Monday, April 20, 2020


FAIDAH AT-TAMHĪD IBNUL JAZARIY

Walhamdulillāh telah berakhir sesi 1 Majlis Sama' dan Ta'liq Kitab At-Tamhīd Fī Ilmit Tajwīd Al-Imām Ibnul Jazariy radhiyallāhu 'anhu (Bab 1 s.d. Bab 3) bersama Fadhilatusy Syaikh 'Adil bin 'Aliy As-Sab'ān.

Di akhir majlis, panitia meminta seluruh peserta untuk mencatat setidaknya 25 faidah yang didapat dari kitab dan majlis tersebut. Maka, karena kami merasa faidah ini begitu bermanfaat, kami akan menuliskan di sini beberapa faidah yang kami catat:

1. Al-Imām Ibnul Jazariy menyusun kitab ini karena kegelisahan beliau melihat banyaknya para Qari yang lalai dalam mempraktikkan bacaan Al-Quran secara sempurna. Maka beliau menyusun kitab ini sebagai peringatan, karena menurut beliau belum ada kitab serupa yang ditulis sebelumnya.

2. Al-Imām Ibnul Jazariy menyusun kitab ini pada usia 18 tahun hijriyyah.

3. Di antara aib-aib qiraat adalah:
▪︎ At-Tarqīsh, yakni membaca kata demi kata dengan saktah, terputus-putus.
▪︎ At-Tar'īd, yakni membaca dengan suara yang bergetar dan menambah Hamzah tashil saat memanjangkan madd.
▪︎ At-Tathrīb, yakni membaca Al-Quran dengan irama-irama lagu, sehingga memanjangkan yang bukab madd atau menambah kadar panjang melampaui batasnya.
▪︎ At-Tahzīn, yakni keluar dari bacaan yang natural dan membaca dengan sesuatu yang lain yang dibuat-buat seakan-akan dia menangis padahal tidak ada rasa tadabbur di dalam hatinya, padahal yang demikian dapat menjerumuskan seseorang dalam sikap riya.

4. Asy-Syaikh mengatakan: yang dilarang dari semua aib-aib membaca Al-Quran adalah sikap takalluf. Adapun apabila seseorang membaca Al-Quran dengan mengindahkan iramanya dan membaguskan suaranya, maka termasuk perkara yang disukai.

5. Asy-Syaikh mengatakan: termasuk sikap takalluf adalah menyengaja membaca Al-Quran dengan maqamat, karena maqamat datang dari nyanyian dan musik. Maqamat berasal dari Persia.

6. Bacaan yang benar menurut Ibnul Jazariy adalah bacaan yang mudah dan ringan, memperjelas setiap lafazh-lafazhnya. Tidak keluar dari tabiat orang-orang Arab dan perkataan orang-orang yang fasih.

7. Di antara faidah yang paling utama dari memperbaiki pengucapan lafazh adalah tercapainya tadabbur terhadap Kitābullāh.

8. Setiap lafazh yang dibaca dengan benar sambil bertadabbur, menggetarkan hati, dengan cara pengucapan yang manis, maka ia telah menjadi apa yang diserukan Nabi agar menghiasi Al-Quran dengan suara kita. Jadi, menghiasi Al-Quran dengan suara artinya membacanya dengan benar dan tadabbur.

9. Tajwīd artinya adalah puncaknya keahlian dan tercapainya maksud perbaikan bacaan.

10. Tajwid merupakan hiasannya tilāwah dan qirāāh.

11. Maksud dari Mentajwidkan Al-Quran adalah memberikan setiap huruf hak-haknya dan menertibkan urutannya, mengembalikan setiap huruf dari Makhrajnya, dan menyesuaikan pengucapan dalam setiap keadannya, menyempurnakan lafazhnya, melembutkan pengucapannya, tanpa berlebihan dan melampaui batas.

