Sholat malam
*Faedah Surat An Naas, Berlindung dari Godaan Setan Yang Terkutuk*
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi-Nya, keluarga dan para sahabatnya.
Begitu indahnya jika kita giat mengkaji Al Qur’anul Karim. Saat ini kami akan mengulas tafsir surat An Naas yang kami ambil dari Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir rahimahullah. Semoga bermanfaat.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
Artinya,
1. Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia.
3. Sembahan manusia.
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
6. dari (golongan) jin dan manusia.
Sifat-Sifat Allah
Ayat-ayat ini menerangkan mengenai sifat-sifat Rabb, yaitu: [1] sifat rububiyah (yang dimintai perlindungan karena dialah yang menguasai manusia), [2] sifat mulkiyah (yang Maha Merajai) dan [3] sifat ilahiyah (yang berhak diibadahi). Jadi, Allah-lah yang menjadi Rabb (yang mengatur) segala sesuatu, Dialah yang merajainya dan Dialah ilah (yang berhak diibadahi). Oleh karenanya segala sesuatu itu makhluk yang diatur, dikuasai dan sebagai hamba bagi-Nya.
*Meminta Perlindungan dari Was-Was Syaithon*
Dari sini, segala sesuatu yang ingin mencari perlindungan diperintahkan untuk meminta perlindungan pada Rabb yang memiliki sifat yang mulia ini. Segala sesuatu tersebut diperintahkan untuk meminta perlindungan dari gangguan syaithon yang biasa memberikan was-was sedang mereka dalam keadaan tersembunyi[1]. Setan yang memberikan was-was inilah setan yang biasa menemani manusia. Karena setiap insan (manusia) tidak bisa lepas dari qorin (setan yang terus menemaninya tadi) lalu membisikkan agar ia melakukan perbuatan keji. Setan akan berusaha melalaikan manusia ketika ia lalai dari Allah. Yang selamat dari gangguannya adalah orang yang mendapatkan perlindungan dari Allah Ta’ala. Sebagaimana terdapat dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ ». قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « وَإِيَّاىَ إِلاَّ أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِى عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلاَ يَأْمُرُنِى إِلاَّ بِخَيْرٍ ».
“Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin.” Mereka bertanya, “Apakah engkau juga, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Aku juga termasuk, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk Islam. Ia hanya memerintahkan kebaikan padaku.” (HR. Muslim no. 2814, dari ‘Abdullah bin Mas’ud)
Begitu juga terdapat hadits shahih dari Anas mengenai kisah Shofiyah yang mengunjungi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan saat itu beliau sedang i’tikaf. Ketika itu beliau keluar bersama Shofiyah karena waktu itu malam hari untuk menemaninya ke rumahnya. Di tengah jalan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditemui oleh dua orang Anshor. Ketika mereka berdua melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka lantas berjalan dengan cepatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
« عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَىٍّ » . فَقَالاَ سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا »
“Hendaklah kalian pelan-pelan saja jalannya. Ini adalah Shofiyah binti Huyay (istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Mereka berdua pun lantas mengatakan, “Subhanallah (Maha Suci Allah), wahai Rasulullah.” Beliau lantas bersabda, “Sesungguhnya syaithon mengalir dalam diri manusia di tempat mengalirnya darah. Aku sungguh khawatir jika kejelekan telah merasuk ke dalam hati-hati kalian.” (HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175, dari Shofiyah binti Huyay)
Setan pun bisa semakin bangga jika seseorang menjelek-jelekkannya. Jika kendaraan mogok, janganlah menjelek-jelekkan syaithan karena syaithan akan semakin besar kepala. Namun ucapkanlah basmalah (bacaan “bismillah”).
