Friday, January 26, 2018

┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
📝 Transkrip Materi BISA Pekan Percobaan
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin تعالى هللا حفظه
📚 Dars 01 :: Pengantar Ilmu Bahasa Arab
⌛ Durasi audio :: 14.51 menit
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
َح ْمدَ َِّّلِلِ
ْ
َّن ال
ِ
إ , والصالة والسالم على رسول هللا, أما بعد.
Alhamdulillah pada pertemuan pertama ini, Insya Allah kita kan membahas tentang pengantar Ilmu Bahasa Arab.
Perlu kita ketahui bahwasanya Ilmu Bahasa Arab, memiliki beberapa cabang ilmu, diantaranya: Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Ilmu Manthiq, Ilmu Balaghah, Ilmu ‘Arudh, dan
yang lainnya.

Namun diantara sekian banyak cabang ilmu bahasa arab, ada dua ilmu yang harus dikuasai oleh pemula, yakni: Ilmu Nahwu, dan Ilmu Sharaf.

Dengan mempelajari ilmu nahwu dan ilmu sharaf, Insya Allah kita bisa membuat kalimat dalam bahasa arab, yang benar, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa arab.

Adapun ilmu-ilmu yang lainnya, seperti Ilmu Manthiq, Ilmu Balaghah, Ilmu ‘Arudh, ini sudah tidak lagi membicarakan bagaimana cara membuat kalimat yang benar dalam
bahasa arab, tetapi sudah sampai pada level bagaimana membuat kalimat yang indah, baik susunannya maupun maknanya. Jadi kita sebagai pemula wajib untuk menguasai ilmu nahwu dan ilmu sharaf.

Pada dasarnya ilmu sharaf adalah bagian dari ilmu nahwu. Lalu apa bedanya antara ilmu nahwu dan ilmu sharaf?
🏵 Ilmu nahwu adalah:: ilmu yang mempelajari kedudukan kata dalam sebuah kalimat.
🏵 Sedangkan ilmu sharaf adalah:: ilmu yang mempelajari perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya.

Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwasannya ilmu sharaf itu menyediakan kata-katanya, sedangkan ilmu nahwu itu memberikan kita kaidah bagaimana cara
menyusun kalimat yang benar, dan termasuk di dalamnya bagaimana memberi harakat yang benar. Karena di dalam bahasa arab, perbedaan harakat bisa menyebabkan
perbedaan makna.

Baiklah, untuk kita bisa lebih memahami perbedaan antara ilmu nahwu dan ilmu sharaf, silahkan di buka *diktat Ilmu Sharaf Untuk Pemula* halaman 1. Disitu kita mengambil
contoh kalimat:
َس َزْيدٌ
�� َجلَ
Yang memiliki arti, “Zaid telah duduk”

Kalau kita lihat kalimat ini, maka kita bisa melihat peran ilmu sharaf dan peran ilmu nahwu dalam menyusun kalimat ini.
🖍 Pertama kata سَ
. َجلَ
ada alasan kenapa kata kerja yang di pilih adalah سَ
َجل , َdan ada pula alasan kenapa يدْز , َ
itu memiliki harakat dhammahtain.
َس َزْيدٌ
✅ َجلَ
tidak
َس َزْيدًا
❌ َجلَ
atau
َس َزْيٍد
❌ َجلَ
✏ Kemudian yang kedua, ada juga alasan di balik kenapa kata سَ
َجل َlebih di dahulukan
dari kata ٌيدْز . َJadi kita lihat:
َس َزْيدٌ
�� َجلَ
َس bukan
َجلَ
َزْيدٌ
Nah yang kita bahas ini adalah ilmu nahwu, karena kita mempelajari susunan kalimat, bagaimana cara kita menempatkan suatu kata dalam suatu kalimat.

🏮 Adapun ilmu sharaf dalam susunan kalimat ini::
َس َز ْيدٌ
َجلَ
memberikan peran dalam memberikan kata سَ
َجل- َnya. kenapa yang di pilih adalah
َس
َجل ? َSedangkan kita ketahui bahwasannya kata سَ
َجل , َitu memiliki 14 bentuk.
َس
َج , لَ
kemudian ada
ْس ُت
َج , لَ
yang memiliki arti "saya telah duduk",
kemudian ada
ْس َت
َج , لَ
yang "memiliki arti kamu telah duduk."
Sedangkan
َس
َج , لَ
itu adalah kata kerja orang kedua tunggal laki-laki.
Nah kita mempelajari perubahan bentuk سَ
ْس َت menjadiَ , جلَ
ْس ُت menjadiَ , جلَ
 danَ , جلَ
perubahan bentuk yang lainnya dalam ilmu sharaf. Ini contoh yang pertama.

