEKELUARGA* perlu perjuangan dan pengorbanan yang besar, selain itu kesabaran dan konsistensi juga harus dilakukan.
*16. INGATKAN SUAMI* agar bekerja ditempat yang halal, jangan bawa pulang penghasilan yg haram, krn akan jadi bahan bakar neraka rumah tangga.
*17. INGATKAN ISTERI* agar memperhatikan pola konsumsi halal untuk keluarga, anak-anak akan susah diajak taat dan ibadah jika mengonsumsi yang haram.
(Qs.al- Maidah : 88, al- Baqarah : 168)
*18. INGATKAN ANAK2* bahwa bahan bakar neraka adalah batu dan manusia, jangan sampai salah seorang dari kita jadi bahan bakarnya neraka. (Qs.At- Tahrim : 6)
*19. INGATKAN TERUS* ttg syarat sah menjadi seorang muslim (rukun islam) : dua kalimat syahadat, sholat, zakat, puasa, pergi haji jika mampu. (Qs.al-Baqarah : 110, 177-178)
*20. CERITAKAN* bahwa penjaga neraka adalah para malaikat perkasa yang kuat dan kasar, mereka tak pernah khianati Allah & pasti laksanakan perintah-Nya. (Qs.At-Tahrim : 6)
Semoga bermanfaat buat kita dan keluarga kita masing-masing.
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ
Semoga kita bersama keluarga kita sampai akhirat dg *Husnul Khotimah*
.آمــــــــــين يا ربّ العالمــــــــين.
Monday, November 21, 2016
Rush Money ataupun Tidak dua2nya ada *Mudorotny*, namun ada Kaidah dlm Ushul Fiqh utk memilih yg lbh *Ringan* mudorotny. Sebagai bahan pertimbangan berikut artikel yg d tulis Oleh Habib Rizieq ttg Industri perbankan 👇🏻
*BANK ZIONIS*
_Oleh : Habib Rizieq Syihab_
Bismillaahi wal Hamdulillaah ...
Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaahil ‘Aliyyil ‘Azhiim ...
Tulisan ini merupakan salah satu Laporan Hasil Kajian Ekonomi Islam dalam *SILATURRAHIM NASIONAL FPI di Pesantren Alam dan Agrokultural MARKAZ SYARIAH di Mega Mendung – Bogor – Jawa Barat pada tanggal 21 – 23 April 2015.*
Tulisan ini tidak ditujukan untuk menanam kebencian kepada kelompok tertentu, melainkan hanya untuk membangkitkan kesadaran umat Islam dalam mengelola dana milik mereka sendiri secara baik dan benar, sehingga tidak dimanfaatkan orang-orang Kafir yang menjadi antek Zionis.
*ZIONIS DAN RIBA*
Kalangan Zionis Yahudi mengharamkan ”Transaksi Riba” antar sesama Yahudi, namun mewajibkannya terhadap selain Yahudi. Zionislah yang pertama menciptakan *”Sistem Perbankan Ribawi”* untuk tujuan penaklukan semua bangsa-bangsa secara ekonomi dan keuangan. Zionis jugalah yang menciptakan IMF dan World Bank sebagai sentral transaksi keuangan Dunia, sekaligus yang mengontrol dan mengendalikan seluruh Bank Riba di atas muka Bumi, sehingga seluruh keuntungan Bank Riba dari berbagai negara akan terus mengalir ke perbendaharaan Zionis Internasional.
Dalam artikel ini akan dipaparkan secara singkat bagaimana *”Permainan Zionis”* dalam Sistem Perbankan Ribawi yang diciptakannya.
MENABUNG
Menabung di ”Celengan” tidak bertambah kalau tidak ditambah, dan tidak berkurang kalau tidak diambil, serta tidak bisa dipakai orang lain tanpa seizin penabung. Sedang menabung di ”Bank Riba” sebaliknya, bisa bertambah walau tidak ditambah, dan bisa berkurang walau tidak diambil, serta bisa dipakai siapa saja tanpa seizin penabung.
Pertanyaannya, yang manakah yang patut disebut ”Menabung” ?
Menabung di Celengan itulah menabung yang sebenarnya, sedang menabung di Bank Riba bukan
menabung dalam arti yang sebenarnya, melainkan merupakan ”Investasi Riba” yang menghasilkan keuntungan dengan nama “Bunga”.
*BERBOHONG*
Karenanya, muncul pertanyaan : Kenapa Bank Riba berbohong ?
Kok Investasi disebut Menabung dan Riba disebut Bunga ?!
Jika Bank Riba jujur, maka ajakannya mesti berbunyi : Ayo berinvestasi dengan Riba !
Motif Kebohongan Bank Riba antara lain :
Agar masyarakat Islam tidak sadar bahwa mereka telah dijerumuskan dalam praktek “Ekonomi-Riba” (Rente).
Agar “Ekonom Riba” dapat menggunakan dana masyarakat Islam untuk membesarkan kelompoknya.
Agar seluruh umat Islam setiap hari mendukung kegiatan dan kemewahan para “Ekonom Riba”.
*IKLAN MAHAL*
Selain itu, ada keganjilan : Kenapa mengajak masyarakat menabung, kok sampai mau bayar Reklame dan beli program acara di Radio dan TV hingga milyaran rupiah ?
Bahkan diberi aneka iming-iming, mulai dari bunga yang tinggi hingga pembagian hadiah langsung yang mahal dan mewah.
Itu karena uang dana masyarakat Islam yang terkumpul ”diribakan” oleh Bank Riba secara berlipat-lipat, sehingga Bank Riba mengais ”keuntungan” secara besar-besaran.
Semakin banyak dana yang terkumpul, maka semakin besar pula Riba yang diraih, sehingga dibutuhkan promosi besar-besaran dengan aneka iming-iming untuk menarik nasabah sebanyak-banyaknya.
*BEBAS PAKAI*
Keganjilan lainnya : Kenapa pula
”Tabungan” orang, kok uangnya dipakai dan dipinjam-pinjamkan ke pihak lain secara ”bebas” oleh Bank Riba ?
Nasabah Bank Riba selaku Kreditur yang menyimpan uang di Bank Riba tidak diberi hak sama sekai untuk menunjuk Debitur yang boleh menggunakan dana simpanannya. Bahkan Bank Riba bisa dengan sesuka hati menyalurkan dana simpanan masyarakat ke pihak mana pun tanpa izin penabung lagi, karena sudah ditetapkan bahwa setiap nasabah telah menyerahkan pengelolaan dana sepenuhnya kepada Bank Riba.
*DANA BANK*
Laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2014 yang diumumkan secara online melalui www.ojk.go.id menunjukkan bahwa dana masyarakat yang ada di Bank Umum sebesar 2.900 Trilyun rupiah.
Dan fakta juga menunjukkan bahwa mayoritas pemilik dana tersebut adalah umat Islam dan mayoritas penikmat dana tersebut adalah Bank Riba. Dan mayoritas saham Bank Riba di Indonesia ada di tangan ”Kafir Asing” dan ”Kafir Aseng” yang merupakan kaki tangan Zionis Yahudi Internasional.
*KERJA BANK*
Umat Islam beramai-ramai menabung uangnya di berbagai Bank Riba milik para Kafir Asing dan Kafir Aseng. Lalu oleh para Kafir Asing dan Kafir Aseng, dana umat Islam yang terkumpul dipinjamkan ke pihak lain dengan asumsi bunga 12 %, dimana yang 10 % untuk penabung dan yang 2 % untuk Bank Riba.
Bunga 10 % untuk penabung sebagai daya tarik untuk menyedot nasabah dan dana simpanan sebanyak-banyaknya. Sedangkan bunga 2 % dialokasikan 1,5 % untuk operasional Bank Riba, mulai dari penyediaan infrastruktur dan gaji pegawai hingga biaya promosi dan aneka hadiah.
Ada pun yang 0,5 % khusus untuk Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng selaku pemilik Bank Riba.
Ingat, si penabung dapat bunga 10 % hanya dari nilai tabungannya saja, sedang Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng dapat 0,5 % dari komulatif jumlah total seluruh tabungan para penabung.
Sebagai illustrasi, misalnya ada sejuta penabung dan tiap penabung menabung 10 (sepuluh) juta rupiah, sehingga total jumlah tabungan 10 (sepuluh) trilyun rupiah, maka setiap penabung hanya dapat bunga 1 (satu) juta rupiah, sedang Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng dapat bunga 200 milyar rupiah dengan rincian 150 milyar rupiah untuk operasional Bank Riba, dan sisanya sebesar 50 milyar rupiah khusus untuk pribadinya.
Jika ada 10 (sepuluh) juta penabung dan tiap penabung menabung 100 (seratus) juta rupiah, sehingga total jumlah tabungan 1000 (seribu) trilyun rupiah, maka setiap penabung hanya dapat bunga 10 (sepuluh) juta rupiah, sedang Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng dapat bunga 2 (dua) trilyun rupiah dengan rincian 1,5 trilyun rupiah untuk operasional Bank Riba, dan sisanya sebesar 0,5 trilyun yaitu 500 (lima ratus) milyar rupiah khusus untuk pribadinya. Begitulah seterusnya.
Jadi jelas, bagaimana dana umat Islam digunakan untuk memperkaya para Kafir Asing dan Kafir Aseng.
*KREDIT BANK*
Kemanakah Bank Riba akan memberikan kredit berbunganya ?
Tentu kepada para pengusaha. Lalu siapakah para pengusaha yang akan mendapat prioritas kredit ? Tentu yang dikehendaki oleh Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng selaku pemilik Bank Riba.
Lalu siapa yang akan dipilih oleh Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng untuk menerima kredit dari Bank Ribanya ?
Misalnya di Indonesia, jika ada tiga calon penerima kredit dari Bank Riba milik Si Kafir Aseng umpamanya, katakanlah Si Kafir Acong dan Si Kafir Johanes serta Si Muslim Abdullah.
Siapakah yang akan dipilih Si Aseng ?
Maka dengan mudah bisa ditebak bahwa Si Aseng akan memprioritaskan Si Acong karena faktor hubungan emosional yang sangat kuat, lalu berikutnya Si Johanes karena ada faktor hubungan emosional lainnya, sedang Si Abdullah akan dinomor-tigakan, itu pun hanya sekedar untuk menutup sikap rasis dan fasis serta menghindarkan tuduhan diskriminatif.
Dengan demikian, bisa jadi Si Acong akan menerima 70 % dari dana kredit Bank Riba yang tersedia, sedang Si Johanes akan menerima 20 %. Ada pun Si Abdullah hanya akan menerima 10 % saja atau mungkin di bawah itu.
Jadi jelas, bagaimana dana umat Islam digunakan untuk memodali dan memajukan usaha Si Kafir Acong.
*CASH AND CREDIT*
Bank Riba milik Si Kafir Aseng memberikan kredit kepada tiga orang Kafir Acong, katakanlah Acong 1 dan Acong 2 serta Acong 3.
Lalu masing-masing mendirikan Pabrik Motor, katakanlah motor merek A, B dan C. Kemudian terjadi persaingan di antara mereka dalam penjualan motor secara ”cash”, maka Si Kafir Aseng pun turun tangan untuk mencegah kredit macet lantaran ada yang kalah dalam persaingan.
Kini, Bank Riba milik Si Kafir Aseng memberikan kredit kepada tiga orang Kafir Acing, katakanlah Acing 1 dan Acing 2 serta Acing 3, untuk usaha Dealer Motor yang memasarkan ketiga merek motor A, B dan C, dari pabrik Acong 1, Acong 2 dan Acong 3, serta menjualnya secara ”kredit”.
Dengan demikian para Acong tidak perlu lagi bersaing dalam pemasaran produknya, sehingga Bank Riba Si Kafir Aseng aman dari kredit macet akibat persaingan.
Disini, para Kafir Acing pemilik Dealer Motor mempersulit umat Islam yang mau membeli motor secara cash, dan mempermudah yang mau membeli secara credit, agar untung mereka makin berlipat-lipat.
Secara halus mereka peras uang masyarakat Islam untuk memperkaya diri mereka.
Jadi jelas, bagaimana dana umat Islam digunakan untuk memajukan Pabrik Motor para Kafir Acong dan menguntungkan Dealer Motor para Kafir Acing, sekaligus mendanai mereka untuk memeras umat Islam dalam memperkaya diri.
