📝 Transkrip Materi BISA Pekan Percobaan
🎧 Pengisi Materi :: Ustadz Abu Razin تعالى هللا حفظه
📚 Dars 01 :: Pengantar Ilmu Bahasa Arab
⌛ Durasi audio :: 14.51 menit
•┈┈┈┈•✿❁✿••✿❁✿•┈┈┈┈•
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
َح ْمدَ َِّّلِلِ
ْ
َّن ال
ِ
إ , والصالة والسالم على رسول هللا, أما بعد.
Alhamdulillah pada pertemuan pertama ini, Insya Allah kita kan membahas tentang pengantar Ilmu Bahasa Arab.
Perlu kita ketahui bahwasanya Ilmu Bahasa Arab, memiliki beberapa cabang ilmu, diantaranya: Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Ilmu Manthiq, Ilmu Balaghah, Ilmu ‘Arudh, dan
yang lainnya.
Namun diantara sekian banyak cabang ilmu bahasa arab, ada dua ilmu yang harus dikuasai oleh pemula, yakni: Ilmu Nahwu, dan Ilmu Sharaf.
Dengan mempelajari ilmu nahwu dan ilmu sharaf, Insya Allah kita bisa membuat kalimat dalam bahasa arab, yang benar, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa arab.
Adapun ilmu-ilmu yang lainnya, seperti Ilmu Manthiq, Ilmu Balaghah, Ilmu ‘Arudh, ini sudah tidak lagi membicarakan bagaimana cara membuat kalimat yang benar dalam
bahasa arab, tetapi sudah sampai pada level bagaimana membuat kalimat yang indah, baik susunannya maupun maknanya. Jadi kita sebagai pemula wajib untuk menguasai ilmu nahwu dan ilmu sharaf.
Pada dasarnya ilmu sharaf adalah bagian dari ilmu nahwu. Lalu apa bedanya antara ilmu nahwu dan ilmu sharaf?
🏵 Ilmu nahwu adalah:: ilmu yang mempelajari kedudukan kata dalam sebuah kalimat.
🏵 Sedangkan ilmu sharaf adalah:: ilmu yang mempelajari perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya.
Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwasannya ilmu sharaf itu menyediakan kata-katanya, sedangkan ilmu nahwu itu memberikan kita kaidah bagaimana cara
menyusun kalimat yang benar, dan termasuk di dalamnya bagaimana memberi harakat yang benar. Karena di dalam bahasa arab, perbedaan harakat bisa menyebabkan
perbedaan makna.
Baiklah, untuk kita bisa lebih memahami perbedaan antara ilmu nahwu dan ilmu sharaf, silahkan di buka *diktat Ilmu Sharaf Untuk Pemula* halaman 1. Disitu kita mengambil
contoh kalimat:
َس َزْيدٌ
�� َجلَ
Yang memiliki arti, “Zaid telah duduk”
Kalau kita lihat kalimat ini, maka kita bisa melihat peran ilmu sharaf dan peran ilmu nahwu dalam menyusun kalimat ini.
🖍 Pertama kata سَ
. َجلَ
ada alasan kenapa kata kerja yang di pilih adalah سَ
َجل , َdan ada pula alasan kenapa يدْز , َ
itu memiliki harakat dhammahtain.
َس َزْيدٌ
✅ َجلَ
tidak
َس َزْيدًا
❌ َجلَ
atau
َس َزْيٍد
❌ َجلَ
✏ Kemudian yang kedua, ada juga alasan di balik kenapa kata سَ
َجل َlebih di dahulukan
dari kata ٌيدْز . َJadi kita lihat:
َس َزْيدٌ
�� َجلَ
َس bukan
َجلَ
َزْيدٌ
Nah yang kita bahas ini adalah ilmu nahwu, karena kita mempelajari susunan kalimat, bagaimana cara kita menempatkan suatu kata dalam suatu kalimat.
