*Bersalaman*
Aku ragu tentang yang ini sebaiknya tetap kutulis atau jangan, bukaaan...bukan karena aku ragu pada apa yang ingin kutulis, tapi ragu apakah orang bisa memahami mengapa aku bersikap seperti ini.
Tapi menulis dan menjelaskan bagiku adalah sebuah ikhtiar dan ikhtiar adalah wajib sekecil apapun.Maka biarlah tetap kutulis dan kujelaskan, bukan untuk menggurui, apalagi bersikap melawan atau asal beda, karena aku jauh lebih suka bertemu seseorang yang sekalipun berbeda pendapat tapi dia tau apa pendapat dan alasanku.
Ini masih terkait dengan Corona, nama virus yang karenanya telah menjadi Pandemik Global, artinya tidak ada lagi Negara di dunia yang aman dari penyebaran virus tersebut.
Dari mulai tadinya jadi sekedar obrolan dalam lingkup kecil, lalu mulai sekolah mengeluarkan himbauan, kemudian para Ustadz.Lembaga dan Pemimpin formal pun mulai ikut urun rembug, dari mulai Kepala Dinas, Gubernur, Presiden dan bahkan Dirjen WHO.
Tentu baik jika semua ikut memikirkan, karena berarti semua berharap musibah ini tidak terus memakan korban dan penularannya terhenti.
Ada banyak himbauan dalam rangka mencegah penularan, dan salah satunya menghindari bersalaman.
Kalo sekedar pakai masker atau menutup wajah jika bersin atau batuk, bawa dan pakai sajadah sendiri jika ke Masjid, sering cuci tangan pake sabun, perbanyak minum itu rasanya ga berat-berat amat,...tapi menghindari bersalaman ko rasanya berat sekali.
Masalahnya bukan sekedar bagaimana jika harus menolak jika ada yang mengajak bersalaman, bahkan aku sendiri menganggap diri ini terlalu sombong jika bertemu seseorang teman, lalu tidak mengajaknya bersalaman.
Bagaimana kalo dia menolak?Ya ga masalah dan ga perlu tersinggung, tapi aku tidak mau orang ragu mengajakku bersalaman karena aku terlihat bersikap pasif.
Bersalaman itu sangat memberi kenikmatan buatku, sambil menatap wajah yang kusalami, menyebut namanya dan menanyakan khabar dia dan keluarganya, dan bahkan terkadang dia yang lebih dahulu menanyakan khabarku.Ada getaran rasa yang tak mampu dilukiskan dengan kata-kata, bahkan ketika bersalaman dengan orang yang baru dikenal.
Itulah menurutku salah satu fadhilah (keutamaan) bersalaman, suatu amalan ringan yang sekalipun rutin dilakukan tapi tak pernah menimbulkan kejenuhan.
Aku bukan tak mau menyebut keutamaan bersalaman seperti yang disampaikan Rasulullah ShalALLAH Alaihi Wassalam, seperti menggugurkan dosa sampai kedua tangan itu terlepas, tapi aku cuma ingin mengajak berpikir jernih namun tetap dalam ikhtiar maksimal.
Maka ini bukan ajakan atau himbauan, ini cuma menjelaskan, bahwa aku in syaa ALLAH tetap tidak pernah ragu untuk bersalaman dengan siapapun.
Aku tetap merindukan jabat erat dari siapapun, saling mendo'akan dan menebar harapan agar selalu sehat dan dalam naungan lindungan serta ridho ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.Bukankah kita tetap membutuhkan do'a saudara dan sahabat, karena kita tidak tau do'a siapakah yang maqbul disisi ALLAH, dan semakin nikmat jika do'a itu kita dengar sendiri sambil bersalam-salaman.
Menjaga kesehatan adalah wajib, usaha kearah sanapun juga wajib, namun itu semua tak boleh mengurangi keakraban, sungguh tak bisa dibayangkan betapa hampa pertemuan tanpa jabat tangan, sekalipun tetap bertegur sapa.
Mudah-mudahan ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala selalu menjaga kita semua agar tetap sehat...aaamiiin.
*H.A.Attamimi*
*13032020*
No comments:
Post a Comment