*MEDIA*
Selanjutnya, Bank Riba milik Si Kafir Aseng membantu para Kafir Acong dan Kafir Acing untuk memajukan usaha mereka dengan memberikan kredit lagi kepada tiga orang Kafir Along, katakanlah Along 1 dan Along 2 serta Along 3.
Lalu masing-masing Along mendirikan StasiunTelevisi, katakanlah TV X, Y dan Z, untuk mempromosikan produk pabrik para Kafir Acong dan melancarkan pemasaran di dealer para Kafir Acing secara terus menerus, agar mudah menjerat umat Islam dimana pun mereka berada, dari kota hingga ke kampung.
Begitulah cara para Kafir Aseng dan kelompoknya mengeksploitasi dana umat Islam untuk memajukan berbagai usaha mereka, bukan hanya soal pabrik motor dan dealer serta media promosinya, bahkan di hampir semua sektor, termasuk fashion, food and entertainment, hal yang sama juga terjadi.
Pantas para Kafir Aseng dan kelompoknya kaya raya, hingga ibu kota Jakarta saat ini hampir 70 % lahannya hanya dikuasai oleh sembilan Tokoh Kafir Aseng.
Dana umat Islam yang ada dalam 2.900 trilyun di Bank Umum dengan leluasa dikelola dan diatur oleh mereka, sehingga dengan dana tersebut mereka dengan leluasa pula mengatur berbagai kebijakan politik dan ekonomi.
Jadi jelas, yang memajukan dan memperkaya para Kafir Aseng dan para Kafir Acong serta para Kafir Acing mau pun para Kafir Along, adalah *dana umat Islam* yang dieksplorasi dan dieksploitasi oleh Kafir Aseng dan kelompoknya.
*BISNIS MA’SIAT*
Ternyata dana umat Islam di Bank Riba para Kafir Aseng tidak hanya digunakan untuk membiayai para Kafir Acong, Acing dan Along dalam bisnis otomotif atau media mau pun properti dan industri atau yang sejenisnya.
Bahkan disalurkan juga ke para Kafir Aling, katakanlah Aling 1 dan Aling 2 serta Aling 3 untuk ”Bisnis Ma’siat” seperti pendirian Pabrik Miras, Panti Pijat, Diskotik, Night Club, Bar, dan aneka industri ma’siat lainnya.
Astaghfirullaah .. , ternyata dana umat Islam yang ditabung di Bank Riba para Kafir Aseng juga digunakan untuk menumbuh-suburkan aneka bisnis ma’siat di Indonesia.
*SOLUSI*
Sampai kapan umat Islam akan membiarkan dana mereka digunakan untuk memperkaya para Kafir Asing dan Kafir Aseng yang menjadi kaki tangan Zionis, yang juga sekaligus digunakan juga untuk merusak dan menghancurkan umat Islam itu sendiri ?!
Saat ini juga, tidak boleh ditunda lagi, segenap umat Islam di mana saja berada, di Indonesia mau pun negara lainnya, harus segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga dan menyelamatkan dana mereka agar tidak disalah-gunakan lagi oleh musuh-musuh Islam, antara lain :
1. Menarik semua simpanan umat Islam dari semua Bank Riba.
2.Menutup semua rekening umat Islam di Bank Riba.
Umat Islam harus berani memutar uangnya untuk usaha atau investasi, bukan diendapkan dalam simpanan, baik dengan memodali diri sendiri atau memodali secara bersama-sama dengan saudara muslim lainnya, atau pun memodali muslim lain dalam suatu usaha dengan sistem bagi hasil.
Jika harus menyimpan uang atau berinvestasi di Bank, maka simpan dan investasilah di Bank Syariah yang non ribawi.
Jika terpaksa harus ada rekening di Bank Riba, maka hanya boleh digunakan untuk sekedar lalu lintas darurat keuangan, tidak lebih.
Selanjutnya,
PERINGATAN KERAS buat Bank Syariah :
1. Jangan sekali-sekali menjual Label Syariah, padahal sistem perbankannya Tidak Syariah.
2. Jangan sekali-sekali menyalurkan dana umat Islam yang terkumpul di Bank Syariah untuk membiayai para pengusaha dari kalangan Kafir Asing dan Kafir Aseng.
Wallaahul Musta’aan …
*BANK ZIONIS*
_Oleh : Habib Rizieq Syihab_
Bismillaahi wal Hamdulillaah ...
Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaahil ‘Aliyyil ‘Azhiim ...
Tulisan ini merupakan salah satu Laporan Hasil Kajian Ekonomi Islam dalam *SILATURRAHIM NASIONAL FPI di Pesantren Alam dan Agrokultural MARKAZ SYARIAH di Mega Mendung – Bogor – Jawa Barat pada tanggal 21 – 23 April 2015.*
Tulisan ini tidak ditujukan untuk menanam kebencian kepada kelompok tertentu, melainkan hanya untuk membangkitkan kesadaran umat Islam dalam mengelola dana milik mereka sendiri secara baik dan benar, sehingga tidak dimanfaatkan orang-orang Kafir yang menjadi antek Zionis.
*ZIONIS DAN RIBA*
Kalangan Zionis Yahudi mengharamkan ”Transaksi Riba” antar sesama Yahudi, namun mewajibkannya terhadap selain Yahudi. Zionislah yang pertama menciptakan *”Sistem Perbankan Ribawi”* untuk tujuan penaklukan semua bangsa-bangsa secara ekonomi dan keuangan. Zionis jugalah yang menciptakan IMF dan World Bank sebagai sentral transaksi keuangan Dunia, sekaligus yang mengontrol dan mengendalikan seluruh Bank Riba di atas muka Bumi, sehingga seluruh keuntungan Bank Riba dari berbagai negara akan terus mengalir ke perbendaharaan Zionis Internasional.
Dalam artikel ini akan dipaparkan secara singkat bagaimana *”Permainan Zionis”* dalam Sistem Perbankan Ribawi yang diciptakannya.
MENABUNG
Menabung di ”Celengan” tidak bertambah kalau tidak ditambah, dan tidak berkurang kalau tidak diambil, serta tidak bisa dipakai orang lain tanpa seizin penabung. Sedang menabung di ”Bank Riba” sebaliknya, bisa bertambah walau tidak ditambah, dan bisa berkurang walau tidak diambil, serta bisa dipakai siapa saja tanpa seizin penabung.
Pertanyaannya, yang manakah yang patut disebut ”Menabung” ?
Menabung di Celengan itulah menabung yang sebenarnya, sedang menabung di Bank Riba bukan
menabung dalam arti yang sebenarnya, melainkan merupakan ”Investasi Riba” yang menghasilkan keuntungan dengan nama “Bunga”.
*BERBOHONG*
Karenanya, muncul pertanyaan : Kenapa Bank Riba berbohong ?
Kok Investasi disebut Menabung dan Riba disebut Bunga ?!
Jika Bank Riba jujur, maka ajakannya mesti berbunyi : Ayo berinvestasi dengan Riba !
Motif Kebohongan Bank Riba antara lain :
Agar masyarakat Islam tidak sadar bahwa mereka telah dijerumuskan dalam praktek “Ekonomi-Riba” (Rente).
Agar “Ekonom Riba” dapat menggunakan dana masyarakat Islam untuk membesarkan kelompoknya.
Agar seluruh umat Islam setiap hari mendukung kegiatan dan kemewahan para “Ekonom Riba”.
*IKLAN MAHAL*
Selain itu, ada keganjilan : Kenapa mengajak masyarakat menabung, kok sampai mau bayar Reklame dan beli program acara di Radio dan TV hingga milyaran rupiah ?
Bahkan diberi aneka iming-iming, mulai dari bunga yang tinggi hingga pembagian hadiah langsung yang mahal dan mewah.
Itu karena uang dana masyarakat Islam yang terkumpul ”diribakan” oleh Bank Riba secara berlipat-lipat, sehingga Bank Riba mengais ”keuntungan” secara besar-besaran.
Semakin banyak dana yang terkumpul, maka semakin besar pula Riba yang diraih, sehingga dibutuhkan promosi besar-besaran dengan aneka iming-iming untuk menarik nasabah sebanyak-banyaknya.
*BEBAS PAKAI*
Keganjilan lainnya : Kenapa pula
”Tabungan” orang, kok uangnya dipakai dan dipinjam-pinjamkan ke pihak lain secara ”bebas” oleh Bank Riba ?
Nasabah Bank Riba selaku Kreditur yang menyimpan uang di Bank Riba tidak diberi hak sama sekai untuk menunjuk Debitur yang boleh menggunakan dana simpanannya. Bahkan Bank Riba bisa dengan sesuka hati menyalurkan dana simpanan masyarakat ke pihak mana pun tanpa izin penabung lagi, karena sudah ditetapkan bahwa setiap nasabah telah menyerahkan pengelolaan dana sepenuhnya kepada Bank Riba.
*DANA BANK*
Laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2014 yang diumumkan secara online melalui www.ojk.go.id menunjukkan bahwa dana masyarakat yang ada di Bank Umum sebesar 2.900 Trilyun rupiah.
Dan fakta juga menunjukkan bahwa mayoritas pemilik dana tersebut adalah umat Islam dan mayoritas penikmat dana tersebut adalah Bank Riba. Dan mayoritas saham Bank Riba di Indonesia ada di tangan ”Kafir Asing” dan ”Kafir Aseng” yang merupakan kaki tangan Zionis Yahudi Internasional.
*KERJA BANK*
Umat Islam beramai-ramai menabung uangnya di berbagai Bank Riba milik para Kafir Asing dan Kafir Aseng. Lalu oleh para Kafir Asing dan Kafir Aseng, dana umat Islam yang terkumpul dipinjamkan ke pihak lain dengan asumsi bunga 12 %, dimana yang 10 % untuk penabung dan yang 2 % untuk Bank Riba.
Bunga 10 % untuk penabung sebagai daya tarik untuk menyedot nasabah dan dana simpanan sebanyak-banyaknya. Sedangkan bunga 2 % dialokasikan 1,5 % untuk operasional Bank Riba, mulai dari penyediaan infrastruktur dan gaji pegawai hingga biaya promosi dan aneka hadiah.
Ada pun yang 0,5 % khusus untuk Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng selaku pemilik Bank Riba.
Ingat, si penabung dapat bunga 10 % hanya dari nilai tabungannya saja, sedang Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng dapat 0,5 % dari komulatif jumlah total seluruh tabungan para penabung.
Sebagai illustrasi, misalnya ada sejuta penabung dan tiap penabung menabung 10 (sepuluh) juta rupiah, sehingga total jumlah tabungan 10 (sepuluh) trilyun rupiah, maka setiap penabung hanya dapat bunga 1 (satu) juta rupiah, sedang Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng dapat bunga 200 milyar rupiah dengan rincian 150 milyar rupiah untuk operasional Bank Riba, dan sisanya sebesar 50 milyar rupiah khusus untuk pribadinya.
Jika ada 10 (sepuluh) juta penabung dan tiap penabung menabung 100 (seratus) juta rupiah, sehingga total jumlah tabungan 1000 (seribu) trilyun rupiah, maka setiap penabung hanya dapat bunga 10 (sepuluh) juta rupiah, sedang Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng dapat bunga 2 (dua) trilyun rupiah dengan rincian 1,5 trilyun rupiah untuk operasional Bank Riba, dan sisanya sebesar 0,5 trilyun yaitu 500 (lima ratus) milyar rupiah khusus untuk pribadinya. Begitulah seterusnya.
Jadi jelas, bagaimana dana umat Islam digunakan untuk memperkaya para Kafir Asing dan Kafir Aseng.
*KREDIT BANK*
Kemanakah Bank Riba akan memberikan kredit berbunganya ?
Tentu kepada para pengusaha. Lalu siapakah para pengusaha yang akan mendapat prioritas kredit ? Tentu yang dikehendaki oleh Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng selaku pemilik Bank Riba.
Lalu siapa yang akan dipilih oleh Si Kafir Asing dan Si Kafir Aseng untuk menerima kredit dari Bank Ribanya ?
Misalnya di Indonesia, jika ada tiga calon penerima kredit dari Bank Riba milik Si Kafir Aseng umpamanya, katakanlah Si Kafir Acong dan Si Kafir Johanes serta Si Muslim Abdullah.
Siapakah yang akan dipilih Si Aseng ?
Maka dengan mudah bisa ditebak bahwa Si Aseng akan memprioritaskan Si Acong karena faktor hubungan emosional yang sangat kuat, lalu berikutnya Si Johanes karena ada faktor hubungan emosional lainnya, sedang Si Abdullah akan dinomor-tigakan, itu pun hanya sekedar untuk menutup sikap rasis dan fasis serta menghindarkan tuduhan diskriminatif.
