SEPERTI MAKAN BUBUR
Dari sekian banyak bubur ayam yang pernah saya rasakan, menurut saya yang paling enak adalah bubur ayam Madura yang berada di sekitar kampus IPB Dramaga Bogor. Rasanya beda. Istri dan kawan-kawan saya juga suka.
Lah, trus apa hubungannya dengan bahasa Arab?
Begini...
Bubur ayam Madura –menurut saya- memang nikmat. Dan kenikmatannya itu akan semakin terasa jika dimakan saat masih panas. Namun tentu saja untuk bisa menikmati semangkok bubur tidak bisa langsung sekali tenggak. Harus pelan-pelan.
Sedikit demi sedikit bubur itu dinikmati. Dimulai dari pinggir-pinggirnya terlebih dahulu yang terasa hangat. Tidak langsung sesendok full menyantapnya. Tapi seujung sendok demi seujung sendok. Lama kelamaan bubur itu akan habis dimasukkan ke dalam perut. Dan Alhamdulillah kenikmatannya bisa dirasakan kemudian. Perut pun jadi terasa kenyang.
Ternyata belajar bahasa Arab pun begitu. Tidak jauh beda. Bisa bahasa Arab adalah sebuah kenikmatan. Dengan kemampuan bahasa Arab, kita bisa lebih menikmati ibadah yang kita lakukan. Kita jadi faham bacaan sholat, bacaan al-Qur’an, do’a, serta dzikir. Ibadah kita jadi lebih khusyuk dan bermakna.
Namun, untuk bisa menguasai bahasa Arab yang nikmat itu tidak bisa sekaligus. Tidak bisa sekali belajar langsung bisa. Ada tahapannya. Dimulai dari pelajaran yang mudah-mudah terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit dipelajari dengan penuh penghayatan. Jika kita mau bersabar menikmati proses, insya Allah cepat atau lambat kita akan bisa menguasai bahasa Arab. Kita pun kemudian akan merasakan kenikmatan ibadah yang kita lakukan.
Ada sebuah ungkapan Arab yang mengatakan:
من كبر اللقمة غص، و من صغر شبع
“Barangsiapa yang memperbesar suapan, maka dia akan tersedak. Barangsiapa yang memperkecil suapan, dia akan kenyang.”
Jadi demikian.
Selamat makan bubur –eh ..- selamat belajar bahasa Arab!
Wallahu a’lam.
✍Muhammad Mujianto Al-Batawie
No comments:
Post a Comment