Dari Abul Malih dari seseorang, dia berkata, “Aku pernah diboncengi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu tunggangan yang kami naiki tergelincir. Kemudian aku pun mengatakan, “Celakalah syaithan”. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyanggah ucapanku tadi,
لاَ تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ وَيَقُولَ بِقُوَّتِى وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّبَابِ
“Janganlah engkau ucapkan ‘celakalah syaithan’, karena jika engkau mengucapkan demikian, setan akan semakin besar seperti rumah. Lalu setan pun dengan sombongnya mengatakan, ‘Itu semua terjadi karena kekuatanku’. Akan tetapi, yang tepat ucapkanlah “Bismillah”. Jika engkau mengatakan seperti ini, setan akan semakin kecil sampai-sampai dia akan seperti lalat.” (HR. Abu Daud no. 4982)[2]
*Setan Akan Menggoda Di Saat Manusia Lalai*
Yang dimaksud ayat,
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi.”
Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud “waswasil khonnas” adalah setan akan berdiam di hati manusia. Jika ia lalai, maka setan tersebut akan membuat lalai dan membuat was-was atau kerancuan (setan akan menggambarkan bahwa yang baik itu jelek atau sebaliknya[3]). Namun jika ia mengingat Allah, setan pun akan khonnas (bersembunyi).[4]
*Yang Memberikan Was-was dalam Hati: Jin dan Manusia*
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An Naas: 5-6)
Yang selalu memberikan was-was (berbagai kerancuan) dalam hati manusia adalah setan dari kalangan jin dan manusia[5]. Sebagaimana hal ini dapat dilihat dalam ayat lainnya,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al An’am: 112)[6]
Puji Syukur pada Allah Di Kala Terlepas dari Godaan Syaithon
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُحَدِّثُ نَفْسِي بِالشَّيْءِ لَأَنْ أَخِرَّ مِنْ السَّمَاءِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَتَكَلَّمَ بِهِ
“Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Ya Rasulullah sesungguhnya terbersit di dalam hatiku sesuatu, sungguh aku terjatuh dari langit lebih aku sukai dari pada aku mengatakannya.” Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيَدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ
“ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALHAMDULILLAH yang dapat menolak tipu dayanya dari perasaan was-was.” (HR. Abu Daud no. 5112 dan Ahmad 1/235)[7]
Semoga Allah senantiasa memberi kita taufik untuk giat merenungkan ayat-ayat-Nya. Amin Yaa Mujibas Saa-ilin.
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel https://rumaysho.com
Disusun di Panggang, GK, 20 Rabi’ul Akhir 1431 H
[1] Artinya: jika manusia lalai dari mengingat Allah, maka setan pun akan memberikan was-was padanya
[2] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Al Kalim Ath Thoyib no. 238
[3] Lihat Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 938, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H
[4] Itulah dua sifat syaithon yaitu [1] memberikan was-was (berbagai kerancuan) ketika manusia lalai dari mengingat Allah dan [2] khonnas (bersembunyi) ketika manusia mengingat Allah.
[5] Hal ini menunjukkan bahayanya godaan syaithon karena godaannya merasuk sampai ke hati, hal ini berbeda dengan bentuk kejahatan makhluk lainnya yang hanya menyerang fisik manusia. Sungguh bahaya godaan syaithon, karena jika hati itu rusak maka akan mempengaruhi anggota tubuh lainnya.
[6] Hal ini menunjukkan bahwa setan itu dari golongan jin dan manusia, dan bukan hanya dari golongan jin semata sebagaimana anggapan sebagian orang. Dan setan itu betul-betul ada karena kita diminta berlindung darinya.
[7] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shahih wa Dhoif Sunan Abi Daud no. 5112.
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/951-faedah-surat-an-naas-berlindung-dari-godaan-setan-yang-terkutuk.html
______________________
*Shalat Setan Terus Mengganggu Sehingga Kita Tidak Bangun Shalat Malam*
Setan akan terus menggoda sehingga kita tidak bangun malam.
*Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail*
Bab Keutamaan Qiyamul Lail
Hadits #1164
وَعَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – رَجُلٌ نَامَ لَيْلَةً حَتَّى أَصْبَحَ ، قَالَ : (( ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيطَانُ فِي أُذُنَيْهِ – أَوْ قَالَ : في أُذُنِهِ – )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan tentang seorang lelaki yang tidur semalaman sampai waktu pagi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Laki-laki itu telah dikencingi setan pada kedua telinganya.’—atau beliau bersabda, ‘Pada telinganya—‘.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 3270 dan Muslim, no. 774]
*Faedah Hadits*
✅ Hadits ini menunjukkan waktu setan itu kencing.