Dengan demikian, bisa jadi Si Acong akan menerima 70 % dari dana kredit Bank Riba yang tersedia, sedang Si Johanes akan menerima 20 %. Ada pun Si Abdullah hanya akan menerima 10 % saja atau mungkin di bawah itu.
Jadi jelas, bagaimana dana umat Islam digunakan untuk memodali dan memajukan usaha Si Kafir Acong.
*CASH AND CREDIT*
Bank Riba milik Si Kafir Aseng memberikan kredit kepada tiga orang Kafir Acong, katakanlah Acong 1 dan Acong 2 serta Acong 3.
Lalu masing-masing mendirikan Pabrik Motor, katakanlah motor merek A, B dan C. Kemudian terjadi persaingan di antara mereka dalam penjualan motor secara ”cash”, maka Si Kafir Aseng pun turun tangan untuk mencegah kredit macet lantaran ada yang kalah dalam persaingan.
Kini, Bank Riba milik Si Kafir Aseng memberikan kredit kepada tiga orang Kafir Acing, katakanlah Acing 1 dan Acing 2 serta Acing 3, untuk usaha Dealer Motor yang memasarkan ketiga merek motor A, B dan C, dari pabrik Acong 1, Acong 2 dan Acong 3, serta menjualnya secara ”kredit”.
Dengan demikian para Acong tidak perlu lagi bersaing dalam pemasaran produknya, sehingga Bank Riba Si Kafir Aseng aman dari kredit macet akibat persaingan.
Disini, para Kafir Acing pemilik Dealer Motor mempersulit umat Islam yang mau membeli motor secara cash, dan mempermudah yang mau membeli secara credit, agar untung mereka makin berlipat-lipat.
Secara halus mereka peras uang masyarakat Islam untuk memperkaya diri mereka.
Jadi jelas, bagaimana dana umat Islam digunakan untuk memajukan Pabrik Motor para Kafir Acong dan menguntungkan Dealer Motor para Kafir Acing, sekaligus mendanai mereka untuk memeras umat Islam dalam memperkaya diri.
*MEDIA*
Selanjutnya, Bank Riba milik Si Kafir Aseng membantu para Kafir Acong dan Kafir Acing untuk memajukan usaha mereka dengan memberikan kredit lagi kepada tiga orang Kafir Along, katakanlah Along 1 dan Along 2 serta Along 3.
Lalu masing-masing Along mendirikan StasiunTelevisi, katakanlah TV X, Y dan Z, untuk mempromosikan produk pabrik para Kafir Acong dan melancarkan pemasaran di dealer para Kafir Acing secara terus menerus, agar mudah menjerat umat Islam dimana pun mereka berada, dari kota hingga ke kampung.
Begitulah cara para Kafir Aseng dan kelompoknya mengeksploitasi dana umat Islam untuk memajukan berbagai usaha mereka, bukan hanya soal pabrik motor dan dealer serta media promosinya, bahkan di hampir semua sektor, termasuk fashion, food and entertainment, hal yang sama juga terjadi.
Pantas para Kafir Aseng dan kelompoknya kaya raya, hingga ibu kota Jakarta saat ini hampir 70 % lahannya hanya dikuasai oleh sembilan Tokoh Kafir Aseng.
Dana umat Islam yang ada dalam 2.900 trilyun di Bank Umum dengan leluasa dikelola dan diatur oleh mereka, sehingga dengan dana tersebut mereka dengan leluasa pula mengatur berbagai kebijakan politik dan ekonomi.
Jadi jelas, yang memajukan dan memperkaya para Kafir Aseng dan para Kafir Acong serta para Kafir Acing mau pun para Kafir Along, adalah *dana umat Islam* yang dieksplorasi dan dieksploitasi oleh Kafir Aseng dan kelompoknya.
*BISNIS MA’SIAT*
Ternyata dana umat Islam di Bank Riba para Kafir Aseng tidak hanya digunakan untuk membiayai para Kafir Acong, Acing dan Along dalam bisnis otomotif atau media mau pun properti dan industri atau yang sejenisnya.
Bahkan disalurkan juga ke para Kafir Aling, katakanlah Aling 1 dan Aling 2 serta Aling 3 untuk ”Bisnis Ma’siat” seperti pendirian Pabrik Miras, Panti Pijat, Diskotik, Night Club, Bar, dan aneka industri ma’siat lainnya.
Astaghfirullaah .. , ternyata dana umat Islam yang ditabung di Bank Riba para Kafir Aseng juga digunakan untuk menumbuh-suburkan aneka bisnis ma’siat di Indonesia.
*SOLUSI*
Sampai kapan umat Islam akan membiarkan dana mereka digunakan untuk memperkaya para Kafir Asing dan Kafir Aseng yang menjadi kaki tangan Zionis, yang juga sekaligus digunakan juga untuk merusak dan menghancurkan umat Islam itu sendiri ?!
Saat ini juga, tidak boleh ditunda lagi, segenap umat Islam di mana saja berada, di Indonesia mau pun negara lainnya, harus segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga dan menyelamatkan dana mereka agar tidak disalah-gunakan lagi oleh musuh-musuh Islam, antara lain :
1. Menarik semua simpanan umat Islam dari semua Bank Riba.
2.Menutup semua rekening umat Islam di Bank Riba.
Umat Islam harus berani memutar uangnya untuk usaha atau investasi, bukan diendapkan dalam simpanan, baik dengan memodali diri sendiri atau memodali secara bersama-sama dengan saudara muslim lainnya, atau pun memodali muslim lain dalam suatu usaha dengan sistem bagi hasil.
Jika harus menyimpan uang atau berinvestasi di Bank, maka simpan dan investasilah di Bank Syariah yang non ribawi.
Jika terpaksa harus ada rekening di Bank Riba, maka hanya boleh digunakan untuk sekedar lalu lintas darurat keuangan, tidak lebih.
Selanjutnya,
PERINGATAN KERAS buat Bank Syariah :
1. Jangan sekali-sekali menjual Label Syariah, padahal sistem perbankannya Tidak Syariah.
2. Jangan sekali-sekali menyalurkan dana umat Islam yang terkumpul di Bank Syariah untuk membiayai para pengusaha dari kalangan Kafir Asing dan Kafir Aseng.
Wallaahul Musta’aan …
Sudah mencoba rasanya enak dan sukses ..
Buntil Daun Pepaya dan Daun Singkong
Buntil Daun Pepaya dan Daun Singkong
Resep hasil modifikasi sendiri
Resep by just n taste
Untuk sekitar 14 buah buntil
Bahan buntil:
Untuk sekitar 14 buah buntil
Bahan buntil:
- 2 ikat daun pepaya, sekitar 20 - 30 lembar ukuran daun kecil
- 2 ikat daun singkong, sekitar 50 lembar
- 2 ikat daun singkong, sekitar 50 lembar
- 500 ml santan kental dari 200 ml santan instan ditambah 300 ml air
- 700 ml air
Bahan isi buntil
- 700 ml air
Bahan isi buntil
- 1 butir kelapa yang sangat muda diparut
- 2 genggam atau 100 gram biji muda petai china/mlandhing
- 60 gram teri jengki
- 2 genggam atau 100 gram biji muda petai china/mlandhing
- 60 gram teri jengki
Bumbu isi buntil dihaluskan:
- 2 ruas jari kencur
- 5 buah cabai merah keriting
- 3 buah cabai rawit
- 3 buah cabai rawit
- 4 siung bawang putih
- 1 sendok teh terasi bakar
- 3 lembar daun jeruk purut
- 2 sendok teh garam
- 2 sendok makan gula Jawa, sisir halus
- 2 sendok makan air asam Jawa
Semua bahan dihaluskan campur dg kelapa ...
Bumbu kuah buntil, dihaluskan:
- 2 sendok makan air asam Jawa
Semua bahan dihaluskan campur dg kelapa ...
Bumbu kuah buntil, dihaluskan:
- 5 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit
- 5 buah cabai rawit
- 4 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 1 ruas jari kunyit
- 1 ruas jari jahe
- 2 batang serai ambil bagian putihnya saja
- 2 batang serai ambil bagian putihnya saja
- 5 butir kemiri sangrai
- 1/2 sendok makan ketumbar sangrai
- 1/4 sendok teh jintan bubuk
Semua bahan dihaluskan tumis sampai Wangi
Kasih santan dan bahan2 kering👇 ...
Bumbu kuah lainnya:
- 1/4 sendok teh jintan bubuk
Semua bahan dihaluskan tumis sampai Wangi
Kasih santan dan bahan2 kering👇 ...
Bumbu kuah lainnya:
- 3 lembar daun salam
- 2 ruas jari lengkuas, memarkan
- 5 lembar daun jeruk purut
- 3 sendok makan gula Jawa sisir
- 10 - 15 buah cabai rawit merah/hijau biarkan utuh
- kaldu bubuk instan (optional)
Bahan lainnya:
- 2 ruas jari lengkuas, memarkan
- 5 lembar daun jeruk purut
- 3 sendok makan gula Jawa sisir
- 10 - 15 buah cabai rawit merah/hijau biarkan utuh
- kaldu bubuk instan (optional)
Bahan lainnya:
- tali untuk mengikat buntil
Di kukus dulu daunnya agar layu terus di bungkus dan diikat lalu di kukus _+ 30-45 menit
Cara membuat:
Siapkan daun pepaya dan daun singkong, gunakan daun yang muda, tandanya daun terasa lemas (tidak kaku) kala diremas. Petik daun dan lepaskan dari batang-batangnya. Cuci hingga bersih.
Siapkan panci berisi air mendidih, rebus semua daun hingga layu. Aduk-aduk selama proses perebusan. Perebusan bertujuan untuk membuat daun menjadi layu dan lemas kala dipergunakan untuk membungkus bukan untuk membuatnya menjadi matang dan empuk. Rebus sekitar 5 menit, angkat dan tiriskan. Siram dengan air dingin, peras dan sisihkan.
Membuat bahan isi dan membungkus buntil
Siapkan mangkuk, masukkan semua bahan isi. Aduk rata dengan jemari tangan, sedikit remas dan cicipi rasanya. Sesuaikan gula dan garam. Sisihkan.
Siapkan daun singkong dan pepaya rebus. Letakkan terlebih dahulu lembaran daun pepaya yang lebih lebar di permukaan meja dapur. Jika daun pepaya anda kecil ukurannya maka gunakan dua atau tiga lembar daun. Tata daun melebar, buka lipatan dan gumpalannya. Tumpukkan beberapa lembar daun singkong di atas permukaan daun pepaya, letakkan daun singkong menutupi lubang-lubang di daun pepaya sehingga semua celah menjadi tertutup.
Kepalkan bahan isi hingga berbentuk bola, ukurannya tergantung dari besarnya buntil yang akan anda buat. Jika daun kecil dan kurang lebar maka sebaiknya jangan beri isi terlalu banyak karena akan sulit dibungkus. Letakan bola isi agak di sisi sebelah atas permukaan daun.
Lipat daun bagian atas sehingga menutupi isi buntil, lipat daun disisi kiri dan kanan seperti amplop. Rapikan dan padatkan kemudian gulung daun sambil ditekan rapat supaya gulungan menjadi padat.
Ikat gulungan daun dengan seuntai tali. Anda bisa menggunakan tali kasur atau tali lainnya, saya sendiri menggunakan tali dari batang pohon lengkuas yang liat dan berserat. Gunting kelebihan tali supaya buntil rapi.
Tata buntil di sebuah panci yang cukup besar untuk menampung semua bungkusan daun. Sisihkan.
Membuat kuah santan dan memasak buntil
Siapkan wajan, beri dua sendok makan minyak dan panaskan. Tumis bumbu halus untuk kuah hingga harum dan matang, tandanya warnanya berubah menjadi lebih tua. Masukkan bumbu kuah lainnya, aduk dan tumis hingga daun rempah layu dan harum.
Masukkan santan, aduk rata. Matikan kompor. Tuangkan santan berkuah ke panci berisikan bungkusan buntil, masak dengan api kecil hingga santan mendidih. Cicipi rasa buntil sesuaikan garam dan gula. Jangan membuatnya terlalu asin, karena buntil akan dimasak hingga kuah menyusut yang artinya buntil akan menjadi lebih asin saat kuah hampir habis.
