Tuesday, November 26, 2019

[27/11 10.17] Taud Ummu al: Halaqah Silsilah 'Ilmiyah 09 | Beriman Dengan Taqdir Allah

▪ Senin, 23 Rabi'ul Tsani 1440 Hijriyyah / 31 Desember 2018 Masehi
▪ 23. Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 1

==============✿✿============

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين


Halaqah yang Ke-23 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman dengan Takdir Allāh adalah tentang ”Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 1″


Diantara buah beriman dengan Takdir Allāh 'azza wajalla :

1.  Beriman Dengan Takdir adalah sebab seseorang merasakan lezatnya iman, Berkata Ubadah Ibnu Shomid kepada putranya


يا بني! إنك لن تجد طعم الإيمان حتى تعلم أن ما أصابك لم يكن ليخطئك، وما أخطأك لم يكن ليصيبك،


“Wahai anakku sesungguhnya engkau tidak akan merasakan lezatnya hakikat keimanan sampai engkau meyakini bahwa apa yang menimpamu tidak akan luput darimu & apa yang luput darimu tidak akan menimpamu” (diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibn Majjah)


2. Beriman dengan Takdir Membuahkan keberanian, keyakinan, tawakal dan bergantung hanya kepada Allāh, karena dia meyakini bahwa tidak akan menimpa dia kecuali apa yang sudah Allāh tulis, Allāh berfirman:


قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ


“Katakanlah tidak akan menimpa kami kecuali apa yang sudah Allāh tentukan untuk kami, Dia-lah penolong kami dan hanya kepada Allāh lah orang-orang yang beriman bertawakal” (Qs. At-Taubah : 51)


3. Beriman dengan Taqdir Membuahkan akhlak yang mulia, seperti kedermawan karena apabila seseorang mengetahui bahwa kekayaan & kemiskinan dengan Takdir Allāh dia tidak akan takut berinfak fi sabilillah.


4.  Beriman dengan Taqdir Membuahkan rasa syukur ketika mendapatkan nikmat , menyadarkan kenikmatan tersebut kepada Allāh, karena Dia-lah yang mentakdirkan, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:


وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ…


“Dan nikmat apa saja yang ada pada kalian maka itu adalah dari Allāh ” (QS. An-Nahl : 53)


5.  Beriman dengan Taqdir Membuahkan petunjuk dan kesabaran ketika mendapatkan musibah, Allāh berfirman:


مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ


“Musibah apa saja yang menimpa baik dibumi maupun pada diri² kalian kecuali sudah ditulis di dalam sebuah kitab sebelum Kami menjadikannya, sesungguhnya yang demikian adalah sangat mudah bagi Allāh”. (Qs. Al-Hadid : 22)


6. Semakin kuat keimanan seseorang dengan Takdir Allāh maka akan semakin kuat tauhid nya, karena Iman dengan Takdir adalah bagian dari Iman dengan Rububiyah Allāh, yang konsekuensi nya adalah Tauhid Uluhiyyah.


7. Beriman dengan Takdir Membuahkan keikhlasan dan terjauh dari riya, karena orang yang beriman dengan Takdir mengetahui bahwa Allāh telah menentukan segalanya dan menyadari bahwa mencari pahala dari manusia tidak akan memberikan manfaat.


8.  Beriman dengan Taqdir Menghilangkan rasa dengki antar sesama muslim karena dia menyadari bahwa rezeki sudah diatur dan dibagi oleh Allāh dengan hikmah yang dalam lalu untuk apa seseorang dengki dan iri.


Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini & sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
[27/11 10.22] Taud Ummu al: Halaqah Silsilah 'Ilmiyah 09 | Beriman Dengan Taqdir Allah

==============✿✿============

▪ Senin, 01 Jumadal Ula 1440 Hijriyyah / 07 Januari 2019 Masehi
▪ 25. Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 3

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين


Halaqah yang Ke-25 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh adalah tentang "Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian yang ke-3"

Diantara Buah beriman dengan Takdir Allāh adalah :

16. Berbaik sangka kepada Allāh ketika melihat dirinya diberi hidayah kepada Tauhid, Sunnah dan ketaatan maka dia berbaik sangka kepada Allāh, bahwa Allāh menghendaki pada dirinya kebaikan dan ingin memudahkan dia masuk kedalam Surga Nya.


17. Diantara buah beriman dengan Takdir Allāh adalah Menimbulkan rasa takut didalam diri seorang hamba dari suul Khotimah, sehingga dia tidak tertipu dengan amal sholeh nya karena dia tidak tau dengan apa Allāh akan menakdirkan akhir amalannya.


18. Beriman dengan Takdir Menimbulkan sifat tidak suka merendahkan orang lain dan menghinakan orang lain yang terjerumus kedalam kemaksiatan karena dia tidak tau dengan apa Allāh akan menakdirkan akhir dari amalan orang tersebut.


19. Diantara Buah Beriman dengan Takdir adalah : Memerdekakan akal dan diri dari khurafat dan Tathoyyur dan dia meyakini bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari takdir Allāh. Tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Allāh dan tidak ada yg menolak kejelekan kecuali Allāh.


20. Beriman dengan Takdir Menjadikan seseorang rendah hati dan tidak sombong ketika diberikan rezeki oleh Allāh baik berupa harta, kedudukan maupun ilmu dll. Karena ini semua datang dari Allāh dan dengan Takdir Allāh dan kalau Allāh menghendaki Allāh akan mengambilnya dari kita sewaktu².


21. Beriman dengan Takdir Membawa ketenangan didalam hati dan ketentraman jiwa karena ketika musibah dia merasa itu yang terbaik dan pasti ada hikmahnya dan dia mengetahui bahwa orang yang ridha maka Allāh akan ridha kepadanya sehingga dia tidak cemas & gelisah & tidak berangan² dan berandai².


Akhirnya semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan kita termasuk orang yang beriman dengan Takdir Allāh yang baik maupun yang buruk dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan karunia kepada kita semua sehingga kita bisa merasakan buah - buah yang baik dari beriman dengan Takdir dan sesungguhnya Allāh mengabulkan doa.


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ


Demikianlah yang bisa saya sampaikan didalam Silsilah Beriman Dengan Takdir Allāh & sampai bertemu kembali pada Silsilah Ilmiah selanjutnya yaitu "Silsilah Sirah Nabawiyyah".


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy
[27/11 10.22] Taud Ummu al: Halaqah Silsilah 'Ilmiyah 09 | Beriman Dengan Taqdir Allah

▪ Kamis, 26 Rabi'ul Tsani 1440 Hijriyyah / 03 Januari 2019 Masehi
▪ 24. Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 2

==============✿✿============


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين



Halaqah yang Ke - 24 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman dengan Takdir Allāh adalah tentang ” Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian yang ke - 2″.

diantara buah beriman dengan Takdir Allah bahwa :

9. Beriman dengan takdir Membuahkan semangat yang tinggi didalam melakukan kebaikan yang berkaitan dengan agama
seperti : ibadah, menuntut ilmu, berdakwah dll.

Orang yang beriman dengan Takdir Allāh tidak takut celaan orang yang mencela ketika berdakwah, tidak terlalu hancur hatinya ketika melihat orang yang tidak menerima dakwahnya dan dia tidak pamer atau bangga diri ketika melihat orang yang mendapatkan hidayah dengan sebab dirinya karena semua itu sudah ditakdirkan oleh Allāh ajja wajalla.


10. Beriman dengan Takdir juga membuahkan semangat yang tinggi didalam berbuat kebaikan yang berkaitan dengan dunia.

Seperti : bekerja yang halal, melakukan aktivitas yang diperbolehkan & bermanfaat dll. Dan Dia tidak mudah menyesal dan berputus asa ketika menghadapi musibah yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.


11. Beriman dengan Takdir Membuahkan ridha terhadap hukum² Allāh baik yang berupa hukum² syariat, maupun hukum² Kauniah.


12. Beriman dengan takdir Membuahkan kebahagiaan dan menghilangkan kesedihan karena dia mengetahui & yakin bahwa Allāh memilih yang terbaik baginya didalam urusan dunia, agama dan akhir dari perkaranya. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:


… ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ


“Dan mungkin saja kalian membenci sesuatu & dia adalah baik bagi kalian & mungkin saja kalian mencintai sesuatu dan dia adalah jelek bagi kalian & Allāh Dia-lah yang mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui” (Qs. Al-Baqarah : 216)


13. Diantara buah beriman dengan Takdir Allah Membuahkan keistiqomahan di atas jalan yang lurus baik dalam keadaan mendapatkan nikmat atau tertimpa musibah, karena dia akan bersyukur ketika mendapatkan nikmat & akan bersabar ketika dia terkena musibah.


14. Tidak putus asa dari pertolongan Allāh bagaimana pun besarnya fitnah dan banyaknya ujian, karena dia yakin bahwa akhir yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa dan ini adalah ketentuan Allāh yang sudah Allāh tentukan. Allāh berfirman:


هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا


“Dia-lah yang telah mengutus Rasul Nya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk menampakkan agama tersebut diatas seluruh agama dan cukuplah Allāh sebagai saksi” (Qs. Al-Fath : 28)


Dan Allāh mengatakan:


إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ


“Sesungguhnya Kami akan menolong Rasul² Kami & orang² yang beriman di kehidupan dunia & ketika bangkit para saksi” (Qs. Ghafir : 51)


15. Buah beriman dengan Takdir Allah adalah Menjadikan didalam diri seorang hamba Qonaah /merasa cukup dengan pemberian Allāh azza wa jalla, tidak rakus terhadap dunia dan tidak meminta minta kepada orang lain, karena dia meyakini bahwa rezeki sudah tertulis dan tidak mungkin orang lain bisa menyampaikan kepadanya sebuah rezeki kecuali apa yang sudah Allāh tulis sebelumnya.


Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.



والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Abdullāh Roy

Di kota Al-Madīnah
*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

Saturday, November 23, 2019

*_Status Orang Yang Meninggalkan Shalat Fardhu_*


Ibadah shalat adalah ibadah yang agung. Ia juga merupakan ibadah yang urgen dan penting untuk senantiasa di jaga. Di sisi lain, banyak pula keutamaan-keutamaan dari ibadah shalat. Maka dengan begitu tingginya kedudukan shalat dalam Islam, meninggalkan ibadah ini pun berat konsekuensinya. Silakan simak penjelasan berikut.

*Urgensi ibadah shalat*

Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk mendirikan shalat. Allah Ta’ala berfirman:

وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِين

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk” (QS. Al-Baqarah: 43).

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ

“ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling” (QS. Al Baqarah: 83).

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah” (QS. Al Baqarah: 110).

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَأَنْ أَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَاتَّقُوهُ وَهُوَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

“dan agar mereka mendirikan shalat serta bertakwa kepada-Nya”. Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan” (QS. An An’am: 72).

Maka mendirikan shalat adalah menjalankan perintah Allah Ta’ala.

Shalat juga salah satu dari rukun Islam. Dari Ibnu Umar radhiallahu’amhuma, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

بُنِيَ الإسْلامُ علَى خَمْسٍ، شَهادَةِ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ، وإقامِ الصَّلاةِ، وإيتاءِ الزَّكاةِ، وحَجِّ البَيْتِ، وصَوْمِ رَمَضانَ

“Islam dibangun di atas 5 perkara: bersyahadat bahwa tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke Baitullah dan puasa Ramadhan” (HR. Bukhari no.8, Muslim no. 16).

Tidak semua ibadah termasuk rukun Islam. Ini menunjukkan ibadah-ibadah yang termasuk rukun Islam adalah ibadah yang sangat penting dan urgen. Dan diantaranya adalah shalat.