🎀 Kemudian contoh yang kedua, untuk kita lebih memahami perbedaan antara ilmu
nahwu dan ilmu sharaf, adalah misalkan kita gunakan kata yang sama, ُمد ْحَ

Di dalam al Qur’an, kita kadang menjumpai kata ُمد ْحَ
ال dibaca dengan dhammah, yakni pada al Fatihah, kita membaca:
ِمْي َن
َر ِب العَالَ
َح ْمدُ َِّّلِلِ
��ال
Kita perhatikan bahwasannya مد ْحَ
ال disini, kita baca dengan dhammah.
Namun di kesempatan yang lainnya, kita sering mendengar para khatib membuka khutbahnya dengan membaca:
َح ْمدَ َِّّلِلِ.
ل
ْ
َّن ا
ِ
�� إ
َح ْمد perhatikan Kita
ال pada kalimat khutbah pembuka ini dibaca dengan harakat fathah, bukan dhammah sebagaimana yang ada di dalam al Fatihah.
Kemudian di lain kesempatan kita melihat seorang ulama, al Imam al Baiquniy, 
pengarang kitab hadits, beliau memulai kitabnya dengan:
َح ْمِد,
ِال
ب
ُ
ْبدَأ
َ
�� أ
Ia membaca kata مد ْحَ
ال dengan kasrah.
Perbedaan penyebutan harakat dari
ال , َح ال – ْمِد َح ال – ْمدَ َح ْمدُ
pada tiga contoh yang sudah saya jelaskan tadi, ini di bahas dalam ilmu nahwu. Karena 
dalam ilmu nahwu, harakat itu sangatlah penting, bahkan perbedaan harakat, bisa 
menyebabkan perbedaan makna.
Contohnya misalkan kalau kita membuat kalimat sebagai berikut:
Kita gunakan kata ب َر َض , َyang memiliki arti memukul.
ْكًرا
�� َض َر َب َزْيدٌ بَ
Kalau kita membaca kalimatnya seerti ini, maka maknanya adalah:: “Zaid memukul 
Bakr”.
Akan tetapi bila kita membacanya sebagai berikut:
ْكٌر
�� َض َر َب َزْيدًا بَ
Maka ini maknanya adalah, “Bakr memukul Zaid”.
Kita perhatikan bahwa perbedaan harakat, bisa merubah pelaku menjadi korban/objek.
Nah ini insya Allah nantinya akan dibahas dalam ilmu nahwu. Ini adalah contoh 
pengaplikasian ilmu nahwu.
🏮 Selanjutnya kita akan melihat contoh pengaplikasian ilmu sharaf.
Kita masih menggunakan kata yang sama, yakni kata yang tersusun dari د – م – ح.
Sering kita menjumpai, banyak sekali kata yang tersusun dari huruf د – م – ح .Dan 
semua kata ini, memiliki akar makna yang sama, yakni tidak jauh dari arti “pujian”.

Tuesday, January 23, 2018

_Catatan Kajian Parenting Ummu Ihsan_
MT Assunah, 19 Jan 2018.
Tema : _Cinta Pada Rasul_
🌹🗒🌹🗒

*Tantangan Orangtua Jaman Sekarang*

Tantangan kita sebagai orangtua adalah harus menghadapi anak dengan eranya di jaman sekarang. Anak-anak kita hidup di jaman yang banyak mengalami pergeseran di banding dengan jaman kita dulu. Sekarang ini hiruk-pikuk dunia maya lebih heboh dibandingkan dunia nyata sendiri. Aliran deras informasi dan berbagai macam gaya hidup bisa kita lihat seolah nyata tanpa hijab. Salah satu pergeseran gaya hidup yang terjadi di kalangan anak-anak kita dewasa ini adalah berubahnya figur seorang idola. Inilah yang menjadi tantangan terbesar bagi para orangtua untuk mengembalikan anak-anak kita kepada kebenaran. Anak jaman sekarang lebih banyak mengidolakan artis-artis korea dan semacamnya yang jauh dari nilai–nilai Islam ketimbang mengidolakan nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam.