Tutup panci dan masak dengan api kecil, hingga air hampir habis dan daun menjadi empuk. Angkat dan sajikan bersama nasi hangat. Yummy!
Cara membuat:
Siapkan daun pepaya dan daun singkong, gunakan daun yang muda, tandanya daun terasa lemas (tidak kaku) kala diremas. Petik daun dan lepaskan dari batang-batangnya. Cuci hingga bersih.
Siapkan panci berisi air mendidih, rebus semua daun hingga layu. Aduk-aduk selama proses perebusan. Perebusan bertujuan untuk membuat daun menjadi layu dan lemas kala dipergunakan untuk membungkus bukan untuk membuatnya menjadi matang dan empuk. Rebus sekitar 5 menit, angkat dan tiriskan. Siram dengan air dingin, peras dan sisihkan.
Membuat bahan isi dan membungkus buntil
Siapkan mangkuk, masukkan semua bahan isi. Aduk rata dengan jemari tangan, sedikit remas dan cicipi rasanya. Sesuaikan gula dan garam. Sisihkan.
Siapkan daun singkong dan pepaya rebus. Letakkan terlebih dahulu lembaran daun pepaya yang lebih lebar di permukaan meja dapur. Jika daun pepaya anda kecil ukurannya maka gunakan dua atau tiga lembar daun. Tata daun melebar, buka lipatan dan gumpalannya. Tumpukkan beberapa lembar daun singkong di atas permukaan daun pepaya, letakkan daun singkong menutupi lubang-lubang di daun pepaya sehingga semua celah menjadi tertutup.
Kepalkan bahan isi hingga berbentuk bola, ukurannya tergantung dari besarnya buntil yang akan anda buat. Jika daun kecil dan kurang lebar maka sebaiknya jangan beri isi terlalu banyak karena akan sulit dibungkus. Letakan bola isi agak di sisi sebelah atas permukaan daun.
Lipat daun bagian atas sehingga menutupi isi buntil, lipat daun disisi kiri dan kanan seperti amplop. Rapikan dan padatkan kemudian gulung daun sambil ditekan rapat supaya gulungan menjadi padat.
Ikat gulungan daun dengan seuntai tali. Anda bisa menggunakan tali kasur atau tali lainnya, saya sendiri menggunakan tali dari batang pohon lengkuas yang liat dan berserat. Gunting kelebihan tali supaya buntil rapi.
Tata buntil di sebuah panci yang cukup besar untuk menampung semua bungkusan daun. Sisihkan.
Membuat kuah santan dan memasak buntil
Siapkan wajan, beri dua sendok makan minyak dan panaskan. Tumis bumbu halus untuk kuah hingga harum dan matang, tandanya warnanya berubah menjadi lebih tua. Masukkan bumbu kuah lainnya, aduk dan tumis hingga daun rempah layu dan harum.
Masukkan santan, aduk rata. Matikan kompor. Tuangkan santan berkuah ke panci berisikan bungkusan buntil, masak dengan api kecil hingga santan mendidih. Cicipi rasa buntil sesuaikan garam dan gula. Jangan membuatnya terlalu asin, karena buntil akan dimasak hingga kuah menyusut yang artinya buntil akan menjadi lebih asin saat kuah hampir habis.
Tutup panci dan masak dengan api kecil, hingga air hampir habis dan daun menjadi empuk. Angkat dan sajikan bersama nasi hangat. Yummy!
Thursday, November 10, 2016
Ingin Bahagia ???? ..
Kembali kepada Alquran dan Assunnah
Bismillahirrohmanirohiim....
ini hanya pendapatku yg berusaha mengambil faedah utk tetap percaya bahwa Allah yg Maha Besar seperti yg di katakan Aa Gym bahwa utk mengumpulkan manusia sebanyak itu tidak kah mungkin jika bukan Allah yg menggerakkannya ...Allahu Akbar ...
ketika Kita selalu mengandalkan manusia2 hebat sekalipun atau mengidolakan pasti Kita akan kecewa ...
Ketika Kita hanya berangan2 , ketika Kita tidak mau belajar Alquran karena sibuk atau malu, ketika Kita marah kepada masalah /ujian yg berikan kepada Kita , ketika Kita merasa paling hebat , ketika Kita merasa paling hina ....dll
Ternyata dibalik semua itu ada kebaikan yg banyak karena rencana Allah yg terbaik buat Kita agar Kita merasa orang yg butuh kepada Allah dan selalu mendekat kepada-Nya ...
Tidak ada yg kebetulan semua itu sudah ditaqdirkan Allah
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَافِي السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {70}
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” (QS. Al Hajj:70).
Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”
Sehingga ada taqdir mutlak yg tidak bisa berubah dan ada taqdir yg bisa berubah lewat doa2 dan ikhtiar Kita .....
Himbauan kpd diriku, keluargaku dan semua sahabat2 ku utk rajin2 membuka mushaf, baca terjemahannya hadir ke tempat2 majlis Quran , agar Kita banyak mendapatkan kenikmatan2 hidup di dunia dan di akherat .
Jangan malu utk belajar Alquran bagi yg masih belum bisa jangan malu dan lalai segera cari guru utk belajar tahsin dan tajwid ....karena akhlak Rasulullah adalah Alquran ..... Alquran adalah kitab suci yg mampu membangkitkan semangat dalam segala hal, mencerahkan wajah dan menguatkan badan serta melembutkan hati ..
“Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah: 257)
Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Israa’: 82)
Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-30)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman maukah Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari siksaan yang sangat pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kalian pun berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah kemenangan yang sangat besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan mendapatkan surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil membunuh (musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang kalian terikat dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)
Belajar Alquran juga merupakan jihad yaitu jihad melawan hawa nafsu dan jihad dalam rangka berilmu .
Bacalah al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa’at bagi penganutnya.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [804])
Wallahu a’lam bish showab. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Mohon maaf bukan menggurui 🙏🙏🙏😊😊😊
Kembali kepada Alquran dan Assunnah
Bismillahirrohmanirohiim....
ini hanya pendapatku yg berusaha mengambil faedah utk tetap percaya bahwa Allah yg Maha Besar seperti yg di katakan Aa Gym bahwa utk mengumpulkan manusia sebanyak itu tidak kah mungkin jika bukan Allah yg menggerakkannya ...Allahu Akbar ...
ketika Kita selalu mengandalkan manusia2 hebat sekalipun atau mengidolakan pasti Kita akan kecewa ...
Ketika Kita hanya berangan2 , ketika Kita tidak mau belajar Alquran karena sibuk atau malu, ketika Kita marah kepada masalah /ujian yg berikan kepada Kita , ketika Kita merasa paling hebat , ketika Kita merasa paling hina ....dll
Ternyata dibalik semua itu ada kebaikan yg banyak karena rencana Allah yg terbaik buat Kita agar Kita merasa orang yg butuh kepada Allah dan selalu mendekat kepada-Nya ...
Tidak ada yg kebetulan semua itu sudah ditaqdirkan Allah
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَافِي السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {70}
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” (QS. Al Hajj:70).
Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”
Sehingga ada taqdir mutlak yg tidak bisa berubah dan ada taqdir yg bisa berubah lewat doa2 dan ikhtiar Kita .....
Himbauan kpd diriku, keluargaku dan semua sahabat2 ku utk rajin2 membuka mushaf, baca terjemahannya hadir ke tempat2 majlis Quran , agar Kita banyak mendapatkan kenikmatan2 hidup di dunia dan di akherat .
Jangan malu utk belajar Alquran bagi yg masih belum bisa jangan malu dan lalai segera cari guru utk belajar tahsin dan tajwid ....karena akhlak Rasulullah adalah Alquran ..... Alquran adalah kitab suci yg mampu membangkitkan semangat dalam segala hal, mencerahkan wajah dan menguatkan badan serta melembutkan hati ..
“Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah: 257)
Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu gerbang hidayah bagi kaum yang beriman. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Israa’: 82)
Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk mereka dan Allah tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.” (QS. Fathir: 29-30)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman maukah Aku tunjukkan kepada kalian suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kalian dari siksaan yang sangat pedih. Yaitu kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kalian pun berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Maka niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga-surga ‘and. Itulah kemenangan yang sangat besar. Dan juga balasan lain yang kalian cintai berupa pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. ash-Shaff: 10-13)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan mendapatkan surga. Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil membunuh (musuh) atau justru dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan di dalam Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain daripada Allah, maka bergembiralah dengan perjanjian jual-beli yang kalian terikat dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 111)
Belajar Alquran juga merupakan jihad yaitu jihad melawan hawa nafsu dan jihad dalam rangka berilmu .
Bacalah al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa’at bagi penganutnya.” (HR. Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [804])
Wallahu a’lam bish showab. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Mohon maaf bukan menggurui 🙏🙏🙏😊😊😊
Monday, November 7, 2016
Tahapan dalam menuntut Ilmu
    
Fadhilatus Syaikh Zaid bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah ditanya pertanyaan berikut:
“Bagaimana metode yang benar dalam belajar agama secara bertahap? Dan bagaimana metode yang benar dalam belajar ilmu aqidah, tafsir, fiqih dan hadits. Dari mana kita memulainya?”
Beliau lalu menjawab:
Pertanyaan ini menunjukkan bahwa penanya sedang mencari metode yang benar untuk mendapatkan ilmu agama. Namun yang benar, pertama-tama, seorang penuntut ilmu hendaknya mencari dulu guru yang menguasai ilmu syar’i yang berjalan di atas manhaj salafus shalih. Karena memilih guru dan memilih kitab yang tepat adalah metode yang benar untuk menuntut ilmu syar’i.
Memilih mata pelajaran dalam ilmu syar’i baik aqidah, tafsir, hadits, fiqih, ilmu bahasa, sirah, semuanya ini tidak diragukan lagi butuh tahapan dan butuh pula kebijaksanaan dalam berpindah dari satu tahapan ke tahapan yang lain atau dari satu kitab ke kitab yang lain.
Ketika belajar aqidah dan ingin melalui tahapan yang benar, maka seorang penuntut ilmu hendaknya memulai dengan belajar kitab Al Ushul Ats Tsalatsah milik Imam Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab (wafat 1206 H) rahimahullah. Dalam kitab ini terdapat ilmu yang melimpah dalam permasalahan aqidah yang tidak akan membuat penuntut ilmu menyimpang dari manhaj salafus shalih dalam memahami agama.
Setelah itu lanjutkan mempelajari Al Qawaid Al Arba’, Kasyfus Syubhatdan Risalah Ushulil Iman. Tulisan-tulisan ini merupakan panduan dalam bidang aqidah dan merupakan pelajaran pokok dalam mempelajari ilmu-ilmu syariah yang lain. Ketika seseorang telah mempelajari kitab-kitab ini, ia akan memiliki akidah yang benar dan berjalan di atas manhaj salafiy, serta mendapatkan pencerahan darinya. Kemudian setelah mempelajari kitab-kitab ini, hendaknya berpindah ke tahapan yang lebih tinggi semisal Kitab At Tauhid, lalu setelah menyelesaikan kitab ini berpindah lagi ke kitab Al Aqidah Al Washithiyyah milik Imam Mujaddin Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat 728H) rahimahullah. Lalu melanjutkan ke kitab Al Hamawiyyah dan At Tadmuriyyah lalu Al Aqidah Ath Thahawiyyah.
Setelah itu, dapat melanjutkan membaca kitab-kitab Sunan yang berkaitan dengan pembahasan sunnah dan tahdzir terhadap bid’ah. Yang terkenal diantaranya Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah milik Al Laalikaa-i (wafat 418H), Kitab As Sunnah milik Al Khallal (wafat 311H), Kitab As Sunnah milik Abdullah bin Ahmad bin Hambal (wafat 290H), Al Ibanahmilik Ibnu Bathah Al’Akbari (wafat 387H), dan Kitab At Tauhid milik Ibnu Khuzaimah (wafat 311H) dan kitab-kitab lain yang termasuk dalam bidang ini.
Adapun yang berkaitan dengan ilmu tafsir, yang aku pilih untuk para penuntut ilmu adalah kitab Tafsir Ibni Katsir (774H) rahimahullah, danKitab Tafsir As Sa’di (1376H) rahimahullah. Lebih khusus lagi, aku menyarankan Mukhtashar Tafsir Ibni Katsir milik Muhammad Nasib Ar Rafi’i karena -sepengetahuan kami- beliau telah meringkas Tafsir Ibni Katsir hingga sejalan dengan manhaj salaf. Jika mampu menyelesaikan kitab-kitab tadi, maka pelajarilah Tafsir Al Baghawi (516H) juga kitab-kitab tafsir selain yang disebutkan yang bila seorang penuntut ilmu membacanya lalu menelaahnya ia bisa menyadari jika menemukan ta’wil-ta’wil yang tercela, semisal kitab Tafsir Al Qurthubi (wafat 671H). Dan dapat juga mempelajari kitab tafsir lainnya seperti Tafsir Ibnul Jauzi(wafat 597H), dan Tafsir Asy Syaukani (wafat 1250H).