12. Tahqīq artinya adalah memberikan kepada sesuatu haknya secara tepat, tanpa penambahan atau pengurangan.

13. Tartīl artinya tersusun secara rapi. Sebagaimana perkataan Al-Ashma'iy: gigi yang ratl artinya gigi yang tersusun rapi dan berjarak, tidak saling bertumpuk satu dengan lainnya. Dan batasan tartīl dalam tilāwah adalah: menertibkan setiap huruf sesuai dengan haknya masing-masing saat tilawah dengan cara menyempurnakan pengucapannya dengan jelas.

14. Makna Tartīl menurut Sayyidinā 'Aliy bin Abī Thālib radhiyallāhu 'anha adalah: mentajwidkan huruf-huruf dan memahami kaidah waqf.

15. Perbedaan Tahqīq dengan Tartīl: Tartīl artinya membaca Al-Quran dengan maksud tadabbur, merenungkannya, dan mengambil kesimpulan hukumnya. Sedangkan Tahqīq artinya membaca Al-Quran dengan maksud melatih lidah dan melembutkan lafazh-lafazh yang masih berat diucapkan.

16. Dalam bertilawah kita bisa mengamalkan Tahqīq dan Tartīl pada sebagian keadaan, atau Hadr (membaca dengan cepat) dan Hadramah (membaca sangat cepat) pada keadaan lain untuk memperbanyak pahala kebaikan, karena setiap huruf bernilai 10 kebaikan.

17. Al-Imām 'Āshim digambarkan sebagai Qāri yang kuat dan suaranya indah. Kuat di sini dalam artian bisa mengucapkan Hamzah tanpa tashil, padahal menurut orang Arab, Hamzah adalah huruf yang sulit diucapkan. Makanya riwayat yang sampai kepada kita dari Qirāāh 'Āshim jarang yang membaca Hamzah dengan tashīl.

18. Pensifatan bacaan Al-Imām Hamzah yang dikenal banyak kerusakan, bukanlah bacaan Hamzah itu sendiri, melainkan bacaan kebanyakan murid-muridnya, dan bacaan mereka tidak layak disandarkan kepada bacaan Hamzah karena rusaknya bacaan tersebut.

19. Ibn Mujāhid memilih bacaan Al-Imām Abū 'Amr dalam tilāwah kesehariannya, demikian pula Ibnul Jazariy. Beliau mengatakan bahwa bacaan Abū 'Amr adalah bacaan yang pertengahan. Dan inilah bacaan yang terpilih.

20. Istilah "Madd" sama dengan "Mathth" artinya adalah suara huruf madd atau līn.

21. Ibnul Jazariy membagi madd menjadi dua: madd thabī'iy dan madd 'aradhiy. Madd 'Aradhiy ini yang sekarang dikenal dengan Madd Far'iy.

22. Istilah Tamkīn adalah satu istilah dalam Madd 'Aradhiy. Apabila dikatakan "makkin", maka artinya tambahlah panjang maddnya.
(Catatan: Istilah ini berbeda dengan apa yang hari ini kita kenal sebagai Madd Tamkīn)

23. Istilah isybā' digunakan untuk kesempurnaan hukum yang dikehendaki bagi orang yang tidak menyempurnakannya. Istilah ini digunakan juga untuk menyatakan: kesempurnaan dalam menunaikan pengucapan harakat tanpa kekurangan atau ikhtilās.
(Catatan: istilah isybā' hari ini juga digunakan untuk kekeliruan membaca harakat secara berlebihan).

24. Izhhār atau Bayān artinya mengucapkan dua huruf masing-masing secara sempurna sesuai dengan keadaan asalnya, menunaikan seluruh sifatnya, murni hingga paripurna kedudukannya.

25. Asy-Syaikh mengatakan bahwa seluruh hukum tajwid diadakan sebagai tashīl (mempermudah) dan takhfīf (memperingan). Maka, idghām, ikhfā, dan qalb termasuk ke dalam bab tashīl secara umum.