✅ Setan itu benar-benar kencing. Karena setan itu makan dan minum pula, dan butuh untuk dikeluarkan.
✅ Setan akan terus menggoda manusia sehingga membuatnya jauh dari ketaatan dan menjadi orang yang lalai.
*Shalat malam akan menjaga diri kita dari godaan setan.*
Hadits #1165
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ ، إِذَا هُوَ نَامَ ، ثَلاَثَ عُقَدٍ ، يَضْرِبُ عَلَى كُلِّ عُقْدَةٍ : عَلَيْكَ لَيْلٌ طَويلٌ فَارْقُدْ، فَإِنِ اسْتَيقَظَ ، فَذَكَرَ اللهَ تَعَالَى اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ تَوَضَّأَ ، اِنْحَلَّتْ عُقْدَةٌ ، فَإِنْ صَلَّى ، اِنْحَلَّتْ عُقَدُهُ كُلُّهَا ، فَأصْبَحَ نَشِيْطاً طَيِّبَ النَّفْسِ ، وَإِلاََّ أَصْبَحَ خَبِيْثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
(( قَافِيَةُ الرَّأْسِ )) : آخِرُهُ .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setan membuat ikatan pada ujung kepala salah seorang di antara kalian ketika ia tidur sebanyak tiga ikatan, yang ia pukul setiap ikatan dengan mengatakan, ‘Bagimu malam yang panjang, maka tidurlah.’ Jika orang tersebut bangun, lalu berdzikir kepada Allah, terlepaslah satu ikatan. Lalu jika ia berwudhu, terlepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia shalat, terlepaslah seluruh ikatannya. Maka ia memasuki waktu pagi dengan semangat dan jiwa yang baik. Dan jika tidak demikian, maka ia memasuki waktu pagi dengan jiwa yang jelek dan malas.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1142 dan Muslim, no. 776]
Qafiyatu ra’si adalah ujung kepala.
*Faedah Hadits*
Setan memiliki tiga ikatan dan nanti akan berlawanan dengan tiga ketaatan. Tiga bentuk ketaatan ini yang akan melepas tiga ikatan tersebut.
Seorang muslim menjadi gembira ketika Allah memberinya taufik pada amal yang Allah ridha dan cintai.
Dalam shalat malam terdapat rahasia luar biasa yang membuat jiwa menjadi semangat dan hati menjadi lapang.
Siapa saja yang melakukan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits lantas ia kembali tidur, maka setan tidak akan datang lagi untuk memberinya ikatan yang kedua kalinya.
*Kelalaian dan jauh dari ketaatan adalah perbuatan dan godaan dari setan.*
Referensi:
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Baca Juga:
Shalat Malam itu Kebiasaan Orang Saleh
Dulu Dia Rajin Shalat Malam, Sekarang?
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/22422-setan-terus-mengganggu-sehingga-kita-tidak-bangun-shalat-malam.html
_________________
Dulu Dia Rajin Shalat Malam, Sekarang?
*Dulu Dia Rajin Shalat Malam, Sekarang?*
Dulu dia rajin shalat malam atau shalat tahajud, namun sekarang ia tinggalkan.
Ia hanya ingat shalat malam ketika susah saja, ketika terhimpit hutang atau dirundung duka.
Namun ketika lapang, senang, atau bahagia, ia pun lupa akan shalat malam tersebut.
Padahal sebaik-baik amalan adalah yang kontinu dilakukan walau jumlahnya sedikit.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,
يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
“Wahai ‘Abdullah janganlah seperti si fulan. Dahulu ia rajin shalat malam, sekarang ia meninggalkan shalat malam tersebut.” (HR. Bukhari no. 1152 dan Muslim no. 1159).
Diceritakan oleh Hafshoh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan mengenai ‘Abdullah bin ‘Umar,
نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ ، لَوْ كَانَ يُصَلِّى بِاللَّيْلِ . قَالَ سَالِمٌ فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ لاَ يَنَامُ مِنَ اللَّيْلِ إِلاَّ قَلِيلاً .