Namun dengan catatan, dalam sebagian kitab-kitab tafsir yang bagus dan mengandung limpahan ilmu tersebut, penulisnya –rahimahullah ‘alaihim– terkadang men-ta’wil ayat-ayat tentang sifat Allah. Tapi sedikit sekali ta’wil yang disepakati oleh mereka yang men-ta’wil nash Qur’an dan Sunnah dengan ta’wilan yang tercela. Penyebab terjadinya hal tersebut, -sepengatahuan kami- ada tiga:
Pengaruh lingkungan tempat sang mufassir hidupPengaruh guru tempat sang mufassir menuntut ilmuPengaruh telaah kitab-kitab. Sebagian mufassir menelaah kitab-kitab yang memuat berbagai pemikiran manusia, lalu ia terpengaruh
Sedangkan dalam ilmu hadits, seorang penuntut ilmu hendaknya memulai dari Al Arba’in An Nawawiyah untuk dihafal dan dipahami, juga membaca penjelasan yang terkandung di dalamnya. Lalu hendaknya secara bertahap mempelajari Umdatul Ahkam kemudian Bulughul Maram, juga dengan syarah-nya. Kemudian, setelah itu barulah ia mampu untuk mempelajari Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) dan Kutubus Sittah. Akal dan keilmuan manusia itu senantiasa berkembang sejalan dengan kelurusan niatnya serta keberlanjutannya dalam menuntut ilmu tanpa terputus.
Begitu juga dalam ilmu fiqih. Andai seorang penuntut ilmu sekedar membaca hadits-hadits saja ia akan mendapat banyak pemahaman dari apa yang ia baca. Namun hendaknya mereka juga mempelajari kitab-kitab fiqih seperti Umdatul Fiqhi yang merinci permasalahan-permasalahan furu’ atau juga kitab Zaadul Mustaqni. Allah telah memuliakan umat ini dengan adanya banyak kitab syarah dari Zaadul Mustaqni, baik dari ulama terdahulu maupun ulama di masa ini. Di antara syarah yang mudah dipelajari adalah yang ditulis oleh ulama masa ini, Syaikh Al Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, dalam kitab As Syarh Al Mumthi’. Kitab ini memang benar-benar memuaskan (mumthi’) karena di dalamnya terdapat bahasan-bahasan yang bermanfaat dan penjelasan-penjelasan yang langka. Semoga Allah memberikan ganjaran kepada beliau, menjadikan manfaat yang besar dari ilmu beliau, dan menambah keutamaan beliau.
Sedangkan dalam Sirah Nabawiyyah, mulailah dengan mempelajariMukhtashar Sirah Nabawiyyah karya Imam Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Kemudian setelah itu mempelajari Sirah Nabawiyyah miliki Ibnu Hisyam (wafat 183H). Dan di zaman ini,walhamdulillah, kitab-kitab sirah sudah banyak yang diringkas.
Namun juga, semua ilmu ini dalam mempelajarinya membutuhkan ilmu-ilmu alat seperti ilmu ushul fiqih, qawa’id, musthalah, serta butuh perhatian terhadap ilmu bahasa arab dan qawaidul fiqhiyyah. Sehingga barulah seseorang memiliki kemampuan untuk mengambil ilmu dari dalil-dalil Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman yang benar.
Semua ini, tidak cukup hanya dengan membaca kitab secara otodidak, bahkan jika perlu seseorang menempuh perjalanan untuk mencari guru ke daerah lain jika memang di daerahnya tidak ada, sebagaimana yang dilakukan para salafus shalih dalam menuntut ilmu. Ini jika memang mampu untuk menempuh perjalanan tersebut. Jika tidak mampu menempuh perjalanan tersebut, maka bacalah kitab-kitab lalu kumpulkan hal-hal yang membingungkanmu, kemudian tempuhlah sekedar perjalanan pendek (untuk menanyakanya kepada ulama, pent). Apalagi di zaman ini berhubungan dengan ulama melalui telepon telah mencukupi kebutuhan tersebut tanpa harus bersusah payah.Walhamdulillah.
Wallahu’alam.
Sumber: http://www.ajurry.com/taseel.htm
Catatan:
Urutan dan jenis kitab dalam menuntut ilmu sebagaimana yang disebutkan di atas bukanlah suatu yang saklek harus demikian. Setiap orang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang berbeda-beda sehingga sangat mungkin berbeda pula tahapan belajarnya. Dan akan sangat mungkin berbeda jawabannya jika ditanyakan kepada ulama yang lain. Namun yang pasti, seorang penuntut ilmu hendaknya belajar kepada seorang guru yang mapan ilmunya, sehingga sang guru dapat mengarahkan tahapan belajar yang cocok baginya.
—
Penyusun: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
    
Fadhilatus Syaikh Zaid bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah ditanya pertanyaan berikut:
“Bagaimana metode yang benar dalam belajar agama secara bertahap? Dan bagaimana metode yang benar dalam belajar ilmu aqidah, tafsir, fiqih dan hadits. Dari mana kita memulainya?”
Beliau lalu menjawab:
Pertanyaan ini menunjukkan bahwa penanya sedang mencari metode yang benar untuk mendapatkan ilmu agama. Namun yang benar, pertama-tama, seorang penuntut ilmu hendaknya mencari dulu guru yang menguasai ilmu syar’i yang berjalan di atas manhaj salafus shalih. Karena memilih guru dan memilih kitab yang tepat adalah metode yang benar untuk menuntut ilmu syar’i.
Memilih mata pelajaran dalam ilmu syar’i baik aqidah, tafsir, hadits, fiqih, ilmu bahasa, sirah, semuanya ini tidak diragukan lagi butuh tahapan dan butuh pula kebijaksanaan dalam berpindah dari satu tahapan ke tahapan yang lain atau dari satu kitab ke kitab yang lain.
Ketika belajar aqidah dan ingin melalui tahapan yang benar, maka seorang penuntut ilmu hendaknya memulai dengan belajar kitab Al Ushul Ats Tsalatsah milik Imam Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab (wafat 1206 H) rahimahullah. Dalam kitab ini terdapat ilmu yang melimpah dalam permasalahan aqidah yang tidak akan membuat penuntut ilmu menyimpang dari manhaj salafus shalih dalam memahami agama.
Setelah itu lanjutkan mempelajari Al Qawaid Al Arba’, Kasyfus Syubhatdan Risalah Ushulil Iman. Tulisan-tulisan ini merupakan panduan dalam bidang aqidah dan merupakan pelajaran pokok dalam mempelajari ilmu-ilmu syariah yang lain. Ketika seseorang telah mempelajari kitab-kitab ini, ia akan memiliki akidah yang benar dan berjalan di atas manhaj salafiy, serta mendapatkan pencerahan darinya. Kemudian setelah mempelajari kitab-kitab ini, hendaknya berpindah ke tahapan yang lebih tinggi semisal Kitab At Tauhid, lalu setelah menyelesaikan kitab ini berpindah lagi ke kitab Al Aqidah Al Washithiyyah milik Imam Mujaddin Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat 728H) rahimahullah. Lalu melanjutkan ke kitab Al Hamawiyyah dan At Tadmuriyyah lalu Al Aqidah Ath Thahawiyyah.
Setelah itu, dapat melanjutkan membaca kitab-kitab Sunan yang berkaitan dengan pembahasan sunnah dan tahdzir terhadap bid’ah. Yang terkenal diantaranya Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah milik Al Laalikaa-i (wafat 418H), Kitab As Sunnah milik Al Khallal (wafat 311H), Kitab As Sunnah milik Abdullah bin Ahmad bin Hambal (wafat 290H), Al Ibanahmilik Ibnu Bathah Al’Akbari (wafat 387H), dan Kitab At Tauhid milik Ibnu Khuzaimah (wafat 311H) dan kitab-kitab lain yang termasuk dalam bidang ini.
Adapun yang berkaitan dengan ilmu tafsir, yang aku pilih untuk para penuntut ilmu adalah kitab Tafsir Ibni Katsir (774H) rahimahullah, danKitab Tafsir As Sa’di (1376H) rahimahullah. Lebih khusus lagi, aku menyarankan Mukhtashar Tafsir Ibni Katsir milik Muhammad Nasib Ar Rafi’i karena -sepengetahuan kami- beliau telah meringkas Tafsir Ibni Katsir hingga sejalan dengan manhaj salaf. Jika mampu menyelesaikan kitab-kitab tadi, maka pelajarilah Tafsir Al Baghawi (516H) juga kitab-kitab tafsir selain yang disebutkan yang bila seorang penuntut ilmu membacanya lalu menelaahnya ia bisa menyadari jika menemukan ta’wil-ta’wil yang tercela, semisal kitab Tafsir Al Qurthubi (wafat 671H). Dan dapat juga mempelajari kitab tafsir lainnya seperti Tafsir Ibnul Jauzi(wafat 597H), dan Tafsir Asy Syaukani (wafat 1250H).
Namun dengan catatan, dalam sebagian kitab-kitab tafsir yang bagus dan mengandung limpahan ilmu tersebut, penulisnya –rahimahullah ‘alaihim– terkadang men-ta’wil ayat-ayat tentang sifat Allah. Tapi sedikit sekali ta’wil yang disepakati oleh mereka yang men-ta’wil nash Qur’an dan Sunnah dengan ta’wilan yang tercela. Penyebab terjadinya hal tersebut, -sepengatahuan kami- ada tiga:
Pengaruh lingkungan tempat sang mufassir hidupPengaruh guru tempat sang mufassir menuntut ilmuPengaruh telaah kitab-kitab. Sebagian mufassir menelaah kitab-kitab yang memuat berbagai pemikiran manusia, lalu ia terpengaruh
Sedangkan dalam ilmu hadits, seorang penuntut ilmu hendaknya memulai dari Al Arba’in An Nawawiyah untuk dihafal dan dipahami, juga membaca penjelasan yang terkandung di dalamnya. Lalu hendaknya secara bertahap mempelajari Umdatul Ahkam kemudian Bulughul Maram, juga dengan syarah-nya. Kemudian, setelah itu barulah ia mampu untuk mempelajari Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) dan Kutubus Sittah. Akal dan keilmuan manusia itu senantiasa berkembang sejalan dengan kelurusan niatnya serta keberlanjutannya dalam menuntut ilmu tanpa terputus.
Begitu juga dalam ilmu fiqih. Andai seorang penuntut ilmu sekedar membaca hadits-hadits saja ia akan mendapat banyak pemahaman dari apa yang ia baca. Namun hendaknya mereka juga mempelajari kitab-kitab fiqih seperti Umdatul Fiqhi yang merinci permasalahan-permasalahan furu’ atau juga kitab Zaadul Mustaqni. Allah telah memuliakan umat ini dengan adanya banyak kitab syarah dari Zaadul Mustaqni, baik dari ulama terdahulu maupun ulama di masa ini. Di antara syarah yang mudah dipelajari adalah yang ditulis oleh ulama masa ini, Syaikh Al Allamah Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, dalam kitab As Syarh Al Mumthi’. Kitab ini memang benar-benar memuaskan (mumthi’) karena di dalamnya terdapat bahasan-bahasan yang bermanfaat dan penjelasan-penjelasan yang langka. Semoga Allah memberikan ganjaran kepada beliau, menjadikan manfaat yang besar dari ilmu beliau, dan menambah keutamaan beliau.
Sedangkan dalam Sirah Nabawiyyah, mulailah dengan mempelajariMukhtashar Sirah Nabawiyyah karya Imam Mujaddid Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Kemudian setelah itu mempelajari Sirah Nabawiyyah miliki Ibnu Hisyam (wafat 183H). Dan di zaman ini,walhamdulillah, kitab-kitab sirah sudah banyak yang diringkas.
Namun juga, semua ilmu ini dalam mempelajarinya membutuhkan ilmu-ilmu alat seperti ilmu ushul fiqih, qawa’id, musthalah, serta butuh perhatian terhadap ilmu bahasa arab dan qawaidul fiqhiyyah. Sehingga barulah seseorang memiliki kemampuan untuk mengambil ilmu dari dalil-dalil Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman yang benar.
