Tuesday, July 23, 2019

*MENCERDASKAN MENTAL ANAK Bag-1*

Oleh : Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA حفظه الله

Setiap orang tua tentu mengharapkan putra-putrinya bisa tumbuh menjadi pribadi yang cerdas. Sayangnya, banyak orang tua yang menghubungkan arti kecerdasan hanya dengan prestasi akademis di sekolah. Padahal tidaklah demikian adanya. Kecerdasan juga mencakup aspek yang lebih luas lagi, meliputi kecerdasan otak, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan mental.

Mungkin pembahasan tentang kecerdasan otak, emosional dan spiritual sudah cukup sering kita dengar. Tapi, bagaimana dengan istilah kecerdasan mental? Sebagian besar orang tua mungkin masih asing dengan hal itu dan kurang memahaminya. Padahal, kecerdasan tersebut termasuk hal yang juga penting untuk dimiliki setiap anak. Orang tua perlu mengetahuinya agar bisa memupuk dan mengasah kecerdasan tersebut dalam diri anak-anaknya. Semoga artikel ini sedikit memberikan informasi mengenai kecerdasan mental dan bagaimana cara mengasahnya dalam diri anak.

Kecerdasan mental adalah kecerdasan seseorang dalam menghadapi masalah dan kesulitan.Kecerdasan ini juga bisa dikaitkan dengan tingkat kematangan dan ketangguhan mental yang dimiliki oleh seseorang. Mereka yang mentalnya kuat, tangguh, gigih tahan banting dan pantang menyerah dikatakan memiliki kecerdasan mental yang tinggi. Sementara itu, mereka yang mudah menyerah, banyak mengeluh, cengeng, labil, semangat dan daya juangnya kecil; bisa dikatakan memiliki tingkat kecerdasan mental yang rendah.

Kecerdasan mental tidak muncul serta merta dalam diri seseorang, melainkan harus ditanamkan dan mulai diasah sejak kecil. Orang tua perlu mengasah kecerdasan ini dalam diri anak-anaknya, karena kecerdasan mental berperan cukup besar dalam menentukan keberhasilan seseorang.

Untuk mencerdaskan mental anak, maka orang tua perlu mengasah kecerdasan ini dalam diri anaknya. Bagaimana caranya mengasahnya?

1. Bangun kecerdasan mental sejak dini

Bangun dan pupuklah kecerdasan mental pada diri anak sejak dini. Karena, kecil kemungkinan seseorang bisa memiliki kecerdasan ini secara tiba-tiba tanpa ada suatu proses yang sudah menempanya terlebih dahulu. Meskipun demikian, orang tua tentu tidak boleh mengharapkan hasil yang instan dari anak. Sesuaikan dengan kondisi, usia, kesiapan dan kemampuan masing-masing anak.

2. Tegas dan disiplin dalam peraturan, namun tidak harus keras dan kasar

Sebagian orang tua mungkin berpendapat bahwa agar anak memiliki mental yang kuat dan tahan banting, maka anak perlu dididik dengan aturan yang super keras, dengan disiplin yang sangat tinggi dan super ketat. Tindakan-tindakan tersebut bisa jadi justru tidak memberikan dampak yang positif pada anak. Tetapi sebaliknya, bisa memberikan pengaruh yang tidak baik pada anak. Mendidik anak terlalu keras dengan disiplin yang sangat tinggi dan super ketat bukannya akan mengasah kecerdasan mental anak, melainkan tanpa disadari orang tua mengajari anak untuk terbiasa bersikap keras, kaku dan otoriter. Lalu, bagaimana sebaiknya? Terapkan aturan dan disiplin yang cukup tinggi dengan konsisten dan tegas, bukan dengan cara yang keras dan kasar.

3. Latih anak agar bisa memilih dan menentukan sendiri

Ajari anak untuk berani bersikap dan bisa menentukan pilihannya sendiri. Misalnya dalam memilih mainan, tuntun anak agar bisa menentukan satu mainan saja yang memang dibutuhkannya. Ajari pula anak untuk bisa bertanggung jawab atas pilihannya itu.