“Sebaik-baik orang adalah ‘Abdullah (maksudnya Ibnu ‘Umar) seandainya ia mau melaksanakan shalat malam.” Salim mengatakan, “Setelah dikatakan seperti ini, Abdullah bin ‘Umar tidak pernah lagi tidur di waktu malam kecuali sedikit.” (HR. Bukhari no. 1122 dan Muslim no. 2479)
Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Hadits dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash di atas menunjukkan akan disunnahkan merutinkan suatu ibadah yang baik tanpa menganggap remeh. Juga dapat dijadikan dalil akan makruhnya memutus suatu ibadah walaupun amalan tersebut bukanlah amalan yang wajib.” (Fathul Bari, 3: 38).
Ibnu Hajar juga berkata, “Kesimpulannya, hadits di atas memotivasi seseorang agar semangat untuk rutin dalam melakukan suatu ibadah, juga bersikap sederhana dalam ibadah -yaitu tidak berlebih-lebihan dan tidak memandang remeh-. Adapun bersikap berlebih-lebihan (terlalu memaksakan diri dalam ibadah) akan membuat seseorang meninggalkan suatu ibadah.” (Idem).
Dari perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Hafshoh, kita dapat melihat bahwa jika disebut sebaik-baik orang adalah yang menjaga shalat malam, maka berarti orang yang mengerjakan shalat malam disifati dengan orang yang baik. Lihat perkataan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 3: 6.
Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (16: 37) menyebutkan bahwa hadits tersebut menunjukkan akan keutamaan shalat malam.
Seandainya dapat dirutinkan shalat malam dengan dua raka’at, lalu ditutup witir tiga raka’at, maka itu lebih baik daripada shalat malam yang langsung banyak namun setelah itu terputus.
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR. Muslim no. 783)
*Shalat malam bukan dilakukan ketika susah saja, penuh utang, dirundung duka, namun ketika lapang pun ibadah harus tetap ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,*
تَعَرَّفْ إِلَي اللهِ فِى الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِى الشِّدَّةِ
*“Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Allah akan mengenalimu ketika susah.”* (HR. Ahmad 1: 307 dan Al Hakim dalam Mustadroknya 3: 623. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Hanya Allah yang memberi taufik.
—
Disusun di Pesantren Darush Sholihin, 16 Syawal 1435 H
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/8480-dulu-dia-rajin-shalat-malam-sekarang.html
_________________
*Sholat Malam Kebiasaan Orang2 Sholih*
*Tiga hadits akan jadi bukti bahwa shalat malam itu jadi kebiasaan orang saleh. Lihat saja sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak putri dan anak pamannya untuk shalat malam.*
Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail
Bab Keutamaan Qiyamul Lail
Hadits #1161
وَعَنْ عَلِيٍّ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – طَرَقَهُ وَفَاطِمَةَ لَيْلاً ، فَقَالَ : (( أَلاَ تُصَلِّيَانِ ؟ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
طَرَقَهُ: أتَاهُ لَيْلاً.
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi ‘Ali dan Fathimah pada waktu malam. Beliau berkata, “Apakah kalian berdua tidak shalat?” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1127 dan Muslim, no. 775]
Tharaqahu: mendatanginya pada waktu malam.
Faedah Hadits
Hadits ini menunjukkan keutamaan shalat malam sampai-sampai Nabi membangunkan putri dan anak dari pamannya.
Dianjurkan membangunkan orang yang masih tidur untuk shalat malam, terutama mulai dari keluarga dan kerabat.
Hadits #1162
وَعَنْ سَالِمٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ – ، عَنْ أَبيِهِ : أَنَّرَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ ، لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيلِ )) قَالَ سَالِمٌ : فَكَانَ عَبدُ اللهِ بَعْدَ ذَلِكَ لاَ يَنامُ مِنَ اللَّيلِ إِلاَّ قَلِيلاً . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Salim bin ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhum meriwayatkan dari ayahnya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baiknya lelaki adalah ‘Abdullah, seandainya ia suka melakukan shalat malam.” Salim berkata, “Maka ‘Abdullah setelah itu tidak pernah tidur malam kecuali sebentar.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1122 dan Muslim, no. 2479]
Faedah Hadits
Disunnahkan berkeinginan mendapatkan kebaikan dan ilmu.