Bunda, teruslah berusaha dan jangan lelah untuk senantiasa mengarahkan mereka kepada maslahat dan kebaikan. Masalah ini bukan perkara yang sepela, janganlah menutup mata akan perkara ini dan orangtua tidak boleh tinggal diam. Ingatlah selalu bahwasanya orang yang paling bertanggung jawab untuk menanamkan keimananan adalah kita sebagai orangtuanya. Maka kita terlebih dahululah yang harus tahu tentang pokok-pokok keimanan ini, lalu bagaimana caranya kemudian kita mengajarkan kepada mereka.

*Prinsip-prinsip keimanan kepada Rasul*

Berkaitan dengan Rukun Iman yang ke-empat, Iman Kepada Rasul, maka setiap muslim wajib mengimani bahwa Allah mempunyai Rasul-rasul yang menjadi utusan. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang diistimewakan dengan wahyu. Mereka adalah para lelaki yang diutus kepada umat manusia, yang diperintahkan untuk mengesakan Allah, memberi kabar gembira bagi mereka yang taat dan memperingatkan manusia agar tidak menyekutukan Allah. Rasul menunjukkan umat kepada kebaikan dan menyampaikan kabar kepada mereka tentang pahala yang disiapkan bagi pelakunya, serta memperingatkan kepada mereka dari kejelekan dan siksaan yang disiapkan untuk yang melanggarnya. Allah berfirman :

رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

_(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [An Nisaa’:165]_

*Jumlah Nabi dan Rasul*

Jumlah nabi dan rasul yang telah Allah utus sangat banyak.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, berapakah jumlah rasul?”
Beliau menjawab :
ثلاثمائة وبضعة عشر جمّاً غفيرا
“Sekitar tiga ratus belasan orang. Banyak sekali"
(HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 129 dan dishahihkan al-Albani dalam al–Misykah 5737).
Dalam riwayat lain ditegaskan: “315 orang.”
Kemudian dalam riwayat Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berapa jumlah persis para nabi.” Beliau menjawab:
مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا
“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” (HR. Ahmad no. 22288 dan sanadnya dinilai shahih oleh al-Albani dalam al–Misykah).

Di antara mereka Allah subhanahu wata’ala memilih beberapa rasul ulul azmi. Mereka adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.
Kita wajib menyakini seluruhnya dan meyakini Nabi Muhammad adalah yang paling mulia dan umat yang paling mulia adalah ummat Nabi Muhammad, maka betapa beruntungnya kita menjadi umat beliau. Sehingga sangat rugi sekali jika kita menjadikan orang lain sebagai idola.
Pemahaman seperti inilah yang harus kita tanamkan kepada anak-anak kita agar mereka menjadikan manusia yang paling mulia sebagai idolanya, dan bukan yang lainnya. Ingatlah bunda , bahwa tidak ada yang berada di zona aman untuk anak-anak kita sekarang ini, bahkan yang sudah berada di pesantren sekalipun. Tugas kitalah sebagai orangtua untuk terus mengajarkan kepada anak-anak kita bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwasalam adalah manusia terbaik dan kita wajib membenarkan dan menjalankan syari’at yang belia bawa.

*Mengetahui Rukun Syahadatain*

Mengetahui makna kalimat yang mulia ini merupakan salah satu prinsip yang sangat mendasar pada ‘aqidah seorang muslim. Bagaimana tidak, karena jika seseorang mengucapkan kalimat tauhid ini maka dia tidak akan bisa melaksanakan konsekuensinya sebelum mengetahui apa maknanya serta dia tidak akan mendapatkan berbagai keutamaan kalimat yang mulia ini sampai dia mengetahui apa maknanya, mengamalkannya dan meninggal di atasnya.
Laa Ilaaha Illallah mengandung dua rukun asasi yang harus terpenuhi sebagai syarat diterimanya syahadat seorang muslim yang mengucapkan kalimat tersebut :

Pertama : *An-Nafyu* (penafian/penolakan/peniadaan) yang terkandung dalam kalimat Laa Ilaaha. Yaitu menafikan, menolak dan meniadakan seluruh sembahan yang berhak untuk disembah bagaimanapun jenis dan bentuknya dari kalangan makhluk, baik yang hidup apalagi yang mati, baik malaikat yang terdekat dengan Allah maupun Rasul yang terutus terlebih lagi makhluk yang derajatnya di bawah keduanya.

