Keutamaan bulan Dzulhijjah
Ustadz Najmi:
◾ 20 Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah ◾
(1). Amal-amal shalih pada hari itu lebih dicintai oleh Allah Ta'ala
"Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah dari pada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari (pertama) dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : "Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah ?" Beliau menjawab : "Tidak juga jihad fii sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun (yaitu mati syahid)" (HR. Bukhari no.969, hadits dari Ibnu Abbas)
(2). Dilipatgandakan pahala amal-amal shalih seperti shalat, bersedekah, membaca al-Qur'an, berpuasa, berdzikir dll.
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu..." (QS. At-Taubah [9]: 36)
Bulan Dzulhijjah termasuk bagian dari bulan-bulan haram (mulia) yaitu Dzulqo'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab,
Ibnu ’Abbas radhiyallahu 'anhu berkata :
"Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan mulia, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar dan amal-amal shalih yang dilakukan (pada bulan tersebut) akan menuai pahala yang lebih banyak" (Lathoif al-Ma’arif hal 207)
(3). Disyariatkannya puasa sunnah selama 9 hari dari tanggal 1 s/d 9 Dzulhijjah.
Dari Hunaidah bin Khalid, dari istrinya, dari beberapa istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata :
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada 9 hari awal Dzulhijjah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram) dan berpuasa tiga hari setiap bulannya (di tgl 13, 14 dan 15 pada bulan Islam)…" (HR. Abu Dawud no.2437, an-Nasaa'i no.2372 dan 2417, Ahmad 2269 dan al-Baihaqi IV/284, lihat Shahiih Sunan Abi Dawud no.2106)
Di antara sahabat Nabi yang mempraktekkan puasa selama 9 hari awal bulan Dzulhijjah adalah Abdullah bin Umar. Dan di antara ulama tabi'in seperti al-Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama" (lihat Kitab Lathoif al-Ma’arif hal 461)
(4). Disyariatkannya puasa Arafah tanggal 9 Dzulhijjah.
"Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelumnya dan sesudahnya" (HR. Muslim no.1162, hadits dari Abu Qotadah)
(5). Allah Ta'ala bersumpah dengan menyebutkan hari-hari itu.
"Demi malam yang sepuluh" (QS. Al-Fajr [89]: 2)
(6). Terdapat sebaik-baik hari di dunia, yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah (HR. Al-Bazzar, lihat Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no.1133, hadits dari Jabir)
(7). Allah Ta'ala menamakan bulan Dzulhijjah dengan asyhurun ma'luumaat (beberapa bulan yang dimaklumi/diketahui), dimana jamaah haji mulai menyiapkan bekal dan melakukan perjalanan, yaitu di bulan Syawwal, Dzulqo'dah dan Dzulhijjah.
"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji..." (QS. Al-Baqarah [2]: 197)
(8). Allah Ta'ala menamakan awal bulan Dzulhijjah dengan sebutan al-ayyaamul ma'luumaat (hari yang telah ditentukan) untuk memperbanyak dzikir.
"Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa hewan ternak..." (QS. Al-Hajj [22]: 28)
Imam Bukhari rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuma keluar ke pasar pada 10 hari itu seraya mengumandangkan takbir, lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya (maksudnya adalah untuk mengingatkan manusia agar masing-masing berdzikir, tetapi bukan dzikir dengan cara berjamaah/bersama-sama dengan 1 suara/koor).
Dan dianjurkan juga untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya.
(9). Bulan Dzulhijjah termasuk bagian dari bulan-bulan haram (mulia) yaitu Dzulqo'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab, dimana kaum muslimin dilarang memulai peperangan.
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu..." (QS. At-Taubah [9]: 36)
(10). Adanya pelaksanaan ibadah haji dan umrah.
"...Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam" (QS. Ali Imran [3]: 97)
(11). Adanya hari raya 'Iedul Adha tanggal 10 Dzulhijjah dan juga mendengarkan khutbahnya.
(12). Turunnya ayat tentang kesempurnaan agama Islam (HR. Bukhari no.45, hadits dari Umar bin Khaththab)
"...Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagimu..." (QS. Al-Maidah [5]: 3)
(13). Yang berqurban tidak memotong kuku, rambut dan kulit dari tanggal 1 sampai hewan qurbannya disembelih tanggal 10, atau di hari-hari tasyriq yaitu tgl 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
"Apabila kamu telah melihat hilal (yaitu awal bulan) Dzulhijjah dan salah seorang diantara kamu hendak berqurban, maka jangan sekali-kali kamu memotong rambutnya dan jangan pula memotong kukunya sampai hewan qurban itu disembelih" (HR. Muslim no.1977 (41 & 42), hadits dari Ummu Salamah)
(14). Terdapat sebaik-baik do'a (yang cepat dikabulkan), yaitu di hari Arafah (HR. Malik, lihat Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no.1102, hadits dari Tholhah)
(15). Banyak yang dibebaskan Allah Ta'ala dari neraka, yaitu pada hari Arafah (HR. Muslim no.1348, lihat Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no.5796, hadits dari Aisyah)
(16). Adanya hari yang disaksikan, yaitu hari Arafah.
"Hari yang dijanjikan adalah hari Kiamat, hari yang menjadi saksi adalah hari Jum'at dan hari yang disaksikan adalah hari Arafah..." (HR. Ath-Thabrani, lihat Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no.8200, hadits dari Abu Malik Al-Asy'ari)
(17). Allah Ta'ala turun ke langit dunia, yaitu pada hari Arafah (untuk memberikan ampunan, rahmat dll) (HR. Ath-Thabrani, lihat Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no.1360, hadits dari Ibnu Umar)
(18). Allah Ta'ala membanggakan orang yang sedang wukuf di Arafah.
"Tidak ada satu hari di mana Allah lebih banyak membebaskan hamba dari neraka, melebihi hari arafah. Sesungguhnya Allah mendekat, kemudian Allah membanggakan mereka di hadapan para Malaikat. Allah berfirman : "Apa yang mereka inginkan ?" (HR. Muslim no.3354, hadits dari Aisyah)
(19). Adanya penyembelihan hewan ternak sebagai qurban untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.
"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (hewan qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)" (QS. Al-Hajj [22]: 34)
(20). Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang penuh dengan keutamaan, kelebihan dan keistimewaan, maka insya Allah akan lebih besar peluang dan kesempatan untuk diterimanya taubat, dengan meninggalkan segala dosa dan maksiat, sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat.
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
https://telegram.me/najmiumar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmiumar official
No comments:
Post a Comment