MENYELAMATKAN HATI
Abu Asma Andre
MUQADIMMAH 1
Inilah beberapa ayat Al Qur-an dan Hadits – Hadits Nabawiyyah serta perkataan Salaful Ummah yang menjelaskan tentang pentingnya memperhatikan masalah hati.
Karena hati ibarat raja, tidak ada keselamatan bagi manusia melainkan dengan membereskan hatinya dari noda kesyirikan,
bid'ah dan maksiat yang dengan itu semua dapat menghijab manusia dari nikmatnya beribadah kepada Allah, menjalankan Sunnah Nabi Muhammad  dan menikmati perjumpaan dengan Rabb-Nya.
Semoga bermanfaat.
Yang sangat membutuhkan ampunan Rabb-Nya
Abu Asma Andre
13 Shafar 1430 H / 9 Februari 2009
Ciangsana , Gunung Putri – Bogor
Komplek TNI AL
1)
_________________________
Allah  berfirman :
“(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
 ( QS Asy Syu’ara : 88 - 89 )
Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“ Yaitu pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, artinya : harta seseorang tidak akan bisa menjaga diri orang tersebut dari adzab Allah, walaupun dia menebusnya dengan emas seluas dan sepenuh bumi.
Dan tidak pula anak-anak laki-laki, artinya : tidak pula bisa menghindarkan dirinya dari adzab Allah, walaupun dia menebus dirinya dengan semua manusia yang bisa memberikan manfaat kepadanya.
Yang bermanfaat pada hari kiamat hanyalah keimanan kepada Allah  dan memurnikan peribadatan hanya untuk-Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan dari para pelakunya.
Oleh karena itu, Allah  kemudian berfirman :
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.2 Yaitu, hati yang terhindar dari kesyirikan dan dari kotoran-kotoran hati.”
Al Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata : “ Harta dan kerabat tidak bisa memberikan manfaat kepada seseorang pada hari kiamat. Yang bisa memberikan manfaat kepadanya hanyalah hati yang selamat. Dan hati yang selamat dan sehat adalah hati seorang mukmin yang sejati.”
Allah  berfirman :
“ Ingatlah ketika dia ( Ibrahim ) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”
 (QS Ash Shaffat : 84)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa‘di rahimahullah berkata di dalam tafsirnya : “ Yakni dia ( Ibrahim) datang menghadap Allah  dengan membawa hati yang selamat dari kesyirikan, syubhat -syubhat, dan syahwat-syahwat yang bisa menghalanginya dari mengetahui kebenaran dan mengamalkannya.
Apabila hati seorang hamba telah selamat dari hal-hal di atas, maka hati tersebut akan terhindar dari segala keburukan-keburukan, dan sebaliknya hati tersebut akan memunculkan kebaikan-kebaikan.
 2)
Dan di antara bentuk keselamatan hati adalah bahwa ia selamat dari perbuatan menipu daya manusia, serta selamat dari hasad dan dari berbagai bentuk akhlak yang tercela.
3)
_____________
Allah  berfirman :
“ Dan orang-orang yang datang sesudah mereka ( Muhajirin dan Anshar ), mereka berdoa, ‘Ya Rabb
kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. " ( QS Al Hasyr : 10 )
Al Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata tentang ayat di atas yang maknanya : “ Bahwa yang dimaksud orang-orang yang datang setelah para shahabat adalah semua orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat. Dalam ayat ini Allah memerintahkan mereka untuk memohon ampunan untuk diri mereka sendiri dan juga untuk para pendahulu mereka yang telah mendahului
mereka dalam beriman. Allah  juga memerintahkan mereka untuk berdoa kepada-Nya agar dihilangkan dari hati mereka perasaan ghill, yaitu rasa dendam, dongkol, dan dengki terhadap kaum mukminin – dan tentunya yang menduduki peringkat utama dalam golongan kaum mukminin adalah para shahabat karena merekalah generasi paling mulia dari umat ini. “
4)
____________
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa‘di rahimahullah berkata :
“ Doa ini ( QS Al Hasyr : 10 ) berlaku secara umum untuk semua kaum mukminin baik dari kalangan shahabat atau umat sebelum
sahabat atau generasi-generasi setelah shahabat.
Dan ini termasuk di antara keutamaan-
keutamaan iman, yaitu bahwa kaum mukminin itu saling memberi manfaat satu sama lain, saling mendoakan satu sama lain.
Semua itu karena adanya kebersamaan dalam keimanan yang berimplikasi adanya ikatan ukhuwwah antar mukmin, yang di antara cabangnya adalah saling mendoakan dan saling mencintai antara satu dengan yang lain.