*Keutamaan shalat*

*Shalat adalah perkara yang akan dihisab pertama kali di hari kiamat*

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ أولَ ما يُحاسَبُ به العبدُ يومَ القيامةِ من عملِه صلاتُه ، فإن صَلُحَتْ فقد أَفْلَحَ وأَنْجَح ، وإن فَسَدَتْ فقد خاب وخَسِرَ ، فإن انْتَقَص من فريضتِه شيئًا ، قال الربُّ تبارك وتعالى : انْظُروا هل لعَبْدِي من تَطَوُّعٍ فيُكَمِّلُ بها ما انتَقَص من الفريضةِ ، ثم يكونُ سائرُ عملِه على ذلك

“Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka ia akan beruntung dan selamat. Jika shalatnya rusak, maka ia akan merugi dan binasa. Jika ada shalat fardhunya yang kurang, maka Allah tabaraka wa ta’ala akan berkata: lihatlah apakah hamba-Ku ini memiliki amalan shalat sunnah? Kemudian disempurnakanlah yang kurang dari shalat fardhunya. Dan ini berlaku pada seluruh amalan lainnya” (HR. At Tirmidzi no. 413, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

*Allah perintahkan untuk menjaga shalat setiap waktu*

Allah Ta’ala berfirman:

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

“Jagalah shalat-shalat fardhu dan jagalah shalat wustha (shalat ashar) dan menghadaplah kepada Allah sebagai orang-orang yang taat” (QS. Al Baqarah: 238).

Bahkan ketika sedang sakit sekalipun tetap diperintahkan shalat sesuai kemampuan. Dari Imran bin Hushain radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

كانتْ بي بَواسيرُ ، فسأَلتُ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عنِ الصلاةِ ، فقال : صَلِّ قائمًا ، فإن لم تستَطِع فقاعدًا ، فإن لم تستَطِعْ فعلى جَنبٍ

“Aku pernah menderita penyakit bawasir. Maka ku bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengenai bagaimana aku shalat. Beliau bersabda: shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah sambil duduk, jika tidak mampu maka shalatlah dengan berbaring menyamping” (HR. Al Bukhari, no. 1117).

*Shalat adalah tiang agama*

Dari Imran bin Hushain radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

رأسُ الأمرِ الإسلامُ، وعَمودُه الصَّلاةُ، وذِروةُ سَنامِهِ الجهادُ في سبيلِ اللهِ

“Pangkal dari semua perkara adalah Islam dan tiang Islam dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah” (HR. At Tirmidzi no. 2616, An Nasa-i no. 11330, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

*Shalat menghapuskan dosa-dosa*

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الصَّلاةُ الخمسُ والجمعةُ إلى الجمعةِ كفَّارةٌ لما بينَهنَّ ما لم تُغشَ الْكبائرُ

“Shalat yang lima waktu, shalat Jum’at ke shalat Jum’at selanjutnya, ini semua menghapuskan dosa-dosa di antara keduanya, selama tidak melakukan dosa besar” (HR. Muslim no. 233).

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أرأيتُم لوْ أنَّ نَهرًا ببابِ أَحدِكم يَغتسِلُ منه كلَّ يومٍ خَمْسَ مرَّاتٍ؛ هلْ يَبقَى مِن دَرَنِه شيءٌ؟ قالوا: لا يَبقَى من دَرنِه شيءٌ، قال: فذلِك مَثَلُ الصَّلواتِ الخمسِ؛ يَمْحُو اللهُ بهنَّ الخَطايا

“Bagaimana menurut kalian jika di depan rumah kalian ada sungai lalu kalian mandi di sana lima kali sehari. Apakah ada kotoran di badan yang tersisa? Para sahabat menjawab: tentu tidak ada kotoran lagi yang tersisa. Nabi bersabda: Maka demikianlah shalat-shalat fardhu yang lima, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan manusia dengan shalat-shalat tersebut” (HR. Bukhari no. 528, Muslim no. 667).

Dari Utsman bin Affan radhiallahu’anhu, bahwa beliau mendengar Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ما مِنِ امرئٍ مسلمٍ تَحضُرُه صلاةٌ مكتوبةٌ فيُحسِنُ وُضوءَها، وخُشوعَها، ورُكوعَها، إلَّا كانتْ كفَّارةً لِمَا قَبلَها من الذنوبِ ما لم تُؤتَ كبيرةٌ، وذلك الدَّهرَ كلَّه

“Tidaklah ada seorang Muslim pun yang menghadiri shalat wajib, ia membaguskan wudhunya, membaguskan khusyuknya dna rukuknya, kecuali shalat tersebut menjadi kafarah atas dosa-dosanya yang telah lalu, selama dijauhi dosa besar. Dan itu berlaku sepanjang waktu” (HR. Muslim no. 228).

Shalat mencegah orang dari berbuat maksiat

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS. Al Ankabut: 45).

*Hukum meninggalkan shalat*

Dengan begitu tingginya dan utamanya kedudukan shalat dalam Islam, meninggalkan ibadah ini pun berat konsekuensinya.
 *Orang yang meninggalkan shalat karenaberkeyakinan shalat 5 waktu itu tidak wajib, maka ia keluar dari Islam.* Ini adalah ijma ulama tidak ada khilafiyah di antara mereka.
 Imam An Nawawi rahimahullahmengatakan:

إذا ترَك الصلاةَ جاحدًا لوجوبها، أو جَحَدَ وجوبَها ولم يتركْ فِعلَها في الصورة، فهو كافرٌ مرتدٌّ بإجماعِ المسلمين

“Jika seseorang meninggalkan shalat karena mengingkari wajibnya shalat, atau ia mengingkari wajibnya shalat walaupun tidak meninggalkan shalat, maka ia kafir murtad dari agama Islam berdasarkan ijma ulama kaum Muslimin” (Al Majmu’, 3/14).

Sedangkan orang yang meninggalkan shalat bukan karena mengingkari wajibnya, namun karena *malas dan meremehkan,* statusnya diperselisihkan oleh ulama:

* Madzhab Hambali berpendapat kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Demikian juga salah satu pendapat dalam madzhab Syafi’i dan Maliki. Dan pendapat ini dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim.

* Pendapat madzhab Syafi’i dan Maliki mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat tidak kafir, namun mereka dihukum oleh ulil amri dengan hukuman mati.

* Pendapat madzhab Hanafi mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat tidak kafir, namun mereka dipenjara sampai kembali shalat.

*_Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah pendapat pertama, yang mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat itu kafir keluar dari Islam._* Karena didukung oleh dalil-dalil yang kuat. Ini yang dikuatkan Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syaikh Shalih Al Fauzan, Syaikh Muhammad bin Ibrahim, dan para ulama besar lainnya.

*Dalil Al Qur’an*

Allah Ta’ala berfirman:

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Dan hendaknya mereka mendirikan shalat dan janganlah menjadi orang-orang yang Musyrik” (QS. Ar Rum: 31).

Allah menyebutkan dalam ayat ini, diantara tanda orang-orang yang menjadi musyrik adalah meninggalkan shalat. Allah Ta’ala juga berfirman:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan” (QS. Maryam: 59).

Pada ayat-ayat selanjutnya Allah Ta’ala menyebutkan tentang keadaan kaum Mukmin beserta nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada mereka. Lalu di ayat ini Allah menyebutkan kaum yang lain yang bukan kaum Mukminin. Dan salah satu ciri mereka adalah menyia-nyiakan shalat.

*Dalil As Sunnah*

Disebutkan juga dalam hadits dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

بَيْن الرَّجل وَبَيْن الشِّرْكِ وَالكُفر ترْكُ الصَّلاةِ

“Pembatas bagi antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan shalat” (HR. Muslim no. 82).

Dari Abdullah bin Buraidah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ العَهدَ الذي بيننا وبينهم الصَّلاةُ، فمَن تَرَكها فقدْ كَفَرَ

“Sesungguhnya perjanjian antara kita dan mereka (kaum musyrikin) adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir” (HR. At Tirmidzi no. 2621, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:

أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم كان إذا غزَا بِنا قومًا، لم يكُن يَغزو بنا حتى يُصبِحَ ويَنظُرَ، فإنْ سمِعَ أذانًا كفَّ عنهم، وإنْ لم يَسمعْ أذانًا أغارَ عليهم

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika beliau memimpin kami untuk memerangi suatu kaum, maka beliau tidak menyerang hingga waktu subuh. Beliau menunggu terlebih dahulu. Jika terdengar suara adzan, maka kami menahan diri (tidak menyerang). Namun jika tidak terdengar adzan maka baru kami serang” (HR. Bukhari no. 610, Muslim no. 1365)

Hadits ini menunjukkan bahwa kaum yang masih menegakkan shalat maka dihukumi sebagai kaum Muslimin dan tidak boleh diperangi. Sedangkan jika tidak menegakkan shalat maka dihukumi sebagai orang kafir dan diperangi (bersama ulil amri).

Kemudian perhatikan dua hadits berikut. Dari Auf bin Malik dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ia bersabda,

خيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم ويصلون عليكم وتصلون عليهم وشرار أئمتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونكم قيل يا رسول الله أفلا ننابذهم بالسيف فقال لا ما الصلاة وإذا رأيتم من ولاتكم شيئا تكرهونه فاكرهوا عمله ولا تنزعوا يدا من طاعة

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah pemimpin yang kalian cintai, dan mereka pun mencintai kalian. Kalian mendo’akan mereka, mereka pun mendoakan kalian. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci, mereka pun benci kepada kalian. Kalian pun melaknat mereka, mereka pun melaknat kalian”. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah apakah kita perangi saja mereka dengan senjata?”. Nabi menjawab, “Jangan, selama mereka masih shalat. Bila kalian melihat sesuatu yang kalian benci dari pemimpin kalian, maka cukup bencilah perbuatannya, namun jangan kalian melepaskan tangan kalian dari ketaatan kepadanya” (HR. Muslim no. 2155).

Dari Ubadah bin Shamit radhiallahu’anhu, ia berkata:

دعانا النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ فبايعناه، فقال فيما أخذ علينا : أن بايعنا على السمعِ والطاعةِ، في منشطِنا ومكرهِنا، وعسرِنا ويسرِنا وأثرةٍ علينا، وأن لا ننازعَ الأمرَ أهلَه، إلا أن تروا كُفرًا بَواحًا، عندكم من اللهِ فيه برهانٌ

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pernah memanggil kami, kemudian membaiat kami. Ketika membaiat kami beliau mengucapkan poin-poin baiat yaitu: taat dan patuh kepada pemimpin, baik dalam perkara yang kami sukai ataupun perkara yang tidak kami sukai, baik dalam keadaan sulit maupun keadaan lapang, dan tidak melepaskan ketaatan dari orang yang berhak ditaati (pemimpin). Kecuali ketika kalian melihat kekufuran yang jelas, yang kalian punya buktinya di hadapan Allah” (HR. Bukhari no. 7056, Muslim no. 1709).

Hadits Ubadah bin Shamit menyatakan bahwa pemimpin yang melakukan kekufuran yang nyata bisa diperangi. Sedangkan dalam hadits Auf bin Malik, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarang memerangi pemimpin selama masih shalat. Ini menunjukkan bahwa *meninggalkan shalat adalah kekufuran yang nyata.*

*Dalil Ijma Sahabat*

Dan para sahabat Nabi ijma’ (bersepakat) bahwa orang yang meninggalkan shalat 5 waktu maka dia keluar dari Islam. Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqaili mengatakan:

لم يكن أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم يرون شيئا من الأعمال تركه كفر غير الصلاة

“Dahulu para sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak memandang ada amalan yang bisa menyebabkan kekufuran jika meninggalkannya, kecuali shalat” (HR. At Tirmidzi no. 2622, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Dari Musawwar bin Makhramah radhiallahu’anhu:

أنَّه دخَلَ مع ابنِ عبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهما على عُمرَ رَضِيَ اللهُ عَنْه حين طُعِن، فقال ابنُ عبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهما: (يا أميرَ المؤمنين، الصَّلاةَ! فقال: أجَلْ! إنَّه لا حَظَّ في الإسلامِ لِمَنْ أضاعَ الصَّلاةَ)

“Ia masuk ke rumah Umar bin Khathab bersama Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma ketika Umar (pagi harinya) ditusuk (oleh Abu Lu’luah). Maka Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma berkata: Wahai Amirul Mukminin, ayo shalat! Umar pun menjawab: betul, tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang menyia-nyiakan shalat” (HR. Malik dalam Al Muwatha, 1/39, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 1/225).