Semua ini, tidak cukup hanya dengan membaca kitab secara otodidak, bahkan jika perlu seseorang menempuh perjalanan untuk mencari guru ke daerah lain jika memang di daerahnya tidak ada, sebagaimana yang dilakukan para salafus shalih dalam menuntut ilmu. Ini jika memang mampu untuk menempuh perjalanan tersebut. Jika tidak mampu menempuh perjalanan tersebut, maka bacalah kitab-kitab lalu kumpulkan hal-hal yang membingungkanmu, kemudian tempuhlah sekedar perjalanan pendek (untuk menanyakanya kepada ulama, pent). Apalagi di zaman ini berhubungan dengan ulama melalui telepon telah mencukupi kebutuhan tersebut tanpa harus bersusah payah.Walhamdulillah.
Wallahu’alam.
Sumber: http://www.ajurry.com/taseel.htm
Catatan:
Urutan dan jenis kitab dalam menuntut ilmu sebagaimana yang disebutkan di atas bukanlah suatu yang saklek harus demikian. Setiap orang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang berbeda-beda sehingga sangat mungkin berbeda pula tahapan belajarnya. Dan akan sangat mungkin berbeda jawabannya jika ditanyakan kepada ulama yang lain. Namun yang pasti, seorang penuntut ilmu hendaknya belajar kepada seorang guru yang mapan ilmunya, sehingga sang guru dapat mengarahkan tahapan belajar yang cocok baginya.
—
Penyusun: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
Pengalamanku ketika berhijrah.....bag 1
Penulis: Diana
Depok, 6 Nov 2016
Utk pertama seseorang cinta kpd Allah dan mempunyai akhlak yg baik yaitu mulai sering berinteraksi dg Alquran beserta terjemahannya , tafsir dan asbabunuzulnya ... Akhlak Rasulullah adalah alquran .....
Jika belum lancar baca Alquran nya maka harus ikut tahsin yaitu memperbaiki bacaan sesuai tajwid..
Setelah itu hadir di majlis Ilmu utk mengikuti Kajian kitab Riadhusholihin ....kitab tersebut adalah memotivasi utk menjadi hamba yg lebih baik , cinta kpd Allah, Rasulullah, dan birul walidain (berbuat baik kpd orang tua) ...kitab tsb sangat memotivasi utk hijrah menjadi lebih baik ..
Setelah itu barulah seseorang akan senang dan mencari lagi Ilmu karena Ilmu semakin di cari maka akan semakin haus.... hadir lagi di majlis Ilmu yg utk belajar kitab Hadist Arbain
Setelah itu kitab Umdatul Ahkam yaitu masalah2 hukum
Setelah itu bulughul Marom yaitu buku2 ttg Ilmu yg mengumpulkan secara ringkas berbagai pembahasan mengenai hukum2 fiqih yg dilandasi dalil2 ....
Utk orang2 yg super sibuk dan juga belum tahu di mana tempat utk utk menuntut Ilmu ...maka buka saja YouTube dan dengarkan dg fokus serta di catat yaa .. karena Ilmu diikat dg tulisan .....
Jangan lupa berdoa .....
Doa Berlindung Dari Kesesatan Dan Memohon Rahmat
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa, wa hab lanaa mil-ladunka rohmah, innaka antal wahhaab.
Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (Ali Imran [3]: 8).
Yg lebih penting orang tua yg senantiasa mendoakan anak2 nya karena doa orang tua itu mustajab dg diiringi orang tua yg terus berubah utk mau menuntut Ilmu sehingga timbul keimanan dan ketaqwaan ....Ilmu akan menambah iman dan taqwa Kita ....dan Allah kan menjaga anak2 Kita ketika orang tuanya sholih ....
Sebagai mana dalam alquran Surat Al kahfi : 82
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Q.S. Al Kahfi: 110
Yg terpenting tanamkan dalam benak Kita bahwa Allah Maha melihat dan mendengar , malaikat akan mencatat apa saja yg Kita lakukan ...
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya
Q.S. Al Isro: 36
Yg utama adalah bahwa Kita sadar bahwa Allah menciptakan Kita buat ibadah kpd Allah ..
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Q.S. 51: 54
Semuanya butuh perjuangan, butuh pengorbanan terutama melawan Hawla nafsu n rasa malas ..
Dan banyak janji2 dari Allah jika Kita bertaqwa yaitu :
1. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
2. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
3. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
4. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
Q.S. Ath Thalaq : 2-4
Itu balasan di dunia apalagi di akherat ....Surga yg Allah berikan ..
.....dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
Q.S. Ath Thalaq : 1
*Janji Allah adalah benar dan pasti datang*
* Surat 16 ayat 1 – 2*
1. telah pasti datangnya ketetapan Allah[160] Maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.
2. Dia menurunkan Para Malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, Yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku".
*Surat 30 ayat 6*
6. (sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjinya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
*Surat 77 ayat 7*
7. Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi.
*Surat 35 ayat 5 – 7*
5. Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.
6. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala
7. orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang keras. dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
*Surat 39 ayat 20*
20. tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang Tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.
*Surat 6 ayat 134*
134. Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya.
*Surat 51 ayat 1 – 5*
1. demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.
2. dan awan yang mengandung hujan,
3. dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah.
4. dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan[161],
5. Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar.
*Surat 51 ayat 23*
23. Maka demi Tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti Perkataan yang kamu ucapkan.
Utk berubah seseorang Perlu kesabaran dan keistiqomahan serta mencari guru yg tepat ....
Semangatt💪💪💪💪
Wallahua'lam
Penulis: Diana
Depok, 6 Nov 2016
Utk pertama seseorang cinta kpd Allah dan mempunyai akhlak yg baik yaitu mulai sering berinteraksi dg Alquran beserta terjemahannya , tafsir dan asbabunuzulnya ... Akhlak Rasulullah adalah alquran .....
Jika belum lancar baca Alquran nya maka harus ikut tahsin yaitu memperbaiki bacaan sesuai tajwid..
Setelah itu hadir di majlis Ilmu utk mengikuti Kajian kitab Riadhusholihin ....kitab tersebut adalah memotivasi utk menjadi hamba yg lebih baik , cinta kpd Allah, Rasulullah, dan birul walidain (berbuat baik kpd orang tua) ...kitab tsb sangat memotivasi utk hijrah menjadi lebih baik ..
Setelah itu barulah seseorang akan senang dan mencari lagi Ilmu karena Ilmu semakin di cari maka akan semakin haus.... hadir lagi di majlis Ilmu yg utk belajar kitab Hadist Arbain
Setelah itu kitab Umdatul Ahkam yaitu masalah2 hukum
Setelah itu bulughul Marom yaitu buku2 ttg Ilmu yg mengumpulkan secara ringkas berbagai pembahasan mengenai hukum2 fiqih yg dilandasi dalil2 ....
Utk orang2 yg super sibuk dan juga belum tahu di mana tempat utk utk menuntut Ilmu ...maka buka saja YouTube dan dengarkan dg fokus serta di catat yaa .. karena Ilmu diikat dg tulisan .....
Jangan lupa berdoa .....
Doa Berlindung Dari Kesesatan Dan Memohon Rahmat
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa, wa hab lanaa mil-ladunka rohmah, innaka antal wahhaab.
Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). (Ali Imran [3]: 8).
Yg lebih penting orang tua yg senantiasa mendoakan anak2 nya karena doa orang tua itu mustajab dg diiringi orang tua yg terus berubah utk mau menuntut Ilmu sehingga timbul keimanan dan ketaqwaan ....Ilmu akan menambah iman dan taqwa Kita ....dan Allah kan menjaga anak2 Kita ketika orang tuanya sholih ....
Sebagai mana dalam alquran Surat Al kahfi : 82
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Q.S. Al Kahfi: 110
Yg terpenting tanamkan dalam benak Kita bahwa Allah Maha melihat dan mendengar , malaikat akan mencatat apa saja yg Kita lakukan ...
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya
Q.S. Al Isro: 36
Yg utama adalah bahwa Kita sadar bahwa Allah menciptakan Kita buat ibadah kpd Allah ..
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Q.S. 51: 54
Semuanya butuh perjuangan, butuh pengorbanan terutama melawan Hawla nafsu n rasa malas ..
Dan banyak janji2 dari Allah jika Kita bertaqwa yaitu :
1. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
2. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
3. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
4. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
Q.S. Ath Thalaq : 2-4
Itu balasan di dunia apalagi di akherat ....Surga yg Allah berikan ..
.....dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.
Q.S. Ath Thalaq : 1
*Janji Allah adalah benar dan pasti datang*
* Surat 16 ayat 1 – 2*
1. telah pasti datangnya ketetapan Allah[160] Maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.
2. Dia menurunkan Para Malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, Yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku".
*Surat 30 ayat 6*
6. (sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjinya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
*Surat 77 ayat 7*
7. Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi.
*Surat 35 ayat 5 – 7*
5. Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.
6. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala
7. orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang keras. dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
*Surat 39 ayat 20*
20. tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang Tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.
*Surat 6 ayat 134*
134. Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu sekali-kali tidak sanggup menolaknya.
*Surat 51 ayat 1 – 5*
1. demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.
2. dan awan yang mengandung hujan,
3. dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah.
4. dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan[161],
5. Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar.
*Surat 51 ayat 23*
23. Maka demi Tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti Perkataan yang kamu ucapkan.
Utk berubah seseorang Perlu kesabaran dan keistiqomahan serta mencari guru yg tepat ....
Semangatt💪💪💪💪
Wallahua'lam
Sunday, November 6, 2016
6 Waktu Terkabulnya Doa
Ada 6 waktu terkabulnya do’a yang bisa kita amalkan. Jika mendapati 6 kesempatan ini, jangan sampai disia-siakan untuk berdo’a.
Pertama: Waktu sahur, waktu menjelang shubuh karena ketika itu Allah turun ke langit dunia untuk mengabulkan do’a.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758).
Ibnu Hajar menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Do’a dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan.” (Fath Al-Bari, 3: 32).
Imam Nawawi berkata, “Pada waktu itu adalah waktu tersebarnya rahmat, banyak permintaan yang diberi dan dikabulkan, dan juga nikmat semakin sempurna kala itu.” (Syarh Shahih Muslim, 6: 36).
Selengkapnya baca di sini: https://rumaysho.com/8052-doa-mustajab-di-waktu-sahur.html
Kedua: Waktu di hari Jum’at, bisa jadi saat duduk imam di antara dua khutbah, bisa jadi pula ba’da Ashar sampai tenggelam matahari.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang hari Jum’at, lantas beliau bersabda,
« فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ » . وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا
“Di hari Jum’at terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas ia memanjatkan suatu do’a pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta.” Dan beliau berisyarat dengan tangannya akan sebentarnya waktu tersebut. (HR. Bukhari, no. 935; Muslim, no. 852)
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,
أَنَّ كُلّ رِوَايَة جَاءَ فِيهَا تَعْيِين وَقْت السَّاعَة الْمَذْكُورَة مَرْفُوعًا وَهْم ، وَاَللَّه أَعْلَم .
“Setiap riwayat yang menyebutkan penentuan waktu mustajab di hari Jum’at secara marfu’ (sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) memiliki wahm (kekeliruan). Wallahu a’lam.” (Fath Al-Bari, 11: 199)
Intinya ada beda pendapat hingga 40 pendapat dalam masalah ini mengenai penentuan kapankah waktu terkabulnya do’a di hari Jum’at. Namun pendapat yang paling dekat dengan dalil ada dua pendapat:
1- Antara duduknya imam di mimbar hingga selesai shalat.
Dari Abu Burdah bin Abi Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “ ’Abdullah bin ‘Umar bertanya padaku, ‘Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyebut suatu hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai waktu mustajabnya do’a di hari Jum’at?” Abu Burdah menjawab, “Iya betul, aku pernah mendengar dari ayahku (Abu Musa), ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هِىَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ
“Waktu tersebut adalah antara imam duduk ketika khutbah hingga imam menunaikan shalat Jum’at.” (HR. Muslim, no. 853)
2- Ba’da ‘Ashar sampai tenggelamnya matahari.