Kedua : *Al-Itsbat* (penetapan) yang terkandung dalam kalimat Illallah. Yaitu menetapkan seluruh ibadah baik yang lahir seperti sholat, zakat, haji, menyembelih dan lain-lain maupun yang batin seperti tawakkal, harapan, ketakutan, kecintaan dan lain-lain. Baik dari ucapan seperti dzikir, membaca Al-Qur’an berdoa dan sebagainya maupun perbuatan seperti ruku dan sujud sewaktu sholat, tawaf dan sa`i ketika haji dan lain-lain hanya untuk Allah saja.
Maka syahadat seseorang belumlah benar jika salah satu dari dua rukun itu atau kedua-duanya tidak terlaksana. Misalnya ada orang yang hanya meyakini Allah itu berhak disembah (hanya menetapkan) tetapi juga menyembah yang lain atau tidak mengingkari penyembahan selain Allah (tidak menafikan).
Berikut penyebutan beberapa ayat Al-Qur`an yang menerangkan dua rukun laa ilaha illallah ini :
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطاَّغُوْتِ وَيُؤْمِنْ باِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ باِلْعُرْوَةِ الْوُثْقاَ لاَ انفِصاَمَ لَهـاَ
“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus”. (QS. Al-Baqarah : 256).

*Muhammad Hamba Allah dan Rasul-Nya*

Syahadat Muhammad Rasulullah atau dengan redaksi yang lebih lengkap Muhammad Abdullahi wa Rasuluhu (Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya) mempunyai dua dasar pokok yang satu dengan yang lainnya tidak bisa dipisahkan karena merupakan satu kesatuan:

1. Nabi Muhammad adalah *Abdullah (Hamba Allah)*, yaitu kita meyakini bahwa kedudukan beliau (dari satu sisi) sama dengan semua makhluk di hadapan Allah. Beliau dihidupkan, diatur, dikuasai dan dimatikan oleh Allah Ta’ala dan beliau juga tunduk, merendah dan menyembah hanya kepada Allah Ta’ala sama seperti makhluk-makhluk Allah yang lain, walaupun tingkat penyembahan beliau jelas lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk yang lain.

2. Nabi Muhammad adalah *Rasulullah* (Utusan Allah), yaitu kita menetapkan bahwa kedudukan beliau (dari sisi yag lain) lebih tinggi di atas makhluk yang lain karena beliau adalah seorang rasul.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Beliau (Nabi Muhammad) adalah seorang hamba (orang yang menyembah) maka tidak boleh disembah, dan beliau juga seorang rasul maka tidak boleh didustakan”.

*Syarat Syahadat Muhammad Rasulullah*

Syarat pengakuan Muhammad sebagai hamba dan utusan Allah yaitu :
1. Pengakuan terhadap risalah yang beliau bawa serta meyakini kebenarannya.
2. Mengucapkan syahadat dengan lisan.3. Mengikuti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan mengamalkan ajaran yang beliau bawa dan meninggalkan apa yang beliau larang.
Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Hasyr ayat 7, “Dan apa yang Rasululah datangkan kepada kalian maka ambillah dan apa yang dilarang kepada kalian darinya maka jauhilah dan bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya”.

4. Membenarkan seluruh berita yang beliau sampaikan.
Sebab sesungguhnya apa yang beliau bawa semuanya adalah kebenaran, karena merupakan wahyu dari Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surah An-Najm ayat 3-4, “Dan dia tidak berbicara dari hawa nafsunya, kecuali itu adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya”.

5. Mencintai beliau lebih daripada seluruh manusia bahkan diri kita sendiri.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang mencintai orang lain, ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, *orang yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya*… Dst..
(HR. Muslim no 43)

6. Mengamalkan sunnah-sunnah beliau dalam kehidupan.

Bunda, sudahkah kita mengajarkan itu semua kepada anak-anak kita?
Sudahkah kita membiasakan anak-anak kita untuk menjalankan sunnah-sunnah Rasul dalam kehidupan sehari?
Bunda, kemaslah kisah-kisah teladan Nabi dengan cara yang menarik untuk anak-anak kita.Kenalkan anak-anak kita dengan buku-buku shiroh Nabi . Duduklah bersama anak-anak untuk sama-sama membaca dan membahasnya. Adakan Taklim rutin di rumah dengan keluarga dan anak-anak. Ajarkan pada anak kita akan implementasi kecintaan kita kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihiwasalam yaitu dengan menjunjung tinggi dan melaksanakan sunnah-sunnah beliau. Jadilah contoh nyata, wujudkan secara visual , jadikan kebiasaan menjalankan sunnah Nabi dalam keluarga. Misalnya dengan :

Merutinkan membaca doa ketika memakai atau melepas pakaian.Membaca doa ketika masuk dan keluar rumah, masuk dan keluar WC.Membaca doa sebelum dan sesudah tidur.Merutinkan membaca dzikir pagi dan petang.Mengajak anak belajar sholat tahajud atau sholat dhuha.Membaca surat Al-Kahfi di malam Jum’at.Mengajak anak untuk datang dan mencintai majelis ilmu.Mengajarkan anak untuk amar ma’ruf nahi munkar, dan lain sebagainya

Teruslah kita ingatkan anak-anak kita untuk menjalankan semua sunnah-sunnah Nabi itu, mencakup seluruh aspek dalam kehidupan kita .

