Friday, May 1, 2015

Nasihat Tanpa Menghakimi
Sebagai istri, sebagai ibu, sebagai suami, sebagai Ayah, ada satu keterampilan yang penting dikuasai.
Keterampilan itu adalah memberi nasihat.
Agama adalah nasihat. Secara alami jika kita ingin menyelamatkan keluarga dari api neraka pasti perlu memberikan nasihat.
Sisi lain, manusia memiliki jiwa. Jiwa ini ternyata sangat dinamis. Tidak seperti kotak kosong. Ada ego, ada proses berpikir, ada motivasi, emosi dan berbagai aspek yang melekat dalam jiwa.
Sebagaimana ilmu kedokteran berkembang, untuk meningkatkan kesejahteraan fisik mamusia. Maka berkembang juga ilmu untuk mencapai kesejahteraan jiwa atau kita mengenal dengan istilah batin atau psikologis.
Dari sanalah berkembang ilmu jiwa - psikologi.
Bagaimana cara memberikan nasihat yang baik, kita bisa langsung merujuk pada literatur dari para ulama, dan sejumput ilmu teknis yang diperoleh dari psikologi.
Kali ini saya ingin berbagi trik menasihati yang efektif dalam sudut pandang psikologi. Tentu ini sekali lagi hanya sejumput dan atau secuil dari teknis efektif lain.
Panjang jika membahas dinamika ego manusia. Namun secara intuitif atau mari kita hayati dalam diri kita, kita akan paham bahwa ego yang kuat itu ada pada tiap diri kita. Hal ini yang mendorong terjadinya defence mechanism misalnya ngeles, menyangkal, mencipta alibi yang logis, dan lain sebagainya.
Kita coba hayati dari kalimat nasihat di bawah ini, mana yang berpotensi mencipta konflik, mana yang bisa diterima penerima nasihat?
"Jangan boroslah!"
Atau...
"Punya ide ngga gimana biar keuangan kita lebih terkelola?"
"Jangan hitungan dong kalau ngasih sama keluargaku"
Atau
"Saya sedih sebenarnya, belum bisa membantu meringankan keperluan orangtua"
"Berantakan banget, rumah kayak kapal pecah"
Atau
"Saya lelah habis macet macetan, dimana ya bisa beristirahat dengan lebih nyaman"
Saya yakin kalimat kalimat kedua akan lebih senang didengar oleh seorang istri ataupun suami.
Suami dan istri sama sama tidak mau dihakimi sebagai pencipta masalah.
Hanya kita kerap kurang bersabar, untuk berlatih memberikan nasihat tanpa menghakimi.
Istilahnya sudah merasa bagian dari diri, sudah menikah, terkadang kita sudah tidak berhitung bagaimana perasaan pasangan kita.
Langsung serbu saja dengan penilaian penilaian dan penghakimam yang menumpuk dalam pikir kita.
Berlatih yuk, bersikap lembut memberikan banyak manfaat. Mengurangi konflik dan menambah kedamaian dan kemesraan antara suami istri.
Hingga menjadi ikhtiar terwujudnya keluarga sakinah seperti yang kita harapkan.
Caranya dengan membiasakan menggunakan pola :
Saya + perasaan + jika kamu + perilaku
Ibu khawatir kalau kamu tidak membiasakan diri mengelola waktu nanti akan kesulitan di masa depanmu
Bukan...
Kamu ini bagaimana? main terus, ngga pernah belajar!
Ibu senang kalau kamu merapikan kewajibanmu dulu sebelum pergi bermain
Bukan haduh bagaimana sih kamu, sudah berapa kali ibu bilang, belajar dulu baru main!
Kalem itu lebih menenangkan... Berlatih yuk!

No comments:

Post a Comment