Demikian juga ternukil ijma dari kalangan tabi’in. Dari Ayyub bin Abi Tamimah As Sikhtiyani, beliau mengatakan:

ترك الصلاة كفر لا نختلف فيه

“Meninggalkan shalat dalah kekufuran, kami (para tabi’in) tidak berbeda pendapat dalam masalah tersebut” (HR. Al Marwadzi dalam Ta’zhim Qadris Shalah, no. 978).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan:

إذا كان مُقرًّا بالفريضة، ولكن نفسه تغلبه كسلًا وتهاونًا، فإنَّ أهل العلم مختلفون في كفره، فمنهم مَن يرى أنَّ مَن ترك صلاة مفروضة، حتى يخرج وقتُها فإنه يكفُر، ومن العلماء مَن يراه لا يَكفُر إلَّا إذا تركها نهائيًّا، وهذا هو الصحيحُ؛ إذا تركها تركًا مطلقًا، بحيث أنه لا يهتمُّ بالصلاة؛ ولذا قال صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: ((بين الرجلِ والشركِ تركُ الصَّلاةِ))، فظاهر الحديث هو الترك المطلَق، وكذلك حديثُ بُرَيدة: ((العهدُ الذي بيننا وبينهم الصلاةُ؛ فمَن ترَكَها فقدْ كفَرَ))، ولم يقُلْ: مَن ترك صلاةً، وعلى كلِّ حال؛ فالراجحُ عندي أنَّه لا يَكفُر إلَّا إذا تركها بالكليَّةِ

“Jika seseorang mengakui wajibnya shalat namun ia dikalahkan oleh rasa malas dan meremehkan shalat. Maka para ulama berbeda pendapat apakah ia kafir atau tidak. Sebagian ulama menyatakan bahwa orang yang meninggalkan satu shalat wajib saja hingga keluar waktunya maka dia kafir. Sebagian ulama berpendapat ia tidak kafir kecuali jika ia meninggalkan seluruh shalat. Inilah pendapat yang benar. Yaitu seseorang menjadi kafir jika meninggalkan shalat secara mutlak. Karena ini berarti ia tidak ada keinginan sama sekali untuk shalat. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Pembatas bagi antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan shalat”. Zhahir hadits ini menunjukkan yang dimaksud Nabi adalah jika meninggalkan shalat secara mutlak. Demikian juga hadits Buraidah: “Sesungguhnya perjanjian antara kita dan mereka (kaum musyrikin) adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir”. Nabi tidak bersabda: “barangsiapa yang meninggalkan satu shalat…”. Namun, ‘ala kulli haal, pendapat yang rajih ia tidak kafir kecuali jika meninggalkan shalat secara keseluruhan” (Majmu Fatawa war Rasail Ibnu Utsaimin, 12/51).

*Cara taubat bagi orang yang meninggalkan shalat*

Orang yang meninggalkan shalat wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah dan kembali mendirikan shalat. Tidak ada kewajiban untuk mengulang syahadat kembali. Dengan ia bertaubat dan kembali mendirikan shalat, maka kembali pula status keislamannya.

Syaikh Shalih Al Fauzan ketika ditanya: “Selama hidup saya sebagian besarnya saja jalani tanpa pernah mengerjakan shalat, apa yang harus saya lakukan sekarang?”.

Beliau menjawab: ”Yang wajib bagi anda sekarang adalah bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjaga shalat di sisa hidup anda. Dan hendaknya anda bersungguh-sungguh dalam bertaubat dengan menunaikan semua syarat-syaratnya, yaitu

Menyesal atas dosa yang telah dilakukanBerhenti dari dosa yang dilakukan dan mewaspadainyaBertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut

Jika anda telah benar-benar bertaubat dan senantiasa melakukan ketaatan pada sisa hidup anda dan senantiasa melaksanakan shalat, maka itu cukup bagi anda insya Allah. Dan anda tidak perlu meng-qadha shalat-shalat yang terlewat karena anda meninggalkannya dengan sengaja. Dan ini sebenarnya sebuah kekufuran terhadap Allah ‘azza wa jalla. Karena menurut pendapat yang tepat dari perselisihan yang ada diantara para ulama, meninggalkan shalat dengan sengaja membuat pelakunya keluar dari Islam walaupun ia tidak menganggap meninggalkan shalat itu boleh”.

(Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/29838)

Beliau tidak mensyaratkan untuk mengulang syahadat.

Wahai kaum Muslimin, mari kita lebih serius lagi memperhatikan dan menjaga shalat kita dan juga orang-orang yang terdekat dengan kita. Jangan sampai kita dan orang-orang terdekat kita meninggalkan shalat yang diwajibkan Allah. Karena beratnya konsekuensi bagi orang yang meninggalkan shalat.

Semoga Allah memberi taufiq.

***

Penyusun: Yulian Purnama
Artikel: Muslim.or.id


🍃Semoga bermanfaat untuk kita semua.

📚💎📚💎📚💎📚💎📚💎📚

📲 Yuk share ke yang  lain *tanpa merubah isi artikel dan sumbernya* dan jangan lupa like halaman kami...!

🚿Dan jangan sampai ketinggalan, dengan ikuti jaringan medsos kami untuk mendapatkan artikel dan nasihat yang manfaat.

 •┈┈➖•◈◉✹❒📚❒✹◉◈•➖┈┈•

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.

🌍 Di bumi Allah *Kantor bersih.or.id*, Ahad 27 Rabi'ul Awwal 1441 H.
⁠⁠⁠
🌎www.bersih.or.id
📱Apk: bit.ly/2nzgGlN
🐦twitter.com/BERSIH_TV
📹youtube : bit.ly/2nQkBIm
🖼instagram.com/bersih.tv
🏡 Lokasi : bit.ly/2mOm00e
📪telegram.me/berbaginasihat
🔵facebook.com/programbersih
♻Admin: wa.me/628170889103
📱WA Ikhwan 1: https://bit.ly/2O3xDSy
📱WA Ikhwan 2: https://bit.ly/2xOT5kn
📱WA Akhwat: https://bit.ly/2Dj1thG

Friday, November 22, 2019

*SANGAT MENGHARUKAN.. PESAN ORANG TUA KEPADA ANAKNYA..*

📖 📖________✒



_Anakku.._
Suatu hari nanti, kamu akan melihatku tua renta, dengan polah yang aneh..

_Jika hari itu datang..._
aku mohon berikan sebagian waktumu untuk memperhatikanku.... berikan pula sebagian kesabaranmu untuk Memahamiku

Saat tanganku mulai gemetaran.. sehingga seringkali makananku jatuh ke dadaku..

Saat aku tidak kuat lagi memakai bajuku sendiri.. maka hiasi lah sikapmu dengan kesabaran mengurusku...


Ingatlah dulu ketika aku bertahun-tahun lamanya mengajarimu hal-hal yang tidak bisa kulakukan di hari ini..

Jika aku tidak lagi rapi dan wangi; jangan salahkan aku...

Tapi ingatlah di masa kecilmu, bagaimana aku selalu berusaha menjadikanmu rapi dan wangi.

Jangan menertawakan ku, bila kamu melihat aku tidak tahu atau tidak paham tentang perkembangan zamanmu..

Tapi jadilah kamu mata dan pikiranku, agar aku bisa menutupi ketertinggalan ku

Aku dahulu yang mendidik mu.. aku dulu yang mengajarimu bagaimana menghadapi hidup ini...

Akulah yang dulu mengajarimu apa yang harus aku lakukan hari ini, dan apa yang harusnya tidak aku lakukan hari ini.

Janganlah kamu bosan dengan lemahnya ingatanku, lambatnya kata-kata dan pikiranku saat berbicara denganmu..

karena yang membahagiakanku saat ngobrol denganmu sekarang ini; hanyalah kebersamaan denganmu saja..

Bantulah aku untuk mendapatkan keinginanku, karena aku masih tahu apa yang kuinginkan.

Saat kedua kakiku tidak patuh lagi untuk membawaku ke tempat yang kuinginkan; jadilah kamu seorang yang penyayang..

ingatlah bahwa aku dahulu menuntunmu berkali-kali agar engkau mampu berjalan..

maka janganlah malu menuntunku saat ini, karena nanti kamu juga akan mencari orang yang mau menuntunmu.

Ingatlah, di umurku ini aku tidaklah menginginkan kehidupan sepertimu.. tapi aku hanya menunggu kematian, itu intinya..

maka, temanilah aku.. jangan kau campakkan diriku.

Saat kamu ingat kesalahan-kesalahanku; ingatlah bahwa tidak ada yang kuinginkan darinya kecuali kebaikan untukmu..

maka, sesuatu yang paling baik kau lakukan untukku saat ini adalah memaaafku, menutupi aibku.. semoga Allah memaafkanmu dan menutupi aibmu.

Sungguh tawa dan senyumanmu masih terus membuatku bahagia seperti dulu.. oleh karena itu, jangan halangi aku untuk menemanimu.

Aku dahulu bersamamu saat kamu dilahirkan.. maka, teruslah bersamaku saat aku mendekati kematian!!

----------

_*Ya Rabb, ampunilah aku dan kedua orang tuaku... Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidikku (dengan kasih sayang) saat aku kecil.*_



🖊  Ustadz Dr. Musyaffa' ad Dariny Lc, M.A.
Dewan Pembina Yayasan Risalah Islam

Oleh: Mutiara Risalah Islam
>>>>>>>>🌺🌺<<<<<<<<

📚  Mau Dapat Tambahan Ilmu Setiap Hari dari Ust Dr. Musyaffa' ad Dariny Lc, M.A. ?
📝  Anda akan mendapatkan Nasehat, Artikel Terbaik Setiap Hari di Group WA Mutiara Risalah Islam MRI
📲  Daftar Group WA: [Nama, Nomor wa, Jenis Kelamin]
kirim ke https://api.whatsapp.com/send?phone=6289628222285
*Bagaimana mencetak anak shalih?*

Semua orang yang telah menikah dan memiliki anak pasti menginginkan anaknya jadi shalih dan bermanfaat untuk orang tua serta agamanya.

Karena anak jadi penyebab bagi orang tua untuk terus mendapat manfaat lewat doa dan amalannya, walau orang tua telah tiada. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ


“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau doa anak yang shalih.” (HR. Muslim no. 1631).

Berarti keturunan atau anak yang shalih adalah harapan bagi setiap orang tua. Terutama ketika orang tua telah tiada, ia akan terus mendapatkan manfaat dari anaknya. Manfaatnya bukan hanya dari doa seperti tertera dalam hadits di atas. Manfaat yang orang tua perolah bisa pula dari amalan anak. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ

“Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua.” (HR. Abu Daud no. 3528, An-Nasa’i dalam Al-Kubra 4: 4, 6043, Tirmidzi no. 1358, dan Ibnu Majah no. 2290. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ada beberapa kiat singkat yang bisa kami sampaikan dalam kesempatan kali ini.

1- Faktor Utama adalah Doa
Tanpa doa, sangat tak mungkin tujuan mendapatkan anak shalih bisa terwujud. Karena keshalihan didapati dengan taufik dan petunjuk Allah.

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’rof : 178)

Karena hidayah di tangan Allah, tentu kita harus banyak memohon pada Allah. Ada contoh-contoh doa yang bisa kita amalkan dan sudah dipraktikkan oleh para nabi di masa silam.

Doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

“Robbi hablii minash shoolihiin” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100).

Doa Nabi Zakariya ‘alaihis salaam,

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

“Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka samii’ud du’aa’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa] (QS. Ali Imron: 38).

Doa ‘Ibadurrahman (hamba Allah yang beriman),

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Robbanaa hab lanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa” [Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa]. (QS. Al-Furqan: 74)

Yang jelas doa orang tua pada anaknya adalah doa yang mustajab. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Abu Daud no. 1536, Ibnu Majah no. 3862 dan Tirmidzi no. 1905. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Oleh karenanya jangan sampai orang tua melupakan doa baik pada anaknya, walau mungkin saat ini anak tersebut sulit diatur dan nakal. Hidayah dan taufik di tangan Allah. Siapa tahu ke depannya, ia menjadi anak yang shalih dan manfaat untuk orang tua berkat doa yang tidak pernah putus-putusnya.

2- Orang Tua Harus Memperbaiki Diri dan Menjadi Shalih
Kalau menginginkan anak yang shalih, orang tua juga harus memperbaiki diri. Bukan hanya ia berharap anaknya jadi baik, sedangkan ortu sendiri masih terus bermaksiat, masih sulit shalat, masih enggan menutup aurat. Sebagian salaf sampai-sampai terus menambah shalat, cuma ingin agar anaknya menjadi shalih.

Sa’id bin Al-Musayyib pernah berkata pada anaknya,

لَأَزِيْدَنَّ فِي صَلاَتِي مِنْ أَجْلِكَ

“Wahai anakku, sungguh aku terus menambah shalatku ini karenamu (agar kamu menjadi shalih, pen.).” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 467)

Bukti lain pula bahwa keshalihan orang tua berpengaruh pada anak, di antaranya kita dapat melihat pada kisah dua anak yatim yang mendapat penjagaan Allah karena ayahnya adalah orang yang shalih. Silakan lihat dalam surat Al-Kahfi,

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا

“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih.” (QS. Al-Kahfi: 82). ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz pernah mengatakan,

مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يَمُوْتُ إِلاَّ حَفِظَهُ اللهُ فِي عَقِبِهِ وَعَقِبِ عَقِبِهِ

“Setiap mukmin yang meninggal dunia (di mana ia terus memperhatikan kewajiban pada Allah, pen.), maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya setelah itu.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 467)

3- Pendidikan Agama Sejak Dini
Allah memerintahkan pada kita untuk menjaga diri kita dan anak kita dari neraka sebagaimana disebutkan dalam ayat,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6).

 Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir (7: 321), ‘Ali mengatakan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah,

أَدِّبُوْهُمْ وَعَلِّمُوْهُمْ

*“Ajarilah adab dan agama pada mereka.” Tentang shalat pun diperintahkan diajak dan diajarkan sejak dini.*

Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ

“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud no. 495. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Tentang adab makan diperintahkan untuk diajarkan. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendidik ‘Umar bin Abi Salamah adab makan yang benar. Beliau berkata pada ‘Umar,

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

“Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (bacalah bismillah) ketika makan. Makanlah dengan tangan kananmu. Makanlah yang ada di dekatmu.” (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

Bukan hanya shalat dan adab saja yang diajarkan, hendaklah pula anak diajarkan untuk menjauhi perkara haram seperti zina, berjudi, minum minuman keras, berbohong dan perbuatan tercela lainnya.

 Kalau orang tua tidak bisa mengajarkannya anaknya dikarenakan kurang ilmu maka orang tua wajib belajar duduk di majlis ilmu mendengarkan kajian, belajar alquran dsb.

 *Moga kita dikaruniakan anak-anak yang menjadi penyejuk mata orang tuanya. Al-Hasan Al-Bashri berkata,*

لَيْسَ شَيْءٌ أَقَرُّ لِعَيْنِ المؤْمِنِ مِنْ أَنْ يَرَى زَوْجَتَهُ وَأَوْلاَدَهُ مُطِيْعِيْنَ للهِ عَزَّ وَجَلَّ

*“Tidak ada sesuatu yang lebih menyejukkan mata seorang mukmin selain melihat istri dan keturunannya taat pada Allah ‘azza wa jalla.” (Disebutkan dalam Zaad Al-Masiir pada penafsiran Surat Al-Furqan ayat 74) Wallahu waliyyut taufiq*

Referensi Utama:
Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim. Cetakan pertama, tahun 1433 H. Yahya bin Syarh An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm. Fiqh

Tarbiyah Al-Abna’. Cetakan tahun 1423 H. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Dar Ibnu Rajab.



Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jami’ Al-Adha, Pesantren Darush Sholihin

Selesai disusun di hari Jumat, 18 Dzulhijjah 1436 H di Darush Sholihin, Panggang, GK