Terangkan pada anak-anak kita tentang keutamaan mencintai sunnah-sunnah Nabi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan anjuran khusus bagi orang yang selalu berusaha mengamalkan sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih lagi sunnah yang telah ditinggalkan kebanyakan orang. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

((من أحيا سنة من سنتي فعمل بها الناس، كان له مثل أجر من عمل بها، لا ينقص من أجورهم شيئاً))

“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“.
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan besar bagi orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih lagi sunnah yang telah ditinggalkan kebanyakan orang.

Maka biasakanlah anak-anak kita untuk senantiasa menjunjung tinggi dan mencintai sunnah-sunnah Nabi, sehingga kita mendapatkan keutamaan sebagai orang-orang yang mencintai Rasululullah shalallahu ‘alaihi wassalam.

 Ditulis oleh Ummu Mirza

_Sumber referensi:_

1.Kajian Ummu Ihsan, MT Assunah Depok, Jum’at 19 Januari 2018 Gema Pesona Blok AM no 4
2.Mencetak Generasi Rabbani, Ummu Ihsan Choiriyah dan Abu Ihsan Al-Atsary
2.http://www.almanhaj.or.id

Monday, January 22, 2018

🌟 *HIKMAH DALAM PENDIDIKAN* 🌟

FAEDAH KONSEP PENDIDIKAN  DARI SYAIKH IBROHIM AR-RUHAILI

Parenting Nabawi
_____
Ust Abul Abbas Thobroni
(pengasuh pendidikan berbasis fitroh dan karakter “Kuttab al Madinah” Pekalongan)

________

📝 Pada tanggal 21 – 24 Robi’uts Tsani 1349 h / 8 – 11 Januari 2018  diadakan sebuah Dauroh ilmiyah untuk para asatidz di kota Solo, dengan pemateri : Prof. Dr Ibrohim bin Amir ar-Ruhaili (beliau adalah dosen pasca sarjana jurusan aqidah di universitas Islam Madinah).

Dan merupakan kenikmatan yang Allah limpahkan pada hamba yang faqir ilmu,  ketika Allah memilih diri ini termasuk dari salah satu para penuntut ilmu yang mendapatkan undangan untuk bisa mengambil samudra ilmu langsung kepada beliau.

 Semoga Allah membalas jerih payah para panitia dan Syaikh dengan pahala terbaik.

 📝 Dauroh mengangkat buku karangan Syaikh sendiri yaitu  ( الحكمة, حقيقته, فضله , مراتبه , تطبيقاته ) “Hikmah hakikatnya, keutamaanya, tingkatanya, penerapannya”.

Dalam dunia pendidikan, syaikh Ibrohim telah memberikan banyak faedah.

 🍁 Disini akan kita sebutkan beberapa poin dalam konsep pendidikan.

*Pendidikan terbaik adalah melihat kekuatan anak dan kecondongannya, bukan memaksakan anak sesuai dengan keinginan orang tua atau guru*

 🌱 Orang tua dan guru harus faham tentang kekuatan anak kita, kemudian mendidiknya dengan metode belajar yang bisa mengasah kekuatan tersebut. Kekuatan setiap orang berbeda-beda maka jangan pernah kita banding-bandingkan anak kita dengan anak orang lain.

 🌻 Syaikh Ibrohim berkata: “Hendaknya diperhatikan dalam belajar tentang perbedaan setiap anak dalam kemampuan intelektual nya, kesiapan jiwanya, dan kecondongan ilmunya. Karena anak dalam perkara ini sangat berbeda dengan perbedaan yang menyolok.

➡ Maka selayaknya murid mengetahui kondisinya sebelum ia belajar. Dan jangan membebani dirinya dengan ilmu yang ia tidak akan bisa meraihnya, ilmu yang tidak pas dengan tabiatnya (bakatnya), dan ilmu yang ia tidak mendapatkan kepuasan dan kelapangan dada dalam mempelajarinya” (al-Hikmah:43)

 🌻 Beliau juga berkata: “Oleh sebab itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sangat memperhatikan masalah ini (mengetahui kekuatan setiap orang) ketika beliau bermuamalah kepada para sahabatnya.

