Sunday, April 19, 2020

Kisah Imam Achmad


Dahulu di masa Al Makmun, Al Mu’tashhim, Al Watsiq, dan dua tahun awal pemerintahan Al Mutawakkil , Al-Imam Ahmad diuji dengan siksaan dan penjara. Demi mempertahankan akidah beliau tetap bersabar. Kemudian, setelah dua tahun Al Mutawakkil memimpin, Al Imam Ahmad diuji dengan harta dunia. Sebab, Al Mutawakkil menghapuskan akidah sesat itu dari pemerintahannya. Al Mutawakkil sering mengutus orang untuk menyerahkan harta dalam jumlah yang sangat banyak untuk Al-Imam Ahmad. Namun, Al – Imam Ahmad menolak.

Luar biasa !
Beliau adalah teladan di dalam bersikap sabar dan tegar ketika menghadapi ujian agama dan dunia. Rahimahullah

“Wahai Abal Hasan (Al Maimuni) ! Hati-hatilah di dalam berpendapat jika engkau tidak memiliki seorang ulama di dalamnya!”

Pelajaran penting! Dalam urusan agama, tidak ada kebebasan berfikir dan berpendapat. Semua pendapat dan wacana dalam ruang beragama harus ditetapkan di atas pondasi dalil dan hujjah yaitu Al Qur’an dan Sunnah. Selain itu harus dipahami sesuai pemahaman para ulama Salaf! Itulah sikap beragama yang benar!

Rizki itu telah dibagi, tidak akan bertambah atau berkurang. Rizki itu disebut bertambah jika pemiliknya memperoleh kemudahan dari Allah untuk menginfakkannya dalam ketaatan. Hal itulah yang akan mengingatkan dan menambah rizki.

Demikian pula ajal manusia. Tidak akang mungkin bertambah atau berkurang.Ajal itu disebut berkurang jika pemiliknya memperoleh kemudahan dari Allah untuk menggunakan di dalam ketaatan sehingga ia menjadi hamba yang taat sepanjang umurnya. Hanya dengan ketaatan umur akan bertambah. Sementara umur akan berkurang dengan
maksiat. Adapun rentang waktu umur tidak akan bertambah atau berkurang.

Kemudian Al-Imam Ahmad membaca firman Allah,

ﻭَﻟِﻜُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺃَﺟَﻞٌ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺟَﺎﺀَ ﺃَﺟَﻠُﻬُﻢْ ﻻ ﻳَﺴْﺘَﺄْﺧِﺮُﻭﻥَ ﺳَﺎﻋَﺔً ﻭَﻻ ﻳَﺴْﺘَﻘْﺪِﻣُﻮﻥَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
( QS. Al-‘Araf [7] : 34)

Beliau membimbing kita untuk menilai rizki dan umur secara hakiki. Rizki dan umur sudah
ditentukan oleh Allah. Tidak akan mungkin berkurang atau bertambah. Namun, keberkahan rizki dan umur adalah cita-cita dan tekad kita.

Caranya? Dengan memanfaatkan rizki dan umur di dalam ketaatan. Seribu rupiah untuk bersedekah kepada kaum fakir tentu lebih besar nilainya di sisi Allah dibandingkan seratus ribu yang digunakan untuk membeli rokok, misalnya.

Walaupun hanya berusia 30 tahun lalu meninggal dunia namun dimakmurkan dengan ibadah, tentu lebih bernilai di sisi Allah dibandingkan hidup setengah Abad namun berkubang maksiat. Na’udzu billah min dzalik.

[Dikutip dari blok pemetik-ilmu, dari buku “Dari Ayunan Sampai Liang Lahat IMAM AHMAD rahimahullah Pemuda Ilmu dari Negeri Baghdad , Abu Nasiim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz.]

https://www.atsar.id/2016/09/kata-mutiara-imam-ahmad-bin-hanbal.html

Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
Telegram : t.me/atsarid
Twitter: twitter.com/atsarid
Line : https://line.me/R/ti/p/%40bqg5243o
YT : https://www.youtube.com/c/AtsarID
Website: www.atsar.id

No comments:

Post a Comment