Tuesday, May 19, 2015

Senyum2 baca komentar Ust Adriano Rusfi di status heboh tentang Ibu Rumah Tangga yg saya tulis Maret 2013, menanggapi keluhan istri yg suaminya justru lebih senang kalo istrinya kerja di luar rumah....

Komentar Ust Aad :

Saat ini saya sering mendapatkan ayah-ayah dan calon ayah yang berjiwa kerdil. Mereka malah gemetar menghadapi realitas jika istri dan calon istri "hanya" ingin jadi ibu rumahtangga saja.

Sebulan lalu saya dapat curhat lewat inbox, ada seorang gadis yang batal dilamar oleh seorang laki-laki, karena sang gadis nggak kunjung punya pekerjaan, di kantor, dan menghasilkan uang.

bahkan, ada cerita yang rada-rada unik. Seorang suami, yang penuh rasa tanggung jawab terhadap keluarga, sama sekali tak kekurangan secara finansial, tetap menyuruh istrinya "berlatih" cari uang, dengan alasan :

"Sebagai upaya antisipasi seandainya suamimu dipanggil Allah terlebih dahulu"

Untuk itu, mari kita mencoba menyepakati sebuah konstruksi kehidupan :

Pertama, mendidik dan membangun sebuah generasi adalah sebuah megaproyek yang sangat menguras seluruh kapasitas kemanusiaan, waktu dan enersi. Dibutuhkan seorang ibu berkualifikasi S-3 untuk mengelolanya secara fulltime. Dulu, nyaris saya urung menikah karena gemetar membayangkan hal ini.

Kedua, rumahtangga adalah kehidupan seluas dunia, sekompleks dunia dan selengkap dunia. Cukup dengan sebuah rumah, istri/suami dan anak, maka kita sedang berurusan dengan sebuah komplesiktas paling rumit : ekonomi, manajemen, finansial, psikologi, sosiologi, politik, pangan, teknologi, elektronika, marketing, pendidikan dsb.Sekali terjun ke rumahtangga, maka kita berhadapan dengan sebuah peradaban.

Ketiga, rejeki, nafkah dan biaya hidup tidaklah bersifat deterministik terhadap pekerjaan. Betapa banyaknya orang-orang yang bekerja di tempat A, tapi rejekinya justru datang dari tempat B. Maka, saya meyakini satu hal : "Tak akan bertambah rejeki sebuah keluarga, hanya karena sang istri terlibat dalam mencari nafkah"

Keempat, dalam sistem kehidupan manapun, bukan hanya di rumahtangga, pada akhirnya pembagian tugas adalah realitas yang paling masuk akal. Bahkan dalam sebuah lembaga bisnis sekalipun, ada yang bertugas menghasilkan uang (frontliners) dan ada yang bertugas menghabiskan uang (back-officers)

Saya :

Ternyata saya kebagian tugas menghabiskan uang yaa... hehehe... tapi menghabiskan uang itu ada tehniknya supaya sedikit cukup banyak yaa cukup tho...

Ust Aad :

Mainkan terus, Bunda Arifah Handayani. Yang Bunda habiskan bukanlah uang suami, tapi uang sendiri yang Allah titipkan lewat rekening suami.

Rumahtangga itu adalah sebuah inspirasi yang nggak akan ada keringnya. Ketika saya ditanya : "Apa referensi utama bapak sebagai seorang konsultan SDM Perusahaan dan pendidikan ?". Maka saya jawab : "Rumahtangga saya"

Saya :

Rumah Tangga = Titian untuk kehidupan yang Semakin Baik menuju Surga Dunia Akhirat... Ga heran akan senantiasa jadi mata air inspirasi yg tak pernah kering...

Suwun sanget Ustad Adriano Rusfi buat dukungannya dalam membesarkan hati Ibu Rumah Tangga yang butuh energi besar untuk sadar bahwa 'peran'nya di semesta sangat tergantung 'kiprah'nya sebagai Gusti Ratu yang bertahta di Rumah Tangga...

Jadi inget sebuah quotes : "A man who treats his woman like a princess, is proof that he's been raised by a queen..."

So, buat para Gusti Ratu di mana saja... 
Stay Sweet and Be Truly Happy...

No comments:

Post a Comment