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com
Belajar tajwid



*Penerimaan Peserta Baru Tahsin*
_Griya Quran Ahda Sabila Depok_

Banyak orang yang lancar membaca Alquran namun masih belum benar secara Kaidah Ilmu Tajwid, lebih dari itu banyak orang yang belum bisa membaca Alquran namun malu untuk belajar dikarenakan faktor usia.

```Apakah anda termasuk orang yang belum lancar, bahkan belum bisa membaca Alquran?```

Inilah tempat yang tepat untuk anda belajar Alquran. Disini anda akan dibimbing secara intensif dalam mempelajari Alquran dibimbing langsung oleh pengajar Alumni LIPIA ,  Pesantren, PT dan Rumah Quran.

*PENDAFTARAN PESERTA*
---------------------------------
*🕐 WAKTU BELAJAR:*
Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, dan ahad (1x dalam sepekan)
🔅Sesi I   : 07.00 - 09.00 WIB
🔅Sesi II  : 09.00 - 11.00 WIB
🔅Sesi III : 11.00- 13.00 WIB
🔅Sesi IV : 13.00 - 15.00 WIB
🔅Sesi V  :15.00-17.00 WIB

*📶 LAMA BELAJAR/LEVEL:*
Program belajar selama 4 -5Bulan atau 20x pertemuan

*♻ KETERANGAN PROGRAM BELAJAR:*
👉 *PROGRAM TAHSIN TILAWAH AL QUR'AN*
*Pra tahsin*
Level ini khusus untuk yang belum bisa membaca Al Qur'an dengan lancar.
Peserta akan dibimbing untuk bisa membaca Al Qur'an sesuai dengan kemampuan.
*Tahsin Al Qur'an*
Level ini untuk yang sudah lancar membaca Al Qur'an namun perlu perbaikan di beberapa hukum tajwid.
👉  *PROGRAM TAHFIZH AL QUR'AN*
Program ini bagi yang sudah mampu membaca Al Qur'an dengan tajwid yang baik.
Peserta akan diberikan kesempatan menghafal Al-Qur'an sesuai kemampuan.
👉 *PROGRAM BAHASA ARAB*
*Level 1 /BADAR :*
Di level ini para santri akan dibimbing untuk mempelajari dasar-dasar percakapan Bahasa Arab, serta dasar ilmu nahwu dan shorof.

*💰 BIAYA ADMINISTRASI:*
✅Biaya Pendaftaran : Rp.15.000
✅Biaya Belajar :  Infaq Sukarela /bulan

*PENDAFTARAN ONLINE*
https://chat.whatsapp.com/06KTLg48bd55coEy2l02xs

Informasi Lebih Lanjut:
-------------------------------
🏢Griya Quran Ahda Sabila Depok
🚩Jl. stasiun pondok cina gg. Kedondong. No. 26.RT 01/RW 08.
Pondok Cina, Beji, Depok
🕹https://goo.gl/maps/oxcDa88QBuL2

☎ 0822.9025.2560
📱 0895-3615-05847 (Akhwat)
FB/IG:
@griyaquran_ahdasabila_depok

*NB:*
- Diskon s/d 100% untuk Muallaf, dhuafa, pelajar, yatim piatu
- Pendaftaran akan ditutup jika kuota sudah penuh

Kajian Tajwid (perbaikan) Tilawah Al-Qur'an*

🗣 *Pemateri:*
Ustadz Ilham Prayogo, Lc

📝 *Materi*
_Makhorijul Huruf_ (tempat-tempat keluar huruf);
huruf   ش dan ض

*Waktu*:
Ahad, 24 November 2019
(Ba'da Ashar hingga selesai) diharapkan shalat Ashar sudah berjamaah di Masjid Nurul Ilmi

✍🏻 *Catatan:*
Setelah materi para peserta akan dibimbing _Talaqqi_ & Perbaikan bacaan oleh *Tim Pengajar Rumah CintaQu Raudhatul Qur'an* sesuai dengan Riwayat _Hafs an 'Ashim_ dari Jalur _Syathibiyyah_,

*Terbuka untuk Umum*

*Bagi yang berhalangan hadir konfirmasi langsung ke masing" Ustadzah yang mengajar


-----------------------------------

Bismillahirrahmanirrahim,

*Grup WA Ngaji Qur'an Akhwat*

🔖 Grup kami pisah antara peserta ikhwan & akhwat

🔖 Dimohonkan untuk saling menjaga adab & akhlak saat berkomunikasi di grup WA sebagaimana mestinya para Ahli Al-Qur'an

🔖 Diperbolehkan share artikel yg berkaitan dengan *Ngaji Qur'an* maupun motivasi Al-Qur'an,
diantaranya;
- Saling berbagi materi KBM
- Saling mengingatkan Jadwal halaqoh
- Artikel maupun pertanyaan terkait Al-Qur'an

*ADMIN* dan *Ustadzah* Dapat share *hari apapun saja* untuk Materi Ngaji Qur'an dan lain-lain

🔖 Tidak diperkenankan untuk share Video diluar *Ngaji Qur'an*

Jika memang bermanfaat, maka WaPri terlebih dahulu ke Ustadzah/admin Grup
jika selesai diVerifikasi akan dishare

🔖 Khusus Hari *Jum'at* Peserta Grup dipersilakan share iklan jualan atau jasa apapun yang ingin ditawarkan agar sama² bisa saling beri manfaat dan tolong menolong dalam kebaikan

🔖 Share iklan Produk, usaha maupun jasa harus yang sesuai syar'i, *bukan Riba, Manipulasi, MLM yang mengandung unsur² haram, dll* yang diharamkan Allah _'Azza wajalla_ & Rasulullah _shalallahu 'alaihi wasallam_.

Semoga ketentuan² diatas bisa kita jalankan bersama & semoga niat baik kita dalam menuntut Ilmu Al-Qur'an dibalas kebaikan yang berlipat oleh Allah _subhaanahu wata'aalaa_


____________________


*MAKLUMAT PENTING*

Untuk seluruh Peserta Kajian Tajwid di Masjid Nurul Ilmi agar lebih bersungguh-sungguh lagi dalam keikutsertaannya pada Program Tajwid (perbaikan) Tilawah Al-Qur'an, mengingat sabda Nabi Muhammad _shallallahu 'alaihi wasallam:_

... *احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ* ... (رواه مسلم)

Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. (HR Imam Muslim)

Dan hadist tentang keutamaan para pembaca & penghafal Al-Qur'an yang diriwayatkan oleh Abdullah bin 'Amr dari Rasulullah _shallallahu 'alaihi wasallam:_

 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Dikatakan kepada orang yang membaca Al Qur'an: "Bacalah, dan naiklah, serta bacalah dengan tartil (jangan terburu-buru), sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca."

(HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914. Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2240 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

*Yang dimaksudkan dengan ‘membaca’ dalam hadits ini adalah menghafalkan Al Qur’an.*

Perhatikanlah perkataan Syaikh Al Albani berikut dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2440. “Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan dengan shohibul qur’an (orang yang membaca Al Qur’an) di sini adalah orang yang menghafalkannya dari hati sanubari.

Sebagaimana hal ini ditafsirkan berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain, ‘Suatu kaum akan dipimpin oleh orang yang paling menghafal Kitabullah (Al Qur’an).’

Kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini, sebagaimana hal ini banyak disalahpahami banyak orang.

Inilah keutamaan yang nampak bagi seorang yang menghafalkan Al Qur’an, namun dengan syarat hal ini dilakukan untuk mengharap wajah Allah semata dan bukan untuk mengharapkan dunia, dirham dan dinar. (rumaysho.com)

Dan untuk menjalankan apa yang sudah menjadi amanah Periwayatan Al-Qur'an dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam melalui beberapa sahabat Nabi diantaranya *Abdullah bin Mas'ud, Zaid bin Tsabit, 'Ustman bin 'Affan, 'Ali bin Abi Thalib** dan sahabat² Nabi lainnya _radhiallahu 'anhum_ hingga sampai kepada guru kami *Syaikh Hassan 'Abdul Ghani Muhammad Abu Sittah* dan guru-guru lainnya dalam bidang Ilmu Tajwid *Syaikh Abdul Karim Silmy Al-Jazaairii* & *Syaikh Hisyam Abdul Baari bin Muhammad Rojih.*

Maka kami sampaikan amanah periwayatan ini memang membutuhkan kesungguhan, kesabaran serta pengorbanan waktu, tenaga, bekal harta dll.

Maka kami himbau untuk segenap peserta agar bersungguh-sungguh menuntut Ilmu dalam rangka menjaga kemurnian Lafazh Al-Qur'an sebagaimana ia diturunkan.

Niatkan ikhlas karena Allah dalam beribadah kepadaNya, ibadah yg Allah perintahkan layaknya ibadah-ibadah lainnya hingga akhir hayat kita.

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

"Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu". Al-Hijr :99

Dengan demikian maka kami mengingatkan kembali Program kita di Masjid Nurul Ilmi terbagi membagi *dua kelompok:*

*Kelompok Iqro*
➡ Baca Iqro sesuai dng kebijakan pengajar dan kemampuan peserta akan dimulai dari Iqro berapa

➡ Kelompok Iqro dipersilahkan untuk setoran via WA jika di izinkan oleh pengajarnya.

*Kelompok Tilawah:*
1. Tilawah dari al-fatihah hingga Al-Baqarah sesuai dng pencapaian peserta

2. _Tasshih_ surat juz amma beserta Tilawahnya kemudian hafalan jika sudah diizinkan oleh pengajarnya

√ Bagi yang sudah terdaftar di kelompok dan berhalangan hadir agar izin ke pengajar nya

√ *3x Absen tanpa izin ke pengajar* dapat dikeluarkan dari Grup WA,

Ada kesempatan kembali masuk grup dengan izin dan menghadap langsung ke Koordinator Program Tajwid Masjid Nurul Ilmi (Ustadz Ibnu Al-Khawarizmi)
Jika akhwat hubungi Ukhti Andari nanti disampaikan ke Ustadzah.

➡ *Peserta dengan tingkat kehadiran Maksimal* akan diprioritaskan untuk mengikuti Halaqoh Intensif di Rumah CintaQu Raudhatul Qur'an

➡ Bagi *Peserta Rumah CintaQu Raudhatul Qur'an yang mengikuti Kajian di Masjid Nurul Ilmi* berkesempatan untuk menambah Tilawah Al-Baqoroh serta Juz 'Amma sesuai pencapaiannya masing-masing

✍🏻 *Ilham Prayogo, Lc*
(Alumni Syari'ah LIPIA & Mudir Rumah CintaQu Raudhatul Qur'an)

*Keempat Sahabat Nabi ini yg dari mereka jalur Periwayatan Sanad Al-Qur'an Penulis.

________________

Saturday, November 16, 2019

Ilmu Filsafat, Perusak Akidah Islam

ILMU FILSAFAT, PERUSAK AKIDAH ISLAM
Oleh
Ustadz Abu Minhal
Sebagian ahlul ahwa wal bida’ (orang-orang yang dikendalikan oleh hawa nafsu dan pelaku bid’ah, golongan menyimpang dalam Islam) mengklaim bahwa ilmu-ilmu ilahi (akidah) itu masih ghâmidhah (kabur dan tak terpahami). Menurut mereka, tidak mungkin dimengerti kecuali melalui jalan ilmu manthiq dan filsafat. Bertolak dari sinilah kemudian mereka (kaum Mu’tazilah dan yang sepaham dengan mereka sampai era sekarang) mengadopsi ilmu filsafat untuk dijadikan sebagai perangkat pendukung untuk mendalami akidah Islam.[1]
ASAL MUASAL KATA FILSAFAT
Jelas-jelas kata filsafat bukan asli dari bahasa Arab. Apalagi dalam kamus syariat Islam. Ia berasal dari Yunani, negeri ‘para dewa’ yang disembah oleh manusia. Terbentuk dari dua susunan, filo yang bermakna cinta dan penggalan kedua sofia yang bermakna hikmah. Pengertian yang terbentuk dari paduan dua kata itu memang cukup menarik.
Sebagian mendefinisikan sebagai upaya pencarian tabiat (karakter) segala sesuatu dan hakekat maujûdât (hal-hal yang ada di dunia ini). Filsafat fokus pada pengerahan usaha dalam mengenali sesuatu dengan pengenalan yang murni. Apapun obyeknya, baik perkara ilmiah, agama, ilmu hitung atau lainnya.[2]
Akan tetapi, perkara terpenting yang tidak boleh dilupakan, bahwa tempat asal lahirnya kata itu adalah negeri Yunani dan keyakinan kufur generasi pertama ahli filsafat yang menjadi rujukan filsafat dunia, sudah cukup bagi kaum Muslimin untuk berhati-hati dan mengesampingkannya dari tengah umat, karena berasal dari negeri dan kaum yang tidak beriman kepada Allâh k, kaum yang menyembah para dewa. Kecurigaan terhadap output filsafat mesti dikedepankan. Doktor ‘Afâf binti Hasan bin Muhammad Mukhtâr penulis disertasi berjudul Tanâquzhu Ahlil Ahwâ wal Bida’ fil ‘Aqîdah’ menyatakan, dari sini menjadi jelas bahwa filsafat merupakan pemikiran asing yang bersumber dari luar Islam dan kaum Muslimin, sebab sumbernya berasal dari Yunani [3]
ILMU FILSAFAT TIDAK ADA DALAM GENERASI SALAFUL UMMAH
Al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah menceritakan, “Orang-orang yang muncul setelah tiga masa yang utama terlalu berlebihan dalam kebanyakan perkara yang diingkari oleh tokoh-tokoh generasi Tabi’in dan generasi Tabi’it Tabi’in. Orang-orang itu tidak merasa cukup dengan apa yang sudah dipegangi generasi sebelumnya sehingga mencampuradukkan perkara-perkara agama dengan teori-teori Yunani dan menjadikan pernyataan-pernyataan kaum filosof sebagai sumber pijakan untuk me’luruskan’ atsar yang berseberangan dengan filsafat melalui cara penakwilan, meskipun itu tercela. Mereka tidak berhenti sampai di sini, bahkan mengklaim ilmu yang telah mereka susun adalah ilmu yang paling mulia dan sebaiknya dimengerti”.[4]
Karena itulah, kaum Mu’tazilah dan golongan yang sepemikiran dengan mereka tidak bertumpu pada kitab tafsir ma’tsur, hadits dan perkataan Salaf. Perkataan al-Hâfizh merupakan seruan yang tegas untuk berpegang teguh dengan petunjuk Salaf dan menjauhi perkara baru yang diluncurkan oleh generasi Khalaf yang bertentangan dengan petunjuk generasi Salaf.[5]