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
يَوْمُ الْجُمُعَةِ ثِنْتَا عَشْرَةَ يُرِيدُ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ
“(Waktu siang) di hari Jum’at ada 12 (jam). Jika seorang muslim memohon pada Allah ‘azza wa jalla sesuatu (di suatu waktu di hari Jum’at) pasti Allah ‘azza wa jalla akan mengabulkannya. Carilah waktu tersebut yaitu di waktu-waktu akhir setelah ‘Ashar.” (HR. Abu Daud, no. 1048; An-Nasa’i, no. 1390. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Selengkapnya baca di sini: https://rumaysho.com/1748-doa-di-hari-jumat.html
Ketiga: Bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa masalah ini disebutkan di sela-sela penyebutan hukum puasa. Ini menunjukkan mengenai anjuran memperbanyak do’a ketika bulan itu sempurna, bahkan diperintahkan memperbanyak do’a tersebut di setiap kali berbuka puasa. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2: 66).
Perihal Ramadhan adalah bulan do’a dikuatkan lagi dengan hadits dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ
“Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a, akan dikabulkan.” (HR. Al-Bazaar. Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 10: 14 mengatakan bahwa perowinya tsiqoh -terpercaya-. Lihat Jami’ Al-Ahadits, 9: 224)
Dalil lain lagi menunjukkan bahwa do’a orang yang berpuasa sampai ia berbuka puasa adalah do’a yang mustajab.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizalimi.” (HR. Ahmad, 2: 305. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan berbagai jalan dan penguatnya)
Juga dalam hadits lain dibicarakan bahwa yang terkabul lagi adalah do’a saat berbuka puasa,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzalimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526, 3598 dan Ibnu Majah no. 1752. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dalam Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 278 disebutkan bahwa kenapa do’a mudah dikabulkan ketika berbuka puasa yaitu karena saat itu, orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.
Selengkapnya baca di sini: https://rumaysho.com/11185-tiga-waktu-terkabulnya-doa-di-bulan-ramadhan.html
Keempat: Pada hari Arafah (9 Dzulhijjah), karena sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 10: 33).
Apakah keutamaan do’a ini hanya khusus bagi yang wukuf di Arafah? Apakah berlaku juga keutamaan ini bagi orang yang tidak menunaikan ibadah haji?
Yang tepat, mustajabnya do’a tersebut adalah umum, baik bagi yang berhaji maupun yang tidak berhaji karena keutamaan yang ada adalah keutamaan pada hari. Sedangkan yang berada di Arafah (yang sedang wukuf pada tanggal 9 Dzulhijjah), ia berarti menggabungkan antara keutamaan waktu dan tempat. Demikian kata Syaikh Sholih Al Munajjid dalam fatawanya no. 70282.
Para salaf dahulu saling memperingatkan pada hari Arafah untuk sibuk dengan ibadah dan memperbanyak do’a serta tidak banyak bergaul dengan manusia. ‘Atho’ bin Abi Robbah mengatakan pada ‘Umar bin Al Warod, “Jika engkau mampu mengasingkan diri di siang hari Arafah, maka lakukanlah.” (Ahwal As-Salaf fi Al- Hajj, hal. 44)
Selengkapnya baca di sini: https://rumaysho.com/2911-sebaik-baik-doa-doa-hari-arafah.html
Kelima: Do’a antara adzan dan iqamah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad, 3: 155. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Selengkapnya baca di sini: https://rumaysho.com/1687-doa-antara-adzan-iqamah.html
Keenam: Do’a selesai shalat lima waktu, bisa jadi setelah salam (ba’da dzikir), bisa jadi di akhir tahiyat sebelum salam.
Allah Ta’ala berfirman,
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (7) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (8)
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Alam Nasyrah: 1-8)
‘Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
{ فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ } يعني: فِي الدُّعَاءِ
“Jika engkau telah selesai (dari shalat atau ibadah, pen.), maka berdo’alah.” Ini jadi dalil sebagian ulama dibolehkan berdoa setelah shalat fardhu. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 599)
Dalil yang menunjukkan boleh berdo’a di akhir shalat setelah salam adalah hadits berikut,
جاء رجلٌ إلى النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، فقال : أيُّ الصلاة أفضل ؟ قال : (( جوفُ الليل الأوسط )) ، قال : أيُّ الدُّعاء أسمع ؟ قال: (( دُبر المكتوبات ))
“Ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya, “Shalat apa yang paling afdhal?” “Shalat di tengah malam”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ditanya kembali, “Doa apa yang paling didengar?” “Doa di dubur shalat wajib (yaitu di akhir shalat wajib, pen.).” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya, Jami’ ‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 143-144)
Doa berikut dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dubur shalat,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Allahumma inni a’udzu bika minal jubni, wa a’udzu bika an arudda ila ardzalil ‘umuri, wa a’udzu bika min fitnatit dunyaa wa a’udzu bika min ‘adzabil qabri [artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari sikap pengecut di medan perang, dari jeleknya keadaan di masa tua, dari godaan dunia yang menggiurkan dan dari siksa kubur].” (HR. Bukhari, no. 2822)
Makna dubur shalat di sini ada beda pendapat di kalangan para ulama. Ada yang mengartikan di akhir shalat sebelum salam. Dan ada pula yang mengartikan setelah shalat.
Dalam hadits berikut disebutkan bahwa dianjurkan berdo’a setelah tasyahud sebelum salam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَعَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ثُمَّ يَدْعُو لِنَفْسِهِ بِمَا بَدَا لَهُ
“Jika salah seorang di antara kalian bertasyahud, maka mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara yaitu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari kejelekan Al Masih Ad Dajjal, kemudian hendaklah ia berdoa untuk dirinya sendiri dengan doa apa saja yang ia inginkan.” (HR. An-Nasa’i no. 1310. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dengan catatan untuk do’a akhir shalat sebelum salam (karena masih di dalam shalat), hendaklah dengan bahasa Arab atau yang lebih baik adalah dengan doa yang berasal dari Al-Qur’an dan hadits. Doa yang berasal dari Al-Qur’an dan hadits begitu banyak yang bisa diamalkan.
Alasan berdoanya dengan bahasa Arab dikatakan oleh salah seorang ulama Syafi’iyah, Muhammad bin Al Khotib Asy-Syarbini rahimahullah,
فَإِنَّ الْخِلَافَ الْمَذْكُورَ مَحَلُّهُ فِي الْمَأْثُورِ .أَمَّا غَيْرُ الْمَأْثُورِ بِأَنْ اخْتَرَعَ دُعَاءً أَوْ ذِكْرًا بِالْعَجَمِيَّةِ فِي الصَّلَاةِ فَلَا يَجُوزُ كَمَا نَقَلَهُ الرَّافِعِيُّ عَنْ الْإِمَامِ تَصْرِيحًا فِي الْأُولَى ، وَاقْتَصَرَ عَلَيْهَا فِي الرَّوْضَةِ وَإِشْعَارًا فِي الثَّانِيَةِ ، وَتَبْطُلُ بِهِ صَلَاتُهُ .
“Perbedaan pendapat yang terjadi adalah pada doa ma’tsur. Adapun doa yang tidak ma’tsur (tidak berasal dalil dari Al Quran dan As Sunnah), maka tidak boleh doa atau dzikir tersebut dibuat-buat dengan selain bahasa Arab lalu dibaca di dalam shalat. Seperti itu tidak dibolehkan sebagaimana dinukilkan oleh Ar Rofi’i dari Imam Syafi’i sebagai penegasan dari yang pertama. Sedangkan dalam kitab Ar Roudhoh diringkas untuk yang kedua. Juga membaca doa seperti itu dengan selain bahasa Arab mengakibatkan shalatnya batal.” (Mughni Al-Muhtaj, 1: 273).
Selengkapnya baca di sini:
https://rumaysho.com/8684-sifat-shalat-nabi-23-bacaan-tasyahud-akhir.html
https://rumaysho.com/12220-tafsir-surat-asy-syarh-4-selesai-shalat-berdoalah.html
Semoga bermanfaat.
Ada 6 waktu terkabulnya do’a yang bisa kita amalkan. Jika mendapati 6 kesempatan ini, jangan sampai disia-siakan untuk berdo’a.
Pertama: Waktu sahur, waktu menjelang shubuh karena ketika itu Allah turun ke langit dunia untuk mengabulkan do’a.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758).
Ibnu Hajar menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Do’a dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan.” (Fath Al-Bari, 3: 32).
Imam Nawawi berkata, “Pada waktu itu adalah waktu tersebarnya rahmat, banyak permintaan yang diberi dan dikabulkan, dan juga nikmat semakin sempurna kala itu.” (Syarh Shahih Muslim, 6: 36).
Selengkapnya baca di sini: https://rumaysho.com/8052-doa-mustajab-di-waktu-sahur.html
Kedua: Waktu di hari Jum’at, bisa jadi saat duduk imam di antara dua khutbah, bisa jadi pula ba’da Ashar sampai tenggelam matahari.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang hari Jum’at, lantas beliau bersabda,
« فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ » . وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا
“Di hari Jum’at terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim yang ia berdiri melaksanakan shalat lantas ia memanjatkan suatu do’a pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta.” Dan beliau berisyarat dengan tangannya akan sebentarnya waktu tersebut. (HR. Bukhari, no. 935; Muslim, no. 852)
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,
أَنَّ كُلّ رِوَايَة جَاءَ فِيهَا تَعْيِين وَقْت السَّاعَة الْمَذْكُورَة مَرْفُوعًا وَهْم ، وَاَللَّه أَعْلَم .
“Setiap riwayat yang menyebutkan penentuan waktu mustajab di hari Jum’at secara marfu’ (sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) memiliki wahm (kekeliruan). Wallahu a’lam.” (Fath Al-Bari, 11: 199)
Intinya ada beda pendapat hingga 40 pendapat dalam masalah ini mengenai penentuan kapankah waktu terkabulnya do’a di hari Jum’at. Namun pendapat yang paling dekat dengan dalil ada dua pendapat:
1- Antara duduknya imam di mimbar hingga selesai shalat.
Dari Abu Burdah bin Abi Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “ ’Abdullah bin ‘Umar bertanya padaku, ‘Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyebut suatu hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai waktu mustajabnya do’a di hari Jum’at?” Abu Burdah menjawab, “Iya betul, aku pernah mendengar dari ayahku (Abu Musa), ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هِىَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ
“Waktu tersebut adalah antara imam duduk ketika khutbah hingga imam menunaikan shalat Jum’at.” (HR. Muslim, no. 853)
2- Ba’da ‘Ashar sampai tenggelamnya matahari.
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
يَوْمُ الْجُمُعَةِ ثِنْتَا عَشْرَةَ يُرِيدُ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ
“(Waktu siang) di hari Jum’at ada 12 (jam). Jika seorang muslim memohon pada Allah ‘azza wa jalla sesuatu (di suatu waktu di hari Jum’at) pasti Allah ‘azza wa jalla akan mengabulkannya. Carilah waktu tersebut yaitu di waktu-waktu akhir setelah ‘Ashar.” (HR. Abu Daud, no. 1048; An-Nasa’i, no. 1390. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Selengkapnya baca di sini: https://rumaysho.com/1748-doa-di-hari-jumat.html
Ketiga: Bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)
Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa masalah ini disebutkan di sela-sela penyebutan hukum puasa. Ini menunjukkan mengenai anjuran memperbanyak do’a ketika bulan itu sempurna, bahkan diperintahkan memperbanyak do’a tersebut di setiap kali berbuka puasa. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2: 66).
Perihal Ramadhan adalah bulan do’a dikuatkan lagi dengan hadits dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ
“Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a, akan dikabulkan.” (HR. Al-Bazaar. Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 10: 14 mengatakan bahwa perowinya tsiqoh -terpercaya-. Lihat Jami’ Al-Ahadits, 9: 224)
Dalil lain lagi menunjukkan bahwa do’a orang yang berpuasa sampai ia berbuka puasa adalah do’a yang mustajab.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizalimi.” (HR. Ahmad, 2: 305. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan berbagai jalan dan penguatnya)
Juga dalam hadits lain dibicarakan bahwa yang terkabul lagi adalah do’a saat berbuka puasa,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzalimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526, 3598 dan Ibnu Majah no. 1752. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dalam Tuhfah Al-Ahwadzi, 7: 278 disebutkan bahwa kenapa do’a mudah dikabulkan ketika berbuka puasa yaitu karena saat itu, orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.
Selengkapnya baca di sini: https://rumaysho.com/11185-tiga-waktu-terkabulnya-doa-di-bulan-ramadhan.html
Keempat: Pada hari Arafah (9 Dzulhijjah), karena sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 10: 33).