🏮 Adapun ilmu sharaf dalam susunan kalimat ini::
َس َز ْيدٌ
َجلَ
memberikan peran dalam memberikan kata سَ
َجل- َnya. kenapa yang di pilih adalah
َس
َجل ? َSedangkan kita ketahui bahwasannya kata سَ
َجل , َitu memiliki 14 bentuk.
َس
َج , لَ
kemudian ada
ْس ُت
َج , لَ
yang memiliki arti "saya telah duduk",
kemudian ada
ْس َت
َج , لَ
yang "memiliki arti kamu telah duduk."
Sedangkan
َس
َج , لَ
itu adalah kata kerja orang kedua tunggal laki-laki.
Nah kita mempelajari perubahan bentuk سَ
ْس َت menjadiَ , جلَ
ْس ُت menjadiَ , جلَ
danَ , جلَ
perubahan bentuk yang lainnya dalam ilmu sharaf. Ini contoh yang pertama.
🎀 Kemudian contoh yang kedua, untuk kita lebih memahami perbedaan antara ilmu
nahwu dan ilmu sharaf, adalah misalkan kita gunakan kata yang sama, ُمد ْحَ
Di dalam al Qur’an, kita kadang menjumpai kata ُمد ْحَ
ال dibaca dengan dhammah, yakni pada al Fatihah, kita membaca:
ِمْي َن
َر ِب العَالَ
َح ْمدُ َِّّلِلِ
��ال
Kita perhatikan bahwasannya مد ْحَ
ال disini, kita baca dengan dhammah.
Namun di kesempatan yang lainnya, kita sering mendengar para khatib membuka khutbahnya dengan membaca:
َح ْمدَ َِّّلِلِ.
ل
ْ
َّن ا
ِ
�� إ
َح ْمد perhatikan Kita
ال pada kalimat khutbah pembuka ini dibaca dengan harakat fathah, bukan dhammah sebagaimana yang ada di dalam al Fatihah.
Kemudian di lain kesempatan kita melihat seorang ulama, al Imam al Baiquniy,
pengarang kitab hadits, beliau memulai kitabnya dengan:
َح ْمِد,
ِال
ب
ُ
ْبدَأ
َ
�� أ
Ia membaca kata مد ْحَ
ال dengan kasrah.
Perbedaan penyebutan harakat dari
ال , َح ال – ْمِد َح ال – ْمدَ َح ْمدُ
pada tiga contoh yang sudah saya jelaskan tadi, ini di bahas dalam ilmu nahwu. Karena
dalam ilmu nahwu, harakat itu sangatlah penting, bahkan perbedaan harakat, bisa
menyebabkan perbedaan makna.
Contohnya misalkan kalau kita membuat kalimat sebagai berikut:
Kita gunakan kata ب َر َض , َyang memiliki arti memukul.
ْكًرا
�� َض َر َب َزْيدٌ بَ
Kalau kita membaca kalimatnya seerti ini, maka maknanya adalah:: “Zaid memukul
Bakr”.
Akan tetapi bila kita membacanya sebagai berikut:
ْكٌر
�� َض َر َب َزْيدًا بَ
Maka ini maknanya adalah, “Bakr memukul Zaid”.
Kita perhatikan bahwa perbedaan harakat, bisa merubah pelaku menjadi korban/objek.
Nah ini insya Allah nantinya akan dibahas dalam ilmu nahwu. Ini adalah contoh
pengaplikasian ilmu nahwu.
🏮 Selanjutnya kita akan melihat contoh pengaplikasian ilmu sharaf.
Kita masih menggunakan kata yang sama, yakni kata yang tersusun dari د – م – ح.
Sering kita menjumpai, banyak sekali kata yang tersusun dari huruf د – م – ح .Dan
semua kata ini, memiliki akar makna yang sama, yakni tidak jauh dari arti “pujian”.
No comments:
Post a Comment