Syaikhul Islam rahimahullah mendudukkan, bahwa penggunaan ilmu filsafat sebagai salah satu dasar pengambilan hukum adalah karakter orang-orang mulhid dan ahli bid’ah. Karena itu, terdapat pernyataan Ulama Salaf yang menghimbau umat agar iltizam dengan al-Qur`ân dan Sunnah dan memperingatkan umat dari bid’ah dan ilmu filsafat (ilmu kalam).[6]
ULAMA BICARA TENTANG BAHAYA ILMU FILSAFAT
Melalui ilmu filsafatlah, intervensi pemikiran asing masuk dalam Islam. Tidaklah muncul ideologi filsafat dan pemikiran yang serupa dengannya kecuali setelah umat Islam mengadopsi dan menerjemahkan ilmu-ilmu yang berasal dari Yunani melalui kebijakan pemerintahan di bawah kendali al-Makmûn masa itu.
Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan, “Adapun sumber intervensi pemikiran dalam ilmu dan akidah adalah berasal dari filsafat. Ada sejumlah orang dari kalangan ulama kita belum merasa puas dengan apa yang telah dipegangi oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu merasa cukup dengan al-Qur`ân dan Sunnah. Mereka pun sibuk dengan mempelajari pemikiran-pemikiran kaum filsafat. Dan selanjutnya menyelami ilmu kalam yang menyeret mereka kepada pemikiran yang buruk yang pada gilirannya merusak akidah”.[7]
Ketika orang sudah memasuki dimensi filsafat, tidak ada kebaikan sedikit pun yang dapat ia raih. Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Jarang sekali orang mempelajarinya (ilmu kalam dan filsafat) kecuali akan terkena bahaya dari mereka (kaum filosof)”.[8]
Karena itu, tidak heran bila Ibnu Shalâh rahimahullah memvonis ilmu filsafat sebagai biang ketololan, rusaknya akidah, kesesatan, sumber kebingungan, kesesatan dan membangkitkan penyimpangan dan zandaqah (kekufuran)[9]
Begitu banyak ungkapan Ulama Salaf yang berisi celaan terhadap ilmu warisan bangsa Yunani ini dan selanjutnya mereka mengajak untuk berpegang teguh dengan wahyu.
AL-QUR’AN DAN SUNNAH SUMBER PENGAMBILAN AQIDAH
Kebenaran dengan segala perangkatnya telah dibawa oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selanjutnya, tanggung jawab penyampaian kebenaran dari Allâh Azza wa Jalla itu diemban oleh insan-insan pilihan sepeninggal beliau, generasi Sahabat Radhiyallahu anhum.
Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullah berkata, “Sebab munculnya kesesatan ialah berpaling dari merenungi kalâmullâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya dan menyibukkan diri dengan teori-teori Yunani dan pemikiran-pemikiran yang macam-macam” (hal. 176, tahqiq Ahmad Syâkir rahimahullah)
Allâh Azza wa Jalla mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq. Tidak ada petunjuk yang benar kecuali dalam risalah yang beliau bawa. Akal manusia mustahil sanggup berdiri sendiri untuk mengenal nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Rabbnya, Dzat yang ia ibadahi. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam didelegasikan kepada umat manusia untuk memperkenalkan mereka kepada Allâh Azza wa Jalladan menyeru mereka beribadah kepada-Nya. Karenanya, kebanyakan orang yang terjerumus dalam kesesatan dalam memahami akidah yang benar adalah orang yang melakukan tafrith[10] dalam mengikuti risalah yang dibawa oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[11]
Dengan demikian, siapa saja menginginkan hidayah, utamanya dalam masalah keyakinan, hendaknya menempatkan al-Qur`ân dan petunjuk Nabi n di depan mata, sehingga menjadi obor yang menerangi jalan hidupnya. Syaikhul Islam t telah menyampaikan pintu menuju hidayah dengan berkata, “Jika seorang hamba merasa butuh kepada Allâh Azza wa Jalla, kemudian senantiasa merenungi firman Allâh Azza wa Jalladan sabda Rasul-Nya, perkataan para Sahabat, Tâbi’în dan imam kaum Muslimin, maka akan terbuka jalan petunjuk baginya.”[12]
Orang yang menghantam nash al-Qur`ân dan Sunnah dengan akal, ia belum mengamalkan firman Allâh Ta’ala berikut ini:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya [an-Nisâ/4:65]
PENUTUP
Tampak dengan jelas betapa bahaya ilmu filsafat di mata Ulama sehingga mereka memperingatkan umat agar menjauh darinya. Anehnya, ilmu yang telah mengintervensi akidah Islam ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam lembaga-lembaga pendidikan tinggi Islam dan kajian-kajian Islam kontemporer, bahkan menjadi mata kuliah yang wajib dipelajari. Seolah-olah seorang Muslim belum dapat memahami al-Qur`ân dan Sunnah (terutama masalah akidah) kecuali dengan ilmu filsafat. Jelas hal ini bertentangan dengan firman Allâh Azza wa Jalla:
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
Sesungguhnya al-Qur`ân ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus [al-Isra/17:9]
Mari simak pernyataan Syaikh as-Sa’di rahimahullah dalam menerangkan ayat di atas, “Dalam masalah akidah, sesungguhnya akidah yang bersumberkan al-Qur`ân merupakan keyakinan-keyakinan yang bermanfaat yang memuat kebaikan, nutrisi dan kesempurnaan bagi kalbu. Dengan keyakinan tersebut, hati akan sarat dengan kecintaan, pengagungan dan penyembahan serta keterkaitan dengan Allâh Azza wa Jalla“[13] .
Sementara Syaikh asy-Syinqîthi rahimahullah menyimpulkan kandungan ayat di atas dengan menyatakan bahwa pada ayat yang mulia ini, Allah k menyampaikan secara global mengenai kandungan al-Qur`ân yang memuat petunjuk menuju jalan yang terbaik, paling lurus dan paling tepat kepada kebaikan dunia dan akherat.[14]
Semoga Allâh Azza wa Jallamengembalikan umat Islam kepada hidayah-Nya. Wallâhu a’lam.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Tahâful Falâsifah 84. Nukilan dari Tanâquzhu Ahlil Ahwâ wal Bida’ fil ‘Aqîdah’ 1/103. Penulis menyertakan ilmu filsafat sebagai sumber pengambilan hukum kedelapan oleh kalangan ahli bid’ah
[2]. Asbâbul Khatha` fit Tafsîr , DR. Thâhir Mahmûd Muhammad Ya’qûb 1/260
[3]. At-Tanâquzh 1/103
[4]. Fathul Bâri (13/253)
[5]. Manhaj al-Hâfizh Ibni Hajar fil ‘Aqîdah, Muhammad Ishâq Kandu 3/1446
[6]. Majmû Fatâwa 7/119
[7]. Shaidul Khâthir hlm. 226
[8]. Fadh ‘Ilmis Salaf ‘ala ‘Ilmil Khalaf hlm. 105
[9]. Fatâwa wa Rasâil Ibni ash Shalâh 1/209-212. Nukilan dari Asbâbul Khatha` fit Tafsîr 1/266
[10]. Pengertian tafrîth atau taqshîr, kurang memberikan perhatian yang layak panduan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan petunjuknya baik dengan tidak mempelajarinya atau menganggap petunjuk yang lain lebih baik.
[11]. Imam Ibnu Abil ‘Izzi t dalam mukadimah Syarh ‘Aqîdah Thahâwiyah telah menyinggung perkara ini.
[12]. Majmû Fatâwa 5/118
[13]. Al-Qawâidul Hisân al-Muta`alliqah bi Tafsîril Qur`ân, hlm. 122
[14]. Adhwâul Bayân 3/372

Tuesday, November 12, 2019

PENJURUSAN BAKAT
توجيه المواهب

Tentang pentingnya penjurusan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud mengatakan:

ومما ينبغي أن يعتمد حال الصبي, وما هو مستعد له من الأعمال, ومهيأ له منها, فيعلم أنه مخلوق له, فلا يحمله على غيره ما كان مأذونا فيه شرعا.

“Perkara yang sudah sepatutnya diperhatikan oleh orang tua adalah keadaan si anak, bakat apa yang dia miliki, potensi apa yang terpendam pada dirinya. Maka orang tua hendaknya mengetahui bahwa untuk bidang itulah anaknya diciptakan. Maka orang tua hendaknya tidak memalingkan si anak dari bakatnya selama diperbolehkan oleh syari’at.”

Seyogyanya anak mulai dijuruskan jalur studinya sejak usia 10 tahun. Sebab pada usia baligh anak sudah harus mandiri beribadah dan memiliki karya karena status baligh adalah mukallaf, yaitu sudah menanggung beban syariat. Maka mulai usia 10 tahun adalah masa persiapan baligh termasuk juga persiapan berkarya sesuai bakatnya.

Berdasar peran para sahabat radhiyallahu ‘anhum, maka penjurusan dapat dibagi sebagai berikut:

1. AGAMA الدينية
a. Hafalan   الحفظ
1) Tahfizhul Qur’an  القرآن
2) Tahfizhul Hadits  الحديث
b. Pemahaman   الفهم
1) Aqidah  العقيدة
2) Syari’ah  الشريعة
2. KETERAMPILAN   المهارة
a. Perdagangan  التجارة
b. Pertanian/peternakan  المزرعة
c. Industri  الصنعة
Maka orangtua hendaknya mengetahui pada jurusan apakah anaknya memiliki potensi. Bisa jadi anak dominan di bidang agama (diniyyah), bisa jadi anak akan banyak memberikan manfaat di bidang keterampilan (maharah)

Tentang pemetaan potensi terkait dengan penjurusan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

فإذا رآه حسن الفهم, صحيح الإدراك, جيد الحفظ, واعياً- فهذه علامات قبوله, وتهيئه للعلم, لينقشه في لوح قلبه ما دام خالياً,

“Apabila orang tua melihat bahwa anaknya bagus pemahamannya, bisa mengerti dengan baik, hafalannya pun bagus, dan cerdas, maka ini menunjukkan tanda penerimaan dan kesiapan dia untuk belajar, untuk mengukir ilmu di dalam hatinya yang masih polos”.

وإن رآه ميالاً للتجارة والبيع والشراء أو لأي صنعة مباحة- فليمكنه منها, فكل ميسر لما خلق له.

“Namun apabila dia melihat anaknya memiliki kecenderungan kepada dunia perdagangan, jual-beli, atau pada bidang lain yang diperbolehkan oleh syariat (seperti pertanian, kedokteran, teknologi dll –pent) maka hendaknya orang tua memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengembangkan potensi itu. Setiap orang akan dimudahkan oleh Allah untuk melakukan apa yang telah ditetapkan baginya.”

Penetapan jurusan bagi  anak dapat diperhatikan dari perilaku atau aktifitasnya setiap hari. Maka perilaku anak dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Anak yang cerdas, mudah paham, hafalannya bagus, mudah mengerti jika dijelaskan, maka anak tersebut dijuruskan pada bidang keilmuan yaitu bidang agama (diniyyah), baik bidang hafalan ataupun pemahaman.
2. Jika anak cenderung sukanya bergaul dengan orang, mudah akrab, senang berkomunikasi,  maka dijuruskan pada bidang perdagangan atau kewirausahaan.
3. Jika anak tidak suka menganggur, senang berkreasi , senang membongkar mainan, bertahan lama bermain dalam ruangan, senang bermain sendirian, pemalu, maka dijuruskan pada bidang industri, kerajinan,  teknik, atau produksi.
4. Jika anak senang dengan binatang, senang bercocok tanam dan merawatnya, maka dijuruskan pada bidang pertanian atau peternakan.

Setiap anak bisa memiliki lebih dari satu potensi, maka pada penerapannya dapat dilakukan penggabungan dari beberapa potensi tersebut. Misal : Anak suka berkreasi dan bekerja, kreatif, namun anak juga suka bergaul, maka dapat berperan dalam perdagangan barang industri, atau berproduksi sekaligus menekuni bidang penjualannya.

Orangtua hendaknya merenungkan pesan Ibnul Qayyim:

فإنه إن حمله على غير ما هو مستعد له- لم يفلح فيه, وفاته ما هو مهيأ له,

“Apabila anak dipaksa untuk menyukai suatu bidang yang bukan bakatnya, maka dia tidak akan berhasil di bidang itu, dan luputlah darinya apa yang sebenarnya merupakan potensi dirinya“

Jadi
Apakah jurusan anakmu?

Oleh : Abdul Kholiq
Sekolah Karakter Imam Syafi’i (SKIS)
Semarang

#Pendidikan Karakter Nabawiyah

Saturday, November 9, 2019

[9/11 19.59] Ustadz Asep Millah: 🌹 *Imam Sepuluh dan Rijalnya dari kalangan Sahabat* 🌹


1⃣ Imam Nafi :
1. Ubay bin Ka'ab,
2. Zaid bin Tsabit,
3. Umar bin Khottob (sima')
4. Rijal Abu Ja'far.


2⃣ Imam Ibnu Katsir :
1. Ubay bin Ka'ab,
2. Zaid bin Tsabit
3. Umar bin Khottob.


3⃣ Imam Abu Amr :
1. Abu Musa Al-Asy'ari,
2. Umar bin Khottob,
3. Ubay bin Ka'ab,
4. Zaid bin Tsabit,
5. Utsman bin Affan,
6. Ali bin Abi Thalib,
7. Rijal Abu Ja'far,
8. Rijal Ibnu Katsir,
9. Rijal Imam Ashim.


4⃣ Imam Abdullah bin Amir :
1. Abu Darda,
2. Utsman bin Affan.


5⃣ Imam Ashim :
1. Abdullah bin Mas'ud,
2. Utsman bin Affan,
3. Ali bin Abi Thalib,
4. Ubay bin Ka'ab,
5. Zaid bin Tsabit.


6⃣ Imam Hamzah :
1. Abdullah bin Mas'ud,
2. Ali bin Abi Thalib,
3. Utsman bin Affan,
4. Ubay bin Ka'ab,
5. Zaid bin Tsabit.


7⃣ Imam Ali Al-Kisai :
1. Ubay bin Ka'ab,
2. Zaid bin Tsabit,
3. Abdullah bin Mas'ud,
4. Utsman bin Affan,
5. Ali bin Abi Thalib,
6. Rijal Imam Hamzah,
7. Rijal Imam Ashim,
8. Rijal Imam Abu Ja'far
9. Rijal Imam Nafi.


8⃣ Imam Abu Ja'far :
1. Ubay bin Ka'ab,
2. Zaid bin Tsabit.


9⃣ Imam Ya'qub :
1. Abu Musa Al-Asy'ari,
2. Umar bin Khottob,
3. Ubay bin Ka'ab,
4. Zaid bin Tsabit,
5. Utsman bin Affan,