Boleh menyanjung seseorang jika dengan pujian tersebut bisa mengantarkan pada ketaatan pada Allah dan bertambah dalam melakukan amal baik.
Para sahabat Nabi sangat respon dalam kebaikan, ketika mereka tahu langsung mereka meruntinkannya.
Hadits #1163
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( يَا عَبْدَ اللهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ؛ كَانَ يَقُومُ اللَّيلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan, ia biasa melakukan shalat malam kemudian meninggalkannya.” (Muttafaqun ‘alaih). [HR. Bukhari, no. 1152 dan Muslim, 1159]
Faedah Hadits
Hendaklah seorang alim memperhatikan keadaan muridnya yang biasa dekat dengannya.
Seorang alim hendaklah terus memotivasi muridnya agar semangat melakukan kebaikan, bisa dengan cara memotivasinya dengan membandingkan pada aktivitas orang lain.
Memotivasi dengan menyebut orang lain tidak mesti dengan menyebut namanya.
Disunnahkan kontinu dalam beramal, dan dimakruhkan memutus ibadah yang sudah rutin walaupun ibadah tersebut tidak wajib.
Hadits ini menunjukkan bahwa shalat malam tidaklah wajib.
Baca Juga:
Membaca Al Quran dari Mushaf dalam Shalat Malam
Cara Shalat Semalam Suntuk
Referensi:
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/22109-shalat-malam-itu-kebiasaan-orang-saleh.html
---------------------
Bolehkah dalam shalat tarawih atau shalat malam membaca surat langsung dari mushaf?
Apa itu termasuk yang tidak dibolehkan atau membatalkan shalat?
Imam Bukhari membawakan dalam kitab shahihnya,
وَكَانَتْ عَائِشَةُ يَؤُمُّهَا عَبْدُهَا ذَكْوَانُ مِنَ الْمُصْحَفِ
“Aisyah pernah diimami oleh budahnya Dzakwan dan ketika ia membaca langsung dari mushaf.”
Ibnu Nashr mengeluarkan hadits-hadits tentang masalah qiyamul lail (shalat malam) dan Ibnu Abu Daud dalam al Mashahif dari Az Zuhri rahimahullah, ia berkata ketika ditanya mengenai hukum shalat sambil membaca dari mushaf, “Kaum muslimin terus menerus melakukan seperti itu sejak zaman Islam dahulu.” Dalam perkataan lain disebutkan, “Orang-orang terbaik di antara kami biasa membaca Al Quran dari mushaf saat shalat.”
*Imam Ahmad berkata, “Tidak mengapa mengimami jamaah dan melihat mushaf langsung ketika itu.” Beliau ditanya, “Bagaimana dengan shalat wajib?” Jawab beliau, “Aku tidak pernah melihat untuk shalat wajib seperti itu.”*
Yang tepat dalam masalah ini, boleh membaca dari mushaf dalam shalat malam. Inilah pendapat dari ulama Syafi’iyah dan Hambali, juga ulama lainnya.
*Namun yang lebih hati-hati adalah tidak membawanya karena ia akan meninggalkan beberapa sunnah shalat dan sibuk untuk membulak-balikkan halaman mushaf. Itulah yang dikhawatirkan.*
❌ *Adapun yang menyatakan bahwa shalat sambil membaca dari mushaf membatalkan shalat, itu adalah pendapat yang dhoif (lemah).*
Semoga bermanfaat.
Referensi:
Masail Shalatil Lail, Dr. Muhammad bin Fahd bin ‘Abdul ‘Aziz Al Furaih, taqdim: Syaikh Sholeh Al Fauzan, terbitan Dar Ibnul Jauzi, tahun 1432 H, hal. 54-55.
—
Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/8060-membaca-al-quran-dari-mushaf-dalam-shalat-malam.html
Semoga Allah mudahkan utk sholat malam.. Aamiin
No comments:
Post a Comment