Pada pembahasan lalu kita telah membahas beberapa kiat untuk mengasah kecerdasan mental anak. Berikut kelanjutannya:

4. Bangun motivasi dan optimisme dalam diri anak

Ajari anak untuk selalu optimis dan bersikap positif. Sikap positif ini tentu akan sangat berpengaruh bagi anak ketika ia mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya nanti. Misalnya dalam melakukan sesuatu katakanlah pada anak, “Ayo, coba dulu nak, ini tidak sulit seperti yang kamu bayangkan. Ayah/Ibu yakin kamu pasti bisa.”

Anak yang diajarkan untuk selalu memiliki sikap optmis dan motivasi yang tinggi akan tumbuh menjadi pribadi yang produktif, memiliki semangat/kemauan untuk belajar, siap mencoba hal-hal yang baru, dan mampu tampil menjadi pribadi yang berani mengambil risiko.

5. Latih anak agar sanggup menghadapi kesulitan

Dalam kehidupan, pasti akan ditemui berbagai macam kesulitan. Yang perlu ditanamkan dalam diri anak adalah bagaimana nantinya anak bisa memiliki mental yang kuat, tangguh, dan tak mudah menyerah dalam menghadapai berbagai masalah dan rintangan. Bagaimana cara melatihnya? Orangtua perlu membiarkan anak agar bisa menyelesaikan masalah dan kesulitan yang dihadapinya. Misalnya, saat anak menemukan kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah yang cukup sulit, biarkan anak agar bisa menyelesaikan tugasnya sendiri. Jangan terlalu cepat membantu anak saat anak menemui kesulitan. Hal yang seperti itu tidak baik karena akan membuat anak menjadi pribadi yang tidak mandiri, tidak tangguh, dan terlalu bergantung pada sesuatu/seseorang. Biarkan anak mencoba sendiri terlebih dahulu dalam menyelesaikan kesulitannya. Anda sebagai orang tua dapat mendampingi anak, dan bila memang anak benar-benar tidak bisa menyelesaikannya, barulah Anda bisa membantu anak.

6. Ajarkan anak untuk bangkit dan tetap tegar ketika jatuh

Kegagalan demi kegagalan yang dialami anak bisa menempa anak menjadi lebih tangguh. Reaksi anak saat mengalami kegagalan biasanya akan sedih, kecewa, bahkan mungkin marah. Itu reaksi yang wajar dan normal. Namun, di saat seperti itulah peran Anda sebagai orang tua diperlukan. Ajarkan anak untuk bisa bangkit kembali saat jatuh dan tetap tegar menghadapi kegagalannya dengan terus memberikan dorongan dan semangat kepada anak. Tanamkan pada diri anak Anda agar tidak mudah menyerah dan cepat putus asa saat menemui kegagalan. Tanamkan juga dalam diri anak untuk tidak takut mencoba lagi meski sebelumnya pernah gagal.

7. Latih anak agar mampu menganalisa kegagalannya

Saat anak mengalami kegagalan, jangan mengecam atau mengejeknya dengan kata-kata yang pedas. Mentalnya bisa jatuh bila terus-menerus diperlakukan seperti itu. Sebaiknya, ajari anak agar bisa menganalisa kegagalannya. Anda sebagai orang tua dapat membantu anak, namun Anda juga perlu untuk mendorong anak agar mampu menemukan sendiri penyebab kegagalannya. Dengan demikian, anak akan tahu apa masalah yang telah menghambatnya dan bagaimana mengantisipasi agar kegagalan tersebut tidak terulang kembali.

8. Orang tua harus menjadi contoh

Orang tua merupakan cermin bagi anak. Anak akan meniru sebagian besar apa yang dilihatnya dari orang tua. Bila Anda memperlihatkan kepada anak bahwa Anda memiliki mental yang kuat, pantang menyerah, dan selalu berpikiran positif, tentunya anak Anda juga akan meniru hal-hal positif yang Anda contohkan tersebut. Jangan mengharapkan anak bisa tangguh, sementara diri Anda sendiri mempertontonkan sikap lemah dan cengeng di depan anak.



•┈┈➖•◈◉✹❒📖❒✹◉◈•➖┈┈•

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.

No comments:

Post a Comment