Apakah keutamaan do’a ini hanya khusus bagi yang wukuf di Arafah? Apakah berlaku juga keutamaan ini bagi orang yang tidak menunaikan ibadah haji?
Yang tepat, mustajabnya do’a tersebut adalah umum, baik bagi yang berhaji maupun yang tidak berhaji karena keutamaan yang ada adalah keutamaan pada hari. Sedangkan yang berada di Arafah (yang sedang wukuf pada tanggal 9 Dzulhijjah), ia berarti menggabungkan antara keutamaan waktu dan tempat. Demikian kata Syaikh Sholih Al Munajjid dalam fatawanya no. 70282.
Para salaf dahulu saling memperingatkan pada hari Arafah untuk sibuk dengan ibadah dan memperbanyak do’a serta tidak banyak bergaul dengan manusia. ‘Atho’ bin Abi Robbah mengatakan pada ‘Umar bin Al Warod, “Jika engkau mampu mengasingkan diri di siang hari Arafah, maka lakukanlah.” (Ahwal As-Salaf fi Al- Hajj, hal. 44)
Selengkapnya baca di sini: https://rumaysho.com/2911-sebaik-baik-doa-doa-hari-arafah.html
Kelima: Do’a antara adzan dan iqamah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad, 3: 155. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Selengkapnya baca di sini: https://rumaysho.com/1687-doa-antara-adzan-iqamah.html
Keenam: Do’a selesai shalat lima waktu, bisa jadi setelah salam (ba’da dzikir), bisa jadi di akhir tahiyat sebelum salam.
Allah Ta’ala berfirman,
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (7) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (8)
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Alam Nasyrah: 1-8)
‘Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
{ فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ } يعني: فِي الدُّعَاءِ
“Jika engkau telah selesai (dari shalat atau ibadah, pen.), maka berdo’alah.” Ini jadi dalil sebagian ulama dibolehkan berdoa setelah shalat fardhu. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 599)
Dalil yang menunjukkan boleh berdo’a di akhir shalat setelah salam adalah hadits berikut,
جاء رجلٌ إلى النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – ، فقال : أيُّ الصلاة أفضل ؟ قال : (( جوفُ الليل الأوسط )) ، قال : أيُّ الدُّعاء أسمع ؟ قال: (( دُبر المكتوبات ))
“Ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya, “Shalat apa yang paling afdhal?” “Shalat di tengah malam”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ditanya kembali, “Doa apa yang paling didengar?” “Doa di dubur shalat wajib (yaitu di akhir shalat wajib, pen.).” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya, Jami’ ‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 143-144)
Doa berikut dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dubur shalat,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Allahumma inni a’udzu bika minal jubni, wa a’udzu bika an arudda ila ardzalil ‘umuri, wa a’udzu bika min fitnatit dunyaa wa a’udzu bika min ‘adzabil qabri [artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari sikap pengecut di medan perang, dari jeleknya keadaan di masa tua, dari godaan dunia yang menggiurkan dan dari siksa kubur].” (HR. Bukhari, no. 2822)
Makna dubur shalat di sini ada beda pendapat di kalangan para ulama. Ada yang mengartikan di akhir shalat sebelum salam. Dan ada pula yang mengartikan setelah shalat.
Dalam hadits berikut disebutkan bahwa dianjurkan berdo’a setelah tasyahud sebelum salam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَعَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ ثُمَّ يَدْعُو لِنَفْسِهِ بِمَا بَدَا لَهُ
“Jika salah seorang di antara kalian bertasyahud, maka mintalah perlindungan pada Allah dari empat perkara yaitu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari kejelekan Al Masih Ad Dajjal, kemudian hendaklah ia berdoa untuk dirinya sendiri dengan doa apa saja yang ia inginkan.” (HR. An-Nasa’i no. 1310. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dengan catatan untuk do’a akhir shalat sebelum salam (karena masih di dalam shalat), hendaklah dengan bahasa Arab atau yang lebih baik adalah dengan doa yang berasal dari Al-Qur’an dan hadits. Doa yang berasal dari Al-Qur’an dan hadits begitu banyak yang bisa diamalkan.
Alasan berdoanya dengan bahasa Arab dikatakan oleh salah seorang ulama Syafi’iyah, Muhammad bin Al Khotib Asy-Syarbini rahimahullah,
فَإِنَّ الْخِلَافَ الْمَذْكُورَ مَحَلُّهُ فِي الْمَأْثُورِ .أَمَّا غَيْرُ الْمَأْثُورِ بِأَنْ اخْتَرَعَ دُعَاءً أَوْ ذِكْرًا بِالْعَجَمِيَّةِ فِي الصَّلَاةِ فَلَا يَجُوزُ كَمَا نَقَلَهُ الرَّافِعِيُّ عَنْ الْإِمَامِ تَصْرِيحًا فِي الْأُولَى ، وَاقْتَصَرَ عَلَيْهَا فِي الرَّوْضَةِ وَإِشْعَارًا فِي الثَّانِيَةِ ، وَتَبْطُلُ بِهِ صَلَاتُهُ .
“Perbedaan pendapat yang terjadi adalah pada doa ma’tsur. Adapun doa yang tidak ma’tsur (tidak berasal dalil dari Al Quran dan As Sunnah), maka tidak boleh doa atau dzikir tersebut dibuat-buat dengan selain bahasa Arab lalu dibaca di dalam shalat. Seperti itu tidak dibolehkan sebagaimana dinukilkan oleh Ar Rofi’i dari Imam Syafi’i sebagai penegasan dari yang pertama. Sedangkan dalam kitab Ar Roudhoh diringkas untuk yang kedua. Juga membaca doa seperti itu dengan selain bahasa Arab mengakibatkan shalatnya batal.” (Mughni Al-Muhtaj, 1: 273).
Selengkapnya baca di sini:
https://rumaysho.com/8684-sifat-shalat-nabi-23-bacaan-tasyahud-akhir.html
https://rumaysho.com/12220-tafsir-surat-asy-syarh-4-selesai-shalat-berdoalah.html
Semoga bermanfaat.
Tuesday, November 1, 2016
Mawaddah Center:
🌍 mawaddahcenter.com
🗓 Senin, 29 Muharram 1438 H / 31 Oktober 2016 M
🗳 Ayat Alqur'an dan tafsir
=====================
*Sayangilah Anakmu Maka Ia Akan Menyayangimu*
✨Allah Ta’ala berfirman
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya : 'Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya (orang tua) sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu kecil'.” ( Al Isra : 24)📖
👉🏻Sukar di percaya bahwa senyuman, gelak tawa, kasih sayang, cinta yang kita tunjukkan kepada anak-anak sebenarnya akan berbalik menguntungkan kita!. Bisakah kita melihat bagaimana upaya kitauntuk melupakan rasa lelah kita, amarah kita, kejengkelan kita, dan kekesalan kita kepada mereka telah membuat mereka merasa dikasihi sehingga sebagai balasannya mereka mendoakan kita, orang tuanya?
Lihat saja doa yang Allah minta mereka ucapkan untuk kita, orang tuanya:
👉🏻 “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu kecil”
Bukan kah kita seharusnya terpesona dengan kata “sebagaimana” yang Allah gunakan. Inilah doa yang Allah minta agar di ucapkan anak-anak untuk kedua orang tuanya. Dan Allah menggunakan “sebagaimana”, tidak kurang tidak lebih, persis seperti apa adanya.
Tidakkah kita sadar, derajat kasih sayang yang akan kita terima dariNya mungkin tergantung pada bagaimana kita bersikap terhadap anak-anak, dan pada “sebagaimana” kita bersikap kasih, ramah, halus, penuh maaf, penuh empati, dan bertenggang rasa terhadap mereka semasa mereka kecil!
💫Maka bukankah kita harus mengakui bahwa ini merupakan posisi tawar yang sangat kuat, yang di serahkan Allah kepada makhluk-makhluk mungil yang lucu dan ceria ini, mungkin yang harus kita renungkan jumlah kasih sayang yang mungkin kita terima di masa depan bisa saja tergantung pada “sebagaimana” sayangnya kita kepada anak-anak kita semasa mereka kecil.
Sebagaimana pepatah Arab mengatakan, “Kama tadiinu tudaanu (engkau akan memperoleh balasan tindakan sebagaimana yang pernah engkau perbuat.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
===============
🌍 mawaddahcenter.com
🗓 Senin, 29 Muharram 1438 H / 31 Oktober 2016 M
🗳 Ayat Alqur'an dan tafsir
=====================
*Sayangilah Anakmu Maka Ia Akan Menyayangimu*
✨Allah Ta’ala berfirman
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya : 'Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya (orang tua) sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu kecil'.” ( Al Isra : 24)📖
👉🏻Sukar di percaya bahwa senyuman, gelak tawa, kasih sayang, cinta yang kita tunjukkan kepada anak-anak sebenarnya akan berbalik menguntungkan kita!. Bisakah kita melihat bagaimana upaya kitauntuk melupakan rasa lelah kita, amarah kita, kejengkelan kita, dan kekesalan kita kepada mereka telah membuat mereka merasa dikasihi sehingga sebagai balasannya mereka mendoakan kita, orang tuanya?
Lihat saja doa yang Allah minta mereka ucapkan untuk kita, orang tuanya:
👉🏻 “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu kecil”
Bukan kah kita seharusnya terpesona dengan kata “sebagaimana” yang Allah gunakan. Inilah doa yang Allah minta agar di ucapkan anak-anak untuk kedua orang tuanya. Dan Allah menggunakan “sebagaimana”, tidak kurang tidak lebih, persis seperti apa adanya.
Tidakkah kita sadar, derajat kasih sayang yang akan kita terima dariNya mungkin tergantung pada bagaimana kita bersikap terhadap anak-anak, dan pada “sebagaimana” kita bersikap kasih, ramah, halus, penuh maaf, penuh empati, dan bertenggang rasa terhadap mereka semasa mereka kecil!
💫Maka bukankah kita harus mengakui bahwa ini merupakan posisi tawar yang sangat kuat, yang di serahkan Allah kepada makhluk-makhluk mungil yang lucu dan ceria ini, mungkin yang harus kita renungkan jumlah kasih sayang yang mungkin kita terima di masa depan bisa saja tergantung pada “sebagaimana” sayangnya kita kepada anak-anak kita semasa mereka kecil.
Sebagaimana pepatah Arab mengatakan, “Kama tadiinu tudaanu (engkau akan memperoleh balasan tindakan sebagaimana yang pernah engkau perbuat.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
===============
Lentera Da'wah:
Ada Apa Dengan Shofar ?
Tidak ada keutamaan khusus dari Nabi tentang bulan ini. Al-Allamah Shiddiq Hasan Khon berkata: “Saya tidak mendapati adanya hadits tentang keutamaan bulan Shofar atau celaan padanya”. (Al-Mauidhoh al-Hasanah hlm. 180).
Yang beliau maksud adalah hadits yang shohih, adapun hadits yang tidak shohih maka diriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
مَنْ بَشَّرَنِيْ بِخُرُوْجِ صَفَرٍ بَشَّرْتُهُ بِدُخُوْلِ الْجَنَّةِ
Barangsiapa yang mengkhabarkan padaku dengan keluarnya bulan shofar maka saya akan memberi kabar gembira padanya untuk masuk surga.
Hadits ini adalah maudhu’ seperti ditegaskan oleh al-Iraqi. (Lihat al-Fawaid al-Majmu’ah asy-Syaukani hlm. 438).
Ada Apa Dengan Shofar ?
Tidak ada keutamaan khusus dari Nabi tentang bulan ini. Al-Allamah Shiddiq Hasan Khon berkata: “Saya tidak mendapati adanya hadits tentang keutamaan bulan Shofar atau celaan padanya”. (Al-Mauidhoh al-Hasanah hlm. 180).
Yang beliau maksud adalah hadits yang shohih, adapun hadits yang tidak shohih maka diriwayatkan bahwa Nabi bersabda:
مَنْ بَشَّرَنِيْ بِخُرُوْجِ صَفَرٍ بَشَّرْتُهُ بِدُخُوْلِ الْجَنَّةِ
Barangsiapa yang mengkhabarkan padaku dengan keluarnya bulan shofar maka saya akan memberi kabar gembira padanya untuk masuk surga.
Hadits ini adalah maudhu’ seperti ditegaskan oleh al-Iraqi. (Lihat al-Fawaid al-Majmu’ah asy-Syaukani hlm. 438).
Subscribe to:
Comments (Atom)