Oleh karena itu, Allah menyebutkan dalam doa tersebut permintaan dihilangkannya rasa ghill dari hati mereka, sedikit ataupun banyak.
Apabila sifat ghill tersebut telah hilang dari hati, maka akan muncul sifat yang menjadi lawan dari sifat tersebut, yaitu rasa cinta antara sesama mukmin, saling menolong dan
menasehati, serta sifat-sifat terpuji lainnya yang termasuk hak-hak orang mukmin yang harus ditunaikan.”
Hadits - Hadits Rasulullah
Hadits 1
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash  , beliau berkata : “ Rasulullah  pernah ditanya : “ Siapakah orang yang paling utama ? “ Beliau menjawab : “ Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.”
Para shahabat berkata : “ Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya ? “ Rasulullah  menjawab : “ Dia adalah orang yang bertakwa 5)
( takut ) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya serta tidak ada pula dendam dan hasad. “ ( HR Imam IbnuMajah no 4216 ) 6)
_________________________
Hadits 2
Dari An Nu‘man bin Basyir , dia berkata : “ Rasulullah  bersabda :
 “…Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah. Apabila dia baik, maka menjadi baik pula semua anggota
tubuhnya. Dan apabila rusak, maka menjadi rusak pula semua anggota tubuhnya. Ketahuilah dia ( segumpal darah ) itu adalah hati. “ ( Muttafaqun ‘Alaihi )
Hadits 3
Dari Anas bin Malik beliau berkata : “ Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah.
Tiba-tiba beliau  berkata : “ Akan lewat di hadapan kalian saat ini seorang calon penghuni surga.” Lalu lewatlah seorang pemuda Anshar dalam keadaan dari jenggotnya menetes sisa-sisa air wudhu dan tangan kirinya menenteng sandal.
Pada keesokan harinya, Rasulullah bersabda
lagi persis sebagaimana sabdanya kemarin, lalu lewatlah pemuda tersebut dengankeadaan persis dengan keadaannya yang kemarin. Dan pada hari yang ketiga Rasulullah  mengulang lagi sabdanya seperti sabdanya yang pertama dan pemuda itu pun muncul lagi dengan keadaan seperti keadaannya yang pertama.
Maka, ketika Rasulullah beranjak pergi, Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash segera mengikuti pemuda tersebut ( ke rumahnya ), lalu berkata kepadanya : “ Sesungguhnya antara aku dan bapakku telah terjadi perselisihan, maka aku bersumpah tidak akan masuk ke rumahnya selama 3 hari.
________________
 Jika engkau tidak keberatan, aku ingin menumpang padamu selama 3 hari tersebut. “ Pemuda tersebut berkata :
“ Ya, tidak apa-apa. “
Selanjutnya Anas berkata : “ Maka Abdullah  menceritakan bahwa selama 3 hari bersama
pemuda tersebut, dia tidak melihatnya melakukan qiyamul lail ( shalat malam ) sedikitpun.
Yang dia lakukan hanyalah bertakbir dan berdzikir setiap kali dia terjaga dan menggeliat di atas tempat tidurnya sampai dia bangun untuk shalat shubuh. Selain itu, Abdullah  berkata : “ Hanya saja, aku tidak pernah mendengarnya berbicara kecuali yang baik-baik.”
Setelah 3 hari berlalu dan hampir saja aku meremehkan amalannya, aku berkata kepadanya :
“ Wahai hamba Allah, sebenarnya tidak pernah ada pertengkaran antara aku dengan bapakku, dan tidak pula aku menjauhinya. Sebenarnya, aku hanya mendengar Rasulullah berkata tentang engkau tiga kali : “ Akan muncul di hadapan kalian saat ini seorang laki-laki calon penghuni surga.”
Dan ternyata engkaulah yang muncul sebanyak 3 kali itu. Karena itu, aku jadi ingin tinggal bersamamu agar aku bisa melihat apa yang engkau lakukan untuk kemudian aku tiru. Akan tetapi, aku tidak melihat engkau melakukan amalan yang besar. Lantas, amalan apa sebenarnya yang
bisa menyampaikan engkau kepada kedudukan sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah  ?“
Orang tersebut berkata : " Aku tidak melakukan kecuali apa yang kamu lihat.
 “ Maka ketika aku telah berpaling ( pergi ), dia memanggilku dan berkata : “ Sebenarnyalah aku memang tidak melakukan apa-apa selain yang engkau lihat.