6. Ali bin Abi Thalib,
7. Rijal Imam Abu Amr,
8. Rijal Imam Ashim.


🔟 Imam Khalaf :
1. Rijal Imam Hamzah,
2. Rijal Imam Ashim,
3. Rijal Imam Nafi (huruf)
4. Rijal Imam Ali Al-Kisai (riwayat)


----------------------------
👉🏼Abu Hurairoh dan Abdullah bin Abbas tidak disebut karena melalui Ubay bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit, tidak langsung meriwayatkan dari Nabi.
👉🏼Total ada 8 Sahabat saja yang langsung meriwayatkan dari Nabi, yang bacaannya sampai kepada kita, yaitu; Umar, Utsman, Ali, Ubay, Ibnu Mas'ud, Abu Musa, Abu Darda dan Zaid bin Tsabit.
*wallohu a'lam*
[9/11 19.59] Ustadz Asep Millah: Dari Ke 10 imam diatas yang tidak belajar melalui imam asyrah lain cuma;

1. Ibnu Katsir,
2. Ibnu Amir,
3. Ashim,
4. Hamzah,
5. Abu Ja'far.

Sedang yang lainnya bermaqom..
ذرية بعضها من بعض

Friday, November 8, 2019

Sholat malam


 *Faedah Surat An Naas, Berlindung dari Godaan Setan Yang Terkutuk*


Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi-Nya, keluarga dan para sahabatnya.

Begitu indahnya jika kita giat mengkaji Al Qur’anul Karim. Saat ini kami akan mengulas tafsir surat An Naas yang kami ambil dari Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir rahimahullah. Semoga bermanfaat.


Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)

Artinya,

1. Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

2. Raja manusia.

3. Sembahan manusia.

4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

6. dari (golongan) jin dan manusia.

Sifat-Sifat Allah

Ayat-ayat ini menerangkan  mengenai sifat-sifat Rabb, yaitu: [1] sifat rububiyah (yang dimintai perlindungan karena dialah yang menguasai manusia), [2] sifat mulkiyah (yang Maha Merajai) dan [3] sifat ilahiyah (yang berhak diibadahi). Jadi, Allah-lah yang menjadi Rabb (yang mengatur) segala sesuatu, Dialah yang merajainya dan Dialah ilah (yang berhak diibadahi). Oleh karenanya segala sesuatu itu makhluk yang diatur, dikuasai dan sebagai hamba bagi-Nya.

*Meminta Perlindungan dari Was-Was Syaithon*

Dari sini, segala sesuatu yang ingin mencari perlindungan diperintahkan untuk meminta perlindungan pada Rabb  yang memiliki sifat yang mulia ini. Segala sesuatu tersebut diperintahkan untuk meminta perlindungan dari gangguan syaithon yang biasa memberikan was-was sedang mereka dalam keadaan tersembunyi[1]. Setan yang memberikan was-was inilah setan yang biasa menemani manusia. Karena setiap insan (manusia) tidak bisa lepas dari qorin (setan yang terus menemaninya tadi) lalu membisikkan agar ia melakukan perbuatan keji. Setan akan berusaha melalaikan manusia ketika ia lalai dari Allah. Yang selamat dari gangguannya adalah orang yang mendapatkan perlindungan dari Allah Ta’ala. Sebagaimana terdapat dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ ». قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « وَإِيَّاىَ إِلاَّ أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِى عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلاَ يَأْمُرُنِى إِلاَّ بِخَيْرٍ ».

“Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin.” Mereka bertanya, “Apakah engkau juga, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Aku juga termasuk, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk Islam. Ia hanya memerintahkan kebaikan padaku.” (HR. Muslim no. 2814, dari ‘Abdullah bin Mas’ud)

Begitu juga terdapat hadits shahih dari Anas mengenai kisah Shofiyah yang mengunjungi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan saat itu beliau sedang i’tikaf. Ketika itu beliau keluar bersama Shofiyah karena waktu itu malam hari untuk menemaninya ke rumahnya. Di tengah jalan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditemui oleh dua orang Anshor. Ketika mereka berdua melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka lantas berjalan dengan cepatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,

« عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَىٍّ » . فَقَالاَ سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا »

“Hendaklah kalian pelan-pelan saja jalannya. Ini adalah Shofiyah binti Huyay (istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Mereka berdua pun lantas mengatakan, “Subhanallah (Maha Suci Allah), wahai Rasulullah.”  Beliau lantas bersabda, “Sesungguhnya syaithon mengalir dalam diri manusia di tempat mengalirnya darah. Aku sungguh khawatir jika kejelekan telah merasuk ke dalam hati-hati kalian.” (HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175, dari Shofiyah binti Huyay)

Setan pun bisa semakin bangga jika seseorang menjelek-jelekkannya. Jika kendaraan mogok, janganlah menjelek-jelekkan syaithan karena syaithan akan semakin besar kepala. Namun ucapkanlah basmalah (bacaan “bismillah”).

Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Kemudian aku pun mengatakan, “Celakalah syaithan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyanggah ucapanku tadi,

لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ

“Janganlah engkau ucapkan ‘celakalah syaithan’, karena jika engkau mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, yang tepat ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.” (HR. Abu Daud no. 4982)[2]

*Setan Akan Menggoda Di Saat Manusia Lalai*

Yang dimaksud ayat,

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

“Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.”

Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud “waswasil khonnas” adalah setan akan berdiam di hati manusia. Jika ia lalai, maka setan tersebut akan membuat lalai dan membuat was-was atau kerancuan (setan akan menggambarkan bahwa yang baik itu jelek atau sebaliknya[3]). Namun jika ia mengingat Allah, setan pun akan khonnas (bersembunyi).[4]

*Yang Memberikan Was-was dalam Hati: Jin dan Manusia*

Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)

“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An Naas: 5-6)

Yang selalu memberikan was-was (berbagai kerancuan) dalam hati manusia adalah setan dari kalangan jin dan manusia[5]. Sebagaimana hal ini dapat dilihat dalam ayat lainnya,

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al An’am: 112)[6]

Puji Syukur pada Allah Di Kala Terlepas dari Godaan Syaithon

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُحَدِّثُ نَفْسِي بِالشَّيْءِ لَأَنْ أَخِرَّ مِنْ السَّمَاءِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَتَكَلَّمَ بِهِ

“Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Ya Rasulullah sesungguhnya terbersit di dalam hatiku sesuatu, sungguh aku terjatuh dari langit lebih aku sukai dari pada aku mengatakannya.”  Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيَدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ

“ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALHAMDULILLAH yang dapat menolak tipu dayanya dari perasaan was-was.” (HR. Abu Daud no. 5112 dan Ahmad 1/235)[7]

Semoga Allah senantiasa memberi kita taufik untuk giat merenungkan ayat-ayat-Nya. Amin Yaa Mujibas Saa-ilin.



Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel https://rumaysho.com

Disusun di Panggang, GK, 20 Rabi’ul Akhir 1431 H


[1] Artinya: jika manusia lalai dari mengingat Allah, maka setan pun akan memberikan was-was padanya

[2] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Al Kalim Ath Thoyib no. 238

[3] Lihat Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 938, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H

[4] Itulah dua sifat syaithon yaitu [1] memberikan was-was (berbagai kerancuan) ketika manusia lalai dari mengingat Allah dan [2] khonnas (bersembunyi) ketika manusia mengingat Allah.

[5] Hal ini menunjukkan bahayanya godaan syaithon karena godaannya merasuk sampai ke hati, hal ini berbeda dengan bentuk kejahatan makhluk lainnya yang hanya menyerang fisik manusia. Sungguh bahaya godaan syaithon, karena jika hati itu rusak maka akan mempengaruhi anggota tubuh lainnya.

[6] Hal ini menunjukkan bahwa setan itu dari golongan jin dan manusia, dan bukan hanya dari golongan jin semata sebagaimana anggapan sebagian orang. Dan setan itu betul-betul ada karena kita diminta berlindung darinya.

[7] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shahih wa Dhoif Sunan Abi Daud no. 5112.


Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/951-faedah-surat-an-naas-berlindung-dari-godaan-setan-yang-terkutuk.html
______________________


 *Shalat  Setan Terus Mengganggu Sehingga Kita Tidak Bangun Shalat Malam*

Setan akan terus menggoda sehingga kita tidak bangun malam.

*Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail*

Bab Keutamaan Qiyamul Lail
Hadits #1164

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – رَجُلٌ نَامَ لَيْلَةً حَتَّى أَصْبَحَ ، قَالَ : (( ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيطَانُ فِي أُذُنَيْهِ – أَوْ قَالَ : في أُذُنِهِ – )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan tentang seorang lelaki yang tidur semalaman sampai waktu pagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Laki-laki itu telah dikencingi setan pada kedua telinganya.’—atau beliau bersabda, ‘Pada telinganya—‘.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 3270 dan Muslim, no. 774]



*Faedah Hadits*

✅ Hadits ini menunjukkan waktu setan itu kencing.

✅ Setan itu benar-benar kencing. Karena setan itu makan dan minum pula, dan butuh untuk dikeluarkan.

✅ Setan akan terus menggoda manusia sehingga membuatnya jauh dari ketaatan dan menjadi orang yang lalai.

*Shalat malam akan menjaga diri kita dari godaan setan.*


Hadits #1165

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ ، إِذَا هُوَ نَامَ ، ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ عَلَى كُلِّ عُقْدَةٍ : عَلَيْكَ لَيْلٌ طَويلٌ فَارْقُدْ، فَإِنِ اسْتَيقَظَ ، فَذَكَرَ اللهَ تَعَالَى اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ ، اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى ، اِنْحَلَّتْ عُقَدُهُ كُلُّهَا ، فَأصْبَحَ نَشِيْطاً طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاََّ أَصْبَحَ خَبِيْثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

(( قَافِيَةُ الرَّأْسِ )) : آخِرُهُ .

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setan membuat ikatan pada ujung kepala salah seorang di antara kalian ketika ia tidur sebanyak tiga ikatan, yang ia pukul setiap ikatan dengan mengatakan, ‘Bagimu malam yang panjang, maka tidurlah.’ Jika orang tersebut bangun, lalu berdzikir kepada Allah, terlepaslah satu ikatan. Lalu jika ia berwudhu, terlepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia shalat, terlepaslah seluruh ikatannya. Maka ia memasuki waktu pagi dengan semangat dan jiwa yang baik. Dan jika tidak demikian, maka ia memasuki waktu pagi dengan jiwa yang jelek dan malas.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1142 dan Muslim, no. 776]

Qafiyatu ra’si adalah ujung kepala.

*Faedah Hadits*

Setan memiliki tiga ikatan dan nanti akan berlawanan dengan tiga ketaatan. Tiga bentuk ketaatan ini yang akan melepas tiga ikatan tersebut.

Seorang muslim menjadi gembira ketika Allah memberinya taufik pada amal yang Allah ridha dan cintai.
Dalam shalat malam terdapat rahasia luar biasa yang membuat jiwa menjadi semangat dan hati menjadi lapang.

Siapa saja yang melakukan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits lantas ia kembali tidur, maka setan tidak akan datang lagi untuk memberinya ikatan yang kedua kalinya.

*Kelalaian dan jauh dari ketaatan adalah perbuatan dan godaan dari setan.*


Referensi:
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.



Baca Juga:
Shalat Malam itu Kebiasaan Orang Saleh
Dulu Dia Rajin Shalat Malam, Sekarang?


Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/22422-setan-terus-mengganggu-sehingga-kita-tidak-bangun-shalat-malam.html

_________________


 Dulu Dia Rajin Shalat Malam, Sekarang?


*Dulu Dia Rajin Shalat Malam,  Sekarang?*