26. Istilah Qalb lebih fasih daripada Iqlab.

27. Cara membaca Qalb dan Ikhfā Syafawiy sama saja, yakni dengan merapatkan bibir tanpa memberikan celah padanya, karena tujuan awal hukum tajwid adalah tashīl. Sedangkan apabila kita mengucapkannya dengan menyisakan celah/ merenggangkan bibir itu justru akan menyulitkan, sehingga faidah tashīlnya menjadi hilang.

28. Tashīl secara khusus bermakna mengubah cara membaca Hamzah. Karena hamzah merupakan huruf yang sulit diucapkan, maka ia kadang diubah cara bacanya menjadi salah satu dari empat keadaan:
▪︎ Bayna-bayna, yakni mengucapkan huruf Hamzah di antara Hamzah dan Madd.
▪︎ Badal, yakni mengubah Hamzah menjadi Alif, atau Waw, atau Ya.
▪︎ Hadzf, yakni menghilangkan Hamzah dalam pengucapan.
▪︎ Takhfīf, yakni salah satu makna tashīl membaca satu huruf tanpa tasydīd.

29. Tasydīd adalah lawan dari takhfīf, artinya membaca huruf dengan menahan makhraj.

30. Tahqīq, juga digunakan untuk ibarah lawan dari tashīl. Maksudnya mengucapkan dua Hamzah secara jelas.

31. Fath, artinya mengucapkan Alif yang tersusun pada fathah secara sempurna tanpa memiringkannya.

32. Al-Ghafr, adalah istilah kuno untuk fathah.

33. Imālah adalah lawan dari fath. Imālah terbagi menjadi dua: imālah kubrā dan imālah shughrā.
▪︎ Imālah Kubrā adalah mengucapkan Alif yang tersusun pada fathah dengan memiringkannya ke arah kasrah dengan kadar kemiringan yang besar.
▪︎ Imālah Shughrā adalah memiringkannya ke arah kasrah dengan kadar kemiringan yang kecil.

34. Asy-Syaikh mengatakan: berhati-hatilah membaca fathah tipis yang sempurna dengan imālah shughra dan ini merupakan kekeliruan yang tersebar luas. Sampai-sampai cukup banyak para pembelajar Al-Quran yang protes saat mendengar bacaan riwayat Al-Imām Warsy dari rekaman Asy-Syaikh Al-Hushariy. Mereka memprotesnya karena bacaan imālah Al-Hushariy menurut mereka adalah fathah. Padahal yang keliru adalah mereka sendiri yang membaca fathah dengan imālah shughra.

34. Taghlīzh artinya menggemukkan huruf sampai mulut penuh dengan gemanya.
(Catatan: hari ini kita mengenalnya dengan istilah tafkhīm)

35. Tarqīq adalah lawan dari Taghlīzh, menipiskan suara huruf hingg mulut tidak penuh den

gan gemanya. Tarqīq terbagi menjadi dua: Tarqīq maftūh dan Tarqīq Ghayru Maftūh, yakni imālah.

36. Raum artinya adalah mengucapkan sebagian harakat, hingga sebagian besar darinya tidak terucap kecuali tersisa sedikit saja. Maka kita hanya akan mendengarnya secara samar-samar. Orang yang buta bisa mengetahuinya, tapi orang yang tuli tidak bisa.

37. Isymām artinya memonyongkan kedua bibir setelah mensukunkan huruf tanpa suara. Diketahui oleh orang yang tuli tapi tidak diketahui oleh orang yang buta.

38. Ikhtilās artinya adalah mempercepat harakat. Disebut cepat karena sebagian harakat telah hilang.

39. Kata ikhfā juga digunakan dalam istilah ikhfā harakat, yaitu mengurangi kadar panjangnya.

Wallāhu a'lam.

21 April 2020
Menjelang Shubuh di Depok

- Penulis: Muhammad Laili Al-Fadhli -

No comments:

Post a Comment