Hanya saja, selama ini aku tidak pernah merasa dongkol dan dendam kepada seorang pun dari kaum muslimin, serta tidak pernah menyimpan rasa hasad terhadap seorang pun terhadap kebaikan yang telah Allah berikan kepadanya.”
Maka Abdullah  berkata : “ Inilah amalan yang membuatmu sampai pada derajat tinggi, dan
inilah yang tidak mampu kami lakukan. “ ( HR Imam Ahmad )
______________
Perkataan Para Salaf
Abu Dujanah  berkata : “ Tidak ada sebuah amalan yang paling aku yakini bisa memberi manfaat bagiku di akhirat selain dua perkara.
Yang pertama, aku tidak pernah berbuat sesuatu yang tidak bermanfaat bagiku.
Dan yang kedua, selamatnya hatiku terhadap kaum muslimin.” ( Siyar A ‘lamAn Nubala’ 1/243, Imam Adz Dzahabi rahimahullah ).
Sufyan bin Dinar rahimahullah berkata : “Aku berkata kepada Abu Bisyr – dan dia termasuk di antara murid-murid Ali bin Abu Thalib  – :
" Beri tahu kepadaku amalan-amalan orang-orangs ebelum kita. " Abu Bisyr berkata :
" Mereka sedikit beramal tetapi mendapatkan pahala yang banyak."
Aku berkata : " Mengapa bisa demikian ? "
Abu Bisyr berkata : " Karena selamatnya
( bersihnya ) hati mereka. " ( Az Zuhud 2/600)
Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata : " Tidak akan bisa mengejar kami orang yang mengejar dengan memperbanyak puasa dan shalat, akan tetapi kami hanya bisa dikejar dengan bermurah hati dan selamatnya hati dan memberi nasehat kepada umat.” ( Jami‘ul ‘Ulum Wa Al Hikam 1/225,Imam Ibnu Rajab rahimahullah )
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
 “ Jadi, hati adalah ibarat raja bagi anggota tubuh. Anggota tubuh akan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh hati dan akan menerima semua arahan - arahan hati. Anggota tubuh tidaklah akan melaksanakan sesuatu kecuali yang berasal dari
tujuan dan keinginan hati.
Jadi, hati tersebut merupakan penanggung jawab mutlak terhadap anggota tubuh karena seorang pemimpin akan ditanya tentang yang dipimpinnya.
Jika demikian adanya, maka upaya memberi perhatian yang besar terhadap hal-hal yang menyehatkan hati dan meluruskannya merupakan upaya yang terpenting, dan memperhatikan penyakit-penyakit hati
serta berusaha untuk mengobatinya merupakan ibadah yang paling besar.”
( Ighatsah Al Lahfan halaman 5, Imam Ibnu Qayyim rahimahullah )
Di tempat yang lain Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata :
“ Jenis hati yang ketiga adalah hati
yang sakit, yaitu hati yang hidup namun berpenyakit.
Dengan begitu, di dalam hati tersebut terdapat dua unsur,
di mana unsur yang pertama terkadang mengalahkan yang kedua dan begitu
pula sebaliknya.
Sedangkan hati sendiri akan mengikuti yang menang di antara keduanya.
Di dalam hati tersebut terdapat perasaan cinta dan iman kepada Allah , ikhlas dan bertawakkal hanya kepada-Nya.
Semua itu merupakan unsur kehidupan hati.
Namun, di dalam hati tersebut juga terdapat perasaan cinta kepada syahwat, lebih mementingkan syahwat dan berupaya untuk
memperturutkannya, dan terdapat pula rasa hasad, sombong, ujub, dan ambisi untuk menjadi orang yang paling unggul, serta bertindak semena-mena di muka bumi dengan kekuasaan yangdimiliki.
Semua itu merupakan unsur yang akan membuat diri hancur dan binasa.”
Al Imam Ibnu Qayyim rahimahullah juga berkata : “ Karena itu, surga tidak bisa dimasuki oleh orang-orang yang berhati kotor, dan tidak pula bisa dimasuki oleh orang yang di hatinya terdapat noda-noda dari kotoran tersebut.
Barangsiapa yang berusaha untuk mensucikan hatinya di dunia, lalu menemui Allah  ( mati ) dalam keadaan bersih dari najis-najis hati, maka dia akan memasuki surga tanpa penghalang.
Adapun tentang orang yang belum membersihkan hatinya selama di dunia, maka jika najis hati tersebut najis murni – seperti hatinya orang-orang kafir –, maka dia
tidak bisa masuk surga sama sekali.