Dulu dia rajin shalat malam atau shalat tahajud, namun sekarang ia tinggalkan.

Ia hanya ingat shalat malam ketika susah saja, ketika terhimpit hutang atau dirundung duka.

 Namun ketika lapang, senang, atau bahagia, ia pun lupa akan shalat malam tersebut.

Padahal sebaik-baik amalan adalah yang kontinu dilakukan walau jumlahnya sedikit.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,


يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ

“Wahai ‘Abdullah janganlah seperti si fulan. Dahulu ia rajin shalat malam, sekarang ia meninggalkan shalat malam tersebut.” (HR. Bukhari no. 1152 dan Muslim no. 1159).

Diceritakan oleh Hafshoh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan mengenai ‘Abdullah bin ‘Umar,

نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ ، لَوْ كَانَ يُصَلِّى بِاللَّيْلِ . قَالَ سَالِمٌ فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ لاَ يَنَامُ مِنَ اللَّيْلِ إِلاَّ قَلِيلاً .

“Sebaik-baik orang adalah ‘Abdullah (maksudnya Ibnu ‘Umar) seandainya ia mau melaksanakan shalat malam.” Salim mengatakan, “Setelah dikatakan seperti ini, Abdullah bin ‘Umar tidak pernah lagi tidur di waktu malam kecuali sedikit.” (HR. Bukhari no. 1122 dan Muslim no. 2479)

Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Hadits dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash di atas menunjukkan akan disunnahkan merutinkan suatu ibadah yang baik tanpa menganggap remeh. Juga dapat dijadikan dalil akan makruhnya memutus suatu ibadah walaupun amalan tersebut bukanlah amalan yang wajib.” (Fathul Bari, 3: 38).

Ibnu Hajar juga berkata, “Kesimpulannya, hadits di atas memotivasi seseorang agar semangat untuk rutin dalam melakukan suatu ibadah, juga bersikap sederhana dalam ibadah -yaitu tidak berlebih-lebihan dan tidak memandang remeh-. Adapun bersikap berlebih-lebihan (terlalu memaksakan diri dalam ibadah) akan membuat seseorang meninggalkan suatu ibadah.” (Idem).

Dari perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Hafshoh, kita dapat melihat bahwa jika disebut sebaik-baik orang adalah yang menjaga shalat malam, maka berarti orang yang mengerjakan shalat malam disifati dengan orang yang baik. Lihat perkataan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 3: 6.

Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (16: 37) menyebutkan bahwa hadits tersebut menunjukkan akan keutamaan shalat malam.

Seandainya dapat dirutinkan shalat malam dengan dua raka’at, lalu ditutup witir tiga raka’at, maka itu lebih baik daripada shalat malam yang langsung banyak namun setelah itu terputus.

Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR. Muslim no. 783)

*Shalat malam bukan dilakukan ketika susah saja, penuh utang, dirundung duka, namun ketika lapang pun ibadah harus tetap ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,*

تَعَرَّفْ إِلَي اللهِ فِى الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِى الشِّدَّةِ

*“Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Allah akan mengenalimu ketika susah.”* (HR. Ahmad 1: 307 dan Al Hakim dalam Mustadroknya 3: 623. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Hanya Allah yang memberi taufik.



Disusun di Pesantren Darush Sholihin, 16 Syawal 1435 H

Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal


Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/8480-dulu-dia-rajin-shalat-malam-sekarang.html

_________________


*Sholat Malam Kebiasaan Orang2 Sholih*

*Tiga hadits akan jadi bukti bahwa shalat malam itu jadi kebiasaan orang saleh. Lihat saja sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak putri dan anak pamannya untuk shalat malam.*


Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail


Bab Keutamaan Qiyamul Lail


Hadits #1161
وَعَنْ عَلِيٍّ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – طَرَقَهُ وَفَاطِمَةَ لَيْلاً ، فَقَالَ : (( أَلاَ تُصَلِّيَانِ ؟ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

طَرَقَهُ: أتَاهُ لَيْلاً.

Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi ‘Ali dan Fathimah pada waktu malam. Beliau berkata, “Apakah kalian berdua tidak shalat?” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1127 dan Muslim, no. 775]

Tharaqahu: mendatanginya pada waktu malam.



Faedah Hadits
Hadits ini menunjukkan keutamaan shalat malam sampai-sampai Nabi membangunkan putri dan anak dari pamannya.
Dianjurkan membangunkan orang yang masih tidur untuk shalat malam, terutama mulai dari keluarga dan kerabat.


Hadits #1162
وَعَنْ سَالِمٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ – ، عَنْ أَبيِهِ : أَنَّرَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ ، لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيلِ )) قَالَ سَالِمٌ : فَكَانَ عَبدُ اللهِ بَعْدَ ذَلِكَ لاَ يَنامُ مِنَ اللَّيلِ إِلاَّ قَلِيلاً . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Salim bin ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhum meriwayatkan dari ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baiknya lelaki adalah ‘Abdullah, seandainya ia suka melakukan shalat malam.” Salim berkata, “Maka ‘Abdullah setelah itu tidak pernah tidur malam kecuali sebentar.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1122 dan Muslim, no. 2479]



Faedah Hadits
Disunnahkan berkeinginan mendapatkan kebaikan dan ilmu.
Boleh menyanjung seseorang jika dengan pujian tersebut bisa mengantarkan pada ketaatan pada Allah dan bertambah dalam melakukan amal baik.
Para sahabat Nabi sangat respon dalam kebaikan, ketika mereka tahu langsung mereka meruntinkannya.


Hadits #1163
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( يَا عَبْدَ اللهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ؛ كَانَ يَقُومُ اللَّيلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan, ia biasa melakukan shalat malam kemudian meninggalkannya.” (Muttafaqun ‘alaih). [HR. Bukhari, no. 1152 dan Muslim, 1159]



Faedah Hadits
Hendaklah seorang alim memperhatikan keadaan muridnya yang biasa dekat dengannya.
Seorang alim hendaklah terus memotivasi muridnya agar semangat melakukan kebaikan, bisa dengan cara memotivasinya dengan membandingkan pada aktivitas orang lain.
Memotivasi dengan menyebut orang lain tidak mesti dengan menyebut namanya.
Disunnahkan kontinu dalam beramal, dan dimakruhkan memutus ibadah yang sudah rutin walaupun ibadah tersebut tidak wajib.
Hadits ini menunjukkan bahwa shalat malam tidaklah wajib.
Baca Juga:

Membaca Al Quran dari Mushaf dalam Shalat Malam

Cara Shalat Semalam Suntuk
Referensi:
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.



Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/22109-shalat-malam-itu-kebiasaan-orang-saleh.html

---------------------

Bolehkah dalam shalat tarawih atau shalat malam membaca surat langsung dari mushaf?
Apa itu termasuk yang tidak dibolehkan atau membatalkan shalat?

Imam Bukhari membawakan dalam kitab shahihnya,


وَكَانَتْ عَائِشَةُ يَؤُمُّهَا عَبْدُهَا ذَكْوَانُ مِنَ الْمُصْحَفِ

“Aisyah pernah diimami oleh budahnya Dzakwan dan ketika ia membaca langsung dari mushaf.”

Ibnu Nashr mengeluarkan hadits-hadits tentang masalah qiyamul lail (shalat malam) dan Ibnu Abu Daud dalam al Mashahif dari Az Zuhri rahimahullah, ia berkata ketika ditanya mengenai hukum shalat sambil membaca dari mushaf, “Kaum muslimin terus menerus melakukan seperti itu sejak zaman Islam dahulu.” Dalam perkataan lain disebutkan, “Orang-orang terbaik di antara kami biasa membaca Al Quran dari mushaf saat shalat.”

*Imam Ahmad berkata, “Tidak mengapa mengimami jamaah dan melihat mushaf langsung ketika itu.” Beliau ditanya, “Bagaimana dengan shalat wajib?” Jawab beliau, “Aku tidak pernah melihat untuk shalat wajib seperti itu.”*

Yang tepat dalam masalah ini, boleh membaca dari mushaf dalam shalat malam. Inilah pendapat dari ulama Syafi’iyah dan Hambali, juga ulama lainnya.

*Namun yang lebih hati-hati adalah tidak membawanya karena ia akan meninggalkan beberapa sunnah shalat dan sibuk untuk membulak-balikkan halaman mushaf. Itulah yang dikhawatirkan.*

❌ *Adapun yang menyatakan bahwa shalat sambil membaca dari mushaf membatalkan shalat, itu adalah pendapat yang dhoif (lemah).*

Semoga bermanfaat.


Referensi:
Masail Shalatil Lail, Dr. Muhammad bin Fahd bin ‘Abdul ‘Aziz Al Furaih, taqdim: Syaikh Sholeh Al Fauzan, terbitan Dar Ibnul Jauzi, tahun 1432 H, hal. 54-55.




Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/8060-membaca-al-quran-dari-mushaf-dalam-shalat-malam.html


Semoga Allah mudahkan utk sholat malam.. Aamiin

Tuesday, November 5, 2019

Nasehat buat para orang tua dan pendidik (guru)


ADA TIGA BELAS WASIAT BERHARGA UNTUK PARA GURU

1. Ikhlaskan niat utk Allah.
 Karena sesungguhnya Anda sedang melakukan tugas para Nabi. Dan jika anda mengharap pahala dalam pekerjaan Anda, maka setiap jam pada siang hari Anda dalam timbangan kebaikan Anda.

2. Hendaknya tidak mengambil cuti sakit ketika engkau tidak sakit sehingga tidak menggabungkan dua maksiat : kebohongan dan makan harta haram. Sesungguhnya pemotongan gaji dilandasi taqwa dan takut kepada Allah itu lebih baik dan lebih kekal.

3. Terimalah murid-muridmu dengan segala kekurangan dan kesalahan mereka adalah yg pertamanya, karena mereka abnak2 yg belum sempurna  pikirannya.
Tidak ada alasan untuk lari dari meluruskan kesalahan-kesalahan itu karena Anda adalah murabbi (pendidik) dan ini yang diharapkan dari Anda.

4. Tunjukkan rasa hormat Anda kepada murid yang ada di hadapan Anda dengan cara menerangkan keutamaan mereka sebagai penuntut ilmu. Hal ini akan mendekatkan jarak Anda dalam menuju hati mereka.

5. Ingatlah bahwa banyak di antara orang-orang besar menjadi besar lantaran satu kata dari seorang guru yang melejitkan mereka dan memantik cita mereka hingga menggapai puncak.

6. Perbagus cara interaksi Anda dengan para murid dan orang tua murid..
Berapa banyak guru yang mendapat doa dari murid setelah bertahun-tahun terlewati, atau setelah berada di liang kubur.

7. Semua mata pelajaran dapat dikaitkan dengan ajaran-ajaran Islam guna menimbulkan Mahabbah rasa cinta kpd Allah..Tinggal bagaimana Anda mencari media dan kata2 yang tepat

8. Setiap menit keterlambatan Anda dalam memulai pelajaran atau keluar sebelum waktu selesai adalah hak murid, ia akan mengambilnya pada hari penghitungan amal.

9. Berapa banyak guru yang menjadi sebab lurusnya arah berpikir kaum muda sehingga ia mendapatkan doa-doa tulus dan kebaikan yang mengalir. Ya Allah, tambahkan dan berkahi setiap guru yang kuat, bertanggung jawab, dan senantiasa berbuat baik.

10. Di depan Anda ada generasi. Bangkitkan jiwa mereka, ajarkan mereka adab dan tumbuhkan mereka cinta kepada ilmu, serta bangunkan semangat dalam mrlakukan2 kebaikan.
Barangkali satu kata dari Anda dapat membakar spirit dalam hatinya dan menjadi kebaikan untuk ummat.

11. Rasa takut murid Anda terhadap Anda bukanlah pertanda keberhasilan dan keterampilan Anda dalam menegakkan kedisiplinan. Itu hanya pertanda bahwa Anda gagal dalam memerankan pendidikan. Pendidikan itu membawa ketegasan dan kasih sayang bukan dengan menakut-nakuti.

12. Syekh Utsaimin rahimahulloh membedakan antara pulpen inventaris kantor dan pulpen pribadi karena takut makan barang haram. Lantas bagaimana dengan orang yang menghalalkan sesuatu yang lebih berharga daripada tinta? Yaitu waktu!

13. Ingatlah bahwa anda mempunyai anak yang diajar oleh guru-guru seperti Anda. Maka berbuat baiklah kepada anak orang niscaya Allah akan menyiapkan bagi anak Anda guru-guru yang akan berbuat baik kepada mereka. "Balasan sesuai dengan amal perbuatan."
Berikanlah keteladanan kepada murid2 nya...


Kita semua adalah pendidik...

Ibu adalah Madrasah anak2 nya...

Anak2 itu rejeki sehingga banyak anak adalah rejeki.. Ketika mendidik murid2 sejatinya itu adalah rejeki yg banyak..

Selamat meraih surga -Nya dengan menjadi yg mengenalkan Aqidah dan Tauhid serta Assunnah ..