*ORANGTUA TIDAK PERNAH MENAFKAHI, WAJIBKAH ANAK TETAP BERBAKTI?*
📖 📖________✒
*Fatwa Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan*
*Soal:*
Seorang lelaki menceraikan istrinya ketika hamil. Setelah melahirkan, Allah berikan rezeki kepada sang Ibu sehingga ia merawat anaknya, mendidiknya dan membesarkannya hingga sang anak menikah, tanpa sepeser pun bantuan dari bapak sang anak tersebut.
_Apakah sang anak tetap wajib berbuat baik kepada ayah kandungnya dan berbakti kepadanya?_
Padahal ia tidak pernah merawat sang anak dan sang anak tidak pernah merasakan kehangatan seorang ayah di sisinya.
_Jawab:_
Iya, *_tetap wajib_* bagi seorang anak untuk menunaikan hak orang tuanya. Walaupun sang orang tua lalai dalam pemenuhan kewajibannya berupa pendidikan dan nafkah.
*Karena anak maupun orang tua memiliki hak yang wajib ditunaikan kepada satu-sama-lain.* Jika orang tua lalai dalam pemenuhan hak terhadap anak, maka ia *_berdosa_* .
Namun ini tidak mengugurkan pemenuhan hak orang tua dari sang anak, yaitu dengan berbakti kepadanya dan berbuat baik kepadanya.
Dan hendaknya setiap Muslim membalas kebaikan kepada orang yang berbuat buruk kepadanya, walaupun terhadap selain orang tuanya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
_“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik”_ *(QS. Fushilat: 34).*
Allah Ta’ala juga berfirman:
فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ
_“maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah”_ *(QS. Asy Syura: 40).*
Cerita ini mungkin sudah sangat akrab di telinga kita. Seorang nabi pemimpin ahli tauhid memiliki ayah penyembah berhala.
Sekalipun sang ayah mengancam hendak melempari batu Ibrahim, beliau tetap memperlakukan ayahnya dengan *_sopan._*
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya;
_“Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?_
Pada ayat di atas, Ibrahim memanggil ayahnya dengan panggilan: *_’Ya Abati’ [يَا أَبَتِ],_* itu panggilan _lembut_ untuk sang ayah.
Ibrahim tidak memanggil ayahnya denagn *_’Ya Abi’,_* karena lebih kasar dari pada yang pertama.
Anda lihat, bagaimana sikap ayahnya kepada Ibrahim,
قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا
Berkata bapaknya:
_“Apakah kamu benci kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? jika kamu tidak berhenti, niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”._ *(QS. Maryam: 46)*
```Setiap Muslim dituntut untuk membalas keburukan orang lain dengan kebaikan.```
_Maka bagaimana lagi jika ia orang tua kita?_ Maka lebih ditekankan lagi untuk berbuat demikian.
***
_Muslim.or.id_
🖊 Pembina : Ustadz Musyaffa' ad Dariny, Lc., M.A.
💎 Oleh: Mutiara Risalah Islam
_______________
No comments:
Post a Comment