Dan jika najis tersebut sekadar noda-noda yang mengotori hati, maka dia akan memasuki surga tersebut setelah dia disucikan di dalam neraka dari najis-najis tersebut.”
Al Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata:
“ Dan ketahuilah bahwasanya Allah apabila
menghendaki kebaikan pada seseorang, maka dia akan dibuat mengetahui aibnya.
 Siapa yang mempunyai mata hati yang tajam, maka tidak akan tersembunyi baginya aib-aib dirinya, dan apabila dia telah mengenali aib-aibnya, maka memungkinkan baginya untuk mengobatinya penyakit-penyakit tersebut. Sayangnya, kebanyakan manusia tidak mengenal aib-aib dirinya sendiri. Mereka bisa melihat kotoran yang ada di mata saudaranya, tetapi tidak bisa melihat anak sapi yang ada di matanya sendiri.”
Di tempat yang lain Al Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata :
 “ Siapa yang mengenal hatinya, maka dia akan mengenal Rabbnya. Sayangnya, kebanyakan manusia tidak mengenali dirinya sendiri. Allah-lah yang menghalangi antara seseorang dengan hatinya, dan penghalang tersebut berupa ketidakmampuan seseorang mengenali hatinya dan terhalangnya dirinya dari
mengawasi hatinya, padahal mengenali hati dan sifat-sifatnya adalah merupakan pokok agama.”
________________________
Penutup
Kita akhiri pembahasan ini dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah  :
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْىَاهَا وَزَكِّهَا أَنِتَ خَيِرُ مَنِ زَكَّاهَا
" Ya Allah, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku dan bersihkanlah ia, karena Engkaulah sebaik-baik
zat yang bisa membersihkannya.” ( HR Imam Muslim ) .
7
DIPERBOLEHKAN MENYEBARLUASKAN MAKALAH INI
DENGAN TETAP MENJAGA AMANAT-AMANAT ILMIAH
DAN TIDAK DENGAN TUJUAN KOMERSIAL
Catatan kaki
1) Muqadimmah dari Abu Asma Andre, makalah ini saya ( Abu Asma Andre ) ketik ulang dari majalah Fatawa, semoga
bermanfaat dan apabila terdapat tambahan maka saya akan sertakan didalam catatan kaki.
2) Abu Idris rahimahullah berkata : “ Hati yang bersih di dalam pakaian yang kotor lebih baik daripada hati yang penuh
kotoran di dalam selubung pakaian yang bersih. “ ( At Tahdzibul Maudhu'i li Hilyat Al Auliyaa' hal 661)
3 )Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata : “ Sesungguhnya hasad adalah akhlaq yang
tercela, tetapi sangat disayangkan bahwa sifat hasad tersebut ada pada para ulama, penuntut ilmu, dan orang orang
kaya. Mereka saling hasad kepada saudaranya, dan setiap orang yang mempunyai profesi hasad kepada rekannya,
tetapi yang aneh bahwa sifat ini di kalangan para ulama dan penuntut ilmu lebih banyak dan besar, padahal orang
yang berilmu adalah orang yang paling lanyak untuk menjauhi sifat yang tercela ini dan menghiasi diriya dengan
akhlaq yang mulia.
Wahai saudaraku jika engkau melihat ada seseorang yang telah diberikan nikmat oleh Allah , maka engkau
berusalah untuk menjadi yang serupa dengannya, dan jangan sekali-kali benci terhadap nikmat Allah  tersebut, dan
hendaklah engkau berdo'a : “ ya Allah tambahkan nikmatmu kepada dia, dan jadikan aku lebih baik darinya. “ Karena
sesungguhnya hasad tidak mungkin merubah taqdir Allah". (Kitabul llmi hal 74)
4) Hatim Al 'Asham rahimahullah berkata : “ Pokok segala musibah ada tiga : yaitu kesombongan, ketamakan, dan
hasad/dengki. “ (At Tahdzibul Maudhu'i li Hilyat Al Auliyaa' hal 670)
5) Thalq bin Habib rahimahullah berkata : “ Takwa adalah kamu mengerjakan ketaatan kepada Allah dengan bimbingan
cahaya dari Allah seraya mengharap pahala dari Allah, dan kamu menlnggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan
bimbingan cahaya dari Allah seraya merasa takut terhadap siksaan dari Allah. “ (Tafsir Ibnu Katsir 6/222, Jami'ul 'Ulum
wal Hikaam hal 211)
6 Dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Silsilah Hadits Shahihah no 948.
6) Dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Silsilah Hadits Shahihah no 948.
 
No comments:
Post a Comment