 ➡ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam fokus untuk mengajarkan ilmu kepada orang-orang yang beliau ketahui bahwa ia memiliki kemampuan dan kesiapan dari jiwa dan akalnya untuk ilmu tersebut dan sangat semangat untuk menggapainya.

 💎 Diantara contohnya:

1⃣ Semangat beliau untuk mengajarkan al-Qur’an kepada Ubay bin Ka’ab, sampai beliau bertanya kepada Ubay tentang ayat terbesar dalam al-Qur’an.
 Dan ketika Ubay bisa menjawab dengan benar, maka Rosulullah bersabda:

 ( و الله ليهنك العلم أبا المنذر )

“Demi Allah selamat akan ilmu yang engkau miliki wahai Aba Mundzir” (H.R Muslim)

2⃣ Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga mendo’akan Ibnu Abbas supaya Allah mengajarkan kepadanya ilmu tafsir, sehingga beliau berkata:

( اللهم فقهه في الدين و علمه التأويل )

 “Wahai Tuhanku fahamkan ia dalam agamanya, dan ajarkan ia Tafsir”  (H.R Ibnu Syaibah, Ahmad, dan lainya. Dishohihkan oleh syaikh Albani) (al-Hikmah:44)

3⃣ Rosulullah shallallahu alaihi wasallam mendorong Zaid bin Tsabit untuk mempelajari bahasa.
Zaid bin Tsabit memiliki kekuatan dalam mendalami bahasa, sehingga Rosulullah mengasah kekuatan beliau dengan mendalami bahasa-bahasa yang ada, di waktu itu umur Zaid 11 tahun.

 🍀 Zaid bin Tsabit bercerita: “Saya dibawa kepada Rosulullah ketika beliau hijroh ke Madinah, lalu dikatakan kepada beliau:
 “Wahai Rosulullah ini anak dari Bani Najjar, ia sudah hafal 17 surat”. Lalu aku membacakan al-Qur’an kepada beliau, dan beliau sangat takjub dengan bacaanku.

Kemudian beliau berkata: “Wahai Zaid belajarlah kitab (bahasa) Yahudi, karena aku tidak pernah aman dari kelakuan mereka terhadap kitab suciku”.

Maka aku jalankan perintah beliau, dan tidak berlalu setengah bulan melainkan aku sudah mengusai bahasa mereka, sehingga aku yang menulis surat Rosulullah yang dikirimkan kepada mereka, aku juga yang membacakan surat mereka yang dikirim kepada Rosulullah”.

Zaid juga berkata:
Rosulullah bertanya kepadaku: “Apakah engkau bisa bahasa Suryaniyah?”.
Aku jawab: “Tidak”.
Beliau berkata: “Pelajarilah”.
Maka aku mempelajari bahasa tesebut dalam 17 hari. (lihat as-Shohihah syaikh Albani : 1/187)


 🌺 Maka sebagai orang tua janganlah terlalu obsesif , jangan pernah menitipkan mimpi / cita-cita kita kepada anak-anak kita,  karena mereka (anak-anak kita) memiliki cita-cita sendiri.. Anak-anak kita lebih tahu ada dibidang apa potensi mereka..
Jangan egois untuk menjadikan anak kita sesuai apa yang kita inginkan, 
kita cita-citakan dn kita atur mereka untuk menjadi dokter padahal ia berbakat sebagai ustadz / ulama,  kita cita-cita kan mereka menjadi pedagang padahal ia berbakat didunia militer,   dan contoh lainnya

 🌺 Maka biarkanlah anak kita berkembang sesuai dengan kekuatan dan bakat yang Allah karuniakan kepada anak kita,  sejak anak kita dilahirkan.
Para orangtua, Teruslah menemani anak-anak,  mencatat semua kebaikan dan perkembangan mereka , memotivasi mereka agar mereka berani mengambil peran terbaik pada zamannya.

Ingatlah, Pendidikan itu bukan MENCETAK anak sekehendak kita,
Akan tetapi pendidikan adalah mengasah kekuatan anak dan mengarahkan agar kekuatan tersebut bisa menjadi alat untuk mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan bisa membawa manfaat besar kepada manusia dan alam semesta.

Semoga bermanfaat.

و الله تعالى أعلم و صلى الله على نبينا محمد و أصحابه أجمعين